Aku pun tidak mempermasalahkan, sekalipun kami hanya berdua di dalam rumah dan keluargaku pergi untuk beberapa hari kedepan, entah kenapa kini pacarku tidak betah lama lama dirumah, meski aku berkata, “Ya udah ga apa apa kan kita ga ngapa ngapain.”
Namun tetap saja pacarku menolaknya, “Ga mau, kita pergi kemana gitu, supaya ga terjadi hal yang tidak diinginkan.”
Jujur saja aku merasa senang pacarku kini lebih alim dari biasanya, apalagi setiap ku ajak main ke rumah, pacarku selalu bertanya tentang kedua orang tuaku, dia berkata kalau mau ke rumah jika ada orang tuaku saja, lama kelamaan aku curiga dengan dirinya, “apa jangan jangan dia udah ga cinta lagi??”
Aku pun tanyakan pada dirinya dan pacarku berkata kalau dirinya masih sayang dan cinta dengan diriku, hanya tidak mau lagi berbuat nakal, “Kita udah dewasa, harus serius menjalani hubungan ini, masa kamu mau berbuat mesum terus?”
“Maaf deh sayang, aku pikir kamu udah ga cinta lagi, maaf ya sayang udah bikin kamu tersinggung.”
Akhirnya kami pun pelukan, dan ya.. Hanya sebatas itu saja, tidak ada hal lebih lagi, sekalipun aku pernah iseng mengusap kemaluannya namun tidak ada respon dari pacarku, Ya sudah lah aku juga tidak masalah, selama dia masih sayang dan cinta padaku, apalagi dia berkata kalau ingin segera menikah dan menjalani hubungan yang lebih serius denganku.
Hingga tibalah suatu hari saat aku pulang bekerja, harusnya hari ini adalah jadwal rutin lembur namun aku izin karena merasa tidak enak badan, untungnya atasanku mengizinkan dan aku pun langsung pulang ke rumah.
Sesampainya disana aku melihat motor pacarku terparkir, “Uuhh pantesan ya dari tadi susah dihubungi ternyata mau kasih surprise datang duluan ke rumah, kerjain balik ah.”
Lalu dengan iseng aku pergi mengendap endap ke pintu belakang, bahkan saat melewati jendela aku sengaja merangkak supaya tidak terlihat oleh orang rumah, tibalah di belakang rumah, dengan hati hati ku buka pintu ini dan jinjit pergi ke dalam sambil mencari keberadaan pacarku, ruang keluarga, ruang tamu, bahkan kamarku, tidak ku temukan keberadaan siapapun sama sekali, “Koq sepi banget, pada kemana sih orang orang?? Masa cuma titip motor doang? Eh atau jangan jangan lagi tidur di kamar tamu, aku kagetin ah hihihi.” Sambil mengendap endap aku berjalan perlahan ke kamar tamu namun saat mendekati kamar orang tuaku, ku dengar suara yang sangat ku kenal, walaupun pelan namun terdengar sangat jelas; plokk.. plokk.. plokk..
“Duh mama sama papa ngapain main sekarang sih, nanti kalau ketauan pacarku gimana.” karena panik dan takut pacarku mendengar, aku pun berlari kecil menuju kamar tamu namun sesampainya disana, aku tetap tidak menemukan siapapun, “Ih koq aneh, ga ada dimana pun, ah beneran nih cuma nitip motor doang.” Aku pun cemberut dan pergi keluar kamar.
Namun ketika aku kembali melewati kamar orang tuaku, tiba tiba pikiran iseng pun datang, “Kira kira mama sama papa kalau gituan kaya gimana ya hihihi jadi penasaran.”
Sedikit cerita, rumahku ini terbilang jadul, bahkan gagang pintu saja jadul dengan lubang kunci besar yang bisa digunakan untuk mengintip, seluruh pintu di rumah ini seperti ini termasuk kamar mandi utama dan kamar mandi tamu dan tidak diberikan kunci sehingga semua orang bisa mengintip ke dalam, sudah ku sarankan orang tuaku untuk diganti dengan yang lebih modern supaya lebih aman namun orang tuaku melarang, entah kenapa aku pun tidak tahu padahal aku sudah mengatakan kalau biayanya aku yang tanggung. Aku tentu tidak masalah karena jarang sekali ada tamu datang ke rumah dan hanya keluarga kandung saja yang tinggal di rumah ini.
