Ting !, seorang gadis cantik berkacamata hitam keluar dari tangga otomatis, memasuki sebuah ruangan yang ramai pengunjung. Ia berjalan menuju tempat yang lebih tertutup, guna menghindari sapaan. Di samping memang sudah reserve sebelumnya. Dua gadis yang tak kalah cantik tersenyum melihat kedatangan gadis tersebut, lantaran cukup lama menunggu. Mereka saling sapa dan mencium pipi, sebagaimana sahabat yang jarang berjumpa, terpisah oleh kesibukan dunia. Setelah memesan minum, curhat ria pun di mulai. Suasana dihiasi pantulan cahaya warna-warni bak pelangi, serta alunan musik R&B.
“Van, gimana…lo kok jarang keliatan di TV ? sambil main layar lebar khan bisa ?” tanya Melati, seraya melipat Oakley gayanya.
“Iya nih BT, padahal gw udah minta ke om Pram…tapi dia bilang giliran, nanti kalo ada sinetron yang turun rating dan di-close katanya” sahut Vanya.
“Yaah hahaha, dimanfaatin lo sama dia…jangan mau ! Badan kita abis digeber, dijual ke pejabat. Eeeh…dikasih cuma satu jalur pendapatan, rugi dong !”.
“Iya ya”.
“Ya iyalah…kaya gue dong, bawa acara juga…iklan juga, jadi banyak. Masa depan cinta habis… balesannya, harus dapet duit banyak dong…iya “ga sih ?”. Vanya terdiam sejenak, dihisapnya sebatang rokok dalam-dalam.
“Kalo gue malah sinetron mulu nih, pengen juga layar lebar. Iya juga sih, “gak sebanding sama pengorbanan kita ditidurin haha.” canda Citra.
Wajah mereka bertiga yang sempat mendung, mendadak cerah dengan guyonan kotor. Obrolan makin seru, mengupas bagaimana mereka di ranjang dengan para maling berdasi (pejabat korup), produser serta orang penting lain dibalik layar kaca. Tentu bukan publik tak mengetahui hal remeh tersebut. Bukan rahasia umum, artis-artis pendatang baru yang bukan background IKJ / ISI, tidak mumpuni skill acting bisa masuk layar kaca. Jika tidak punya relasi atau orang tua artis, harus bagaimana…? Pastilah lewat jalur singkat dengan jadi “wanita simpanan”.
Mereka berpamitan karena waktu telah menunjuk tengah malam. Disamping, Vanya terus muntah lantaran minum terlalu banyak akibat menelan perkataan. Melati dan Citra sendiri masih dalam batas sadarnya, terhindar dari kondisi Vanya.
“Pak Poer, titip Vanya yah…” pesan Citra pada supir Vanya, ketika memapah di depan pintu utama bersama Melati.
Bapak tua itu mengangguk tersenyum, senyum yang sama sekali tidak menutup buruk di wajah. Dengan sisa tenaga, Vanya melempar senyum pada kedua sahabatnya, Mercedes C Class pun hilang dari pandangan. Melati mengeluarkan Black Berry dari tas tangannya, lantas menekan beberapa tombol.
“Bang Dikin, Melati di depan…jemput yah !” suruh artis berdarah Indo itu, menunggu dengan mimik gelisah tersembunyi.
“Dikin ? siapa tuh ? supir baru ?” tanya Citra, Melati bersikap seolah-olah tak dengar.
Orang yang baru saja ditelepon Melati adalah supir pribadinya, SaDikin. Tapi justru jadi buah pertanyaan bagi Citra, setahu dia Melati bisa setir, tak perlu supir. Dan darimana datangnya pula SaDikin ini ? sejak kapan…?.
“Ckit !” Captiva Chevrolet silver berhenti di depan mereka. Melati menghampiri kendaraan operasional ke-artisannya. Ia pamit lagi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam mobil.
“Loe “ga pulang ? udah malem gini ?” tanya Melati sebelum pergi.
“Sebentar, masih mau ngedance hehehe”.
“Gila lo hehe, ok deh…yuk daah” Melati melambaikan tangan pada Citra yang terus melirik ke pria berwajah aneh di sebelahnya. Seperti pernah lihat, namun entah dimana.
