saat ini aku tak ingin menjadi benar sebab tak ada yang percaya ketika aku diposisi yang benar.
aku ingin menjadi diriku yang seperti ini untuk sekarang, menjadi seperti ini aku sangat mudah untuk mendapatkan apa yang ku mau, walaupun aku tahu semua yang ku mau tak ada sedikitpun yang membuatku merasa bahagia, hanya karena aku mendapatkannya dengan cara yang salah dan sedikit memaksannya diluar nalar dan diluar dari batas kehendakku.
untuk mu, aku pernah menjadi bintang yang sangat terang sebelum akhirnya redup terkena sapuan angin yang mengusik kehidupan ku.
maaf hu kalo prolog nya singkat
tak terasa waktu sudah hampir jam 9, aku yang sedang tidak ada guru dijam pelajaran pertama, jenuh rasanya jika harus menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas dari guruku yang sedang berhalangan masuk kelas hari ini.
“goy ke kantin yu, jenuh nih” ucapku pada ugoy.
ugoy yang sedang mengerjakan tugas pun terlihat serius dan tak menggubris ajakanku, ku tepuk tangan kananya agar tulisannya berubah menjadi garis dan mencoret kertas tugas miliknya, yang kebetulan ugoy sudah hampir selesai hanya tinggal beberapa soal esay saja yang masih belum diisinya.
“ah sue, gue susah susah ngerjain lu malah coret seenak jidat lu anjing” ucapnya kesal dengan masih memandang kertas tugas miliknya.
“siapa yang coret tuh kertas? kan lu sendiri tolol, tangan gue mah nih masih anteng aja ga megang apa-apa” jawabku santai
“lu emang ga lagi pegang alat tulis, tapi tangan lu tadi nepuk tangan gue oon” ugoy menjitak kepalaku dengan agak sedikit kencang.
“sakit ******” rintihku dengan muka yang meringis kesakitan.
ku ambli kertas tugas milik ugoy temanku dan lalu merobeknya menjadi dua bagian, melihat itu ugoy hanya diam dan tak bisa berbuat lebih untuk melawan, karna percuma saja melawan toh kertasnya pun sudah menjadi dua bagian.
“parah ya lu teng, lu sobek kertas gue terus gue ga ngumpulin tugas dong?” raut wajahnya tak terlihat kecewa sedikitpun
“santai aja lah goy, noh masih ada kertas gue yang masih belum gue isi apa-apa, buat gantinya” ucapku yang lalu memberikan kertas tugas kosong miliku kepadanya.
“terus kalau ini buat gue, lu ngumpulin tugasnya pake kertas mana bego?” ugoy menerima kertas tugas itu
“ah kuno lu, kan kalau sudah keisi semua gue bisa fotocopy kertas tugasnya, asal lu jangan kasih nama lu dulu” jawabku pada ugoy yang kini terlihat raut wajahnya sedikit ada kejailan yang terpancar.
“yaudah deh deal, kalo bukan sohib udah gue gebuk juga lu” ucapnya
“tadi kan udah lu jitak pala gue oon” ucap ku padanya yang kulihat dia melanjutkan pekerjaannya, yaitu menyalin isi dari kertas yang telah ku sobek menjadi dua bagian ke kertas baru yang masih kosong.
“jadi ke kantin ga?” tanyaku singkat
ugoy tak menjawab, kuliat ugoy malah semakin sibuk dari yang pertama aku liat sebelumnya, karena tak ada jawaban darinya ku tinggalkan saja dia, dan melangkah menuju kantin sendirian.
belum sempat melangkahkan kaki keluar dari kelas, amel ketua murid atau km melihat ku yang sedang berjalan hendak meninggalkan kelas.
“hey kamu stop, mau kemana kamu?!” ucapnya dengan mengacungkan jari telunjuknya dan nada suara yang hampir berteriak memanggilku, mendengar ucapannya yang hampir berteriak itu semua murid yang sedang sibuk mengerjakan tugas pun berhenti sejenak dan menoleh ke arah ku.