Singkat cerita aku sudah berlutut dan mempersiapkan diri untuk mengintip ke kamar orang tuaku untuk pertama kalinya, “maaf ya ma, sekali kali ngintip ga apa apa kali hihihi.” Setelah berkata dalam hati ku dekati lubang kunci itu dan langsung melotot melihat apa yang terjadi di dalam sana.
Ibuku yang sudah telanjang bulat sedang menungging dengan seseorang bertubuh kekar menggenjot dari belakang, tidak ku sangka ternyata toket ibu sangat besar dan menggantung dengan indahnya, tangan kekar dan kecoklatan itu pun meremas kedua toket jumbo ibu dari belakang, terlihat ekspresi ibu yang mendesah keenakan, matanya pun sampai merem melek menikmati genjotan dan remasan orang tersebut, tentu saja aku sangat mengenal laki laki yang berada di belakang tubuh ibuku, pacarku dengan perlahan menggenjot ibu dari belakang.
Seketika aku langsung merasa tegang, emosi, dan marah melihat pacarku selingkuh dengan ibuku sendiri, namun entah kenapa mata ini tidak bisa berpaling, seolah menikmati sesuatu yang terjadi di hadapanku, dalam hati ini, ingin sekali ku buka pintu ini dan memukul pacarku lalu mengusirnya pergi dan tidak boleh kembali, namun entah kenapa tubuh ini terdiam bahkan merasa ingin sekali supaya pacarku terus menggenjot ibu.
Tanganku pun bergerak dengan sendirinya, tiba tiba meremas toketku sendiri yang masih mengenakan kemeja dan bh, meski tidak terlalu terasa namun rasanya sudah lebih dari cukup, aku sedikit menjauh dari gagang pintu dan sejenak menikmati remasan kedua tanganku sendiri, entah kenapa rasa kesal dan marah itu malah menyatu dengan birahi yang semakin menguasai diriku, aku yang sudah sadar pun melepaskan kancing kemeja ku satu persatu dan menaikan bh itu lalu kembali mengintip dengan terus meremas toket dan memainkan putingnya.
Rasanya sangat enak menikmati perselingkuhan pacar sendiri dengan ibu sendiri sambil memainkan kedua toketku yang berukuran 40DD, namun entah kenapa aku merasa tidak puas, maka kumasukan tanganku yang satu ke dalam celanaku dan ku kocok memekku dari dalam sambil terus mengintip ke dalam, menikmati ibuku yang masih mendesah keenakan.
“Ah sial kenapa gw ga puas, padahal biasanya kalau colmek di kamar selalu crot, oh mungkin karena ga bebas, lepas aja lah, toh sekarang mereka aja bugil.” kemudian kuturunkan celana dan dalamannya kemudian kembali mengintip sambil colmek dan meremas toketku, “sshh aahh.. Koq ga puas puas sih..” Setelah kesal dengan colmek lebih kuat tapi tidak puas, entah kenapa tiba tiba aku berpikir untuk merapikan kembali pakaianku dengan mengancingi kemejaku dan menaikan kembali celana dan dalamannya.
“Masa sih kaya gini?” Tanyaku dalam hati pada diri sendiri sambil melihat seluruh tubuhku yang kini kembali rapi dengan pakaian kerjaku, ku coba meremas toketku, tidak terlalu terasa karena terhalang BH ku yang berukuran tipis, ku pejamkan mata dan tetap saja tidak terlalu terasa, bahkan rasanya tidak lebih enak dari pada diremas langsung, kemudian kubuka mata ini dan kembali mengintip sambil terus meremas toketku yang terhalang kemeja dan BH.
“Emhh eemmhh.. Kenapa ini.. Koq rasanya enak banget.. Padahal ga terlalu kerasa..” nafasku pun semakin berat seiring meremas toket sendiri, lalu ku coba mengusap memekku yang kini terhalang celana kainku dan celana dalamku, “aahh koq makin enaak gini sih, oohh padahal aku lagi liat cowoku selingkuh, harusnya aku marah bukannya suka.”
Entah kenapa aku tiba tiba kepikiran untuk memakai pembalut, “Koq aku malah kepikiran gitu ya?? Kan makin ga kerasa kalau pake pembalut gitu? Apalagi pembalut ku tebel tebel semua.” Namun semakin menolak, aku malah semakin penasaran bagaimana rasanya, karena masih ingin mengintip aku pun berlari kecil ke kamarku dan memasang pembalut pada celana dalamku.
