YASIR bertemu dengan teman lamanya Yanto sewaktu Yasir survei pasar, padahal Yasir sudah pernah beberapa kali ke pasar ini. Mungkin nasib baiklah yang mempertemukan mereka.
Yanto membuka usaha toko kelontong di pasar ini dan Yanto sudah punya istri, sedangkan Yasir masih bujangan dan Yasir bekerja di sebuah pabrik biskuit di bagian pemasaran.
Mereka sudah lama berpisah setelah lulus dari SMA. Yanto melanjutkan sekolahnya di luar kota, sedangkan Yasir melanjutkan sekolah di kota kelahirannya.
Yasir terkenang masa-masa nakalnya selama satu SMA dengan Yanto. Yanto berasal dari keluarga yang lebih berada daripada Yasir, Yanto mempunyai VCD player, Yanto sering mengajak Yasir bolos sekolah hanya untuk nonton film esek-esek di rumahnya. Setelah itu mereka praktekkan di sekolah dengan mengintip guru wanita kencing, khususnya guru yang masih gadis.
Padahal keduanya bukan anak yang berotak tumpul, untuk mata pelajaran Yasir sering menganggap Yanto musuh bebuyutannya di kelas.
Tetapi kemudian setelah selesai Ujian Nasional, Yanto harus mengakui kepintaran Yasir. Yasir menjadi juara kelas dengan nilai ujian tertinggi se kabupaten.
Nasib pula kemudian yang memisahkan mereka.
“Ayo, nginap di rumahku saja.” ajak Yanto.
Sebagai teman baik yang sudah sekian tahun tidak bertemu, tentu saja Yasir tidak mungkin bisa menolak ajakan Yanto.
Di rumah Yanto, Yanto memperkenalkan ibu mertuanya dan istrinya pada Yasir.
Setelah berkenalan, mereka duduk ngobrol dan saat duduk ngobrol itu, betapa sering Yasir menangkap basah ibu mertua Yanto mencuri pandang padanya.
Yasir masih bisa berpikir realistis. Ia tidak mau peristiwa ini merongrong pikirannya, lalu meretakkan hubungannya dengan Yanto.
“Wah, kamar masih berantakan, Yas… biar nanti dirapikan oleh Mami,” kata Yanto, karena mereka tidak mempunyai pembantu. Istri Yanto, dan ibu mertuanya juga masih harus membantu Yanto di toko. “Sekarang kamu mandi dulu, deh… setelah itu kita makan malam.” ujar Yanto.
Sewaktu Yasir sedang mandi, Yanto dan istrinya pergi ke restoran membeli makanan.
Tidak mungkin Yanto dan istrinya menyuguhkan makanan pada Yasir dengan makanan yang mereka makan sehari-hari.
Selesai mandi, Yasir mengenakan kaos oblong dan celana pendek masuk ke kamar, dan Yasir bertemu dengan ibu mertua Yanto yang sedang merapikan tempat tidur.
Jantung Yasir langsung bergemuruh.
“Eh… ada Tante…” kata Yasir.
“Ya Nak Yasir, Yanto lagi pergi membeli makanan dengan istrinya…”
“Napa repot-repot, Tante…?”
“Repot apa Nak Yasir?”
“Tante umur berapa masih cantik aja…” tembak Yasir.
“He.. he..” ibu mertua Yanto tertawa pelan meletakkan pantatnya duduk di tempat tidur. “Apa Nak Yasir nggak melihat wajah Tante yang lelah?”
“Kenapa Tante?”
“Tante seperti nggak punya suami, Nak Yasir. Tante sudah menyuruh suami Tante jangan pergi kerja jauh-jauh, nggak usah cari duit banyak-banyak. Warung di pasar punya Yanto itu cukup kok…”
“Nanti biar aku bicarakan dengan Yanto ya, Tante…” jawab Yasir mendekati tempat duduk ibu mertua Yanto. “Tante tenang aja…” kata Yasir mengelus-elus punggung ibu mertua Yanto.
Ibu mertua Yanto mengangkat wajah cantiknya yang belum banyak termakan usia itu menatap Yasir.
Peristiwa yang tadi yang terjadi di tempat duduk, singgah dipikiran Yasir. Yasir sudah berusaha menyingkirkan pikiran mesum yang bergelayut di pikirannya supaya tidak merenggangkan hubungan pertemanannya dengan Yanto, tetapi sekarang sewaktu mereka berdua di kamar, pandangan mata ibu mertua Yanto seperti masih menyiratkan sekelumit bara api napsu yang ingin dipuaskan.
Yasir perlahan menunduk. Sewaktu ibu mertua Yanto tidak berusaha menyingkirkan bibirnya, bibir Yasirpun turun menciumi bibir ibu mertua Yanto.
