Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter dan peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh dan peristiwa nyata dan lahir dari fantasi belaka. Kemiripan akan nama dan perilaku ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan saja. Penulis tidak menganjurkan dan/atau mendukung aktivitas seperti yang diceritakan. Kalau anda mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan khayalan silahkan hubungi dokter dan jangan membaca cerita ini lagi sebelum sembuh.
Cerita ini diadaptasi dari cerita Ranjang Yang Ternoda oleh Pujangga Binal dan Friends.
Stella Wijaya berusia 30 tahun, Dina Kania berusia 28 tahun dan Indriani Suseno berusia 26 tahun adalah tiga kakak beradik yang telah yatim piatu dan telah berkeluarga. Ketiganya mengalami berbagai cobaan dari tiga pria tua keji yang ingin menikmati tubuh indah mereka dan memisahkan mereka dari suaminya masing-masing, Stella berhadapan dengan Pak Kuncoro tetangganya, Dina berhadapan dengan Michael atasan suaminya, Indri berhadapan dengan Adam mertuanya.
Bagaimana nasib ketiganya setelah jatuh ke pelukan ke tiga pria tua keji itu? yuk simak ceritanya!
Cerita Sex The Wedding Red Stain – Indriani Suseno menginap semalam dirumah sang kakak Stella Wijaya, Indriani meski sudah menikah sering menginap jika sang suami tugas ke luar kota, sejak pertama bertemu dengan Pak Kuncoro Indriani emang tidak terlalu suka dengan Pak Kuncoro yang menurutnya sangat mesum, pertama kali berjumpa dan berkenalan dengan Indriani sudah mencoba mengelus tangan Indriani Suseno ketika bersalaman untuk pertama kali.
“Pria tua bejat gak tau diri!” marah Indriani ketika Pak Kuncoro telah meninggalkan gerbang rumah Stella milik sang kakak.
“Hei.. jangan ngawur, ngatain orang kok semaunya.. keras-keras lagi, gimana kalau orangnya dengar?” bentak Stella Wijaya kepada adiknya Indriani Suseno sambil melotot.
“Habis dia gak tau diri sih kak, waktu kak Stella membungkuk untuk mengambil mainan Kylie yang jatuh, matanya terbelalak dan jelalatan mengintip belahan buah dada kak Stella..” ucap Indriani terdiam sesaat, “jangan-jangan dia mau tidur dengan kak Stella..” lanjutnya.
Kemudian kedua kakak beradik itu tertawa bersama, Stella tidak ingin membela Pak Kuncoro tetangganya, tetapi berjanji untuk lebih hati-hati jika pria tua tetangganya itu datang berkunjung, begitu pun dengan Indriani tidak menyalahkan sang kakak, karena menurutnya sudah sangat wajar jika banyak pria yang memiliki impian untuk tidur dengan Stella seperti Pak Kuncoro tetangga kakaknya itu.
Semua pria normal pasti memiliki keinginan untuk tidur dengan Stella, kakaknya itu cantik seperti bidadari dengan tinggi 165cm, tubuh seksi, buah dada ranum, padat dan berisi yang pasti menggiurkan bagi pria yang memandang, berperilaku ramah dan lembut dengan rambut hitam lebat sebahu maka sempurnalah seorang wanita yang bernama Stella Wijaya tersebut di mata para pria.
Tubuh yang molek dan indah ditambah dengan kulit putih, bersih dan mulus yang ditunjang dengan kedua buah dada yang besar, kenyal dan padat menjadikan Stella kakaknya itu layak menyandang predikat bidadari turun ke bumi.
Seperti sang kakak, Indriani Suseno tidak kalah cantik, dia juga berpostur tubuh 162cm, tubuh yang tidak kalah seksi, bahkan kedua buah dada Indriani berukuran 36 dibandingkan dengan kedua kakaknya yang berukuran 34C, dulu ketika mereka belum menikah dan masih tinggal bersama tidak sedikit pria dekat rumah mereka berkumpul depan rumah mereka.