“aduh sial mak lampir pake lihat segala lagi” aku ngedumel dalam hati, ku putar badan dan melangkahkan kaki ku menuju meja amel
“mampus lu teng ahaha” ugoy mengejek ku dengan suara tertawanya yang cempreng
“rudi stop, berisik kamu!” telunjuknya yang sedaritadi menunjuk ku kini amel arahkan ke arah temanku ugoy yang sedang tertawa
“iya mel gue ga ikut-ikutan deh” ugoy yang puas mengejek ku pun seketika diam dalam menahan tawanya.
setelah sampai di meja amel, ku pegang tangannya yang sedang menunjuk ugoy dengan emosi.
“eh mak lampir jangan pake nunjuk si ugoy gitu bisa kan, aku loh target mu” ucap ku dengan mengarahkah tangan amel sampai posisinya tangannya tepat menunjuk kearah ku.
amel yang sedang dalam keadaan emosipun memandangku dengan tatapan sinis yang menakutkan lalu mengusap tangan kanannya menggunakan tissue yang dia keluarkan dalam saku baju seragam menggunakan tangan kirinya.
“mau kemana kamu?, bukannya mengerjakan tugas malah mau pergi keluar” ucapnya dengan nada yang tegas.
“aku mau ke kantin, lagian jenuh tau diem di kelas ga ada guru” ucapku dengan lembut mencoba membuat suasana tenang agar emosi amel mereda
“enak saja kamu mau ke kantin, mana tugas mu, kalau sudah selesai sini kumpulkan” ucap amel dengan keadaan yang kembali emosi
aku memandang sorot matanya yang sedang emosi, begitu dalam ku pandang sampai saat
“ehheeeemmm,, ehheemmmm, ada yang panas kali frend” terdengar suara reza memecah keheningan ini
“ah sudahlah besok saja aku kumpulkan ya mel, aku sedang malas mengerjakan tugas” jawabku yang lalu meninggalkan amel
“awas kamu yah!” ancamnya dengan suara yang penuh emosi
“masa bodo” jawabku tanpa menengok ke arah amel karena tak enak hati juga aku jika harus ditegur reza lagi.
aku terus melangkahkan kaki ku menuju kantin yang letaknya lumayan jauh dari kelasku, karena memang kelasku berada tepat di paling ujung sekolah ini lokasinya dekat dengan benteng pembatas antara area sekolah dan lapangan bola milik warga, membuat mudah jika sedang malas sekolah tinggal lompat saja, toh bukan aku saja yang sering loncat indah, banyak sekali murid badung yang sering loncat indah dari sekolah lewat benteng pembatas yang tingginya hanya 2,5 meter ini, setiap hari pasti kulihat pemandangan murid yang loncat indah seperti sedang mengikuti acara benteng takeshi.
sampailah aku di kantin, hanya ada beberapa murid saja yang berada di kantin, mereka murid yang berbeda kelas namun aku mengenalnya dengan baik.
“eh si ateng, ngapa lu teng ke kantin pasti mabal juga ya?” tanya seorang pria di dalam bilik kantin yang ku kenal adalah si oja
“enak aja lu ja, kelas gue mah emang lagi ga ada guru jam pertama, ya dari pada jenuh di kelas mending ke kantin” jawabku yang lalu duduk disebelahnya
“gimana kelas J aman teng?” tanya nya kepada ku
“bentar ja, gue pesen dulu kopi lah sebelum jawab pertanyaan lu” ucap ku yang tak langsung menjawab pertanyaannya.
oh iya dikantin ini memang menyediakan kopi, karena memang bukan hanya murid saja yang suka jajan dikantin ini, beberapa guru wanita dan pria pun sudah menjadi langganan dikantin bi iroh ini, selain menyediakan gorengan kantin ini juga menyediakan mie goreng, mie rebus, nasi goreng, kopi dan juga beberapa menu lainnya tak terkecuali rokok.
kulihat bi iroh sedang menggoreng nasi mungkin ada yang memesannya atau apa, aku juga tak mau tahu tentang itu.
