Cerita ini terinspirasi oleh suhu Gigolo Gubeng. Namaku Zaki, usiaku sudah menginjak 29 tahun. Sudah 3 tahun aku menikah dengan istriku namun hingga saat ini kami belum memperoleh keturunan. Aku memiliki sejumlah usaha yang dari usaha itu aku bisa mendapatkan royalty dan tidak perlu bekerja terlalu keras. Usaha-usaha tersebut sebenarnya milik mertuaku yang sudah lama pensiun sehingga akulah yang harus meneruskannya. Kebetulan istriku adalah anak tunggal, sehingga aku yang dibebani tugas untuk melanjutkan bisnis oleh orang tuaku. Sore itu aku sedang duduk santai dibalkon kamarku, ditemani tabloid olahraga favorit yang siang tadi kubeli plus secangkir kopi mocca menambah asiknya akhir pekan ini. Dari kejauhan kulihat mobil Honda Jazz milik istriku memasuki gerbang perumahan. Perlahan hingga akhirnya parkir di garasi rumah kami. Istriku langsung melambai kearahku dan bergegas memasuki rumah, tak lama hingga akhirnya ia kini ada disampingku. Mas, aku seneng banget! kata istriku. Hmm Ada apaan nih? sahutku penasaran. Proposal Studi Banding Pak Priyo yang kukerjakan ternyata di ACC pemerintah! tatapnya sambil tersenyum sumringah. Lalu? jawabku datar. Pak Priyo sendiri adalah dosen istriku yang mengajar di salah satu universitas terkemuka di kota Malang, sebut saja nama universitas tersebut adalah UB. Istriku kembali melanjutkan ceritanya. Iyah, proposal tersebut menjelaskan bila kami mendapatkan fasilitas studi banding ke Australia. Fasilitas tersebut untuk 4 orang selama 1 minggu, dan aku diajak Mas!. Oh ya? Trus kenapa kamu kok diajak? Sama siapa lagi? jawabku bercampur penasaran. Tadi Pak Priyo sudah membuat keputusan, yang berangkat tuh Beliau, Aku, Nanang dan Ronald. Hah? Kok kamu perempuan sendiri? sahutku protes. ——————————- Satu tahun yang lalu ————————— Mas, aku lolos tes TPA di UB, jadi aku bisa nagih janjimu donk ya Aku teringat dengan janjiku ketika menikahinya dulu, sebuah janji yang akan mengijinkannya untuk melanjutkan kuliah S2nya. Janji yang terucap ketika kami baru seminggu menikah sambil makan Nasi Lengko di unitas. Iyah, gak apa-apa, yang penting jangan cuekin aku kalo lagi garap tugas jawabku dengan senyuman. Okeeeeee Istriku nampak girang mendengar jawabanku. ——————————- 18 Bulan dari janji itu POV ANNA ————————— Aku sudah bersiap untuk Boarding dari Bandara Juanda, bersama Pak Priyo, Nanang dan Ronald. Pak Ronald adalah dosenku di perkuliahan S2, sedangkan Nanang dan Ronald salah seorang Asdos dari Pak Priyo. Pak Priyo sendiri adalah seorang yang kharismatik, yang lahir dari campuran keluarga asal Madura dan Papua. Bertubuh tegap dan sedikit tambun dengan tinggi badan sekitar 180cm. Sedangkan Nanang adalah pemuda asal Solo yang kuliah di Malang, sedangkan Ronald adalah seorang pria keturunan yang lahir di Malang. Hobi mereka kuketahui sama, yaitu basket dan renang, menjadikan tubuh mereka atletis. Kami bertiga sebenarnya juga sama-sama kuliah S2 dan mengerjakan proposal-proposal yang akan diajukan oleh Pak Priyo ke Dikti, dan beruntung sekali ketika proposal studi banding ke Australia di ACC. Ijin dari suamiku, Mas Zaki dan Papa serta Mama kuraih dengan susah payah. Karena sejujurna aku sangat ingin keluar negeri karena sudah jenuh dengan liburan di tanah air. Walaupun harus kuakui kalau aku harus sedikit berbohong demi perjalanan ini. Pertama, aku bilang bahwa aku akan menginap 1 kamar sendiri di hotel, sedangkan kenyataannya kami menginap disebuah apartemen yang telah disediakan oleh EO dari Australia. Kedua, acara ini memiliki adalah acara sedunia yang dipusatkan di Australia, yang artinya akan berkumpul delegasi-delegasi dari negara lain. Lokasi acara yang akan kami ikuti adalah di Perth, sedangkan tidak ada penerbangan langsung dari Surabaya ke Perth, maka kami harus singgah di Darwin dan bermalam disana untuk kemudian dilanjutkan ke Perth. Pusingnya, transit dan menginap di Darwin ini tidak termasuk biaya akomodasi yang disediakan oleh pemerintah, maka kami harus mengeluarkan biaya pribadi untuk hotelnya. Its OK. Kami akhirnya