Di luar pekerjaan, hanya ada 3 hal yang membuat hidupku menjadi lebih menyenangkan. Berkendara, Musik, dan Wanita. Tiga koentji ini seakan menjadi kunci dalam merasakan indahnya dunia meski sesaat. Dan ini cerita dan pengalaman aku di balik kemudi menaklukan para bidadari.
Mobil Eksekusi
Flashback ke 2018, dimana saat itu aku sedang kebagian mengetes Mini Cooper S Countryman, selama +-1 bulan. Namun kali ini agak spesial, karena aku daftarkan mobil tes ini untuk digunakan pada aplikasi Neb***ers, yang bisa sharing kursi kosong di mobil untuk pergi ke satu tujuan, diganti dengan uang atau tukaran pengemudi. Rute tidak jauh, hanya Jakarta – Bandung saja.
Tepat jam 12 malam, aku keluar dari kantor di bilangan Sunter untuk kemudian menuju titik Jemput di Central Park dan hotel Kartika Chandra. Total 4 penumpang yang dijemput, sepasang suami istri, 1 anak kuliahan, dan satu gadis cantik mahasiswi yang akan jadi TO dalam cerita aku kali ini. Namanya Stephanie, umur 20 awal, dan kuliah di salah satu kampus di Jakarta Barat. Saat dijemput di depan kost-nya, Stephanie cukup tercengang oleh kendaraan yang aku bawa.
Singkat cerita, selama perjalanan menuju kartika chandra kami basa basi sedikit tentang kehidupan kami, baik cerita karir aku atau studi kuliah dia. Namun jujur saja, mata saja lebih fokus pada apa yang ia kenakan.
Dibalik kemeja putih yang cenderung agak transparan, fokus mata sesekali tertuju pada bongkahan bukit indah yang sedikit terekspos karena posisi kerahnya rendah sehingga sedikit menampilkan belahan toket-nya yang putih mulus. Terlebih saat itu dia menggunakan bra hitam, tanpa ada dalaman lagi. Ingin rasanya ku nikmati bongkahan indah surgawi itu.
Jujur, selama perjalanan ke bandung yang saat itu macet cukup parah (masih pembangunan flyover MBZ), hampir seluruh penumpang di mobil tertidur kecuali Stephanie. Memainkan hp-nya intens, ada raut kesedihan yang seakan memancar dari wajahnya. Terlebih saat itu di mobil sedang mengalun lagu Glenn Fredly – Tega. Makin iseng, semua setlist spotify saat itu langsung aku set lagu “pergalauan duniawi”, ya sekedar memainkan mood saja.
Sampai di bandung jam 4:30, setelah drop 3 penumpang di area Pasteur, tersisa Stephanie yang drop off nya di sekitaran Gegerkalong. Toh searah karena aku niat ke Lembang, jadi ya sekalian aja drop dia di Gegerkalong. Namun tak lama setelah pergi, sekitar 5-10 menit hp berdering. Stephanie mengontak nomor whatsapp, dan meminta apakah bisa menjemput dia.
Balik kanan, nampak Stephanie dengan muka sembab sedih tak karuan. Aku coba hibur dia di dalam mobil sambil jalan saja. Diceritakan lah bahwa ia menemui pacarnya dengan selingkuhan dia di dalam kosan tersebut, dan mereka ditemukan dalam keadaan sedang ML dimana posisi sang pacar sedang ditunggangi WOT oleh selingkuhannya, saking detilnya.
Berhentilah kami di salah satu spot di area dago atas, dekat perumahan yang tembus ke Punclut Dago, sekitar 5:30. Spot tersebut dipilih karena ada beberapa area yang jarang dilewati orang, view yang menarik, serta biasanya jarang satpam muter-muter karena kontur jalannya yang agak naik turun.
Ketika sunrise mulai naik menampilkan panorama pegunungan yang mengitari bandung, ada “perbaikan” dalam mood Stephanie yg memilih bertahan di dalam mobil dan menikmati pagi di balik kursi pengemudi depan. Setidaknya semoga tidak ada sedih air mata lagi yang ada di matanya.
Tepat pada saat dia mau mengatakan buktikan, jujur aku sudah tidak tahan untuk segera menikmati “breakfast” aku kali ini. Sebuah ciuman penuh hasrat mendarat di bibirnya.