Pak Kuncoro dan istri adalah tetangga kakaknya Stella Wijaya yang baik hati, sangat ramah dan sering membantu tetangga walaupun mereka hidup hanya pas-pasan.
Pak dan Bu Kuncoro adalah tetangga dekat keluarga Stella Wijaya, sejak pertama kali tinggal di lingkungan itu Pak dan Bu Kuncoro banyak membantu keluarga Stella, bahkan ketika Stella dan suami sedang sibuk maka Pak dan Bu Kuncoro yang membantu menjaga Kylie putri kecil Stella dan suami yang masih berusia 4 tahun.
**Dina Kania**
Dina Kania adik dari Stella Wijaya dan juga kakak dari Indriani Suseno telah menikah dengan Hasan Julianto seorang keturunan Chinese dan telah memiliki seorang putra berusia 2,5 tahun. Dina tampak sedang resah menghitung tagihan bulanan yang bertebaran di atas mejanya, tangannya menggaruk kepalanya walaupun sebenarnya tidak terasa gatal.
Wanita cantik yang masih terlihat seperti remaja berusia belasan tahun itu bolak-balik memperhatikan tagihan listrik, air dan telepon, ditambah dengan cicilan motor, mobil, rumah dan juga cicilan kredit biaya pengobatan mertuanya, angka yang cukup besar untuk Dina membuat stress wanita cantik itu.
Menghela nafas panjang dan mengendurkan otot tubuh yang tegang sejak beberapa saat lalu, Dina bersyukur uang yang terkumpul cukup untuk membayar semua biaya yang harus dikeluarkan tersebut, kalau mengesampingkan keadaan finansial keluarganya maka hidup Dina sangat sempurna, memiliki seorang suami yang amat dicintai dan mencintai dirinya.
Hasan Julianto memiliki gaji yang cukup besar untuk menghidupi Dina dan putranya yang masih kecil, Dina mampu membeli segala yang diinginkan sayangnya mereka tidak memiliki tabungan di bank seandainya memerlukan pengeluaran yang mendadak.
Wanita cantik yang berusia 28 tahun itu segera membuka amplop uang bulanan yang diberikan oleh suaminya, dia segera menghitung jumlahnya, Dina tampak kaget setelah mengetahui jumlah yang diberikan oleh Hasan jumlahnya sengat kecil.
Tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan keluarganya, dia pun tidak minta uang bulanan belasan juta asal cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan keluarganya saja sudah bersyukur.
Dina segera mengambil HP untuk menghubungi Hasan suaminya akan tetapi no HP suaminya tidak aktif, lalu mencoba menghubungi no kantor dan menurut Linda sekretaris suaminya, Hasan telah meninggalkan kantor. Tanpa sepengetahuan Dina, Hasan memiliki penghasilan lain yang tidak halal, sudah bertahun-tahun Hasan membohongi Dina.
Hasan memiliki kebiasaan judi bahkan saat ini Hasan sedang berada di arena perjudian dan saat ini Hasan harus menelan pil pahit karena kalah dalam jumlah yang tidak kecil. Saat Hasan pulang dan membaringkan tubuhnya di ranjang Dina segera bertanya perihal jumlah uang bulanan yang sangat kecil untuk bulan ini, tetapi Hasan hanya tersenyum dan Dina terbuai oleh senyuman suaminya.
“Ssttt.. anak kita belum tidur, jangan berisik..” ujar Dina pada saat Hasan tiba-tiba menggerayangi tubuhnya.
“Masa aku tidak boleh ngentot dengan istriku sendiri..” ucap Hasan.
“Hasan Julianto..!! Kok bahasanya jorok dan vulgar gitu..” ucap Dina.
“Hhmmm.. kalau tahu aku dulu akan menikahi perempuan lugu, aku pasti protes pada almarhum Bapak dan Ibumu..” canda Hasan.
“Apa maksudmu..” balasku ketus.
“Mereka membesarkan seorang anak perempuan yang cantik jelita namun sangat naif” ujarnya kemudian.
“Tidak lucu.. aku bukan perempuan lugu.” ucap Dina.