sepakat untuk menginap disebuah budget hotel dalam satu kamar. Aku terbangun oleh peringatan untuk mengenakan sabuk pengaman, menandakan pesawat akan landing di Darwin. Nanang selanjutnya membantuku untuk membawa bagasi dan membooking sebuah taksi untuk menju hotel. Oh iya lupa, namaku adalah Anna Gilbert. Usiaku saat ini sudah menginjak 25 tahun, dan aku sudah menikah. Sejak aku menikah, aku memutuskan untuk mengenakan hijab secara penuh. Hal itu tentu saja atas dukungan suami serta keluargaku. Ronald yang saat itu duduk dikursi penumpang samping sopir, karena kami tahu bahwa Ronald lah yang paling fasih dalam cas cis cus percakapan inggris. Sedangkan aku duduk dibelakang, diapit Nanang dan Pak Priyo. Tentu saja karena badan mereka besar dan kekar, aku jadi terhimpit. Taksi yang normalnya bangku bagian belakang untuk 2 orang, ini diisi oleh 3 orang, gapapalah demi menghemat budget. Saat itu aku mengenakan sebuah kaus santai yang cukup tipis, dengan lengan hanya menutupi ¾ tanganku. Sedangkan celanaku adalah celana legging belang-belang yang lagi ngetren saat ini. Hal ini adalah antisipasiku karena di Australia sendiri sedang puncak musim panas. Duh Anna, kurusin dikit donk badanmu ah, celetuk Nanang. Yee, badanmu n Pak Priyo aja nih yang gede-gede, kayak binaragawan aja protesku. Iyo Anna iki, huh, ronoan kata Pak Priyo coba menggeserku. Akibat saling geser, akhirnya tangan dan kakiku jadi saling gesek dengan tubuh Nanang dan Pak Priyo, bahkan bulu-bulu lebat di tangan Pak Priyopun menggesek langsung tanganku. Sejujurnya aku agak risih juga sampai-sampai tanganku terasa gatal, bahkan selangkanganku juga ikutan gatal, duh Udah lah An, kamu pangku Nanang aja sana celetuk Pak Priyo. Wah iya betul pak, boleh-boleh sini jawab Nanang sambil menepuk-nepuk pahanya. Ronald hanya tertawa saja didepan memperhatikan kami. Karena aku merasa kursi belakang ini terlalu sempit, maka aku memutuskan untuk mengikuti perkataan Pak Priyo tadi, namun bukannya aku dipangku Nanang, tapi aku langsung menarik paha dari Pak Priyo, sedangkan aku duduk tepat diselangkangannya. Kulihat mereka sedikit terkejut, terutama Pak Priyo karena tidak siap untuk memangkuku. Sedangkan Nanang dan Ronald selanjutnya malah tertawa saja. Namun selanjutnya aku tersadar, bahwa saat ini aku sedang menindih selangkangan dari Pak Priyo, tentu saja terasa sekali sebuah benda lurus yang terasa besar mengganjal pantatku, itu penis Pak Priyo. Jantungku seketika berdegub dan desiran aneh menjalar disekujur tubuhku. Pak Priyopun menutupkan tangannya dan berposisi memelukku, entah aku terhipnotis atau mengapa, aku hanya diam saja, bahkan aku turut menikmati pelukan Pak Priyo hingga kurebahkan badanku di badan beliau. Kurasakan dengusan nafas meniup pelan tengkukku, dan kumis khas Maduranya menyapu bagian belakang kepalaku hingga sampai di telinga, aku jujur merasakan geli yang nikmat, sehingga vaginaku semakinlama semakin lembab. Hingga kulihat kembali jam tanganku ketika sesampainya di depan loby hotel, sudah 20 menit aku digoda secara halus oleh Pak Priyo. Sebenarnya aku sempat mendadak berfantasi akan diapa-apakan oleh mereka semalam ini, namun bukannya aku merasa takut tapi aku malah percaya diri mampu menaklukkan mereka bertiga sekaligus diranjang. Namun segera kubuang perasaan itu, mencoba membuka ponsel dan mencari foto suamiku untuk menghilangkan fantasi aneh ini. Kamar yang kami pesan ternyata sudah disiapkan, Pak Priyo memperkenalkan aku sebagai Istrinya kepada Resepsionis karena ia menanyakan kenapa kami berempat. Namun sepertinya si Resepsionis itu tidak mempercayai perkataan Pak Priyo, sehingga beliau menarikku pelan dan memegang tengkuk ku. Secara tak terduga ia membelai tengkukku dan kemudian mencium bibirku. Ya, bibirku. Bibir yang hanya pernah dikecup oleh suamiku, saat ini sudah dijamah oleh seorang pria asing. Akhirnya resepsionis itu percaya dan meyuruh room boy untuk mengantar kami. Nanang dan Ronald hanya tersenyum saja melihat apa yang barusan Pak Priyo lakukan, bahkan salah satu dari