Mobil Melati pun melaju, hilang dalam gelap dan heningnya malam. Wajah Citra mendadak berubah sewaktu HP-nya berdering, ia tahu dari siapa dan apa maunya. Tertera “Old pervert bastard” di layar HP.
“Apa sih Pak ?”.
“Non Citra, cepet doong ! Bapak udah ngaceng nih, ga tahan pengen nyoblos memek Non nyang wangi entu !” pinta suara di HP lancang.
“Sabar dikit kenapa, belum selesai…nanti 10 menit lagi, Klik !”. Citra mematikan HP dengan geram. Ternyata ia juga menyimpan suatu hal yang tidak diceritakan pada kedua sahabatnya.
Citra meninggalkan lokasi dengan wajah BT. Ia kembali ke atas untuk menghilangkan tekanan masalah yang membelit. bergabung di kerumunan penikmat dunia malam, langsung bergoyang. Beberapa pria tampan mendekat, mengajaknya ikuti irama lagu.
***
Puas nge-dance floor kurang lebih ¼ jam, Citra pergi ke parkiran bawah gedung untuk pulang, sebelumnya sempat menenggak jack daniel seteguk agar lebih berani menghadapi seseorang yang berniat busuk. Pria-pria tampan di sekelilingnya menawarkan tumpangan, Citra tersenyum seraya menunjukkan kunci mobil, tanda dia tak butuh kebaikan yang juga berujung kotor. Di tempat sepi itu, mobil diparkir sudut seperti sengaja. Seorang pria paruh baya diri di luarnya, beritaseks.com membuka pintu belakang dengan seringai penuh kemesuman. Mata Pak tua itu tak pernah jemu melirik kaki yang putih lagi jenjang, lantaran rok mini hitam. Waktu Citra mengangkat kaki untuk masuk mobil, sempat-sempatnya paha dielus. Sang artis pun mendengus kesal tanpa melawan, Pak tua tertawa senang. Dia mengekor ikut masuk ke dalam. Dengan tenang, pesinetron itu membuka sedikit jendela, menyiapkan sebatang rokok dan menyelipkan diantara jari-jemari. Si Orang tua meraih zippo di saku bajunya, menyalakan api untuk sang artis.
“Non Citra lama bener, sengaja yah…mau bikin ngaceng ? biar entotan Bapak lebih bergairah…”.
“Bapak aja yang ngeres, di bilang aku masih ada keperluan !” ujar Citra ketus, padahal memang benar jika bisa ia ingin berlari sejauh mungkin.
“Yaah…nyang ngeres sama Non pan enak, Huak.hak.hak.hak !”. (Muka memek…pikiran jorok…ketawa jelek, lengkap derita gw !), batin Citra.
“Iya deh maap, jangan marah dong maniis…” rayu si tua bangka, jarinya melata di paha bagai ular mencari sarangnya.
“Aku lagi ga mood Pak Citra tidak menepis, hanya melipat kaki sebagai penolakan halus.
“Jangan gitu dong Noon…udah ngaceng dari tadi ini, masa “ga dikasih jatah !”.
“Sepong aja yah ? Terus kita langsung pulang !” tawar Citra, si Bapak terdiam tetapi tangan tetap rajin menggerayang.
“Ya udah, isep nih kontol !”, suruh si Bapak, menarik lepas celana berikut kolornya.
Wajah Citra mendekati penis si Bapak yang telah mengacung sempurna. Hidungnya mencium aroma tak sedap seketika, ia refleks menjauh untuk cari udara segar. Karena ingin cepat selesai, Citra memaksakan diri. Ditangkapnya penis dengan mulut, silih berganti menghisap sekali penis sekali rokok, bahkan asap sengaja dihembus kesitu. Kalau sudah begitu, pasti penis si Bapak berkedut. Apalagi Citra mengulum batangnya sambil menatap seksi, tak terbayang kenikmatan yang dirasa si Bapak. Jari-jari ambil kesempatan elus paha raba pantat, membuat sepongan terpotong deheman nikmat. Terutama saat jari menelusup celana dalam meraba bibir vagina. Pasti Citra spontan akan
“Emmh.Nng, Ssssh…leeeh.Hhh !”, lantaran nikmat diobok.
“Non, Non…udah dulu !”, si Bapak mendorong kepala Citra agar berhenti, meraih rokok Citra dan melempar puntungnya keluar jendela. Tangan masuk ke rok hendak merenggut segitiga pengaman di dalamnya.
