Putritoto – Suatu sore aku janjian dengan temanku di salah satu gerai pizza yang terkenal. Ketika aku sampai disana temanku belum kelihatan. Aku duduk dan pesan minuman. Menit demi menit berlalu, tapi temanku belum juga nongol. Setelah lumayan lama menunggu, masuklah seorang pria, tidak muda tapi belum juga tua. Dia duduk dekat mejaku dan matanya terus memandangiku. Mungkin dia tersepona melihat seorang perempuan seksi, duduk sendiri, seakan mengundang dia untuk mendekatinya. Dia memesan pizza dan minuman. Aku terus saja melihat jam yg ada di hp ku. Akhirnya kuputuskan untuk meng-call temanku itu, tapi jawabannya: nomor yang dituju sedang tidak aktif atau diluar jangkauan. Ketika aku memutuskan untuk meninggalkan gerai tersebut, lelaki tadi tersenyum dan bangkit mendekatiku. Ganteng juga orangnya, tubuhnya atletis, tipeku banget.
“Lagi nunggu temen atau temin”, sapanya. “Kok temin”, jawabku. “Iya, temen kalo nunggu lelaki, kalo nunggu perempuan kan jadi temin”, katanya lagi sambil tertawa, “Boleh aku temani”. “Silahkan saja”, jawabku. Karena pesananannya belum keluar, dia langsung duduk dimejaku, “Gak pesen pizza, kok cuma minuman aja”. “Kan nunggu temin, jadi belum pesen pizzanya”. “O nunggu temin toh, kirain nunggu temen. Ya udah pesan aja”, katanya sambil memanggil waitress untuk memesan pizza untukku. Aku memesan pizza kesukaanku. “Gak pake lama ya mbak”, katanya kepada si waitress.
Dia memperkenalkan diri, “Namaku Firman”. “Aku Winda”, jawabku. Kami lalu ngobrol ngalor ngidul. Ketika pesanannya datang, tak lama sesudahnya pesananku juga datang. Kami menyantap pizza masing-masing sambil terus ngobrol. Selesai makan, “Win, kamu ada acara gak”, tanyanya. “Enggak ada kok mas, kenapa”, jawabku. Aku memanggil dia mas karena ketika kupanggil pak, dia minta dipanggil mas aja, kan belum tua , alasannya. “Nemenin aku belanja bulanan yuk, kalo kamu perlu apa-pa sekalian aja belanjanya”, ajaknya. Aku mengiyakan ajakannya. Dia membayar makanan dan minuman termasuk yang kuminum dan kumakan, kemudian kami meninggalkan gerai menuju ke mobilnya, Neo Baleno yang paling anyar. “Mobil baru nih mas, punya mas ya”, kataku setelah duduk disampingnya.
Mobil meluncur menembus kemacetan menuju ke supermarket yang katanya deket tempat tinggalnya. “Enggak, fasilitas kantor”, jawabnya. “Kalo udah gak kerja dikantor itu, mesti dikembalikan ya”, kataku lagi. “Ya iya lah yao”. “Pantes dapetnya Baleno”. “Emangnya kenapa”. “Kan kalo kata orang Jawa baleno artinya kembalikan”. “Bisa aja kamu”, katanya sambil tertawa, “Itu mah balek no, inikan baleno”. “Namanya juga diplesetin mas”. Di supermarket, aku membantu dia untuk membeli keperluan sehari-hari. Aku tidak membeli apa-apa, karena memang belum butuh”. “Kok belanja sendiri sih mas, emangnya istrinya kemana”, tanyaku. “Aku dah cerai Win, belum punya anak sih”. Mobil meluncur lagi dan kali ini masuk ke apartment yang cukup ternama. “Mas tinggal disini, fasilitas juga mas”, tanyaku. “Iya”, jawabnya. “Mas enak ya, banyak dapet fasilitas, coba fasilitasnya dibagi sama Winda”. “Kenapa kamu mau tinggal diapartmentku, boleh aja kalo mau”, katanya sambil senyum menggoda.
Mobil masuk ke basement. Aku membantu dia membawa belanjaan yang cukup banyak. Kami menuju ke lift, dia memijit lantai 17 dan lift pun meluncur keatas. Apartmentnya ya seperti apartment yang lain, 2 kamar tidur dengan kamar mandi diantaranya, ruang tamu yg luas, bersebelahan dengan ruang makan. Terus ada dapur dan open space, tempat dia menaruh mesin cuci dan jemuran pakaian. Dia segera unload belanjaannya, diletakkan dimeja makan. Aku membantunya memasukkan belanjaan makanan ke lemari es, sedang dia membereskan belanjaan rinso, cairan pel dan sejenisnya di lemari yg lain. Dia sudah selesai tetapi aku belum karena belanjaan makanan jauh lebih banyak.