mereka berani menyeletuk, Anna, kamu gak takut tidur bertiga bareng kami? Dan kujawab saja, Takut kenapa? Takut kalian puasin? mereka bertiga hanya tertawa saja. Namun aku melanjutkan Enggaklah, justru kalian bertiga yang akan aku buat bertekuk lutut kataku sambil menjulurkan lidah. Kulihat Pak Priyo hanya tersenyum saja mendengar percakapan kami. Namun sebenarnya aku sudah merasakan sesuatu yang aneh sejak lama, bahwa aku memiliki nafsu birahi yang sangat tinggi dan fantasi yang berlebih. Suamiku sendiri memberikan aku jatah 3x seminggu, namun kadang aku ingin meminta lebih tapi takut suamiku berfikir aneh kepadaku, maka aku mengurungkannya. Kamar yang kami dapat adalah kamar dengan sebuah kasur ukuran besar dan sebuah extra bed, kami bertiga sepakat bahwa untuk menghormati aku yang perempuan sendiri, maka aku yang menempati extra bed dan mereka bertiga di kasur besar itu. Ayo siapa mandi duluan? Pak Priyo mengawali. Kulihat di jam tanganku, bahwa ini sebenarnya sudah jam 7 malam, dan seandainya tidak mandipun, akurasa tidak mengapa. kalian mandi bertiga sekaligus aja biar cepet, hihihi celetukku usil. Nanang Ih ogah, emang kami gay. Ronald Huuuuu ogah. Nanang kemudian mandi terlebih dahulu, hingga terdengar suara gemericik air. Aku mengabari kepada suamiku, bahwa aku sedang di Darwin untuk transit. Kemudian perhatianku tertuju kepada Pak Priyo yang sedang mengetuk pintu kamar mandi. Nang, buka Nang, aku sakit perut. Aku dan Ronald hanya tertawa saja melihatnya. Nanang kemudian membuka pintu kamar mandi dan herannya, Nanang meneruskan kembali mandinya dan pak Priyo duduk di Toilet untuk BAB. Ih, mereka gak malu apa ya Ron? tanyaku pada Ronald. Gak lah, biasa aja jawab Ronald Cuek. Taklama kemudian, Nanang keluar dari kamar mandi, dan yang membuatku terkejut adalah dia keluar kamar mandi tanpa mengenakan pakaian apapun. Bahkan penisnya yang akhirnya kutahu bahwa penis Nanang lumayan besar- dibiarkan berayun ketika berjalan melewatiku. Sori An, handuknya ketinggalan Kamu alasan handuk ketinggalan apa sengaja mau pamer kontol ke aku Nang! kataku sambil tertawa. hehe, ya mungkin dua-duanya Bukannya nanang kembali ke kamar mandi, malah sekarang ia mengeringkan badannya yang bugil di depanku. Aku merasa Nanang memang sengaja ingin pamer, jangan-jangan kejangkit virus eksib nih dia. Tetapi yak arena sudah sifatku tidak mau kalah, aku malah melayani Nanang, kulihat dia dengan memasang wajah yang nafsu. Eh, Nanang yang malah salah tingkah. Aku dan Ronald hanya tertawa saja ketika melihat Nanang membalikkan badannya. Ku dengar kembali suara pintu kamar mandi terbuka, sekarang Pak Priyo yang juga keluar kamar mandi dengan badan basah dan telanjang bulat. Sori An, handuk bapak juga ketinggalan, hehe seolah senyum Pak Priyo itu bernada menggodaku. Ronald buru-buru masuk dan mengunci kamar mandi, padahal aku ingin melarikan diri dari 2 orang gila bugi di depanku. Geseran An, eh tiba-tiba tanpa memakain pakaian lagi Nanang sudah tidur di sisi kiriku. Lalu selanjutnya Pak Priyo juga terlentang di sebelah kananku. Rasanya aku ingin berteriak, Edaaaaaaaaaaan. Sekarang aku diapit oleh 2 orang dengan badan tegap dan atletis plus tongkat raksasa masing-masing milik mereka. An, gedean mana punyaku dengan punya Pak Priyo Nanang mulai menggodaku, tapi tentu saja aku tidak mau kalah. Kupegang penis mereka berdua, kukocok sebentar. Kalau panjang, panjang punyamu nang, tp kalau gemuk, lebih gemuk punya Pak Priyo. Liatnih tanganku gak bisa genggam penuh jawabku, sebenarnya aku menikmati ketika mereka menggodaku, dan tanganku meremas penis mereka. Tapi kalo liat bentuk dan uratnya Nang, kamu kalah jauh sama Pak Priyo. Liat nih, gemuk, berotot, urat-uratnya timbul semua. Coba liat penismu, kurus ceking gitu kataku menambahkan. Kira-kira lebih puas pake yang mana kalo kamu An? Pak Priyo sudah berani menggodaku lebih jauh. Aku lebih puas kalo dipake kalian bertiga, kataku sambil menatap Ronald yang juga sudah bugil didepanku. Ketinggalan juga handuknya Ron? tanyaku dengan tersenyum