“bi aku pesen kopi item, tapi pake cup aja ya bi jangan pake gelas” ucapku pada bi iroh
“oh siap teng nanti ibi buatkan, kamu tunggu aja dulu sebentar ya” jawabnya
“ja lu udah ngopi belum?” ku tanya si oja dengan sedikit berteriak karna si kampret lagi dengerin mp3 di hpnya, malas juga aku jika harus menghampirinya hanya untuk sekedar bertanya seperti itu.
“belum teng, kopi item ya” jawabnya
“bi kopi item nya 2 yah, buat aku sama si oja” ucap ku menambah list pesanan ku pada bi iroh
“oke nanti ibi anterin” jawabnya
segera aku kembali ke bilik kantin karena ingin melanjutkan obrolanku dengan si oja yang sempat terpotong.
oja mematikan mp3 di hpnya agar kami melanjutkan obrolan dengan jelas karena tak ada lagi suara musik metal yang bising di telinga.
“ja gue denger si airin keluar ya?” tanyaku pada si oja
“iya kayanya sih gitu teng, gue denger juga katanya si airin hamdul (hamil duluan), sayang juga ya”
kudengar kalimat terakhirnya yang membuatku penasran untuk bertanya kenapa dia sayang sama si airin.
“kenapa lu sayang sama si airin ja?” tanyaku
“bukan gitu ******, maksud gue sayang bulan ini dia keluar gue kan belum dapet jatah bulanannya” oja menjelaskan arti kata sayang nya
“ah gila gue kira lu sayang beneran sama si airin” kalimat ku membuat oja tertawa
“haha hee ga mungkin lah gue sayang beneran sama lonte kaya dia ja, cuma orang bego yang baper sama dia haha…” melanjutkan tertawanya yang terdengar sedikit memaksakan “anak-juga udah banyak kali yang nyoba tubuh dia, masa lu ga tau” sambungnya
#AMEL POV
aku emosi dengan kelakuan si ivan yang seenaknya itu, aku juga menyayangkan kelakuannya yang berubah derastis setelah kejadian itu, ah sudahlah lagian kejadian itupun bukan sepenuhnya salahku.
sial fokus ku hilang karena si ivan, tugas ku yang hampir selesaipun kacau semua.
“Mel kerjain kali tugasnya bukan cuman di liat” ucap reja yang mengagetkan ku
“eh iya za tiba-tiba mumet nih” ucapku pada reza “tugas mu sudah selelsai ya?” tanyaku pada si reza
“pasti lagi mikirin si ivan ya?, udah nih malah aku mau kumpulin tugas nya sekarang” ucap reza yang menyodorkan kertas tugas miliknya kepadaku
“enak aja kamu za engga ko, lagian ngapain juga aku mikirin si urakan itu, aku kan ada kamu” aku menutupi fikiran ku ini yang sedang terfokus pada si ivan
“kalau pusing isi esay-nya tuh salin aja jawaban punya ku, seratus persen akurat jawabannya hehe” ucap reza yang menawarkan contekan yang di akhiri dengan tertwa.
setelah reza kembali duduk di bangkunya banyak murid yang kemudian menghampiri mejaku untuk menyerahkan tugasnya yang selesai.
bel pun berbunyi, pertanda bahwa pelajaran jam pertama sudah usai dan akan berganti menjadi pelajaran jam ke2.
“sial sudah bel dia belum kembali juga, kurasa sudah kurang waras orang itu” ucapku dalam hati
“selamat siang anak-anak, mari kita lanjutkan pelajarannya yang sedang menulis simpan dulu tulisannya” ucap pak irwan yang sudah masuk kedalam kelas kami
“baik pa” serentak semua murid menjawabnya
“oke sebelum kita lanjut, bapa absen dulu biar memastikan semuanya berada di kelas” sambung pak irwan yang kemudian mengabsen satu persatu murid kelas J ini.
aku hanya terdiam, fikiranku melayap pada seorang murid badung dan urakan itu, entah mungkin dia sudah tidak waras sampai lupa bahwa sekarang adalah jadwal pa irwan yang terkenal guru paling killer dan tak segan segan untuk memberi hukuman pada anak murid yang melanggar peraturan sekolah.
