Sebenarnya tidak ingin kuceritakan pengalaman ini kepada orang lain. Namun ada rasa puas tersendiri bila kisah ini kubagikan kepada banyak orang. Toh dalam dunia maya tidak ada yang tahu identitasku.
Sebut saja namaku Lisa, umurku 26 tahun dan telah menikah. Menurut pandangan temanku, aku tergolong cantik karena memiliki kulit putih. Postur tubuhku ramping dan kecil dengan tinggi badan 160 cm. Walau berbadan kecil, bokong dan dadaku bulat berisi.
Pekerjaanku sebagai karyawati staff accounting di sebuah toserba besar di kotaku. Dari pekerjaan itu aku memiliki banyak kenalan. Kenalan tersebut kebanyakan dari pemasok barang ke toserba tempatku bekerja.
Aku merupakan tipe istri yang setia. Selalu berprinsip tidak ada yang boleh menyentuh kecuali suamiku.
Dalam beberapa minggu terakhir ini, suamiku memiliki imajinasi yang melenceng. Ia sering menyampaikan bahwa ia merasa terangsang kalau membayangkan diriku making love dengan pria lain. Sungguh gila. Mungkin dia terpengaruh cerita teman-temannya, atau termakan cerita seks yang sering ia baca.
Awalnya aku marah dan kesal karena dia bercerita seperti itu. Sempat ngambek beberapa hari aku kepadanya. Namun kemudian kuanggap biasa, dan kuakui, ceritanya membuatku terangsang juga.
Di toserba tempat aku bekerja, aku akrab dengan seorang distributor pemasok barang. Sebut saja namanya Doni.
Badannya tinggi besar dan atletis. Umurnya kurang lebih 32 tahun. Walau akrab, aku tidak memiliki perasaan apapun dengannya.
Mas Doni yang berstatus duda itu selalu bersikap baik kepadaku. Ia merupakan pria yang penuh simpati dan pandai mengambil hati orang lain. Kadang ia membantu pekerjaanku, dan membelikan sedikit makanan.
Pada saat lebaran atau tahun baru dia memberiku bonus yang besar, padahal teman-teman yang lain tidak mendapatkan bonus, jika ada nominalnya tidak sebesar punyaku.
Suatu hari aku bekerja sendirian dikantorku. Tanpa kusadari dia sudah berada di depan mejaku.
“Sibuknya Ibu Akuntan sampai gak sadar ada yang datang.”
“Eh iy Mas, ada deadline soalnya dari atasan.”
“Jangan terlalu serius dong, nantinya cakepnya redup.”
“Bisa aja Mas Doni.”
Sambil menyelesaikan pekerjaanku, kami saling ngobrol.
“Lis, aku punya hadiah nih buat kamu.”
“Bukannya kemarin udah mas bonusnya.”
“Yang ini beda, kamu pejamin mata coba.”
“Buat penasaran aja nih,” kupejamkan mataku.
Tiba-tiba kurasakan benda lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, bibirku ikut terlumat. Mas Doni ternyata menciumku. Kubuka mataku tapi tidak kucoba untuk menghindar. Entah kenapa sedikit kubalas ciumannya. Sampai beberapa saat kuhentikan ciuman itu.
“Mas, ini seharusnya gak boleh terjadi.”
“Maaf Lis, aku memang nekat, aku tahu kamu milik orang lain, tapi bagaimana Lis, aku juga sayang kamu.”
Aku shock bercampur bingung. Dalam hati aku telah mengkhianati suamiku. Tetapi dalam hati aku tidak ingin keakraban dengan Mas Doni menjadi rusak, sehingga hal ini menjadi terulang berkali-kali. Kami lakukan itu tanpa sepengetahuan orang lain.
Aku tidak tahu mengapa ini bisa terulang terus. Apakah aku terpengaruh cerita suamiku, atau aku telah jatuh cinta pada Mas Doni? Hari ke hari kami semakin dekat.