Hasan mengamati istrinya – rambutnya yang panjang hitam hingga punggung, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, pipinya halus mulus tanpa bercak ataupun jerawat, kulitnya putih mulus, buah dadanya masih membusung kencang dan tidak melorot, pinggang langsing, pinggul sempurna di atas pantat yang bulat merangsang dan kaki jenjang yang sangat menawan.
Hasan mengagumi keindahan istrinya yang hampir sempurna. Tangan-tangannya mulai menjelajahi perut Dina. Masih seperti perut seorang gadis remaja, walaupun kenyataannya Dina sudah melahirkan seorang anak.
“Baiklah, kalau begitu wanita konservatif.” Ucap Hasan.
“Maksudnya?” Dina mulai gusar.
Hasan menyesal memulai percakapan ini. Dina sangat lugu dan naif dalam hal bercinta dan berpenampilan. Pakaian yang dikenakan istrinya selalu sopan dan tidak pernah menonjolkan kemolekan tubuhnya. Dina juga bukan seorang petualang di ranjang. Dia pemain seks yang konservatif dan monoton.
Berciuman, saling menggesek dan bercinta dengan posisi missionary. Selalu begitu. Sekali dua kali, Hasan bisa melakukan doggie style, tapi istri Hasan itu tidak pernah mengijinkan sang suami menyentuh anusnya dalam kondisi apapun. Walaupun Dina pernah mengatakan kalau doggie style itu juga merendahkan diri sama seperti binatang, namun dalam kondisi ‘panas’ Dina biasanya menyerah pada keinginan suaminya.
Di awal pernikahan mereka, Hasan pernah mencoba melakukan oral seks pada organ memek Dina, tapi istrinya itu langsung menjerit dan melonjak-lonjak marah. Dia langsung menghardik Hasan dan mengatakan kalau kemaluan mereka kotor. Dina tidak pernah mengerti kenapa Hasan ingin menjilati bibir memeknya yang merupakan sumber penyakit.
Sebaliknya pun begitu. Suatu ketika sesaat setelah Hasan meminta Dina mengulum kontolnya, istrinya itu langsung mengunci diri di dalam kamar mandi dan tidak mau keluar selama dua jam. Sejak itu Hasan tidak pernah meminta posisi yang aneh-aneh lagi.
“Jadi? Ayo katakan saja! Kenapa aku ini wanita konservatif? Apa karena aku ini bukan wanita murahan? Bukan pelacur?” Ujar Dina tampak gusar.
“Sudahlah. Lupakan saja.” Ucap Hasan.
“Tidak mau. Kamu yang memulai percakapan ini, jadi aku ingin mendengar lanjutannya.” Balas Dina.
“Yah, kamu kan memang tidak ingin mencoba hal-hal baru saat bercinta denganku?” Ucap Hasan sekenanya.
“Selama ini aku melakukan apa yang menjadi tugasku. Aku seorang istri yang baik, setia, penurut dan telah memberimu seorang anak!” kata Dina penuh emosi.
“Maafkan aku, sayang. Kamu benar.” Hasan mengalah.
Dia berusaha mengembalikan mood sang istri yang nampaknya mulai naik pitam, tangan Hasan meremas buah dada istrinya.
“Aku sedang tidak ingin melakukannya.” kata Dina sambil melepaskan tangan Hasan yang meremas buah dadanya.
Dina mematikan lampu dan menarik selimut. Hasan memahami nada suara istrinya yang tinggi dan memiringkan badan untuk mengecup bibir Dina. Setelah menerima ciuman bibir Hasan, Dina membalikkan badan dan memunggunginya. Si cantik itu segera terlelap.
Hasan bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Entah kenapa, setelah hampir 4 tahun menikah dan hapal dengan sifat-sifat Dina, dia dengan tololnya memutuskan untuk membicarakan hal yang menyinggung perasaan istrinya. ‘_Dasar sial_’ batin Hasan. Suami Dina itu terpaksa coli di kamar mandi untuk melepas hasrat birahinya malam itu.