Dia berdiri dibelakangku dan memelukku tiba-tiba, langsung dia mencium kudukku. Aku menggelinjang jadinya, “maas’, lenguhku. Segera tangannya menyambar toketku dan meremasnya pelan. Aku makin menggelinjang karena ulahnya. “Mas, kok langsung ngeremes sih”. ‘Aku sejak makan pizza sudah nafsu melihat penampilan kamu Win”. Memang sih, ketika itu aku pake tanktop ketat dan jeans yang ketat juga, sehingga lekak liku bodiku mengundang tangan lelaki untuk menjamah dan meremas. “Aku pengen deh Win”, katanya lagi sambil tetap menciumi kudukku dan meremas-remas toketku dari luar tank topku. “Pengen apaan mas”, kataku sambil makin menggelinjang. “Pengen dapet kepuasan dari kamu. Kamu mau gak muasain aku Win. Kamu boleh kalo kamu mau tinggal bareng aku disini”.
Nafsuku mulai bangkit. Aku membalikkan badan dan dia segera memelukku. Dia langsung melancarkan ciumanan ganasnya, lidahnya menyelusup masuk kemulutku, dan aku membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri dia membuka tanktop dan celana jeansku, hingga aku hanya memakai bra dan CD yg berwarna hitam. Kemudian dia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangnya. Dengan senang hati kulakukan permintaannya. Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian aku diajaknya kekamar tidurnya dan direbahkan diatas ranjang yang berukuran double size. Dia mulai melumat bibirku dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhku. Kemudian ketika dia mencium CDku, di bagian memekku yang sudah basah, aku menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan.
Setelah dia puas menciumi seluruh tubuhku, kemudian dibukanya bra dan CDku. Dia juga melepaskan pakaian dalamnya, kini kami berdua sudah benar-benar bugil. “Win, toket kamu besar dan kenceng ya. Pentilnya besar lagi. Udah sering diemut dan diremes ya Win”. “Ya begitulah, cowok kalo dah diranjang kan bawaannya mau netek melulu. Mas juga mau netek kan”. Dengan sangat bernafsu dilumatnya pentilku yang berwarna coklat kemerah-merahan. Dia juga meraba dan mengusap jembutku yang sangat lebat. Dia semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhku. Kemudian dia memasukkan dua jari tangannya ke dalam memekku yang sudah basah, sedangkan lidahnya sibuk menjilati pentilku. Aku semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasku mulai berat.
Kemudian dibukanya kedua pahaku lebar-lebar agar dia dapat dengan leluasa memainkan lidahnya ke dalam memekku. Dia menjilati dan memainkan itilku dengan penuh gairah. Aku menggelinjang dan merintih saking nikmatnya, tapi dia tidak menuntaskan permainannya. Sekarang giliran aku yang mengambil alih aktivitas. Aku merebahkannya dan duduk diatasnya. Bibirnya kukecup ringan beberapa kali, dia memelukku dan mengulum bibirku dengan penuh nafsu, tetapi sebelum menjadi panas, ciuman kuhentikan. Aku mencium lembut dahinya, dia terpejam menikmati ciumanku. Beberapa kali kuberikan kecupan mesra didahinya, kemudian ciumanku turun perlahan kebelakang telinganya. Kugelitik daun telinganya dengan lidahku sambil kuhembuskan nafasku. Sekarang gantian dia yang menggelinjang kegelian. Dari telinga, ciumanku menurun ke pangkal lehernya, kepalaku menyusup ke lehernya supaya lidahku bisa menjelajahi sedikit bagian kuduknya.
Gelinjangnya makin menjadi, “Wiin”. Sambil kukecup, tanganku pun ikut mengelus dan memijat ringan daerah kuduknya. “Win, aku udah nafsu banget, dimasukin dong”. “apanya mas”. “Penisku udah pengen ngilik memek kamu, Win”, lenguhnya menikmati jilatan, usapan dan pijitan ringan di kuduknya. Aku gak perduli sama lenguhannya. Aku mulai menciumi lengan terus sampai ke jarinya. Lidahku terus menjelajah sampai ujung jarinya. “Win, kamu pinter banget memanjakan lelaki, udah pengalaman ya”, desahnya lagi. Aku tidak menjawab, lidahku kembali naik dari jari tangan ke lengannya, kemudian ke bahunya. Kupijit ringan kedua bahunya sambil terus kukecup pelan.