Dipadukan dengan lagu Justin Timberlake – Still On My Brain, french kiss yang kami lakukan sudah cukup memantik gelora nafsu yang sedari tadi tertahankan. Puas beradu bibir dan lidah bersama Stephanie, aku cium titik spot penting dari wajahnya yang memiliki paras khas oriental ini. Mulai dari kening, kedua mata, pipi, hingga turun ke bagian leher yang tercium wangi parfum berkarakter manis, semanis parasnya.
Tak berselang lama, kemeja yang Stephanie kenakan, sudah ku buka dan terpampanglah sepasang toket mulus dengan size yang rasanya melebihi genggaman tangan aku. Jika dianggap seperti milik artis, mungkin sebesar..Hayley Atwell (cari sendiri deh ya siapa dia).
Cukup mudah rasanya aku melucuti kemeja putih dan bra hitam yang dikenakan Stephanie. Ciuman yang masih bertahan di leher, kemudian turun hingga menuju putingnya yang sudah siap di santap. Dengan kecupan lemah lembut sembari sedikit sedotan pelan, ku nikmati pentil kanan yang kini makin tegak berdiri. Tangan kiriku pun tak kalah memainkan pentil satunya yang tak kalah mancung. Fokus di area toket, sudah mulai erangan dan desahan manja dari stephanie merasuk ke telinga yang berpadu manis dengan alunan musik yang ku setel.
Disaat tanganku masih fokus mencoba masuk ke dalam CD-nya, spontan Stephanie memudahkan diriku menurunkan celana dan CDnya, setidaknya memudahkan aku memainkan memeknya yang cukup basah untuk ku colmek.
Bermodalkan jari dan alunan musik beralih ke Justin Timberlake – Until The End of Time, kulakukan colmek dengan memainkan titik-titik spot sensitif di memeknya, tak lupa tetap standby kepalaku masih berada di area toketnya dengan tangan Stephanie yang mulai bergerak menjambak kepalaku, hingga mencoba mencari cara menemukan kontolku yang semakin keras melawan gravitasi.
Tepat saat Stephanie mengerang, kuhentikan serangan fajarku sejenak di bagian memek itu. Kedutan kencang beserta desir cairan surgawi terasa meledak dalam memeknya. Orgasme pertamanya berhasil. Cukup cepat, mungkin karena suasana quickie. Terbukti nafasnya seakan habis marathon, dan di jok mobil mulai basah hasil dari permainan tanganku di memeknya.
Sialnya, disaat ku sedang menikmati getaran tubuh dan nafasnya yang sedang tersegal-sengal, aku lupa kalau tangan dia sedang berada di batang kontolku yang secara pelan-pelan ia kocok..
Hanya sekejap dari sentuhan dan kocokan yang ia lakukan, Stephanie pun langsung turun ke bawah. Sembari kepalanya turun mencicipi ke kontolku yang secara size masih standar indonesia, tanganku masih mencoba bermain di memeknya sekalipun tidak se intens di awal. Namun harus kuakui, di usianya yang muda, cara blowjob Stephanie cukup “pemaen”. Bukan hanya sekedar sedot isap kepala maju mundur, lidahnya bisa bermain di titik-titik yang jujur mudah membuat benteng pertahanan runtuh.
Namun suasana sudah mulai lain, tak sadar sudah lewat jam 7 pagi dan dan tidak menutup kemungkinan akan mulai ada keramaian. Adrenalin bermain disini, berpacu dengan waktu, menikmati isapan yang tak kalah meningkatkan nafsu hampir di ubun-ubun.
Gila! CIM! Tak terhitung berapa banyak stok sperma aku meledak di mulutnya. Dan memang butuh waktu bagi Stephanie sebelum akhirnya melepas sedotan pada kontolku yang rasanya langsung “plong” sehabis orgasme yang dilakukan oleh mulutnya. Bodohnya aku cukup panik untuk segera mencari tissue atau air, takut-takut ia muntah.