“ivan alvian” ucap pa irwan memanggil nama ivan.
tak ada satupun murid yang berani menjelaskan kenapa ivan tak ada di kelas, termasuk rudi kawan baiknya.
“eeee… ivan.. ivan sedang di uks pa, dia.. dia.. ” ucapku terbata-bata, dan belum sempat aku menjelaskan pan irwan memotongnya
“sejak kapan dia di uks amel?” pa irwan memtong ucapanku dan melempar pertanyaan dengan sedikit curiga terlihat dari raut wajahnya.
“se… sejak pelajaran jam pertama pak” ucapku dengan mencoba sedikit tenang
“kamu mau berbohong sama saya? sudah jelas saya ada di uks menunggu jam pelajaran kedua sebelum masuk ke kelas ini” ucapnya tegas dan berwibawa khas pak irwan “saya tidak suka di bohongi amel!” hardiknya
sial aku ketahuan bahwa sedang membohonginya, sudah tidak enak persaanku sekarang pasti pak irwan akan menghukum ku.
“ma… maa.. maaf kan saya pa” ucapku dengan menundukan kepala
“sudah sekarang kamu keluar dari kelas ini, kamu fikir mudah membohongi saya heu?!” hardik pa irwan
“ta.. tapi pak… ” belum sempat aku
“keluar kamu, atau saya yang keluar dari kelas ini?” tegas pak irwan dengan merapikan buku-bukunya seperti akan meninggalkan kelas ini
“baik pa saya saja yang keluar” jawabku dengan melangkah kan kaki meninggalkan kelas
sasampainya aku di luar luar kelas, entah bentakan pa irwan tadi membuatku sakit hati airmata ku mengalir tak bisa ku tahan lagi, ku fikir malu jika ada guru atau murid lain yang melihat ku menangis.
kuputuskan untuk pergi kekantin yang sudah pasti anak sialan itu ada di sana.
#IVAN POV
bel sudah berbunyi, pertanda pelajaran jam pertama pun sudah selesai, dan berganti dengan pelajaran jam kedua.
aku masih malas untuk masuk kelas, kalaupun gurunya pak irwan yang akan pasti memberi hukuman karna aku tak ada dilikelas pun tidak jadi masalah, toh aku ga ada di kelas ini, dan juga pasti beliau akan lupa untuk menghukumku di minggu depan.
“ah pelajaran sudah selesai, sekarang gue cabut masuk kelas dulu ya teng, lu ga akan masuk apa?” tanya oja padaku
” mau masuk kelas lu ja, ah gue males masuk kelas” jawabku pada oja
“daripada lu bengong ga ada temen, mending lu loncat indah aja teng biar lu bisa cabut dari semua pelajaran hari ini” oja menyarankan aku untuk mabal hari ini
“gila lu, loncat indah pasti ketahuan lah ja secara itu benteng deket banget sama kelas gue, bukan mabal malah di hukum lagi gue sama pak irwan” ucap ku pada oja menepis sarannya yang sangat cemerlang namun bodoh
“oh iya gue lupa teng, yaudah gue cabut ke kelas duluan ya, itu kopi lu yang bayarkan?” ucap nya
“yaudah sana lu kalau ga mau mapel (mabal pelajaran) lagi, iya tuh kopi gue yang bayar” jawabku
setelah oja pergi, aku memang tak ada teman untuk mengobrol, seketika oja dan beberapa murid yang lain pergi masuk kedalam kelasnya masing-masing.
“mungkin tiduran enak kali ya” ucap ku dalam hati
kurebahkan tubuhku di atas bale yang disediakan di bilik kantin ini, ku pejamkan mataku dan lalu menutupnya dengan tangan kananku, kini aku dalam keadaan setengah sadar dan menuju mimpi yang indah.
belum sempat terlelap terdengar isak tangis perempuan yang aku tau persis dari orang yang menangis itu adalah ah sudahlah rasanya sangat tidak mungkin, mak lampir kan anak yang rajin mana mungkin mak lampir di jam pelajaran kedua ini keluar dari kelas hanya untuk menangis, itu akan membuang waktunya saja, pasti ini siswi kelas lain yang mungkin sedang ada maslah dan ikut diam di bilik kantin ini menenangkan suasana hatinya, makin lama makin ku dengar suara tangis itu mendekati kuping ku dan…
“bangun kamu sialan!” bentak wanita itu tepat di kuping sebelah kanan ku.
aku terperanjat kaget setelah ku lihat, benar saja pemilik suara isak tangis itu adalah mak lampir, aku sudah mengenal isak tangis ini setelah kejadian 2 tahun yang lalu.