Sekelumit bara api napsu itu apabila disirami bensin mustahil akan menjadi padam, tetapi justru nyalanya kian membesar sehingga membakar kedua insan manusia yang berbeda usia itu untuk saling bergelut tanpa busana lagi di tempat tidur.
Yasir meremas payudara Tante Hani yang besar dan lembut itu sembari leher jenjangnya dihisap.
“AAAAGGHHH…” Tante Hani merintih merasakan napsunya membuncah di dalam tubuhnya.
Tante Hani bukannya tidak tau bahwa ia memberikan tubuhnya pada laki-laki yang baru beberapa jam dikenalnya, teman SMA dari menantunya pula, Tante Hani sadar, tetapi kesepian yang selama ini dideritanya hanya ia sendiri yang tau, lalu apa salahnya jika ia minta Yasir memuaskannya?
Yasir ganteng, muda, dan atletis. Yasir tidak mengecewakan. Lubang vaginanya tidak segera disentak oleh penis Yasir seperti yang dilakukan suaminya.
Yasir mengajaknya bercinta. Ada remasan-remasan nikmat pada payudaranya, dan darahnya mengalir deras sewaktu lehernya dihisap.
Kini, bulu kemaluannya dicium oleh Yasir. “AAACCHHH… OOOHHH…. NAK YAS… VAGINA TANTE BELUM DIBERSIHKAN KAMU SUDAH CIUM-CIUM, NAK YASIR…..”
“Vagina yang nggak ada baunya, Tante… seperti langit tanpa bintang…” kata Yasir.
“Ahh… ternyata Tante gak salah memilihmu, Nak Yasir… lalukanlah apa yang kamu sukai…” ujar Tante Hani. “Aaaggghh… Nak Yaa..aass…” desah Tante Hani ketika vaginanya mulai dijilat Yasir.
Tante Hani membuka pahanya yang putih mulus lebar-lebar memberikan kebebasan pada Yasir untuk menikmati setiap senti vaginanya.
Ah… Tante Hani seperti muda lagi. Ia kini bisa menggelinjang merasakan lubang intimnya dimasuki lidah oleh Yasir. Ohh… oohhh…
Kenapa baru umur segini aku merasa permainan senikmat begini… aahh… ahhh… desah Tante Hani.
Lidah Yasir berputar-putar, kadang searah jarum jam, kadang sebaliknya membuat birahi Tante Hani semakin berbinar, apalagi kemudian klitorisnya dihisap dan dijilat, aahh… ahhh… aahhh… aaahhh…
“Pengen pipis Tante, Nak Yaa..aass… ooohh… pengen pipis…. pengen pipis… ohh… oohh… Nak Yaaa…aasss… Yas… Yaaaaaaa…. aaaassssss…. YAAAA…. AAAASSSSSS…. uuuummmhh…..!!!”
Tante Hani O.R.G.A.S.M.E.
Tante Hani merasakan tubuhnya lemes seperti tak bertulang, tapi rasa nikmat yang dialaminya seperti membuat napsunya yang mulai redup itu menyala lagi.
Kemudian Tante Hani merasa nikmat saat lubang vaginanya dimasuki batang penis Yasir yang gendut.
Yasir mengocok penisnya di lubang vagina Tante Hani yang masih terasa basah, karena Tante Hani baru berumur 47 tahun dan haidnya juga masih normal sambil mereka saling melumat bibir.
Cplok… cplok… cplok… cplok…. sheerrr… chrrooottt… crrooottt… crroottt…. ccrroottt.. crroottt…
“Agghhh… Tante…” erang Yasir nikmat masih melepaskan maninya di lubang vagina Tante Hani, crrooott…. crroottt… crroott…
Saat mereka berempat duduk makan malam menghadapi hidangan di atas meja makan, antara lain ikan kakap masak saus mangga, daging saus bumbu lada hitam, ayam goreng garing, mie goreng spesial dan udang saus telur asin, Yanto dan istrinya tidak menemukan wajah temannya Yasir dan ibu mertuanya yang gelisah, melainkan malah Yanto melihat wajah ibu mertuanya segar berseri malam ini.
Yasir menginap semalam di rumah Yanto, namun tidak berarti Yasir putus hubungan dengan Tante Hani karena masih ada handphone yang menjadi jembatan cinta mereka.
Jarak juga bukan menjadi pembatas hubungan cinta mereka. Yasir sering datang ke rumah Yanto menggarap lubang vagina ibu mertuanya tanpa diketahui oleh Yanto
Akan tetapi siang itu sewaktu Yasir mampir lagi di warung Yanto, Yasir tidak bertemu dengan Yanto, tetapi Anita, istri Yanto.