**Stella Wijaya**
Pak Kuncoro yang pensiunan PNS bertubuh gemuk, dengan kulit hitam kecoklatan terbakar matahari dan berusia enam puluh dua tahun. Wajahnya sudah dipenuhi keriput, berkumis tebal, matanya kemerahan dan rambutnya yang ikal mulai membotak. Wajahnya bukan wajah seorang pria tua yang simpatik, bahkan cenderung buruk rupa.
Walaupun bukan orang berada dan hidup serba kekurangan, Pak Kuncoro dikenal lumayan akrab dengan penghuni sekitar sehingga sering dimintai bantuan dan punya banyak kawan di kampungnya. Tapi di balik penampilannya pada Stella sekeluarga, Pak Kuncoro sebetulnya adalah seorang preman yang sering judi, jajan PSK, mabuk-mabukan dengan anak-anak muda dan berkelahi dengan orang yang tidak disukainya.
Satu lagi kejelekan Pak Kuncoro, orang ini sangat mesum. Pak Kuncoro dan istrinya hampir tiap hari berkunjung ke rumah keluarga Rendra dan Stella. Biasanya Bu Kuncoro akan merawat Kylie yang masih berusia 4 tahun setiap kali Rendra dan Stella pergi bekerja. Pak Kuncoro dan istrinya memang suka dengan anak kecil apalagi yang selucu dan secantik Kylie, tapi Pak Kuncoro lebih suka dengan ibunya yang luar biasa manis dan seksi.
Stella yang masih muda dan jelita adalah wanita impian Pak Kuncoro. Sejak pindah ke komplek ini, Pak Kuncoro tak pernah melewatkan kesempatan mengamati ibu muda yang segar itu. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang seksi, baunya yang harum, kakinya yang jenjang, kulitnya yang putih mulus, rambutnya hitamnya yang panjang, buah dadanya yang padat dan membusung, pantatnya yang bulat, semuanya Pak Kuncoro suka.
Sejak Bu Kuncoro dipercaya dan sering dipanggil sebagai ‘babysitter’ keluarga Rendra, Pak Kuncoro bisa memuaskan dahaga nafsunya dengan mencuri-curi pandang ke arah semua titik lekuk keindahan tubuh Stella.
‘_Si Stella memang benar-benar bikin ngiler.. coba lihat aja bibirnya.. pokoke maknyuuuss. Kalo dipake buat nyepong, baru nempel aja paling aku udah keluar_.’ Kata Pak Bejo dalam hati.
Hari ini dia lebih beruntung lagi, karena tadi pagi sempat mencuri celana dalam Stella yang belum dicuci. Dia sempat mencium bau harum belahan selangkangan Stella dari celana dalam bekas pakainya itu.
Setelah istrinya tidur, malam ini Pak Kuncoro beringsut ke kamar mandi dengan sembunyi-sembunyi sambil membawa celana dalam hasil curian milik sicantik Stella. Buat apa lagi kalau bukan buat coli.
Ia segera bermasturbasi dengan membayangkan wajah Stella dan mimpi bercinta dengan istri Rendra itu dari segala macam posisi. Pak Kuncoro merem melek dan mendengus-dengus penuh nafsu.
‘_Wah, kalau cuma begini terus, bisa rusak kontol ini aku betot. Gimana yah caranya bisa ngentotin si Stella yang aduhai itu? Aku musti cari cara buat bisa masukin kontol ini ke memeknya!_’ pikir Pak Kuncoro.
Setelah orgasme dan melepaskan cairan spermanya ke lantai kamar mandi, Pak Kuncoro kembali ke teras dan kongkow-kongkow. Dia masih mengatur strategi untuk melaksanakan pikiran kotornya. Tiba-tiba teringatlah Pak Kuncoro pada adik Stella yang juga sangat cantik dan seksi yang bernama Indriani.