“mak lampir kamu ngapain kesini, kok kamu nangis sih?” tanyaku memasatikan apa penyebab dari tangisan mak lampir ini
“isshh… sudah salah masih juga nanya kenapa!” ucapnya seperti menahan rasa sakit yang begitu menyayat hatinya.
“loh ko salah ku? mak…”
“Diam! kamu penyebabnya” bentak amel memotong ucapan ku
aku tak bisa berkata apapun juga jika amel sudah begini, hanya ada satu cara menenangkan amel tapi aku tak ingin melakukannya, aku beranjak dari bale dan berjalan ke arah kantin untuk mengambil 1 botol air mineral, setelah apa yang ku mau sudah ada di tangan aku kembali kebilik untuk mencoba menenangkan amel dengan cara yang lain.
ku buka penutup air kemasan botol itu lalu ku berikan pada amel yang masih menangis, hanya saja suara tangisannya sudah tidak sekencang tadi.
“nih minum dulu, tenangkan dulu hatimu di sini” ucap ku pada amel
amel lalu meminum airnya sedikit, kemudian mengembalikannya lagi kepadaku, aku tak berani menatap sorot matanya yang sedang meneteskan air ekspresi kepedihan didalam hatinya yang tersayat, aku lemah untuk itu.
“jika kamu menangis seperti ini, aku jadi teringat saat kamu menangis pertama kalinya didepanku mel” ucapku dengan pandangan yang lurus dan kosong mencoba mengingat kesalahanku.
tak ada respon dari amel terhadap ucapanku, sepertinya diapun berusaha untuk mengingat kejadian yang telah usang terkikis waktu.
“aku pun masih me…”
“stop bajingan, aku benci kamu, aku tak ingin mengingatnya lagi” amel membentak ku dengan dengan sigap jari telunjuk nya kini menempel di bibirku, pertanda ia tak mau aku melanjutkan ucapan ku lagi.
tanpa ku sadari aku telah memeluk tubuh amel dengan seerat mungkin, ku peluk tubuhnya penuh rindu, kutumpahkan perasaan ini dengan air mata yang menetes perlahan.
“kamu adalah bajingan yang paling aku benci di dunia ini” ucapnya dalam peluk ku
aku tak menggubrisnya, aku merasa hatiku sangat tenang dan damai kala kehangatan tubuhnya yang telah lama menghilang kini mampu aku peluk dengan erat lagi.
aku mengingat bahwa amel ku ini sudah berjalan terlalu jauh dengan penuh luka yang tak terlihat, berjalan dengan menggunakan topeng yang ia pamerkan untuk menutup jati diri amel yang sebenarnya.
aku memang bodoh aku memang terlalu bodoh telah membiarkannya berjalan terlalu jauh, aku memang orang yang sangat bodoh tak mengobati lukanya dengan segera dan aku terlalu bodoh untuk semuanya.
entah berapa lama aku merindukan mu, entah berapa lama aku membuat drama dalam diriku agar kamu sangat membenciku, dan entah berapa lama aku tidak memeluknya erat seperti ini.
sampai pada akhirnya kami merasa saling sapa dalam hati, saling tanya keadaan dalam diam, saling mengobati luka yang tak terlihat ini.
hening adalah bumbu rindu yang sangat sedap saat ini, kau pun merasakannya kan mel? kau pun merasakan hal yang sama dengan ku, aku tau siapa kamu yang sebenarnya.
to be continued !
terimakasih kepas semua suhu yang rela meluangkan waktunya untuk membaca cerita perdana ane.
ane harap ada masukan dari para suhu untuk cerita ane ini, ane ane siap menerima saran dan keritik yang membangun.