“Pak, aah..katanya cuma nyepong !”. Citra menahan laju tangan, enggan digarap.
“Non berani ya ngelarang Bapak ?!”, si Bapak bertanya dengan tatapan tajam.
Citra ciut seketika mendengar itu, sadar aib yang diketahui pria dihadapannya. Ia ingat kejadian itu, awal terjadinya pemerasan…
Awal KEDEKATAN MEREKA
“Pak, pulsa donk !”. Citra keluar dari BMW seri 3 yang dikendarainya, menuju kios HP tak jauh dari rumah.
“Eh Non Citra, mau syuting yah ?”, Bapak itu mengambil HP yang biasa digunakan untuk transfer pulsa.
“Iya nih, lagi kejar tayang”, Citra menyahut tapi mata tidak balik membalas tatapan si Bapak. Konsentrasi mengetik cepat sebuah SMS balasan.
“Nyang cepe” ceng ya Non ?”.
“Iya, ketiga-tiganya no-ku yah cepet…sama nomer mami sekalian, tau khan ?”.
“Tau dong…masa nomer mertua ga tau, Huak hak hak hak”.
“Hehehe, enak aaaja mertua…Huuw”.
“Huak hak hak hak, canda Non…ngkali aje dikabulin”.
“Udah ah Pak, becanda aja…450 khan ? buru-buru nih, thata…”, Citra melambaikan tangan dan tersenyum dengan manisnya.
(“Pengen gua, jilat muka nyang manis ntu sama memek lu skalian…Sluurph !”), si Bapak membatin, tatapannya tajam bagai elang mengincar ular.
Bapak yang disapa Citra adalah Sobari, salah seorang warga kurang mampu di komplek. Pengangguran sebabnya, penyakit masyarakat yang menjamur di Indonesia karena SDM tak terserap dan diperhatikan oleh pihak pemerintah. Citra sendiri hanya sesekali isi pulsa pada Sobari, jika kepepet saja. Sebagai artis, tentu HP tidak sembarangan, salah satunya TELKOMSEL prabayar.
Di samping komplek tersebut ada sebuah perkampungan. Kecuali rumah petak kecil yang dibuat kios Sobari, terhalang tembok komplek. Jadi bisa dibilang Sobari beruntung iya, apes juga. Harga jual tanah rumah seharga komplek, tapi otomatis kena tagihan 2 RT / RW. Biaya hidup pun ikut orang komplek. Dari mulai belanja sehari-hari, air bersih sampai tagihan listrik yang membuat Sobari kelabakan. Modal kios dari sang Istri, saat ini mereka pisah ranjang. Istrinya seringkali menangkap basah dia sedang main ABG ciblek kampung sebelah yang minta pulsa gratis, asal mau digrepeh atau sekedar isep-jilat. Di kios itulah Sobari kini tinggal, kedinginan sendirian, sebuah ruang berukuran 3 x 4. Sementara Istri minggat pulang kampung, balik ke rumah orang tuanya.
KENAKALAN ARTIS REMAJA
“Eh, eh jangan…jangan !”.
Citra meraih HP dan merekam adegan oral pada pria itu walaupun dilarang. Pria itu adalah Pram Prawira, produser per-film-an Indonesia yang bobrok mutu. Om Pram begitu dia biasa disapa, takut rekaman terbongkar suatu waktu. Terpaksa Citra hanya memenuhi layar kamera dengan penis, wajahnya, serta adegan tanpa terlihat Om Pram sedikitpun.
“Kenapa sih, pake kamu rekam segala ? Euuuhh…” tanya Om Pram seraya melenguh, menikmati service mulut yang diberikan Citra.
“Biar…Mmh, kalo Citra lagi kangen sama Om, tinggal puter rekaman ini” rayu sang artis, mengingat banyaknya barang baru dengan kata lain saingan.
“Nakal kamu ya, Ooooh…”. Mereka berlanjut ke hubungan badan.
SI PEMERKOSA
“Pemirsa, baru saja beredar gambar-gambar porno artis di internet…adegan syur yang direkam melalui media HP itu tersebar di internet….bla bla bla bla bla”, suara penyiar berita televisi swasta.