Dari bahu aku turun kedaerah dada. Pentilnya kujilati sambil kugigit pelan, kembali dia melenguh kenikmatan, kemudian pentilnya kuemut-emut, sama seperti ketika dia mengemut pentilku. “Ayo dong Win, dah pengen masuk nih”. “Mas sabar aja, ntar juga penis mas Winda masukin ke memek Winda, ntar Winda empot deh penis mas pake memek Winda. Sekarang nikmati dulu aja, kan kita gak ada acara lain kan, atau mas ada janji dengan perempuan lain”. “Gak ada kok Win, cuma ama kamu aja”. Setelah puas bermain dengan pentilnya, aku turun ke perutnya yang berbulu dan sampailah pada penisnya yang sudah tegang dan diliputi dengan jembut yang lebat juga. Bagian atas jembutnya nyambung dengan bulu-bulu diperutnya. Kujilati penisnya yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 18 cm dengan diameter 4,5 cm). Aku menjilat dan mengulum penisnya. Kemudian turun ke kantong pelernya, naik lagi sampai ke kepala penisnya yang sudah sangat keras. Kujilati lubang kencingnya dan kepalanya kuemut sedikit. Mulutku langsung penuh ketika seluruh kepalanya kumasukkan kembali kemulutku untuk ku emut-emut. Tidak lama kuemut penisnya, biar dia tambah penasaran, jilatanku turun lagi kepangkal penisnya ke kantong pelernya dan kujilati perineumnya yang berada diantara kantong peler dan lubang pantatnya. Dia mengerang keenakan, “Win, jangan siksa aku dong, ayo aku dah pengen ngerasain empotan memek kamu”.
Mas Firman langsung bangkit, aku direbahkannya, kakiku dikangkangkannya dan dia mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisnya ke dalam memekku yang sudah basah. Diselipkannya kepala penisnya dibibir memekku. Terasa sekali memekku dikuakkan oleh sesuatu yang bulat panjang besar dan keras sekali, sedikit-sedikit dienjotkannya penisnya membor memekku. Nikmat banget rasanya memekku dikuakkan oleh penis besarnya. “Terusin mas, masukin yang dalem, enak banget deh rasanya”, erangku. Penisnya sudah masuk setengahnya. Dia mendiamkan sejenak aktivitasnya. Giliran aku yang protes, “Kok berenti mas, terus dong dienjotnya”, kataku sambil mengangkat pantatku keatas. akibatnya penisnya ambles lagi sebagian ke memekku, “Aaaakh”, erangku, pantatku kembali terempas keranjang. Kemudian dia mulai menaik-turunkan pantatnya secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan dia membenamkan penisnya sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang penisnya amblas ke dalam memekku.
Aku mulai memutar pinggulku mengiringi keluar masuknya penisnya di memekku, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami. Dia semakin bersemangat untuk memainkan penisnya dengan cepat. Permainan kuimbangi dengan menjepit pantatnya dengan kedua kakiku. Aku merasakan penisnya semakin mentok saja mengenai ujung rahimku. Kukedutkan otot memekku sehingga dia mengerang, “Win, berasa banget deh empotan memek kamu, nikmat banget, terus diempot Win”. Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Aku semakin terlena, karena posisi tersebut membuat penisnya semakin bergesekan dengan itilku, sehingga hal itu membuat aku semakin terbakar nafsu. Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat dia meremas-remas dan menjilati serta menghisap pentilku secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.
Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan mendekati akhir permainan, aku udah mau nyampe. Memekku makin berdenyut meremas penisnya yang terus dengan gencar menusuk-nusuk memekku yg makin banjir aja. “Win, aku sudah mau ngecret nih, keluarinnya sama-sama ya..?” Aku menjawab dengan terputus-putus, “Iyaaa.. mas.. sshhh.. cepetan dong ngenjotnya, Winda.. sebentar lagi nyampe nih..!” Dengan nafas yang tidak beraturan, dia menjawab, “Tahan sebentar ya, aku juga sudah mau ngecret..” Tidak lama kemudian aku mengejang dan merintih dengan keras, “Mas, Winda nyampeeee”. Memekku makin berdenyut meremes penisnya yang disodokkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Dan akhirnya terasa semburan peju hangat didalam memekku, “Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan. “Mas.., memek Winda hangat banget sama peju mas..” aku memberikan komentar puas dengan keperkasaannya. “Nikmat banget deh dientot mas, lagi ya mas”. “iya lah, kamu pasti gak puas kan cuma seronde. Aku juga masih pengen ngerasain lagi empotan memek kamu. Hebat banget deh empotan kamu, aku belum pernah ngerasain empotan senikmat empotan kamu Win”. “Mas sering ya ngentotin abg”. “Iya, kan aku butuh penyaluran”. “Ada yang mas ajak tinggal disini juga mas”. “Pernah ada yg nemenin aku disini, tapi orangnya dah pergi”. “Wah asik dong mas, saben malem dong ngentotnya”. “La iya lah, kalo enggak buat apa ada dia disini. Kamu mau gak tinggal disini, nanti kita bisa berbagi kenikmatan tiap malem, mau ya Win”, bujuknya.