Langsung kami berberes-beres, membersihkan setidaknya basah-basah di jok dan berpakaian normal kembali. Niat awal ku naik ke Lembang, kubatalkan karena fokus cari sarapan makan bener. Jadinya kami turun ke sekitaran sarijadi untuk breakfast, dan akupun ingin segera ke rumah untuk menyegarkan diri. Syukur-syukur Stephanie mau ikut lanjut ke rumah *Eh
(Bersambung)
Mulutstrasi
Stephanie
Mobil Eksekusi
Cafe
Rumah
Di sebuah cafe di bilangan sarijadi, sekitar jam 8-an pagi, Aku dan Stephanie pun langsung berhenti pada suatu cafe yang menyediakan menu breakfast. Aku menikmati cold cappuccino dengan american breakfast, dan Stephanie menikmati hot chocolate dipadukan croissant hangat. Uniknya, terasa bahwa gestur tubuh kami layaknya pasangan yang sedang dalam kasmaran.
Sentuhan lembut.
Sorot mata syahdu.
Senyuman tipis menggiurkan hati.
Ditengah angin sejuk dan suara khas bandung di pagi hari, pembicaraan kami pun mengalir terkait intens terkait percintaan kami, termasuk akhirnya kami sama-sama mengakui bahwa saat ini kami dalam tahap recovery. Saya yang gagal menikah di tahun 2016 masih menyimpan luka sampai sekarang, dan Stephanie yang masih shock atas apa yang terjadi semalam di kost mantannya.
Ya, obrolan kami pun terhenti saat ku ajak Stephanie beranjak dari cafe itu. Menikmati kota Bandung di pagi hari yang belum dipenuhi lautan roda dua ataupun angkot dan kawan-kawannya, kuarahkan Mini Cooper S Countryman yang kubawa ke salah satu persinggahan ku setiap ke Bandung di bilangan Setra Duta. Hal ini kulakukan agar Stephanie bisa mengurungkan niatnya untuk segera kembali ke Jakarta, setidaknya ku buat nyaman dulu di rumahku dalam pikirku.
Berhubung di rumah ini hanya ada 1 penjaga dan 1 pembantu yang memang di-hire bisa pulang pergi, bisa dikatakan suasana cukup kondusif apabila kujadikan rumah ini sebagai tempat peraduan nafsu duniawi kami. Dan memang sudah ku kasih instruksi untuk saat aku sudah di rumah, bisa pulang mereka agar di rumah ini hanya kami berdua saja.
Benar saja, Stephanie menggunakan kamar mandi di kamarku. Setidaknya biar dia kenalan dengan suasana kamar aku yang semoga saja jadi tempat peraduan kenikmatan kami selama weekend ini. Aku hanya pesan, jangan di kunci ya, toh gak ada siapa-siapa juga.
Sekitar 15 menit, aku yang tadi masih berada di ruang makan pun beranjak ke kamar. Pintu kamarku tidak terkunci, aman. Aku pun menyalakan speaker di kamarku untuk menyetel playlist khusus yang sering kugunakan untuk membuat wanita melayang. Kulakukan karena aku tau Stephanie kini sedang dalam posisi berendam di bathtub, dan masa iya aku tidak ikutan, hehehe.
Air hangat dengan bubble menutupi tubuh kami yang kini dalam kondisi tak berbusana dan saling bersandar. Harusnya bisa saja langsung ku eksekusi Stephanie di bathtub ini. Tapi benar, ada kalanya bersabar itu penting.
Ku biarkan Stephanie yang tergoda untuk melakukan pergerakan pertama.
Hanya kecupan pada kening dan ciuman french kiss yang kami lakukan di bathtub tersebut. Memang ku sengajakan agar tangan liarku tak segera meremas kedua bukit indah yang menggoda ku mainkan, apalagi liang surgawi yang sedari pagi ingin kumasuki itu. Tapi, pelan namun pasti ciuman kami pun semakin memanas, sampai akhirnya Stephanie memilih untuk pindah ke shower.
Bagai sapi yang dicucuk, langkah ku mengikuti gerak tubuh Stephanie dan genggaman tangannya pada kontolku yang membawa kami ke area showroom. Yes, kami gunakan shower ini sebagai tempat peraduan kami.