“Yanto keluar kota dari tadi pagi, mungkin sore baru pulang, Yas…” kata Anita.
Yasir tidak segera pergi dari toko Yanto, karena dipesankan kopi oleh Anita dari sebuah cafe di dekat pasar.
But some how Anita bercerita pada Yasir kenapa sudah 3 tahun ia menikah dengan Yanto ia belum punya anak.
Yasirpun menawarkan dokter kandungan yang dikenalnya pada Anita. Kata Yasir, banyak pasangan yang berhasil mempunyai anak melalui tangan dingin dokter kandungan ini.
Tetapi Anita berpesan pada Yasir, jangan memberitahukan pada Yanto. Gengsi dong, laki-laki kalau ketahuan ia mandul… biarlah masalah ini Anita yang menyelesaikannya dengan Yanto.
Maka itu perjanjian Anita mengunjungi dokter kandungan dengan Yasir sudah pasti dikala Yanto keluar kota.
Selesai kunjungan ke dokter kandungan, Anita dan Yasir tidak segera berpisah. Obrolan Yasir banyak yang menyita perhatian Anita. Anita terhibur… Anita bisa tertawa lepas kala ngobrol dengan Yasir. Mereka pun bertemu di cafe.
Dua kali pertemuan… tiga kali… karena kunjungan ke dokter kandungan tidak hanya bisa dilakukan sekali, dan setiap kali kunjungan Anita selalu minta ditemani Yasir, kencan pertamapun dimulai sewaktu mereka mendapat tempat duduk di luar cafe yang sepi, hanya mereka berdua duduk minum dan ngobrol di situ, Yasir berhasil memeluk tubuh Anita dan mencium bibirnya.
Dari ciuman pertama itu Yasir dapat menilai Anita bahwa napsu Anita kurang mendapat perhatian Yanto. Apalagi kemudian Anita membuka rahasia suaminya pada Yasir, bahwa Yanto itu mempunyai penyakit mani encer, uhuuk… uhhuuk… uhuuk… Yasir terbatuk-batuk.
“Apa sebelum menikah kamu nggak periksa dulu punya Yanto apa bisa dipakai atau tidak? Mani encer itu kan tidak mendadak terjadi…?” kata Yasir.
“Kami belum pernah berhubungan intim sebelum nikah, Yas.” jawab Anita. “Penis Yanto bagaimana bentuknya aku juga gak tau…”
Jika Anita sampai berani ngomong penis pada Yasir, pertemuan di cafe lagi, setelah mereka membeli minuman di cafe lalu membawa keluar untuk minum di taman, mereka pun berciuman mesra lagi dan pada saat itu Yasir berani mengeluarkan penisnya kemudian mengarahkan tangan Anita untuk memegangnya.
Anita tidak hanya memegang penis Yasir, tetapi juga mengocok penis Yasir. Gayungpun bersambut. Anita mengajak Yasir pulang ke rumah.
Wawww…
Hanya memandang tempat tifur Tante Hani saja penis Yasir langsung ngaceng. Dan pada waktu Anita pergi ke kamar mandi, Yasirpun berciuman mesra dengan Tante Hani.
Mereka berdua sudah biasa bersetubuh. Merekapun bersetubuh. Anita keluar dari kamar mandi, yang tampak oleh Anita adalah maminya duduk ngobrol dengan Yasir, padahal jantung keduanya berdebar-debar, karena keduanya baru 5 menit yang lalu melakukan aksi hubungan kelamin di kamar.
Anita menyuruh Yasir mandi. Selesai Yasir mandi dan bertukar pakaian bersih, ketiganya makan duduk mengelilingi meja makan di dapur.
Pastinya tidak ada kecurigaan dari Tante Hani kenapa Anita mengajak Yasir menginap di rumah tanpa Yanto, karena birahinya bisa dipuaskan Yasir.
Tadi sebelum makan, Yasir baru sampai, sudah sekali lubang vagina Tante Hani dipuaskan oleh kontol Yasir, belum lagi nanti, selesai makan.
Tante Hani tidak tau transaksi yang terjadi antara Anita dan Yasir di bawah meja kalau tangan Yasir sedang mengelus bulu zembut Anita.
Anita yang tidak memakai celana dalam itu sengaja membuka pahanya lebar-lebar membiarkan biji kelentitnya dicubit dan ditarik-tarik jari Yasir, karena Anita merasa nikmat. Selama 3 tahun pernikahan biji itu belum sama sekali disentuh Yanto, baru sekarang oleh Yasir.
Oh… alamak… rintih Anita dalam hati menahan nikmat cubitan jari Yasir pada biji kelentitnya sampai-sampai Anita lari tunggang langgang melepaskan air kencingnya dan orgasmenya di kamar mandi.