(Dasar artis skarang, eh…Non Citra ada “ga ya…nyang kayak gini ?), Sobari membatin. Ide cabul datang tanpa diundang, langsung saja dia menelpon seseorang.
“John, lu mau ga gua kasih proyek buat bayar utang lu…?”
“Hah…busyet, iya dah “nti gua kasih lebihan buat beli rokok. Jadi bgini…bla bla bla”, Sobari menjelaskan rencana busuknya.
………………..
“Ok !”, dia mengakhiri pembicaraan, lalu senyum-senyum sendiri seperti orang gila yang dilanjut tawa serak khas pria buruk muka.
“Huak hak hak…Huaaaak hak hak hak hak hak”.
JEBAKAN UNTUK SANG ARTIS
“Iya Pak, ini lagi di jalan…sebentar lagi ko”, Citra panik karena telat syuting dan kena semprot sutradara.
“Pak Sobari, tolong pulsa…biasa..”, Citra mengeluarkan O2 dari tas tangannya karena ikut berdering.
Sobari bukannya menyiapkan HP transfer pulsa, malah seperti miskol ke seseorang.
“Iya Om…Ooh, iya…nanti malam di Shang Ri La Hotel…iya…oke !”. Citra kembali memasukkan HP ke tas.
“Iya Pak, maaf…bukan saya ngacuhin Bapak…tadi ada telpon dari Om Pram”.
Breng…Brreng !!, sebuah kendaraan roda dua mendekati Citra. Tass !!.
“Copeet ! jambret ! Pak Sobari, tolong Pak !” Citra kalut, kejadian berlangsung cepat disaat ia dalam pembicaraan penting.
Sobari pura-pura panik, lari keluar kios tapi tidak mengejar si pelaku. Memang motor telah jauh, suasana sepi mendukung kejahatan tersebut. Citra hanya bisa menangis pasrah, omelan sutradara terdengar hampa karena baru saja kehilangan salah satu benda kesayangan. Apalagi disitu banyak file pribadi yang Aib alias fatal. Citra berpikir ingin lapor polisi, namun ragu juga semisal tertangkap. Polisi akan lihat isi HP karena berhak sebagai penelitian barang bukti. Ia akan malu juga, hal ini jadi buah simalakama baginya. Dengan pikiran bercampur aduk, Citra pergi meninggalkan Sobari yang baru saja diketahui, dialah otak kejahatan yang sebenarnya.
***
“Huak hak hak hak, baguus…baguus !”, Sobari mengangguk senang sambil mengelus janggut, yang membuatnya bagai pinang dibelah dua dengan kambing bandot.
Pria yang tadi mengendarai motor telah kembali memperlihatkan hasil copetan. Mereka tertawa gila bersama. Sobari memberikan beberapa lembar lima ribu sebagai janji uang rokok, yang dibarter dengan HP Citra.
“Buat paan si Beh ntu Hape ?”.
“Ya buat gw jual murah lagi lah…” tipu Sobari, padahal bukan.
(Nanti lu minta jatah memek Non Citra lagi, ta u-u ya…).
“Mirip pemain sinetron ya tuh cewek ? siapa gitu namanya, Yamin-yamin blot gitu”.Cerpen Sex
“Amin bolot mah penjaga Mushola…udah sono gi dah, gua mau tidur tutup kios !” usir Sobari galak, tak ingin si pemuda tahu lebih jauh, apalagi rencana mesumnya.
Pria copet yang dipanggil “john-john” itu pergi, setelah menghitung uangnya yang tak seberapa dibanding “harta” Citra yang akan diperas.
Menjelang langkah kepergian pemuda tersebut, Sobari utak-atik isi HP. Seringai mesum tergores di wajah jeleknya saat buka salah satu folder, dimana berisi adegan syur Citra dengan berbagai macam style. Baik itu ke pacar, ttm, Sutradara, Produser sampai Pejabat Teras.
“Non Citra…tak lama lagi, memekmu akan jadi tempat penampungan mani-kuu, Huak hak…Huak hak hak hak haaaak hak hak hak hak”.
SLAVERY IS BEING SIGNED
“Eh Non Citra, udah lama ?” sapa Sobari. Dia baru dari kamar mandi, saat kembali sudah ada Citra duduk termenung di bangku pembeli.
“…………….”.