Sekedar cerita, kamarku berada ditengah tengah antara kamar adikku dan kamar orang tuaku, dan karena rumah kamu jadul, temboknya pun tidak tebal seperti tembok rumah pada umumnya sehingga suara dari dalam kamar orang tuaku bisa terdengar dari kamarku, begitu juga kamar adikku dan saat ini samar samar ku dengar suara hentakan yang kian cepat dan keras, aku pun membayangkan kalau sekarang pacarku sedang menggenjot ibu sekuat tenaganya, aku langsung ingat saat pacarku menggenjot memekku sekuat tenaganya, “Uuhh pasti rasanya enak banget.” Ucapku sambil mendengarkan suara itu dan mengusap bagian tengah celanaku, entah kenapa rasanya sangat enak padahal tidak terasa.
Aku pun kembali teringat kalau tujuanku kemari untuk memakai pembalut, “Masa sih colmek pake gituan? Ya ga kan kerasa lah, aneh aneh aja!” Namun meski begitu aku tetap melakukannya, kulepaskan celana dan dalamannya lalu memasang pembalut tebal dan langsung memakainya, lalu saat aku akan mengenakan kembali celana kainku, entah kenapa aku berpikir untuk menambah celana dalam lagi, “Emmhh masa sih ditambah lagi?? Bukannya makin ga kerasa” Kemudian memakai 3 celana dalam lagi dan mengganti celanaku dengan jeans tebal, setelah itu kucoba mengusap bagian tengahnya, “Uuhh gila ga kerasa.” namun tangan ini terus mengusap sambil menikmati suara hentakan yang semakin jelas terdengar dan suara desahan ibu yang terdengar sangat menikmati, entah kenapa aku malah menyukainya.
Karena merasa nanggung aku pun putuskan untuk kembali mengintip ke depan kamar orang tuaku, namun tiba tiba aku berpikir, “Emmh… ganti bh nya kali ya.” kemudian kulepaskan kemeja kerja, niatku adalah mengganti bh ini dengan bh yang lebih tipis dan bertekstur supaya saat diremas semakin terasa di putingku namun saat memilih aku tidak sengaja mengambil BH tebal dan polos berikut dengan plastik berisi beberapa pad BH berbagai ukuran, “ih masa sih pake ginian? Kan tebel banget, ga kan kerasa lah, aneh aneh aja pikiran gw.”
Namun semakin menolak, tubuhku malah semakin penasaran dan bukannya mengganti BH yang kukenakan, aku malah memakai BH tebal itu, melapisi BH yang sudah kupakai sehingga kini aku memakai 2 bh sekaligus, tidak hanya sampai disitu, bahkan aku menambahkan 3 pad sekaligus dan berukuran tebal dan lebar, setelah memakai kaos aku pergi bercermin di kaca panjang yang ada di kamarku, “Ih masa sih colmek pake pakaian serba tebel gini??” aku pun iseng memilin bagian tengah toketku, jelas saja tidak ada rasa sama sekali, “Tuh kan, mana kerasa coba, gimana caranya bisa puas.” aku pun berkata pada diri sendiri sambil berputar memperhatikan tubuhku sendiri.
“Ah bodo amat lah, ga ngerti sama diri sendiri, mending ngintip aja dari pada udahan.” Dan saat akan keluar kamar, tiba tiba mataku tertuju pada sweater tebal yang sering kupakai saat malam hari dan masih tergantung di belakang pintu, “Ih apaan sih, koq sweater kotor ini masih digantung disini.” Aku pun mengambilnya dan membawanya keluar kamar, niatku adalah untuk membawanya ke kamar mandi untuk nanti dicuci, namun saat melewati pintu kamar orang tuaku, tiba tiba aku mendengar suara hentakan yang semakin kuat disertai dengan desahan ibu dan pacarku yang saling bersahut sahutan.
Seharusnya aku marah.
Seharusnya aku kesal.
Seharusnya ku dobrak dan kupukul lalu kuusir pacarku.