Benar saja, bukan kontol aku saja yang kini disantap oleh Stephanie, tapi sampai ke biji peler ku yang diisap kencang. Jujur benteng pertahanan bisa runtuh jika permainan dia langsung brutal seperti saat ini. Jadi tak kubiarkan Stephanie berlama-lama bermain di bagian selangkanganku. Sekarang giliranku!
Kutarik tubuhnya kembali ke atas, serbuan ciuman panas french kiss kuberikan agar konsentrasi permainan kembali bisa kukendalikan. Berlanjut ke leher dan area belakang telinga, hanya erangan nafas sengau yang mengalun bersama dengan pilihan selekta musik bercinta yang kuputar. Aku tau tangannya mencoba kembali meraih kontolku, namun kubuat tangannya terkunci karena kupegang cukup erat.
Sampai saat ku puas menikmati area tersebut, aku posisikan tubuhnya menghadap kaca pada area showroomku. Posisinya agak sedikit menungging, namun setidaknya lebih leluasa ku akses memeknya yang harusnya sudah dalam kondisi “ready to fuck”.
Dari leher, ku mainkan lidah dan bibirku mencium pundaknya, turun lagi ke bawah sampai ku cium pantat kiri dan kanannya, dengan maksud tujuan sebenarnya untuk mengakses memeknya dari belakang. Bukan dengan tanganku, tapi dengan lidahku. Kini waktunya ku jilmek memek yang kunantikan dari pagi ini.
Tubuh Stephanie pun bergetar kencang. Semoga saja itu orgasmenya. Dengan teriakan dan getaran tubuh yang cukup kencang inilah, yang membuatku menghentikan sejenak permainan ku di selangkangannya. Setidaknya tanganku yang kini masih berada di liang surgawi tersebut, dan memang kurasakan lebih basah. Entah itu karena air hangat yang mengalir dari atas badan kita, atau efek orgasmenya. Ah pikirku ya inilah waktu yang tepat untuk menu utama dalam setiap peraduan seksual antar adam dan hawa.
Adalah keindahan tubuh sempurna yang kini di depan mataku yang semakin membuatku terpesona. Goyangan Stephanie bisa kubilang tiada dua. Mungkin setara dengan apa yang dilakukan para pornstar di rekaman film porno profesional yang tersedia di dunia maya. Tak hanya gerakan atas bawah khas WOT normal yang dilakukan, gerakan maju mundur dengan pinggul yang “ngulek” itu turut membuat permainan dan sorot wajah Stephanie memabukkan nafsu dan akal sehatku. Tapi ada rasa yang sedikit berkecamuk tapi menggemuruh dalam hati.
Ya, setelah sekian lama aku bermain sex sejak lepas perjaka di SMA, baru kali ini aku merasakan kembali sex tanpa pengaman. Badjingan. Rasa inilah yang memang seharusnya membuatku kecanduan pada sex. Peraduan kontol dan memek tanpa penghalang apapun inilah yang membuat esensi sex menjadi lebih sempurna.
Yang kulakukan saat ini hanya mengimbangi goyangan WOT yang dilakukan Stephanie dengan bermain dengan pentil dan toketnya yang makin firm rasanya. Pentil mengeras inilah yang kucoba main pelintir-pelintir tipis, membangkitkan erangan syahdu dari mulutnya yang mengalun ke telingaku. Ritme WOT pun makin tak beraturan, yang mana membuatku semakin tak kuasa menahan tabungan sperma yang siap-siap meledak setiap waktu.
Kini ku balikkan posisinya dengan MOT (atau apa ya nama posisinya yang tepat, entahlah) dimana aku posisikan kedua kakinya seakan mengikat di pundakku, dan aku bisa menghujani memeknya yang kini semakin rapet ketimbang saat WOT. Sembari kuciumi keningnya, aku mencoba memainkan nafasku mengimbangi nafasnya yang makin sengau, dan juga agar aku bisa lebih bertahan sedikit lagi…
Meleleh sudah ledakan spermaku di dalam memeknya, berpadu dengan cairan orgasme darinya yang seakan membuat kontolku merasakan lautan kehangatan yang bisa kukatakan. Inii pengalaman pertama aku.
Ya, sejak pertama kali aku ML di kelas SMA, semua permainan sex kulakukan selalu dengan caps dengan alasan takut hamil. Yang mana sebenarnya juga penting agar kita terhindar dari PMS loh.