‘_Si molek itu kayaknya curiga sama aku. Suatu saat nanti aku harus memberi dia pelajaran di tempat tidur!_’ kata Pak Kuncoro dalam hati. ‘_Yang mana dulu yah enaknya? Stella atau Indriani yang sebaiknya aku entotin duluan? Wah wah, satu keluarga kok semlohay semua. Belum lagi adiknya yang paling satu lagi, siapa itu namanya.. Dina Kania? Wah.. teteknya oke banget.. acchhh Stella, Dina atau Indriani?_’ ucap Pak Kuncoro dalam hati dan membayangkan kemolekan tubuh ketiga kakak beradik tersebut.
Pak Kuncoro lantas membuka folder-folder gambar di dalam HPnya. Di dalamnya terdapat tiga foto yang sangat dia sukai. Semuanya seronok dan diambil tanpa sepengetahuan sang target. Gambar belahan dada Stella idaman Pak Kuncoro itu saat membungkuk, gambar Dina saat mengenakan kaos ketat yang memperlihatkan kemolekan buah dadanya, dan gambar paha mulus Indriani.
Dina sudah menikah dan tinggal tidak jauh dari rumah Stella, berbeda komplek tapi masih dalam satu wilayah. Bersama suaminya, Hasan, Dina memiliki seorang anak yang sekarang masih balita. Sedangkan Indriani adalah penganten baru yang tinggal di sebuah rumah agak jauh di pinggiran kota.
Karena sering tugas keluar kota, maka Indra suami Indriani sering menitipkan istrinya ke rumah Stella. Kedua orang tua kakak beradik Stella, Dina, dan Indriani sudah meninggal dunia karena kecelakaan beberapa tahun sebelum Stella menikah. Sambil menikmati gambar ketiga kakak beradik yang seksi itu, Pak Kuncoro terus melamun hingga larut malam sambil menggaruk-garuk selangkangannya yang makin gatal.
Stella sudah bekerja keras sepanjang hari Minggu ini dan dia kelelahan. Ibu rumah tangga muda yang cantik itu sudah mencuci baju, memasak, membersihkan rumah, memandikan Kylie dan menidurkannya. Apalagi hari ini Stella harus melayani kunjungan ibu mertuanya yang baru pulang sore hari sementara Bu Kuncoro sedang mengunjungi relasi sehingga tidak bisa datang. Akhirnya Stella bisa beristirahat dengan tenang malam itu.
Setelah mandi dengan shower, keramas dan mengenakan piyama, Stella merebahkan diri di tempat tidur. Sayangnya, Rendra punya pikiran lain dan mulai bergerak mendekati istrinya yang tidur membelakanginya. Rendra memeluk Stella dari belakang, menepikan rambut dan menciumi lehernya yang putih.
“Jangan sekarang ah, Mas.. aku capek banget..” kata Stella manja.
Rendra tidak menjawab. Suami Stella itu terus menciumi lehernya dan meletakkan tangannya di buah dada kiri Stella. Rendra meremas buah dada kiri Stella perlahan dan menjilati daun telinganya, sementara tubuhnya kian mendekat dan akhirnya Rendra menempelkan alat vitalnya di belahan pantat Stella yang montok.
“Mas..” Stella menggeliat dan mencoba mendorong suaminya menjauh.
Tidak enak juga rasanya menolak melayani suami seperti ini, karena biar bagaimanapun Stella sangat mencintai Rendra dan ingin melayaninya sampai puas. Sayangnya, Rendra sering memilih waktu yang tidak tepat saat meminta jatah.
“Ayolah, sayang.. aku pengen nih..” kata Rendra sambil mencopoti kancing baju piyama yag dikenakan Stella.
Tapi karena Hendra terus merangsang buah dadanya, maka birahinya mulai menjalari tubuhnya.
“Aku capek.. Mas. Aku mau melayani tapi hanya satu ronde.. gimana?” Jawab Stella mulai terbakar birahi akhirnya mengalah.
Akan lebih baik kalau dia menyerah dan pasrah pada kemauan sang suami, Stella berhenti menolak dan mulai rileks saat Rendra selesai melepaskan semua kancing baju piyama yang dikenakannya. Melihat Stella telanjang dari pinggang ke atas, Rendra segera menyerang kedua buah dada Stella yang ranum dan indah.