Namun entah kenapa aku malah semakin terangsang membayangkan apa yang terjadi di dalam, “emmhh taruh dimana ya sweaternya?? Ah udah pake aja lah.” aku pun mengenakan sweaterku dan langsung berlutut di depan gagang pintu kamar orang tuaku, ku intip melalui lubang kunci apa yang terjadi di dalam, ternyata ibuku sedang rebahan di atas kasur dan pacarku menggenjotnya dari atas sambil menaikan kedua kaki ibu, dengan posisi missionary seperti ini terlihat jelas pantat kehitaman milik pacarku, disertai kontol besar dan panjang yang dulu mengobok obok memekku keluar masuk liang tempat kelahiranku.
Langsung saja ku remas toketku dan menggesek bagian tengah celana ini, anehnya aku malah mendesah seolah keenakan, “Hahh.. hahh.. Terus sayang, genjot memek ibuku.” sambil meremas toket dan mengusap memekku dari luar pakaian ini, sekuat tenagaku, sekencang mungkin.
Aku pun semakin frustasi, ingin sekali merasakan nikmat seperi apa yang dirasakan ibuku saat ini, “Uuhh ga tahaan.” Ku angkat sweater itu beserta dengan baju ini, kemudian kumasukan kedua tanganku ke dalam bh dan meremas toket jumboku sambil memainkan putingnya, terasa sangat enak, terasa nikmat, aku pun memejamkan mataku, menengadah sambil mendengar desahan ibu yang semakin kuat. Salah satu tanganku kemudian melepaskan kaitan celanaku sekaligus resletingnya lalu merogoh celana dalamku dan mengocok memekku sangat kuat, “Oohh nikmaat aahh..”
Lalu ku buka mata dan mengintip ke dalam kamar dimana ibu masih digenjot sangat kuat oleh pacarku, calon suamiku, sampai dari memek beliau berhamburan cairan yang keluar dari memeknya, mendadak pikiranku berpikir untuk kembali merapikan pakaiannya sementara tubuhku ingin merasakan remasan dan kocokan ini, “emmhh ga maauu..” aku berusaha melawan pikiranku, namun semakin lama ngocok dan meremas, lambat laun aku malah semakin merasa bersalah meski rasanya sangat enak, lalu dengan berat hati, perlahan kulepaskan tangan dari toketku dan ku keluarkan kembali dari celana dalamku dan kembali merapikan pakaianku.
Dengan berat hati kuremas kembali toket dari luar kaosku dan kugesek bagian tengah celana ini sekuat mungkin namun rasanya benar benar hampa dan nanggung, bukannya kembali memasukan tanganku, remasan dan kocokan ini malah berubah menjadi usapan melingkar di bagian tengah kedua gunung kembarku.
Dari balik celana dalam ini, di belakang pembalut ini, memekku benar benar banjir, sangat gatal, ingin sekali merasakan kocokan langsung dari jari tanganku, namun, semakin ku tolak dan semakin mengusap bagian tengah toketku, aku malah semakin menikmatinya sekalipun rasanya hampa dan tanggung.
Aku pun kembali mengintip ke dalam kamar ibu, ku lihat pacarku sedang rebahan dan ibu menungging di sebelahnya sambil nyepong kontol panjang, besar, dan berurat pacarku, “Uuhh pasti nikmati banget kontolnya.” Saat ibu menjilat batang perkasa itu ku buka mulut ini dan menjilat gagang pintu ini, sementara di dalam kamar ibu menikmati kontol pacarku, tepat di depan pintu aku malah mengulum gagang pintu dan entah kenapa aku malah menyukainya padahal saat ini aku merendahkan diriku sendiri.
Setelah puas melayani gagang pintu ini, aku kembali mengintip dimana ibu sedang WOT pacarku, desahan mereka terdengar beriringan, pikiran aneh ini pun kembali menguasai diriku dan kini menyuruhku untuk kembali ke kamarku.
Aku pun sudah tidak mau melawan dan pasrah mengikuti pikiran anehku sendiri, aku kembali ke dalam kamar, merebahkan diriku, sambil menikmati suara hentakan dan desahan keduanya, kupejamkan mata membayangkan apa yang sedang terjadi sambil mengusap toket dan sesekali memekku dengan 1 jari diluar pakaian ini, sangat pelan, sangat lembut, tidak ada yang terasa, dan hanya membuatku semakin frustasi. Ingin sekali kulepaskan seluruh pakaian ini dan masturbasi, melampiaskan birahi yang sangat menguasai, namun aku lebih memilih cara seperti ini, biarlah di kamar sana ibu dan pacarku mengejar nafsu birahi masing masing, sementara di kamar ini aku hanya mendengarkan, membayangkan, dan frustasi.