Artis remaja itu membisu, tidak menjawab sepatah kata pun. Sobari senyum-senyum sendiri, tentu hal ini sesuai dengan rencananya.
“Non Citra ga usah sediih…pan uangnya banyak, bisa beli lagi nyang kayak gitu ?”.
“Bukan masalah itu……”, Citra diam sesudahnya, tak mungkin dia cerita bahwa isi HP aib.
“Penting yah Non isinya ?” pancing Sobari, mulut Citra terkunci rapat.
“Kalo Bapak bisa balikin HP Non nyang ilang ntu…ada hadiahnya “ga ?”.
“Haah, yang bener Pak ? ada..ada..ada…mana Pak HP-nya ? Bapak mau berapa Juta ? ko Bapak bisa dapet ? dari mana ? gimana caranya ?”, Citra langsung memberondong Pak Sobari dengan segala macam pertanyaan.
“Adaa, ada…tenang aja, urusan gimana Bapak bisa dapetin HP Non itu “gak perlu, nyang pentiing…kita setujuin dulu hadiahnya ?” tukas Sobari dengan senyuman mesum, entah kenapa tiba-tiba Citra dag dig dug.
Sebenarnya ia tidak ingin berprasangka buruk, namun wajah Sobari menyampaikan maksud tersebut. Terutama matanya, menatap dengan lapar bergairah. Citra kontan saja membeku, banyak pikiran melintas di-otaknya teringat aib.
“Kok diem Non ? Hadiahnya Bapak sebut yah, sini deh Bapak bisikin bentaran…”.
Sobari mendekat, jantung Citra berdebar menanti apa yang dikehendaki pria di hadapannya dari dirinya.
“Gimana kalo hadiahnya kaya nyang di Hp Non !”, mata Citra terbelalak, apa yang ditakutkan menjadi kenyataan.
Sobari meniru salah satu gerakan kemudian tertawa cekikikan. Pipi Citra merona, malu rekaman nakalnya ditonton orang. Ia berpikir, bagaimana cara Sobari dapat HP-nya, sedang dia tidak mengejar kala itu.
“Balikin Pak tolong, aku kasih berapa aja Bapak minta…”.
“Gimana kalo Bapak nyang kasih …berjuta-juta sperma, Huak hak hak hak”.
Lengan Citra dirabanya, membuat bulu kuduk merinding disentuh makhluk yang lebih seram dari makhluk halus.
“Jangan Pak…nanti saya bilangin Mamah lho !”, Citra coba menggertak.
“Ya silahkan Non…nanti video bokepnya Bapak sebar Huak hak hak hak”,
Jantung Citra makin berdegup keras, bisa hancur karirnya yang baru dibangun. Geram, panik dan takut menjadi satu di dalam dirinya.
“Atau mau ke polisi boleeh…palingan Non dipake juga ama Pak Polisi, Huak hak hak !” gertak balik Sobari.
Dengan santai, tua bangka itu berjalan keluar. Memasukkan bangku luar ke dalam hendak menutup kios. Citra melalui keadaan tegang tersebut sedikit bingung. Sobari kembali masuk lewat pintu samping, berbalik badan menatap Citra lalu berkata.
“Mau HPnya dibalikin gak….”
“mau pilemnya aman gak ?”
“tapi ngikut ke dalem diginiin”. Sobari menunjukkan jari jempol terjepit disambung tawa terbahak-bahaknya.
Citra membatu. Ia bingung, apa yang harus dilakukannya, apakah memberikan tubuh ? atau…ceklek !, pintu kios terbuka selang beberapa menit. Sobari tersenyum menang melihat wajah Citra pasrah dibaliknya.
“Tutup pintu, terus ksini !”, dengan gaya angkuh dia menekuk jari telunjuk.
Citra menuruti perkataan orang yang hendak memeras keindahan tubuh. Sejak memutuskan untuk masuk kios, ia sudah pasrah. Menerima segala bentuk perintah seks, hinaan dan lecehan.
Citra merasa inilah dosa penebus atas kemunafikan, sebagaimana seluruh artis Indonesia yang sok suci. Ia mendekat dengan langkah ragu. Setelah cukup dekat, mata Sobari menjelajahi seluruh lekuk tubuh. Dari ujung rambut, hingga ujung kaki. Saat itu Citra mengenakan kaos tanpa lengan U can see warna hitam dan rok sekolah putih. Sobari bangkit dari tempat duduk, bergerak menghampiri Citra yang beringsut mundur.