Rendra memijat buah dada Stella dengan kedua belah telapak tangannya. Suami Stella itu lalu mengelus-elus buah dada Stella dan menciumi sisi-sisinya. Rendra hanya sekilas mencium puting Stella (tidak cukup lama untuk membuatnya mengeras), lalu bangkit dan berlutut.
Ia meraih bagian atas celana piyama yang dipakai Stella dan mencoba menariknya. Stella dengan desahan panjang mengangkat pantatnya ke atas supaya celananya mudah ditarik kebawah. Rendra melucuti celana panjang piyama Stella dan melakukan hal serupa dengan celana dalam istrinya. Kini Stella sudah telanjang bulat di depan suaminya.
“Seksi banget, sayang. Sudah lebih dari lima tahun kita menikah, tapi bentuk tubuhmu masih jauh lebih indah dari gadis manapun. Masih seksi, masih mulus dan hhmmm.. tidak, aku salah. Tubuhmu jauh lebih seksi, lebih mulus dan lebih aduhai dari siapapun.” Kata Rendra memuji keindahan tubuh istrinya.
Stella tersenyum, paling tidak dia masih mendapatkan pujian dari suaminya.
“Ini semua milikmu dan hanya untuk kamu, Mas.” Kata Stella mesra.
Rendra ambruk di atas tubuh Stella dan istrinya itu otomatis merenggangkan kakinya yang jenjang. Stella mengaitkan kakinya diantara pinggang Rendra dan menjepitnya lembut. Beberapa saat kemudian, Stella merasakan ujung kontol Rendra mulai menyentuh bibir memek Stella. Wanita cantik itu menarik nafas panjang.
Rendra mungkin bukan orang paling romantis di dunia, tapi kontolnya lumayan besar, dan itu biasanya mampu mengagetkan dan memuaskan Stella. Wanita cantik itu menahan nafas sementara Rendra melesakkan kontolnya ke dalam memek istrinya dengan sangat perlahan. Setelah seluruh batang kontol Rendra masuk ke dalam mulut rahimnya, Stella melepas nafas.
Rendra mulai menyetubuhi Stella dengan gerakan pelan dan lembut. Gerakan Rendra yang ajeg dibarengi dengan erangan dan lenguhan kenikmatan. Stella merintih pelan dan manja, untuk memberikan kesan dia menikmati permainan cinta yang diberikan suaminya. Padahal dalam hati Stella sama sekali tidak puas.
Sebenarnya permainan Rendra tidaklah terlampau buruk, tidak pula singkat, kadang Stella juga terpuaskan perlahan-lahan, tapi permainan Rendra tidak mampu melejitkan Stella ke puncak kepuasan yang optimal. Stella mencoba mengimbangi gerakan memilin suaminya dengan gerakan pinggulnya, mencoba menyamakan ritme dengan gerakan mendorong yang dilakukan Rendra, tapi lagi-lagi Stella harus berpura-pura karena tak berapa lama kemudian Rendra sudah orgasme.
Stella tersenyum dan mencium suaminya lembut. Rendra menyentakkan kontolnya dalam memek Stella untuk kali terakhir sementara air maninya membanjiri liang kemaluan sang istri. Setelah semuanya usai, Rendra bergulir dari atas tubuh Stella dan memejamkan matanya penuh kepuasan. Stella bangkit dari ranjang, membersihkan diri sebentar dan kembali ke tempat tidur sambil memeluk suaminya yang sudah tertidur lelap penuh rasa cinta.
Sementara itu, di luar sepengetahuan Stella dan Rendra, sesosok tubuh gemuk berhenti merekam adegan persetubuhan mereka. Sosok itu sedari tadi bersembunyi di luar jendela kamar Stella. Entah bagaimana, sosok itu bisa menemukan celah di antara tirai, mengintip ke dalam kamar lalu merekam adegan seks mereka dengan kamera HP.
Sosok itu melangkah puas sambil terkekeh-kekeh pulang ke rumah.
Bersambung…