Suatu hari aku diajak Doni jalan-jalan. Awalnya aku menolak, karena kutakut akan menjurus keperselingkuhan. Namun berulang kali ia mendesak, susah juga ku tolak. Kuajak temanku, Nita dan pacarnya untuk menemaniku. Doni tidak keberatan.
Di hari Minggu kami berangkat. Temanku berdua dengan pacarnya. Kuberikan alasan lembur kepada suamiku.
Kami jalan-jalan ke daerah puncak yang jauh dari kota. Sesampainya di sana kami makan dan kemudian berkeliling. Setelah sejam berkeliling, Nita dan pacarnya mengajak istirahat.
Kami beristirahat di sebuah losmen. Nita dan pacarnya memesan satu kamar. Walau status masih pacaran aku maklum saja mereka satu kamar, mereka lagi kasmaran.
Mas Doni mengajakku untuk satu kamar juga. Tentu kutolak. Namun dengan alasan hanya untuk istirahat, dia tetap membujukku. Akhirnya aku yang mengalah.
Di dalam kamar kami saling mengobrol. Di kamar sebelah Nita dan pacarnya sangat bersemangat. Suaranya kedengaran sampai ke kamar kami. Aku jadi salah tingkah di hadapan Doni, dia pasti juga mendengar suara dari kamar sebelah.
Tiba-tiba Mas Doni menarik tanganku hingga aku terduduk dipangkuannya. Dia langsung mencium bibirku. Dadaku berdegup kencang. Lidahnya menilisik masuk mencari lidahku. Darahku berdesir.
Dengan sedikit kesadaran yang muncul kudorong Mas Doni.
“Kenapa Lis, aku cinta sama kamu,” rengek Mas Doni.
“Ini gak pantas, Mas.”
Tetap dia daratkan ciumannya kembali. Kali ini ke leher dan telingaku. Aku bingung harus bagaimana, nafsu birahiku semakim lama juga semakin meninggi.
Mas Doni sangat pandai membakar nafsuku. Mas Doni juga sekarang terengah-engah, birahinya semakin panas. Dibukanya kancing bajuku sehingga buah dadaku terpampang didepannya. Kucoba menutup dadaku dengan tanganku, namun dengan cepat tanganku direntangkan, BH ku dilepasnya. Aku diangkat dan direbahkan di tempat tidur. Mulutnya langsung mendarat di payudaraku. Dijilati dan diremasnya dengan buas. Aku hanya bisa mengerang dan menggeliat.
Kepalanya turun keperutku. Diciumi dan dijilat perut hingga pusarku. Tanpa kusangka tangannya tiba-tiba sudah menarik celana dan CD ku. Dengan satu hentakan, bagian bawahku terpampang jelas. Aku tidak pernah berpikir akan seperti ini jadinya. Aku tidak pernah tanpa busana kecuali dengan suamiku.
Mas Doni terus menggerayangiku. Bibir dan satu tangannya bermain di dadaku. Satu tangan yang lain mengusap paha dan selangkanganku. Kurasakan memekku sudah sangat basah.
Mas Doni bangkit dan melepaskan semua pakaiannya. Kini terpampang di hadapanku tubuh atletisnya dengan Penisnya yang mengacung. Penisnya besar kokoh, berbeda dengan punya suamiku. Perasaanku campur aduk antara takut, gemas, dan penasaran.
Tubuhnya menimpaku. Jantungku seperti mau copot. Kurasakan penisnya menyentuh paha dan vaginaku. Dia masih mencium dan bermain dengan dadaku. Kurasakan jarinya mulai penetrasi ke vaginaku. Aku benar-benar tidak kuat.
Selanjutnya kepalanya bergerak ke vaginaku. Dengan bibir dan lidahnya dilumat habis klitorisku. Aku bergetar hebat dengan rangsangan ini. Tanganku dengan spontan menjambak rambut Mas Doni.
Ia kemudian berlutut disampingku. Digenggamnya tanganku untuk mengocok penisnya. Kukocok perlahan dengan ragu. Tanganku tidak sanggup menggengamnya. Nafas Mas Doni memburu. Kini dia berbalik mengambil posisi 69.