“Di dalem sarung Bapak ada yang mau kenalan Non .hehehe, Sluurph !”.
Citra takut melihat bentuk kejantanan Sobari yang menonjol di balik sarung. Apalagi membayangkan jika vagina mungilnya disuruh menelan seluruh batang itu, pasti akan ada paksaan pelebaran liang. Tangan Citra refleks menutup kedua alat vital yang sedang diburu pria dihadapannya.
“Tuing !”, Sobari melepas sarung, penis konaknya menginginkan “sarung khusus”.
“Po ame-amek…belalang kupu-kupuu…Bapak dapet memek…Non Citra dapet peju, Huak hak hak hak…Huaaaaaak hak hak hak hak hak”,
Sobari menertawakan reaksi pucat pasi Citra yang sudah tersudut. Mulutnya banjir liur, semakin dekat meruncing ke wajah hendak mencium, jari membentuk cakar seakan ingin menerkam.
“JANGAN PAK, JANGAN…” Citra menggeleng kepala dalam ketidak berdayaannya.
“TIDAAAAAAAAAAAKKK !!!”,.
“HUAAAK, HAK HAK HAK HAK HAAAAAK…”.Cerpen Sex
***
Seharian itulah, awal Citra jadi pemuas nafsu Sobari. Insting binatangnya maksimal. Keluar kios, jalan Citra mengangkang lebar. Didera rasa sakit dan perih di kemaluan, lantaran kontol membor memek gila-gilaan. Citra sempat pingsan dua kali dibuatnya sebelum diizinkan pulang. Selesai itu, Pak Sobari licik dan ingkar janji. HP O2 Citra memang dikembalikan, tapi Memory Card berisi banyak file penting yang seharusnya dihapus malah disita. Kini jika dia sedang sange, tinggal menghubungi nomor Citra. Memek harus siap pakai sepuas-puasnya, sampai haid tak boleh jadi alasan. Mulut kemasukan penis, wajah sasaran tembak mani. Kedekatan yang bertranslasi menjadi perbudakan, kepercayaan rukun bertetangga yang ternoda oleh pengkhianatan,
“Non, Non…kok bengong sih ?”
“Denger gak ? Kalo Bapak pengen memek…Non kudu harus ngasih, ngarti ?” ujar Sobari dengan tatapan tajam, membuat Citra tersadar dari lamunannya.
Melihat Citra diam karena takut, Sobari segera bertindak. Dia jongkok dibawah jok tempat Citra duduk. Dengan liur menetes deras, menyingkap rok dan merenggut celdam secara perlahan namun pasti. Pemandangan indah itu dinikmatinya detik demi detik. Citra memalingkan wajah, malu vaginanya ditatap nanar secara bebas. Sayang nafasnya yang menderu tak bisa sembunyikan diri horny dilecehkan demikian. Segitiga pengaman yang gagal melindungi keindahan di dalamnya, dihirup Pak Sobari dengan penuh perasaan.
“Hmmh…coba angin wangi kayak gini semuanye, jangan deh…nti ngaceng terus gak bisa tidur lagi, Huak hak hak hak”, benda itu dikenakannya di kepala serasa topi.
“Ngengkangin lebaran, cantiiik !”.
Walaupun benci, Citra terpaksa menuruti perintah. Sobari tersenyum, mendekatkan wajah hingga berjarak 3 cm saja dari vagina. Citra merasakan hembusan nafas penuh nafsu birahi menerpa kewanitaan.
“Ja-jangan diliat Pak !” pinta Citra sia-sia, pipinya merona ketika belahan kemaluan miliknya direntang lebar.
“Jangan apa maniiis ? Hmm…?” *endus-endus*,
“ga usah malu cantik…Hmmmhh, wangi beneer. Jangan-jangan tapi kok becek gini sih Huak hak hak hak” ejek Sobari, menusuk-cabut liang vagina dengan jari tengah.
“Aaaaaahh…Jang-aanh…”.
“Jangan gini, Leeeeepph ! Huak hak hak hak”, Pak Sobari menjilat tiba – tiba, Citra mendesah nikmat ber-volume keras.