Huuu…uuuffff… Anita menghembuskan napas lega.
Selesai makan, Tante Hani membersihkan meja makan dan dapur. Anita beralasan merapikan kamar, tetapi di dalam kamar, tubuhnya ditelanjangi oleh Yasir lalu payudaranya yang mungil masih kencang dan berdiri tegang itu diremas Yasir, dikulum mulut Yasir dan dihisap.
Lubang vaginanya menjadi permainan jari tangan Yasir. Lubang itu sampai becek.
Anita yang baru berumur 26 tahun itu dan baru pertama kali merasakan permainan ini tentu saja sangat menikmati malahan ia berani mendesah dan merintih.
Sampai tahap ini sekali lagi Anita orgasme, baru kemudian lubang vagina dicucuk oleh penis gemuk milik teman suaminya itu.
“AAAACCHH…. UUUMMH…” rintih Anita saat lubang vaginanya disodok batang kelamin Yasir. Anita merasa lubang vaginanya ngilu bercampur geli disambung dengan nikmat saat biji kelentitnya tergesek-gesek batang Yasir saat batang Yasir melakukan pergerakan maju-mundur.
Foto pengantinnya yang dibingkai dengan pigura berwarna putih dan terpajang di dinding kamar, seolah tanpa arti.
“AAAKKKHHH… AAAGGHH… OOOHHH…. AAAGGHHH… AAAGGHH…. AAAGGHHH… OOOHH…. OOOHHHH… OOOHH…” rintih Anita terlentang dengan tubuh telanjang. Kedua tangannya ke belakang menggenggam erat ujung bantal kepala. Lubang vaginanya terus disodok.
Kadang bibirnya dicium, teteknya dihisap… diremas… Anita tak tahan lagi… demikian pula dengan Yasir.
Anita kemudian tak peduli lagi sewaktu lubang vagina disemprot oleh peju Yasir yang kental dan hangat.
Malah Yasir menarik keluar penisnya perlahan. Setelah itu ia memperhatikan lubang vagina istri temannya itu yang mengeluarkan cairan pejunya.
Uuuhhh… Yasir menyodorkan penis basahnya untuk dibersihkan oleh mulut Anita.
Kemudian yang ditemukan Tante Hani di kamar setelah dapurnya bersih adalah Anita sedang duduk ngobrol dengan Yasir di tempat tidur.
Tante Hani ikut nimbrung.
Tante Hani mengungkapkan keinginannya mempunyai seorang cucu.
Toko Yanto boleh berjalan lancar, bini cantik, rumah bagus, kendaraan mobil sampai tidak muat di halaman, harus parkir di tepi jalan, apalah airnya harta, bila jiwa tidak dipuaskan oleh ramainya celoteh seorang cucu, lantai rumah berantakan oleh mainan cucu… dinding rumah yang dicoret-coret cucu…
Ah… peduli amat Anita dengan celoteh maminya dengan Yasir. Anita berbaring membuka hapenya. Kedua kakinya ditekuk berdiri dan Anita tidak sadar jika ujung dasternya sudah tidak tersangkut di dengkulnya, melainkan mempelorot turun sampai di tengah pahanya.
Yasir yang duduk di sebelah Anita melihat dan Yasirpun membuka rahasianya untuk kedua wanita yang sudah pernah disetubuhinya itu dengan membuka paha Anita dan mencium vagina Anita.
“Mamimu juga istriku, Nit… aku tidak ingin menyembunyikan rahasia itu lagi…” kata Yasir.
“Ya Nit, maafkan Mami…”
“Ah… bukannya Anita yang harus minta maaf, Mi…” kata Anita. “Anita sudah merebut suami Mami…”
Mereka telanjang bertiga. Yasir berbaring di tengah menjilat vagina Anita, sedangkan penisnya dikocok dan dihisap Tante Hani.
Dan pada saat lubang vagina Tante Hani digojlok oleh penis Yasir, vagina Anita dijilat oleh Tante Anita.
Owww… permainan semakin seru seolah ketiganya tidak mengenal malam.
Gantian vagina Tante Hani dijilat Anita saat lubang vaginanya digenjot penis Yasir.
Yanto?
Tidur pulas di kamar hotel!
Sebulan kemudian, Yanto baru kaget sewaktu Anita dinyatakan hamil sudah 2 minggu oleh dokter kandungan yang memeriksanya
Kecuali cerita COPAS. Itupun harus dibaca dan diperiksa berulang karena cerita-cerita tersebut kebanyakan ditulis sebelum internet semaju seperti sekarang ini, pengiriman cerita masih melalui email.
Terima kasih