Aku diam saja, masih terengah kecapean. Kemudian aku meremas tangannya. Tidak hanya meremas, tapi juga mencium dan bahkan menjilati jari-jarinya. Aku membimbing tangannya, mengusap-usapkan tangannya ke wajahku, ke leher dan ke dada lalu ke toketku. Diberi peluang mengelus toket, segera dia merespon dengan gerakan meremas. Tanganku ikut membantu tangannya meremas toketku. Diremas-remas toketku dari sebelah ke sebelah. Dipilinnya pentilku lalu diusap. Gerakan itu terus menerus secara bergantian. Aku kembali terangsang. Bahuku bergoyang-goyang terus. Tangannya kemudian kutarik menjauh dari toketku. Telapak tangannya kubawa mengelus-ngelus perutku, mengilik-ngilik puserku sehingga aku menggelinjang kegelian.
Tangannya kemudian merayap kebawah, terus sampe bertemu dengan jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal belum nyampe memekku. Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan memekku yang sudah mulai basah. Jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan itilku yang sudah mengeras. Lalu dia memainkan jari tengahnya. Pinggulku menggeliat mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang, ketika bagian paling sensitifku tersentuh. Cukup lama dia mengilik itil dan memekku sampai kemudian aku menjepit tangannya dan memekku berkontraksi. Aku nyampe lagi berkat kilikan jarinya. Hebat banget dia memuaskan aku baik dengan penisnya maupun jarinya. Dia menarik jarinya keluar. Aku pun segera menaiki tubuhnya dan mengambil ancang-ancang untuk menancapkan kembali penisnya yang sudah ngaceng dengan kerasnya.
Dengan tidak sabar aku meraih penisnya dan kutuntun ke arah memekku. Ketika penisnya mulai memasuki memekku, terasakan dinding memekku yg sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang penisnya. Aku mulai menggerakkan pinggulku ke atas ke bawah, dan kuputar ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tangannya mulai meremas-remas toketku yg besar dan kencang. Aku dengan sangat bernafsu menekan pantatku kuat-kuat, sehingga penisnya seluruhnya amblas ditelan memekku. Kali ini aku yg memegang peranan, dia menurut saja. Dia mengangkat badannya untuk melumat pentilku. Perbuatannya semakin membuat aku mabuk kepayang. Aku memeluk kepalanya ke arah toketku. Pantatku semakin cepat kutarik dan kuputar-putar. Hingga akhirnya aku kembali nyampe. Dia yg belum ngecret membuat keputusan berganti posisi dengan doggy style.
Aku mengambil posisi menungging, kemudian dia mengarahkan penisnya ke memekku lewat belakang. Dia sangat bernafsu sekali melihat pantatku yang lebar. Tangan kanannya memegang dan menepuk-nepuk pantatku, sedangkan tangan kirinya meremas-remas toketku. Gerakan tersebut dilakukannya secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat aku makin bernafsu, karena itilku terkena gesekan penisnya. Kali ini aku mulai memberikan perlawanan. Aku menggoyang- goyangkan pantatku maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatnya. Ketika dia mendorong pantatnya aku menyodorkan pantatku ke belakang, dan ketika dia menarik pantatnya ke belakang aku menarik pantatku kedepan. Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali dia mencabut dan menyodok memekku dengan penisnya timbul bunyi akibat memekku yang banjir oleh lendir. Aku mulai merasakan kembali mau nyampe. Dia merasakan kedutan memekku makin cepat sehingga dia menyodokkan penisnya keluar masuk makin cepat juga. Sampai akhirnya punggungku melengkung dan aku nyampe lagi.