Ada mungkin sekilas, aku dan Stephanie tertegun diam dalam kondisi seperti ini. Sama-sama saling menatap, kami tau bahwa permainan liar ini sungguh membuat kami melayang pada dimensi kenikmatan yang hanya kami berdua yang bisa rasakan. Satu kecupan manis pada bibir dan kening kudaratkan sebagai bentuk terima kasih, sebelum ku ucapkan kalimat “bodoh ini”
Ya sudahlah, namanya cobaan kan harusnya… di cobain. Haha.
Mari anggap saja benar kata-katanya. Kami pun memilih membersihkan diri bersama mandi kembali, hingga akhirnya kami pun hanya mengenakan handuk dan bathrobe yang Stephanie memang bawa di travel bag-nya. Dan kemudian momen pun beralih ke cuddling after sex..
Bertutupkan selimut, kami membiarkan diri kami tidur berpelukan tanpa busana. Siang ini kami pilih untuk istirahat karena baru saja menikmati sex panas dengan desiran air hangat mengalir dari atas kepala kami. Entah apa dia merasakan jantungku yang masih berdegup kencang, namun setidaknya momen inilah yang membuat kami tidur terlelap hingga langit bandung menuju senja.
Entah berapa lama ku tertidur nyenyak kali ini. Seingatku waktu sudah menunjukkan jam 6 lewat. Dan Stephanie tidak ada di kasurku. Mati aku. Jangan-jangan dia kabur pergi begitu saja? Ah tidak mungkin rasanya.
Jadilah ku cek keluar kamar, dan sekilas ku mencium ada wangi-wangi makanan yang membuat usus dan lambungku menari. Maklum hanya breakfast saja yang praktis menjadi momen dimana perut kami diisi.
Lunch time? Sex.
Abis itu, tidur.
Ya, aku lapar!
Wah benar saja, di ruangan dapur kering yang bisa kulihat dari lantai atas, Stephanie sedang asyik bermain dengan bahan-bahan makanan yang tersedia di dapur. Hasilnya? 1 set burger double patty dengan sunny side up, dipadukan french fries dan chicken wings yang berlumurkan bbq sauce. Tak lupa 1 botol red wine yang masih tersimpan di dapur pun kini terbuka dengan isi yang sudah tertuang pada 2 gelas wine.
Kunikmati malam ini hanya berdua, aku dan Stephanie, kami duduk bersender di ruang tengah, berganti dengan film yang ternyata kesukaan kami berdua (About Time – nya Rachel McAdams). Film pun selesai, tapi hp Stephanie mulai “heboh” dengan banyak telepon. Ternyata dari mantan dia yang tau-tau nge-WA kalau dia tau posisinya saat ini di sekitaran Setra Duta. Fix, ada kemungkinan hp Stephanie antara di hack atau saling sharing location.
Agak panik, aku bergegas beres-beres. Sudah lupa aku cuma bermodalkan celana pendek boxer dan kaos tidur. Yang penting baju jeans dan gadget aku sudah di tas, barang-barang dan make up Stephanie sudah ku taro di travel bag-nya. Larilah aku ke mobil, rumah ku kunci, tapi hp Stephanie tetap di rumah aku.
Saat aku baru jalan aku call penjaga di rumah, kalo misal ada yang cari aku bilang gak ada, tanya rumah siapa sebut nama wanita (yang sekiranya kira-kira level berteman-nya sama Stephanie, kan gak mungkin namanya euis gitu), dan tadi sudah pergi kembali ke Jakarta.
Rasanya waktu agak sedikit berpihak pada kami, sebab tepat saat aku keluar dari komplek, disaat itulah kata Stephanie dia melihat mobil si pria itu ngebut ke arah rumahku. Di benakku yang penting kami selamat dulu, dan semoga rumah gak diacak2 saja..
(Bersambung)
Rencana ane buat cerita ini akan ane akhiri di 1-2 part kedepan, karena masih ada cerita-cerita lain dari iqbal yang sepertinya bisa di eksplor. Kalo ada ide-ide dari suhu boleh di tuangin ya, tp ane coba sebisa mungkinakomodir selama masih jalan dengan koridor tema dan karakter yang ane bikin…