“Selamat makan Sobiriin, Hmmh. Sluurp…Sluuuuuuuuuuurpp ! Cup cup cup cup cup Sruuuuuuuuuuuuuuupph !!”.
Mulut Citra megap-megap, lidah terjulur merasakan nikmatnya dilalap lelaki tua lapar memek gadis. Ia menjambak minta ampun karena terlalu enak dirasa gadis seusianya. Pak Sobari makin tertawa gila di selangkangan. Tak tahan dengan cara mulut mengerjai kewanitaan, tubuh Citra melengkung. Pangkal pahanya mengapit kepala Sobari. Desahan panjang memenuhi mobil itu, desah singkat orgasme. Citra takluk oleh pria yang tak jelas asal usul serta masa depannya. Vaginanya diseruput bagai orang kehausan di padang pasir, beritaseks.com kenikmatan berganda di dapat dari perlakuan udik tersebut. Pantat Citra terangkat dari jok mengejat-ngejat, tanda ia sangat menikmati orgasme yang sedang dirasakan. Sebuah lengkingan mengakhiri klimaks seksnya.
“Memek Non Citra, eenak beneeerr ! Artis emang beda yak, Non suka juga pan Bapak jilatin memeknya ?”. Citra pasrah menerima ejekan, cemoohaan dan sindiran dari Pak Sobari. Mulut bisa berbohong, tetapi tidak tubuh.
Bukan hanya itu, Citra juga tidak berontak saat Sobari bangkit mengarahkan penis, ia sudah pasrah disenggamai. Sambil menyeringai penuh bangga, Sobari menggesek bibir vagina dengan penisnya.
“Buka Non ! kontol Bapak kepengen masuk !”.
Citra merentang mulut vaginanya sendiri, hingga terlihat liang kecil penuh gemerintil daging merah muda janjikan surga. Dengan bernafsu, Sobari menekan kejantanannya untuk singgah di liang tersebut.
“ Zleeb !.”
“Woow…enyak, enyak, enyaak…Enggh” celoteh Sobari saat kepala penisnya berhasil terjepit.
Penjual pulsa eceran itu terus mendesak masuk, ingin batangnya kebagian jepitan daging super legit juga. Wajah Citra mendongak, mata sayunya menatap langit-langit mobil. Kuku jarinya yang panjang dan berkutek hitam, hanya mampu mencakar perut Sobari, lantaran tubuh serasa dibelah dua.
Semakin lama penis terbenam kian dalam, betis Citra dicengkram dan direntang lebar, agar serasa berkuasa layaknya Raja diraja.
“AAAAANNGHHH !!” erang Citra, sewaktu penis menghujam untuk sebuah tusukan final hingga menancap sempurna.
Sobari sendiri tak bisa bicara karena sesak nafas, jepitan vagina Citra terlampau surga untuk pria setua dirinya, terlalu beruntung. Wajahnya yang hitam jadi memerah lantaran nikmat. Sobari menarik keluar batang yang terjepit dengan susah payah. Betapa legitnya vagina artis, tak heran seorang Menteri sampai berburu harta karun, yang tak lain untuk modal berkencan di hotel berbintang 5.
“Oooohh…enak bener memeknya Non, Enngkh…” celoteh Sobari.
Mendorong masuk penis hingga tenggelam lagi di vagina Citra. Cairan Cinta berceceran, Tapi gilanya liang tetap liat, Sobari keasyikan jadinya. Terus tarik-ulur-tarik-ulur hingga tak tahan mau muncrat. Dengan rasa tak rela cepat keluar, dia menarik penis tersisa kepala yang terjepit. Lalu dihantamnya itu vagina sekuat tenaga hingga tergenjot turun sambil meracau jorok.
“Gila memek lu !!”, CROOOOOOOTTT…
Sobari kelojotan bagai orang ayan, Citra sudah pasrah. Liang vaginanya terasa sekali semburan-semburan kencang cairan kental. Sobari ber-ejakulasi sambil menatap Citra yang jelita, sungguh nikmat surga berkali-kali lipat. Dia melenguh berulang kali, liurnya sampai menetes. Meresapi rasa enak menggenjot memek pesinetron muda cantik yang namanya tengah berkibar di per-film-an Indonesia, Citra Anjani.