Dia kembali bermain dengan selangkanganku. Penisnya di depan wajahku terus kukocok. Kini kami berdua saling berkejaran nafas. Setelah itu dia bangkit kembali mengambil posisi menindihku.
Dilumatnya bibirku. Tanpa malu-malu lagi kubalas juga. Kedua mata kami terpejam merasakan kenikmatan. Dalam posisi itu kurasakan penis Mas Doni bergesek-gesek di kemaluanku. Ujung penisnya berhasil masuk ke bibir vaginaku. Aku mengeliat tak karuan. Mas Doni maju mundur mempermainkan penisnya di sana.
Tidak tahu bagaimana penisnya dengan garang menerobos masuk. Vaginaku sesak dengan penisnya. Kali ini aku tidak ingin protes. Aku sedang merasakan nikmat tiada dua. Sangat terasa batangnya ketika menggesek dinding vaginaku.
Mas Doni memulai agresinya. Penisnya dienjotkan di dalam vaginaku. Pantatku mencoba mengimbangi dengan menggerakkan pantatku. Semakin lama genjotannya semakin cepat dan dalam. Plo.. Plok.. Plok bunyi benturan selangkangan kami.
Aku tidak berpikir lagi tentang kesetian dengan suamiku. Aku telah tenggelam ke dalam gelombang kenikmatan.
Tidak lama berselang kurasakan sensasi di sekujur tubuhku. “MMMaaassssss…” jeritku. Aku mencapai orgasme. Tubuhku menggelepar. Tanganku mengcekram rambut Mas Doni. Pantatku naik ke atas membuat penisnya semakin menghujam dalam.
Mas Doni yang belum klimaks masih terus melanjutkan permainannya. Semakin lama permainannya semakin cepat. Mulutnya tidak henti menciumi pipi, bibir, dan tubuhku. Aku kembali terangsang.
Mas Doni kini berguling dengan penisnya masih menancap di vaginaku. Aku di posisi atas, dan dia di posisi bawah. Kuambil posisi duduk di atas penisnya. Ku bungkukkan badanku, tanpa segan kujilati puting Mas Doni.
5 Menit kemudian kurasakan kenikmatan itu datang lagi. Kugerakkan pantatku semakin cepat.
“Masss… aku mauuu keluarrr…”
“Sabar sayannng.”
Kembali kami berguling, kini dia kembali di atas. Dirinya mendengus bagai kerbau. Digenjot penisnya dengan cepat penuh nafsu.
“Lisss.. Aku mau keluarrrrr..”
Pantatku kuangkat tinggi menahan orgasmee yang mau keluarrrrr.
“Aaaahhhhhh..” erang kami berdua. Sperma Mas Doni tumpah di dalam vaginaku bersamaan dengan aku mencapai orgasme. Kurasakan nikmat hangat spermanya di lubangku. Sebagian spermanya mengalir keluar.
Kami berdua lemas di atas ranjang dengan keringat bercucuran. Dia berguling telentang di sampingku. Entah bagaimana aku tiba-tiba teringat suamiku. Aku sudah menduakannya. Aku dan Mas Doni diam tanpa berkata apa-apa.
Tiba-tiba pintu diketuk. Suara Nita memanggil dari luar. “Liss, udah siang loh. Ga mau pulang apa.”
“Iyaaa.. Sebentar ya.”
Aku dan Mas Doni membersihkan diri dan berpakaian kembali. Entah mengapa timbul rasa penyesalan di dalam batinku.
Seminggu dari kejadian itu, aku menjaga jarak dari Mas Doni. Namun rupanya tidak bisa. Kami selalu dekat kembali. Kami masih sering jalan-jalan berdua untuk melepas hasrat. Entah mengapa setiap kali melakukannya rasa sesal itu menguap. Dan datang kembali setelah selesai melepas hasrat dengan Mas Doni.
Aku tetap bersikap biasa di depan Suamiku. Mungkin ia tidak akan pernah tahu istrinya telah melakukan hubungan terlarang dengan orang lain seperti di dalam fantasinya.