Dia mencabut penisnya dari memekku. Aku dibaringkannya. Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Ujung lidahnya menjilati bibirku. Dia segera mengecup belakang telingaku, aku mengerang “ Mas, geli, bulu roma Winda jadi berdiri semua “. “Tapi asik kan Win”, jawabnya sambil terus mengerakkan bibir dan lidahnya meluncur di leherku. Rupanya dia mau melakukan hal yang tadi aku lakukan terhadapnya. Leherku dijilat dengan lembut dan pelan, terus turun ke arah pentilku, langsung dihisapnya dengan lembut. Tubuhku kembali bergetar. “Oohhhh mas, Winda udah pengen lagi mas”. Dia kembali mendekapku dengan pelan, penisnya ditempatkan persis ditengah belahan memekku. “ Ouuuuuuuuuuuuh mas, Winda udah basah mas” Dia menggerakkan pinggulnya turun naik penuh irama , pelan pelan penisnya menyentuh itilku. “A aaah mas.” Kedua tangannya mulai membelai toketku dengan gerakan melingkar dari bawah keatas dan berakhir dipentilku yg tegak berdiri. Pelan pelan kedua kakiku dikangkangkannya, sekarang memekku terbentang jelas. Kepala penisnya diletakkan persis ditengan tengah bibir memekku dan dengan gerakkan turun naik yg berirama penisnya mulai menggosok bibir memek dan itilku. Aku mulai menekan pinggulnya agar kepala penisnya lebih erat menepel di memekku. Gerakkannya semakin cepat dan pingulku pun mulai turun naik seirama tarian dangdut penisnya. Lendir memekku semakin banyak membuat penisnya dengan leluasa bergerek didekapan memekku. Gerakanku semakin lama semakin liar, aku mulai menggigit bahunya, jemariku mencengkram kencang pantat belakangnya.
“ Maas, Winda ngerasa melayang. Winda gak tahan….. masukin dong penisnya maas, oouhhh”. Sebelum aku terkulai lemas karena nyampe lagi, diapun gak bisa tahan lebih lama lagi. Basahnya memekku dan gesekan kepala penisnya akhirnya membuat dia ngecret juga, padahal gak dimasukin kedalam. Pejunya berhamburan membasahi memek dan jembutku. Aku tertidur karena kecapean. Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun dia menyentuh toketku. Akibatnya luar biaasa . Aku langsung teransang dan mencium bibirnya penuh semangat. Rasa lapar sepertinya tertunda untuk dipuaskan, nafsu yang lain kembali mendesak untuk didahulukan. Ciumanku disambutnya dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat. Memekku disibaknya dengan jari, ujung lidahnya menerobos dengan lembut menuju itilku.
Itilku dihisap lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Aku membalikkan tubuhku sehingga aku sekarang mengangkangi kepala nya dan mulutku persis berada didepan penisnya. Kukecup lubang kencingnya. “ OOOuuhhh Win, jilat terus….” “Iya mas tapi mas jangan diam dong ………” Dia lupa dengan tugasnya karena keasyikan kuhisap. Lidahnya kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam memekku. Aku menggelinjang hebat, pahaku makin menjepit mukanya, tapi hisapan dan kulumanku dipenisnya juga semakin kencang. Posisi kembali berubah, sekarang aku telentang tepat dibawahnya. Kakiku terentang membuat posisi memekku jelas terbuka, pelan pelan ditempatkannya ujung penisnya dilubang memekku.
“Ayo dong mas, masukin yang dalam”, erangku gak sabar. Dia malah mengemut pentilku, aku kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari kepala penisnya pelan pelan telah membuka jalan masuk ke memekku. “ Maas, nikmat………”, aku mendekapnya ketika penisnya telah hampir separuh masuk ke memekku. Dinding memekku kembali berdenyut mencengkeram penisnya. Dia menarik penisnya pelan, kepalanya diarahkannya ke itilku. Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung penisnya beradu dengan itilku. “Oooh mas, Winda gak tahan nih, masukin dong penisnya”. Penisnya kembali dimasukkan ke memekku sampe ambles semuanya. “Masuk semuanya ya mas, sesek banget deh memek Winda rasanya”. Dia mulai mengenjotkan penisnya keluar masuk memekku, mula-mula pelan dan makin lama makin cepat enjotannya.
“Maas, nikmat. Enjot lebih keras lagi dong mas”, rengekku kenikmatan. Enjotannya makin menggila, itu membuat aku kembali nyampe. “Cepet banget Win, udah nyampe lagi”. Aku tidak menjawab menikmati nyampe tadi. Sampe akhirnya diapun ngecret, terasa sekali peju hangatnya menyembur membasahi memekku. Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan.