Aku tak pernah menyangka peristiwa itu akan terjadi dalam hidupku. Karena perkawinanku dengan Mas Didi rasanya tiada masalah. Aku malah merasa bersyukur punya suami seperti Mas Didi. Di usia yang relatif muda, dia sudah tergolong orang sukses baik dalam pekerjaan maupun bisnis sampingannya. Ya, di usia 26 tahun dia sudah mampu membeli rumah tua, lalu dirombak total jadi sebuah rumah baru yang lumayan megah. Dia juga sudah mampu membeli mobil yang lumayan mahal, bukan mobil kelas pasaran. Perabotan yang kami milikipun, bukan perabotan kelas pasaran. Semuanya berkelas. Dan yang terpenting, kami sudah memiliki seorang anak yang lucu, yang jadi rebutan antara orang tuaku dengan mertuaku. Faktor lucky yang dimiliki oleh suamiku memang cemerlang. Apa pun yang diolahnya selalu mendatangkan keuntungan besar. Lalu mengapa peristiwa itu harus terjadi? Aku masih ingat benar Jumat sore itu aku diajak oleh suamiku untuk berweekend di kompleks villa milik perkebunan teh, dengan suasana yang benar-benar asli dan tenang sekali. Kami berangkat hanya berdua saja. Anakku dititipkan di rumah mertuaku. Mungkin sesekali suamiku ingin santai berduaan saja denganku. Villa-villa milik perkebunan teh itu berderet setelah melalui jalan yang diportal dan dijaga oleh satpam. Villa-villa yang ada di tengah kebun teh dengan view hutan belantara itu terbuat dari kayu semua. Maka suasananya pun jadi sangat tradisional. Yang istimewa dari villa-villa ini adalah kamar mandinya dialiri oleh air panas mineral, yang katanya baik untuk kulit. Mulanya kupikir suamiku hanya ingin menikmati weekend berdua saja denganku. Maka ketika ia meneguk kopi panas dan sebatang rokok di kursi rotan yang ada di dalam villa itu, kupikir ia sedang mulai menikmati masa santainya. Tapi ternyata ia mulai membuka pembicaraan serius, Fen…dalam setahun ini aku lain kan? Lain gimana Mas? Aku seperti kehilangan gairah dalam seks. Ah, mungkin Mas Didi lagi capek aja kali. Kan kadang-kadang Mas Didi begitu menggebu-gebu di ranjang. Nah, Fen tau kalau sedang menggebu-gebu gitu , apa yang terbayang di lamunanku? Hmm…paling juga Mas Didi bayangin sedang bersetubuh dengan artis yang seksi. Salah, suamiku geleng-geleng kepala, justru sebaliknya…aku bayangkan Fen sedang disetubuhi sama lelaki lain. Iiih… Tentu aku cemburu kalau melihat Fen sedang disetubuhi sama lelaki lain. Tapi dari rasa cemburu itu timbul gairah yang luar biasa…. Kok aneh Mas? Sebenarnya tidak aneh. Banyak lelaki lain yang seperti aku. Malah kata para ahli, pada umumnya para suami sering diam-diam membayangkan istrinya disetubuhi lelaki lain. Emang siapa lelaki yang Mas Didi bayangkan itu? Willy… Willy? Dia kan sahabat yang paling dekat sama Mas Didi. Justru karena dia itu sahabatku, maka dialah yang paling mungkin diajak bersama kita. Diajak gimana? Fen, suamiku memegang tanganku dengan lembut, aku sangat terobsesi, ingin melihat Fen disetubuhi oleh Willy. Hal itu akan menjadi obat bagiku. Percayalah Fen. Iiih…Mas Didi kok begitu sih jalan pikirannya? Fen mau kan digauli sama Willy di depan mataku? Aku terhenyak. Aku tahu bahwa Willy itu tampan dan lebih muda daripada suamiku. Tapi sedikit pun aku tak pernah memikirkan yang bukan-bukan mengenai dirinya, selain bahwa dia itu sahabat suamiku. Aku serius, sayang, kata suamiku dengan nada menghiba. Mas Didi jangan punya pikiran begitu dong. Nanti bisa rusak rumah tangga kita, kataku sambil berdiri dan melangkah ke jendela, memandang ke arah kebun teh dengan latar belakang bukit dan hutan menghijau. Tidak, kata suamiku sambil menghampiriku, Aku jamin hubungan kita malah akan semakin baik. Fen pegang deh omonganku. Fen tau kan aku ini gak pernah ingkar janji? Lalu entah setan dari mana yang menggodaku saat itu. Membuatku berkhayal yang bukan-bukan. Membayangkan digeluti oleh lelaki muda yang tampan dan bernama Willy itu. Ah, gila, aku harus mengusir pikiran itu jauh-jauh ! Aku ini seorang istri yang sejati ! Aku harus tetap setia kepada Mas Didi ! Atau begini aja, kata suamiku sambil memeluk pinggangku dari belakang, Fen dipijat saja sama dia. Fen belum tau kalau dia menguasai ilmu massage kan? Nah, mendengar pijat-pijatan aku kontan tergiur. Soalnya aku senang dipijat. Tapi hanya dipijat oleh wanita. Belum pernah dipijat oleh lelaki. Terus? tanyaku. Nanti lihat-lihat sikon deh. Boleh dilanjutkan ke intercourse, boleh juga tidak. Kalau tidak dilanjutkan ke intercourse, aku mau. Asalkan benar-benar jadi obat buat Mas Didi. Tapi kalau sampai intercourse…entahlah… Nah, itu namanya istriku, kata suamiku disusul dengan kecupan di pipi. Emang kapan mau Mas Didi laksanakan? Sekarang, jawab suamiku sambil tersenyum. Aku terkejut, Sekarang?! Emang dia ada di mana? Gak jauh dari sini. Tinggal call aja, paling lama juga setengah jam sudah ada di sini, sahut suamiku, masih dengan senyum menggoda. Jadi Mas Didi sudah berunding sama dia sejak kemaren-kemaren? tegurku bernada mendakwa. Suamiku mengangguk dan memegang hpnya, Sekarang aku call dia ya. Suamiku benar-benar menghubungi Willy lewat handphonenya, dan suaranya dikueluarkan di speaker, sehingga aku bisa mendengar semuanya. Willy…Fen minta dipijat…kamu kan jago dalam ilmu massage. Oke. Dalam duapuluh menit aku tiba di tempatmu. Mendengar itu semua aku jadi degdegan. Soalnya tadi suamiku sudah menyampaikan keinginan utamanya. Lalu apa yang akan terjadi nanti? Ah, aku harus berusaha menenangkan diri. Bukankah tadi aku hanya setuju kalau Willy hanya akan memijatku saja? Belum sampai 20 menit terdengar suara mobil berhenti di depan villa kayu ini.. Kulihat dari jendela, memang Willy yang datang. Jantungku makin berdebar-debar. Willy memang tampan…tampan benar. Tapi…ah … apa yang akan terjadi nanti? Apa kabar Fen? tegur Willy sambil menjabat tanganku. Tapi gilanya teguran itu diikuti dengan ciuman di pipi kanan dan kiriku. Padahal biasanya dia hanya menjabat tanganku saja. Dan kali ini aku benar-benar deg-degan di depan lelaki muda yang semakin tampan di mataku. Baik, sahutku dengan sikap canggung, Mana Nenny? Gak diajak? Gak, Willy menggelengkan kepala, Dia kan lagi punya bayi kecil…dapet adopsi dari yayasan. Ohya?! Kan sudah punya anak kandung, ngapain adopsi lagi? Yah, hitung-hitung amal aja, kata Willy sambil melirik ke arah suamiku yang sedang tersenyum-senyum di kursi. Ayo kalau mau massage, kita mulai, kata Willy, Tapi silakan ke kamar mandi dulu, lepaskan semua pakaian, lalu pakai handuk saja, jangan ada benda lain di badan Fen kecuali handuk itu, supaya lotionnya tidak mengotori pakaian Fen.” Tanpa ragu-ragu lagi aku masuk ke kamar mandi menanggalkan semua pakaianku, lalu membelitkan handuk kuning coklat muda di tubuhku. Memang kalau aku dipijat di salon juga suka disuruh melepaskan semua pakaian, lalu membelitkan handuk di tubuhku. Tapi kalau dipijat di salon, pemijatnya selalu wanita. Dan ini yang pertama kalinya aku mau dipijat oleh lelaki. Ketika aku keluar dari kamar mandi, kulihat Willy juga sudah dalam keadaan seperti aku. Hanya membelitkan handuk yang menutupi tubuhnya dari perut sampai lutut. Setahuku para pemijat di salon-salon tidak seperti itu. Mungkin Willy ingin agar pakaian rapinya tidak terciprati lotion, karena kulihat dia sudah memegang sebotol lotion. Di mana pijitnya Mas? tanyaku pada suamiku. Di sana aja, suamiku menunjuk ke salah satu tempat tidur di salah satu kamar. Di villa kayu itu ada dua kamar, masing-masing kamar ada dua tempat tidur. Dan yang ditunjuk oleh suamiku adalah tempat tidur di kamar yang berada di bagian belakang, berdampingan dengan kamar mandi. Eksekutif muda kok bisa massage segala, Wil? cetusku sambil melangkah ke arah tempat tidur yang ditunjuk oleh suamiku tadi. Dulu, waktu masih jadi mahasiswa, sengaja mempelajari ilmu massage, supaya bisa saling pijit dengan teman di rumah kost, sahutnya. Aku naik ke atas tempat tidur, sementara suamiku juga rebahan di tempat tidur yang satunya lagi, sambil ngotak-ngatik handphonenya, lalu terdengar suara musik dari handphone suamiku. Lagu-lagu instrumental dari kelompok Buddha Bar, kelompok kesukaannya. Aku disuruh telungkup. Handukku ditarik dan ditutupkan ke bagian belakang badanku. Kemudian aku mulai merasakan pijitan di jari kakiku. Memang enak sekali pijitan Willy itu. Tak kusangka kalau ia pandai massage segala. Tapi handuk itu lalu ditarik, sehingga tak ada penutup bagian belakang tubuhku lagi. Aku mulai degdegan lagi. Tapi aku berusaha menenangkan diri. Toh ada suamiku di tempat tidur satunya lagi. Ternyata Willy mau menuangkan lotion ke sekujur tubuhku bagian belakang. Kemudian kurasakan ia mulai mengurut punggung dan bahuku. Aku sadar bahwa saat itu tak ada sehelai benang pun menutupi tubuhku. Tapi karena aku sedang telungkup, aku masih bisa menenang-nenangkan diri. Lagipula semua ini atas restu suamiku sendiri. Dan ia ada di dalam kamar ini juga. Maka tiada yang perlu kutakutkan. Terlebih kalau mengingat bahwa Willy sudah akrab denganku. Namun tahukah suamiku, bahwa pijitan Willy ini makin lama makin kuat menciptakan fantasi di dalam bathinku? Masalahnya urutan Willy bukan lagi hanya di bagian bahu dan punggung. Dia mulai memijat-mijat buah pinggulku. Kemudian turun lagi ke bawah…ke pangkal pahaku. Ah…jemarinya berkali-kali menyentuh bibir vaginaku. Bukan cuma menyentuh, tapi mulai mengelus mulut anus dan bibir kemaluanku yang sudah licin oleh lotion itu. Oooh….ini benar-benar membangkitkan hasrat kewanitaanku yang sudah berbulan-bulan tak dipuasi oleh suamiku. Aku berusaha menguatkan diri sambil meremas-remas bantal yang menutupi wajahku. Tapi sulit sekali menahan desir nafsu yang makin lama makin menguasai jiwaku ini. Dan ketika aku makin sulit menindas nafsu birahiku, Willy malah membalikkan tubuhku jadi menelentang. Cepat aku menutupi kemaluanku dengan kedua tanganku. Tapi buah dadaku lupa kututupi. Dan Willy malah berkata, Santai aja Fen. Kita ini bukan baru kenal sebulan dua bulan…santailah. Biar aku bisa memijat dengan benar. Kemudian kurasakan betisku mulai diurut-urut. Memang enak sekali pijatan dan urutan Willy ini. Ketika aku melirik ke arah suamiku, ia malah ngasih isyarat dengan mata dan bibir, agar aku diam saja. Maka sambil memejamkan mata, kubiarkan saja Willy mulai memijat dan mengurut-urut pangkal pahaku yang sudah dilumuri lotion. Dan…sesekali ia mengelus bibir vaginaku lagi, terkadang malah terasa jarinya masuk ke dalam vaginaku. Oooh…bukan hanya masuk tapi terasa berputar-putar di dalam celah vaginaku! Ini membuatku terkejang-kejang dalam nikmat, tak ubahnya wanita yang sedang disetubuhi. Tak lama kemudian, Willy berlutut dengan kedua lutut di kanan kiri pinggangku. Saat itu ia memijat kepalaku. Tapi apa yang menyentuh-nyentuh dadaku ini? Aku membuka mataku dan mengamati apa yang mencolek-colek payudaraku ini? Bukankah kedua tangan Willy sedang memijat kepalaku? Dan…O, my God ! Rupanya yang menyentuh-nyentuh buah dadaku itu penis Willy…dan penis itu, O, my God…panjang dan besar sekali ! Jauh lebih panjang dan besar daripada penis suamiku! Aku merasa seperti tak kuat lagi menahan napsu yang semakin menggila. Dan aku tak tau lagi apa yang harus kulakukan. Bahkan ketika melirik ke arah suamiku, ah…dia malah tersenyum sambil memberi isyarat dengan tangannya…agar aku memegang penis panjang gede itu, penis yang sekarang mulai menyentuh-nyentuh leherku. Memang aku penasaran, ingin menggenggam penis lelaki tampan itu. Lalu seperti dihipnotis, tanganku bergerak…memegang penis yang menekan-nekan leherku ini. Oh, sudah tegang sekali. Dan saking besarnya, tanganku tak dapat menggenggamnya sampai penuh ! Tadinya kupikir penis segede ini hanya dimiliki oleh orang-orang bule atau negro seperti di film-film bokep. Ternyata di dalam kenyataan pun ada penis sedahsyat ini. Ketika aku baru memegang penis Willy, tiba-tiba suamiku mengangsurkan setengah gelas white wine ke dekat mulutku sambil berkata, Minumlah dulu, biar jangan canggung-canggung. Aku merasa tawaran suamiku datang pada saat yang tepat. Karena aku benar-benar canggung dalam suasana seperti ini. Maka tanpa banyak pikir lagi kureguk wine itu sampai habis. Dan aku tahu wine itu dibekal dari rumah tadi, untuk mengusir hawa dingin katanya. Tapi aku tak menyangka wine yang diberikan padaku barusan jauh lebih keras dari biasanya. Sehingga aku merasa langsung naik. Dan aku tidak tahu bagaimana mulainya. Tahu-tahu batang kemaluan perkasa itu sudah berada di dalam mulutku. Sesak sekali rasanya, karena ukurannya jauh lebih edan daripada penis suamiku. Aku juga tidak tahu bagaimana mulainya, tahu-tahu aku merasa vaginaku sedang dijilati dan diisap-isap oleh Willy. Berarti aku dan Willy sedang di dalam posisi 69 ! Ooooh…ini terlalu syur dan nikmat. Tapi aku terpaksa menahan rintihanku, karena mulutku sedang menyelomoti penis Willy. Lagian aku masih sadar bahwa suamiku ada di dekatku. Mungkin dia sedang mengamati semuanya ini, yang katanya bisa menjadi obat pembangkit gairahnya. Tapi aku semakin syur…semakin lama semakin lupa daratan….oooh…ini jelas mulai mau orgasme ….orgasme pertama akibat jilatan lelaki yang bukan suamiku ! Kucapai puncak kenikmatan ini. Orgasme yang aduhai ini…oooh…kenapa rasanya jauh lebih nikmat daripada biasanya? Manakala aku sedang menghayati kenikmatan yang baru saja kucapai, tahu-tahu Willy sudah berada di atas tubuhku dengan batang kemaluan yang sudah ditempelkan di mulut vaginaku. Aku memang ingin, ingin sekali merasakan digasak oleh batang kemaluan perkasa itu. Tapi aku merasa harus minta izin kepada suamiku. Aku menoleh padanya, “Mas….” kataku dengan pandangan bergoyang, hanya itu yang mampu kuucapkan. Namun tampaknya suamiku mengerti bahwa aku minta izin untuk bersenggama yang sebenarnya. Ia malah memegang pergelangan tanganku sambil mengangguk dengan senyum. Dan berkata, Ayo lakukanlah jangan canggung ya. Semua ini memang keinginan aku dan Willy. Lalu secara spontan saja kakiku merenggang lebar, seolah mempersilakan batang kemaluan Willy memasuki tubuhku. Dan oooh…aku benar-benar merasakan penis aduhai itu membenam sedikit demi sedikit ke dalam liang vaginaku yang baru saja mencapai orgasme tadi. Ini untuk yang pertama kalinya liang vaginaku dimasuki penis yang bukan milik suamiku ! Entah karena pengaruh wine yang kureguk tadi, entah karena sudah dirasuki napsu birahiku sendiri yang sudah lebih dari sebulan tidak dipuasi, entahlah. Yang jelas aku mulai mendekap pinggang Willy kuat-kuat, seolah takut ditinggalkan. Lalu kurasakan batang kemaluan yang gagah perkasa itu mulai bergerak-gerak maju mundur di dalam liang vaginaku. Oh, aku benar-benar melakukannya. Benar-benar sedang bersetubuh dengan sahabat suamiku. Dan…oooh…batang kemaluan Willy yang panjang gede itu terasa penuh sesak di dalam liang kenikmatanku. Pada waktu bergeser-geser maju mundur, benar-benar terasa gesekan-gesekannya di dinding lorong kemaluanku. Seolah-olah tiada yang tersisa oleh gesekannya. Ini membuatku lupa daratan. Tanpa sadar aku pun mulai merintih dalam nikmat yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, Oooh…Willy…Willy….oooh….ini enak banget Willy…kamu edan Willy…kok enak banget Willy…ooooh…. bisikku dengan napas terengah-engah. Rasanya aku keceplosan mengutarakan perasaanku tanpa menyadari bahwa semuanya ini terjadi di depan mata suamiku sendiri. Tapi ketika aku melirik ke arah suamiku ia malah berkata, Ayo ***k usah canggung .mainlah sebinal mungkin .ini sangat erotis buatku Ucapan suamiku itu membuatku jadi berani untuk menikmati semuanya ini. Dan suamiku seperti sengaja ingin memberikan kebebasan padaku untuk melakukan semuanya ini. Ia melangkah ke pintu sambil berkata, “Rokokku habis. Mau beli rokok dulu ya. Enjoy aja Fen…jangan canggung.” Suamiku tak kelihatan lagi setelah ia menutupkan pintu dari luar. Dan Willy semakin garang mengayun batang kemaluannya, sehingga terasa menyundul-nyundul mulut rahimku di ujung liang vaginaku. Oh…ini luar biasa enaknya. Membuatku gemetar dalam kenikmatan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Dan aku tak dapat mengendalikan celotehanku sendiri….terus-terusan mulutku melontarkan reaksi dari enjotan batang kemaluan Willy yang perkasa itu, “Willy…oooh….Willly….oooh…..iya, Wil….enak banget, Wil….Wil….ooooh… Willly….aaaah…shhhhhaaaaah…..aaaah….” Tak cukup dengan hanya mengentot liang kemaluanku, Willy pun meremas-remas buah dadaku dengan ganasnya, sehingga kadang tgerasa sakit tapi tak kupedulikan. Lidah Willy pun terus-terusan menjilati leherku yang mulai keringatan. Terkadang disertai gigitan-gigitan kecil yang terasa enak banget… Dan…lagi-lagi aku merasakan mau mencapai titik puncak kenikmatanku alias orgasme. Aku menahan-nahan nafas. Menggeliat dan mengejang….lalu mendesah, “Willy….ooooh…..aku mau…mau lepassssssss…..” Seperti burung patah sayap, kedua tanganku mengepak-ngepak, lalu menarik kepala Willy kuat-kuat ke dalam pelukanku, sehingga bibirnya menempel di bibirku…lalu kulumat bibir lelaki tampan itu sambil merasakan indah dan nikmatnya orgasmeku. Willy mengelus rambutku, namun tetap mengayun batang kemaluannya di dalam jepitan liang kewanitaanku yang baru dipuasi olehnya. Keringat Willy terasa berjatuhan di leher dan pipiku, Bercampur aduk dengan keringatku. “A…aku …udah dua kali orga…Wil….” pengakuanku tersengal-sengal karena Willy makin ganas mengentotku. Willy yang sedang mencelucupi puting payudaraku memandangku, “Masa? Bukan baru sekali?” “Tadi kan…waktu diemut sekali…barusan sekali lagi…” “O, gitu…sekarang kita ganti posisi doggy yok…” Sebenarnya aku paling suka posisi doggy. Tapi aku melirik-lirik dulu ke sekitar kamar. Dan suamiku belum muncul juga. Maka kusetujui saja usul Willy itu. Ia mencabut penisnya dan memberi kesempatan padaku untuk bergerak. Tanpa keraguan sedikit pun aku menungging di ppinggiran tempat tidur. Sambil berdiri Willy memasukkan batang kemaluannya ke liang kemaluanku. Dan blessss….penis sahabat suamiku itu membenam dengan mantapnya. Sambil memegang pinggulku, Willy mulai mengayun batang kemaluannya. Pada saat yang sama suamiku muncul dan tertawa, “Hahahaha….sudah ganti posisi?! Bagusss…” Kulihat suamiku meneguk minuman sambil menonton persetubuhanku dengan Willy. Ia tampak begitu asyik menyaksikan semuanya ini. Willy malah makin ganas mengenjot liang kemaluanku. Penisnya seperti batang pompa yang sedang diaktifkan….maju mundur dengan mantapnya. Dan moncong penis Willy itu…berkali-kali menubruk ujung liang vaginaku, sehingga berkali-kali pula aku terpejam dalam nikmat. “Lepasin di mana nih?” tanya Willy. “Emang mau keluar? Oooh…aku juga mau keluar Wil….” sahutku sambil menggoyang-goyang pinggulku seedan mungkin, “Lepasin di luar aja Wil…” Sebenarnya aku ingin Willy melepaskan air maninya di dalam liang kemaluanku. Tapi aku gak enak sama suamiku, takut kalau ia kurang nyaman melihat kemaluanku berlepotan dengan air mani Willy. Beberapa saat kemudian Willy mencabut batang kemaluannya. Lalu kurasakan moncong penis perkasa itu menyembur-nyemburkan cairan kental hangat ke punggungku. Tapi sesaat kemudian tau-tau batang kemaluan suamiku sudah dibenamkan ke dalam kemaluanku, pada saat aku masih nungging. Rupanya dia terangsang berat dan ingin menyetubuhiku dalam posisi nungging seperti yang Willy lakukan padaku. Dengan perasaan kasihan kuladeni nafsu seksual suamiku sebaik mungkin. Dan aku mulai percaya pada apa yang dikatakan oleh suamiku. Ia mendadak jadi lelaki perkasa waktu menyetubuhiku. Membuat keringatku bercucuran. Dan gilanya, setelah suamiku ejakulasi, Willly maju lagi. Rupanya Willy pun terangsang hebat melihat aku bersetubuh dengan suamiku. Meski mulai letih, aku ladeni juga keperkasaan sahabat suamiku yang tampan itu. Yang lebih gila lagi, setelah Willy selesai menyetubuhiku, suamiku maju lagi. Ini benar-benar luar biasa ! Pada hari-hari berikutnya. aku mulai percaya bahwa kejadian di villa kayu itu sangat berpengaruh buat suamiku. Gairah seksualnya jadi menggebu-gebu terus. Dan pada waktu menyetubuhiku, ia berbisik, “Aku sering membayangkan dirimu sedang disetubuhi oleh Willy. Kalau khayalanku timbul, aku langsung ingin menyetubuhimu, sayang.” Dengan kata lain, semua yang telah terjadi di antara aku dan Willy menjadi semacam obat bagi suamiku. Hal itu membuatku senang juga. Lagipula aku harus mengakuinya secara jujur, bahwa hubungan seksualku dengan Willy meninggalkan bekas di hatiku…meninggalkan kenangan indah buatku sendiri. Karena itu aku tak menyesali apa yang telah terjadi di villa kayu itu. Hari demi hari pun berputar terus. Sampai pada suatu saat…… “Kamu gak kepengen bikin acara lagi sama Willy?” tanya suamiku sambil mengelus rambutku. “Threesome lagi?” aku balik nanya. “Iya…kalau mau nanti kita atur-atur waktu dan tempatnya.” “Nggak ah…sama Willy mah gak mau. Kegedean penisnya…” sahutku. Jelas aku berbohong. Padahal aku takut kalau aku jadi tergila-gila pada ketampanan Willy kelak. “Ohya? Kan lebih gede itu bukannya lebih enak?” “Nggak tau buat wanita lain mah. Aku sih mau yang standard aja.” “Jadi kalau ada lelakinya yang punya penis ukuran standard, kamu mau threesome lagi, gitu?” “Kalau Mas Didi emang mau lagi, aku sih ikut kemauan suami aja.” “Kira-kira sama siapa ya? Kamu udah punya gambaran siapa yang bisa kita ajak?” “Gak. Mas aja yang pilihin. Asal jangan yang brengsek aja.” “Maunya yang muda atau sebaya denganku?” “Hihihihi…kalau ada sih mendingan yang muda. Biar Mas Didi lebih cemburu.” “Yang ABG mau?” “Terserah Mas Didi deh.” “Ada lho…si Boy aja ya.” “Boy? Idiiih…apa dia mau sama aku yang udah tua gini?” “Hush! Siapa bilang kamu sudah tua? Kan umurmu baru duapuluh lima.” Tapi Mas kataku dengan ragu. Mmm? suamiku menyahut tanpa menoleh ke arahku. Emangnya kalau aku berusaha terus-terusan mengikuti keinginan Mas, apa jaminannya? Jaminan bahwa perkawinan kita takkan amburadul . Suamiku menoleh padaku. Wajahnya seperti penuh harap. Dan berkata dengan lembut, Kujamin sayang .kujamin cintaku padamu malah akan semakin besar. Perkawinan kita akan tetap utuh. Apalagi perkawinan kita sudah diikat oleh anak-anak kita. Mana mungkin aku tega menghancurkannya?! Aku terdiam. Mas Didi memegang kedua bahuku. Berkata lirih, Jadi sekarang sudah mengerti apa yang kuinginkan dan siap melaksanakannya? Aku masih terdiam. Dengan perasaan bercampur aduk. Lalu memeluknya erat-erat sambil berkata lirih, Aku takut kehilangan Mas takut pada akhirnya Mas meninggalkanku .aku terlalu mencintai Mas Itu tak mungkin terjadi, sayang. Hanya maut yang boleh memisahkan kita, bisik Mas Didi sambil membelai rambutku. Kami terdiam. Hanya elahan napas kami yang terdengar di malam yang hening ini. Kapan kita laksanakan, sayang? tanya suamiku memecahkan keheningan. Nggak tau Mas aku masih ragu terserah Mas aja deh . Siiiippppppppppppp!!! Mas Didi menciumi pipiku dan kelihatan jadi ceria. Tapi Mas harus bikin perjanjian dulu di atas meterai .isinya menjelaskan bahwa semua yang akan terjadi adalah keinginan Mas dan Mas berjanji takkan menceraikan aku meski apa pun yang terjadi sebagai dampak dari rencana Mas itu .Mas mau membuat perjanjian itu? Mau ! Sekarang pun aku siap untuk membuat surat perjanjian itu. Besok saja. Nggak usah terburu-buru. Sekarang kan sudah malam sekali Mas. Iya besok surat perjanjian itu pasti kubuat. Tapi emangnya di mana kita akan melakukannya Mas? Di sini kan bahaya, kalau ketahuan anak-anak atau pembantu bisa heboh nanti. Di villa saja. Meskipun kita belum punya villa, kan banyak villa yang bisa kita sewa. Besok pulang kerja akan kucari villanya. Tapi kalau Boy gak mau gimana? Hahaha gak mungkin gak mau! Aku yakin itu. Tapi kita harus atur dulu caranya, supaya semuanya berjalan mulus. Aku cuma tertunduk. Sambil membayangkan apa yang akan terjadi seandainya rencana rahasia itu sudah dilaksanakan. Ah, baru membayangkannya saja darahku sudah berdesir-desir tak menentu. Soalnya tubuhku ini akan dijamah oleh lelaki lain lagi. Nanti kalau tidak sampai bersetubuh nggak apa-apa kan Mas? kataku lirih sambil mengelus dada suamiku, “Soalnya Boy itu masih ABG banget…” Suamiku menyahut perlahan, Apa pun yang terjadi harus terbit dari nalurimu sendiri. Jangan merasa terpaksa. Sekalipun terjadi persetubuhan nggak apa-apa .bahkan dilepaskan di dalam juga nggak apa-apa. Kan sudah dipasangi alat KB. tapi hal itu harus terjadi berdasarkan keinginanmu sendiri. Jangan sampai merasa terpaksa. Iiih kata-kata suamiku membuatku merinding. Membayangkan Boy nembakin air maninya di dalam kemaluanku .oh seperti apa perasaanku nanti? Sebenarnya hatiku bertanya-tanya, Apakah aku harus terus-terusan digauli oleh lelaki lain agar suamiku tetap prima gairah seksualnya? Tapi aku tak tega mengatakannya. Takut semangat suamiku ngedrop lagi. Sebelum kami tertidur, masih sempat kudengar suara suamiku, Kita lakukan secara smooth and clear. Jangan terburu-buru. Rangsang dulu si Boy sedikit demi sedikit. Supaya dia mulai membayangkanm. Kalau langsung diajak bersetubuh, bisa kaget dia nanti, malah mungkin bisa gagal meraihnya .. Esok paginya, ketika suamiku sudah pergi kerja, Boy datang. Aneh, perasaanku jadi lain dari biasanya. Karena aku sudah menyetujui keinginan suamiku, untuk mengajak Boy agar menggauliku. Ah kenapa aku harus mengalami kisah seperti ini? Seperti biasa, kalau datang ke rumahku, ada saja yang Boy kerjakan. Pagi itu dia mencabuti rumput liar yang tumbuh di taman pekarangan depan. Lalu menarik slang dari kran di samping rumahku. Kemudian menyemprotkan ke bunga-bungaan yang tumbuh teratur di pekarangan rumahku. Semuanya itu tak aneh bagiku. Dan aku tahu bahwa Boy punya keinginan. Ingin bekerja di kantor suamiku. Makanya dia sering datang, melakukan pekerjaan apa pun tanpa gengsi-gengsian, meki pun sebenarnya dia anak orang kaya. Dan aku tak merasa heran lagi kalau dia mau saja membersihkan taman dan menyirami tanaman hias, bahkan terkadang menabur-naburkan pupuk, sehingga taman di pekarangan depan selalu tampak subur. Tapi pagi ini perasaanku jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Karena aku mulai memikirkan Boy yang akan kuraih ke dalam pelukanku, atas keinginan suami tercinta. Lalu segala kemungkinan mulai terbayang di mataku. Membayangkan anak muda itu menyaksikan bagian-bagian tubuhku yang paling harus kusembunyikan bahkan menyentuhnya .menggasaknya .iiih .aku merinding dibuatnya. Dan kini anak muda bernama Boy itu sudah duduk di sofa ruang keluarga sambil nonton TV. Biasanya aku santai-santai saja kalau mau menghampitrinya. Tapi pagi ini ada desir-desir aneh ketika aku menghampirinya di ruang keluarga. Sudah sarapan Boy? tanyaku sebagai basa-basi sambil duduk di sampingnya. Sudah Mbak, sahutnya sopan. Kalau malam Minggu suka ke mana aja? Ah, di rumah aja Mbak. Paling juga nyetelin musik atau main gitar. Kenapa gak apel? Emang gak punya pacar? Dulu sih punya. Tapi putus maklum saya kan pengangguran. Lama-lama juga cewek itu mikir, apa yang bisa dibanggakan pada diri saya? Yah makanya saya ingin punya pekerjaan tetap. Tapi ijazah saya cuma SMA. Kalau gak punya koneksi, jadi pelayan toko juga udah untung. Hush! Masa anak orang kaya mau jadi pelayan toko? cetusku sambil menepuk lututnya, Emangnya kenapa gak mau nerusin kuliah? Kan mama Boy pasti mampu membiayainya. Otaknya udah gak kuat, Mbak. Lagian saya lihat kakak yang paling gede juga percuma aja kuliah. Setelah jadi sarjana malah buka toko besi. Kan kalau cuma mau buka toko besi, tamatan SD juga bisa, asal punya modal aja. Aku tak mendebat. Percuma saja memperdebatkan masalah itu. Mungkin da memang sudah malas belajar, sehingga tak mau melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Oh, iya Mas Didi mau ngajak istirahat di villa hari Sabtu nanti. Kan Senin dan Selasanya libur. Jadi bisa tiga hari istirahat di sana. Mau nyetir mobil ke Puncak? Mau Mbak. Sabtu yang akan datang ini? Boy tampak bersemangat. Iya. Tapi kepastiannya nanti sore setelah Mas Didi pulang dari kantor. Sekarang kan hari Kamis. Berarti lusa kita ke sananya ya Mbak. Aku mengangguk dengan senyum. Sorenya, kuceritakan kepada suamiku tentang kedatangan Boy tadi dan apa yang telah kubicarakan dengan Boy tadi. Suamiku tampak bersemangat sekali. Lalu berkata, Hari Sabtu, kalian berangkat duluan aja. Biar bisa pendekatan dulu, supaya jangan kaku. Lho Mas sendiri gimana? tanyaku heran. Aku mau pura-pura ada meeting di kantor. Tapi kalau hari Sabtu hotel dan villa di Puncak lumayan sulit. Banyak yang weekend sih. Jadi ada alasan untuk duluan berangkat, berdua dengan Boy kan? Aku menghela napas. Sebenarnya tidak setuju pada wacana itu. Tapi lalu kataku, Ya sudah. Aku berangkat sama Boy dulu. Terus Mas pakai apa nanti? Gampang. Pakai taksi aja. Tapi jangan bilang apa-apa dulu sama dia. Sabtu aja bilangnya, kalau dia sudah datang. Mobil kutinggalin, aku pakai taksi. Terus Sabtu paginya Mas mau ke mana? Ah, ngeluyur ke rumah teman aja dulu. Sambil ngasih waktu sama kalian untuk saling pendekatan dulu. Kalau aku langsung hadir, bisa kabur Boynya nanti.” Terus nanti di villa aku harus ngapain aja Mas? Ah masa yang begitu juga harus kuajarin? Rayu aja dia yah sebinal mungkin lah. Kalau kebablasan nanti gimana? Kebablasan? Maksudmu kalau terjadi ML sebelum aku datang? Yah kan segala kemungkinan bisa terjadi Mas. Gak apa-apa, kata suamiku sambil memegang pergelangan tanganku, Malah bagusnya waktu aku datang kalian sedang ML .wah pasti jadi obat mujarab bagiku, sayang. Mas takkan menyesal di kemudian hari? Tidak ohya itu surat perjanjian sudah kubikin di atas kertas bermeterai, suamiku bangkit dari sofa, lalu mengeluarkan selembar kertas dari tas kerjanya. Diserahkannya kertas itu padaku. Isinya seperti yang kuharapkan kemarin. Di situ tercantum antara lain, bahwa apa pun yang terjadi setelah aku melaksanakan keinginan suamiku, tidak akan mempengaruhi hubungan kami sebagai suami istri. Semuanya merupakan tanggung jawab suamiku. Surat itu ditandatangani di atas meterai secukupnya. Jadi rupanya suamiku benar-benar akan bertanggungjawab atas dampak negatif yang mungkin ditimbulkan kelak setelah rencana anehnya itu dilaksanakan. Pada hari Sabtu pagi, sesuai dengan rencana yang telah diatur oleh suamiku, aku dan Boy berangkat duluan ke Puncak. Sementara suamiku pura-pura mau ada meeting dulu di kantornya. Alasan kami tepat, bahwa di hari Sabtu susah mendapatkan villa maupun hotel di Puncak, karena banyak orang Jakarta yang berweekend. Sehingga kalau berangkatnya sore, dikhawatirkan tidak berhasil menyewa villa seperti yang diharapkan. Alasan itu hanya untuk Boy, supaya dia tidak menduga bahwa sebenarnya kami sudah punya rencana khusus. Hmmm .rencana khusus itu membuat perasaanku bergalau. Bahkan sejak mobilku meninggalkan garasi, jantungku sudah berdebur-debur. Bukan ingat pada kedua anakku yang dititipkan kepada orang tuaku, tapi membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam lagi setelah berada di dalam villa nanti. Suamiku menganjurkan menyewa villa di Kota Bunga Cipanas. Karena di kompleks itu banyak villa yang jarang dipakai oleh pemiliknya, lalu suka disewakan untuk menutupi rekening listrik, air ledeng, perawatan taman dsb. Bisikan suamiku tadi pagi masih terngiang-ngiang di telingaku, Gak usah terburu-buru. Pancing sedikit demi sedikit. Yang penting, begitu mulai mau ML, misscall dulu. Sebenarnya aku takkan jauh dari kompleks villa itu. Begitu ada misscall, aku akan merapat. Yang penting smskan dulu alamat villanya. Ia pun berkata lembut, Ill love you, forever . , kemudian diikuti dengan ciuman mesra di bibirku. Sebelum keluar dari kamarku, Mas Didi mengulangi lagi anjurannya, Jangan terburu-buru. Pelajari dulu sikapnya. Step by step aja, sayang. Sebenarnya hati kecilku ingin menangis karena harus mengalami kisah seperti ini. Tapi setelah berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh Boy, aku berusaha menindas perasaan sedihku. Bahkan mulai sering melirik ke arah anak muda yang lumayan tampan itu. Di perjalanan menuju Cipanas Puncak, aku mulai mengorek, ingin semakin tahu siapa dia sebenarnya. Dulu waktu pacaran ngapain aja? tanyaku satu saat. Maksud Mbak? Maksudku, ceweknya diapain aja? Anak-anak zaman sekarang kan gawat kalau pacaran. Boy cuma tersenyum di balik setir. Tidak menjawab pertanyaanku. Boy juga melangkah jauh kan sama pacarnya dulu? tanyaku lagi. Mm ya begitulah Boy seperti berat mengucapkan kata-kata singkat itu. Sampai begituan ya? Yah jujur aja, emang sudah sampai ke situ Mbak. Tapi saya menemukan kenyataan pahit. Dia sudah gak perawan lagi . Ohya?! Berarti sudah ada orang lain yang pernah meniduri dia. Iya, Boy mengangguk, Menurut pengakuannya, hal itu terjadi pada waktu kelas dua SMP. Wow..kelas dua SMP sudah punya pengalaman dewasa. Boy tak menyahut. Kami mulai memasuki daerah Puncak. Terus selain dengan dia, dengan siapa lagi Boy begituan? Cuma dengan dia, Mbak. Itu juga cuma dua kali. Kemudian keburu putus. Oke. Aku harus percaya saja pada pengakuan Boy itu. Bahwa dia sudah ada pengalaman berhubungan seks, meski cuma dua kali. Aneh aku mulai punya perasaan lain. Ada cemburu segala waktu membayangkan Boy sedang menyetubuhi mantan pacarnya itu. Lalu agak lama kami terdiam. Dan entah dari mana datangnya kebinalan ini. Mungkin karena ingin secepatnya mensukseskan program suamiku entahlah tiba-tiba saja aku jadi berani. Kupegang celana jeansnya, pas di bagian penisnya. Jadi ini baru dua kali dipakai sama cewek? cetusku sambil meremas bagian yang aku yakin itu penisnya. Boy terkejut. Mobil jadi agak meliuk ke kiri. Untung saja tidak ada kendaraan lain di sebelah kiri. Tapi tangan kananku tetap diletakkan di atas bagian penisnya itu. Meremas lagi terasa ada yang membesar dalam remasanku. Boy tampak kebingungan. Tapi dibiarkannya saja tanganku meremas-remas bagian yang masih tertutup celana jeansnya itu. Ah, aku memang mulai horny. Maka diam-diam kutarik ritsleting celana jeansnya. Boy tetap menyetir seperti biasa. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Padahal tanganku mulai menyelinap ke balik celana dalamnya. Entah dari mana datangnya keberanian ini. Entahlah. Yang jelas tanganku mulai menggenggam batang kemaluannya yang hangat dan sudah ngaceng. Waktu main sama mantan pacar itu gimana rasanya? tanyaku sambil meremas batang kemaluannya dari luar celananya. Wah sudah lupa lagi Mbak. Duh Mbak perasaan saya jadi gak karuan nih . Kenapa? Jadi kepengen ya? tanyaku tanpa menghentikan remasanku. Batang kemaluan Boy terasa makin mengeras. Gila, meski belum terlihat, tapi tanganku sudah bisa menilai, betapa panjang gedenya batang kemaluan anak muda ini. Boy tidak menjawab. Aku dekatkan mulutku ke telinganya lalu berbisik, Kalau kepengen, nanti dikasih di villa. Boy menatapku sesaat, terbelalak matanya, Wah bisa dibunuh saya sama Mas Didi nanti, gumamnya. Gak lah nanti kita atur iih punyamu panjang gede gini, Boy .pasti enak . kataku yang mulai gemas dalam horny, karena makin yakin betapa perkasanya batang kemaluan anak muda ini. Kalau ketahuan Mas Didi bisa celaka saya Mbak, kata Boy yang tetap menyetir dengan hati-hati, meskipun aku makin gencar meremas-remas batang kemaluannya. Gak lah aku jamin itu .yang penting harus rapi . Mobilku mulai memasuki pintu gerbang Kota Bunga. Tanganku sudah kukeluarkan dari celana Boy, karena takut kelihatan oleh Satpam yang menjaga pintu gerbang kompleks villa itu.
Noda Noda Nikmat episode-2 Tepat seperti yang dikatakan oleh suamiku, tak sulit mencari villa yang akan kami sewa di kompleks villa artistik ini. Kupilih villa yang tidak terlalu besar, supaya harga sewanya pun lebih murah. Mas Didi jam berapa mau ke sininya Mbak? tanya Boy ketika aku sudah duduk di sofa mewah di dalam villa. Tenang aja, kataku sambil meraih pergelangan tangan Boy, Biasanya kalau meeting sampai malem. Boy seperti tak punya tenaga, mengikuti raihanku. Dan terduduk di sampingku. Sebenarnya di dalam batinku timbul pertentangan. Tapi aku harus menjadi perempuan yang binal saat ini, demi suksesnya rencana suamiku. Dan tanpa basa basi lagi, kulanjutkan aksiku yang terputus di tengah jalan tadi. Kali ini kupancing dari atas dulu. Kuciumi pipi Boy, sementara tanganku mulai menarik ritsleting celana jeans Boy, lalu kumasukkan lagi tanganku ke balik celana dalamnya. Jujur, setelah memegang batang kemaluan Boy, aku semakin horny. Tadi lagi asyik keburu nyampe ke kompleks villa ini, kataku sambil meremas-remas lagi batang kemaluan Boy. Tampaknya Boy juga tidak mau pasif lagi. Dipelorotkannya celana jeansnya, lalu disembulkannya batang kemaluannya yang sudah tegang itu. Dengan binal kugenggam batang kemaluan perkasa itu, lalu kuciumi sambil berkata, Sebenarnya sudah lama mbak tunggu kesempatan seperti ini. Saya malah masih kaget, Mbak. Gak nyangka sedikit pun akan seperti ini. Aku masih ingat kata-kata suamiku tadi : Jangan terburu-buru santai aja step by step aja Tapi nyatanya, dalam tempo singkat langkahku sudah jauh begini. Sangat jauh. Karena setelah menguncikan pintu depan, aku kembali menghampiri Boy sambil menanggalkan blouseku. Juga behaku. Sehingga payudaraku yang montok-montok ini tak tertutup apa-apa lagi. Celana corduroy yang kukenakan pun bergegas kutanggalkan. Lalu dengan hanya mengenakan celana dalam, kuraih lengan Boy sambil menunjuk ke pintu kamar yang terbuka, Di sana yok biar lebih asyik Boy menurut saja. Bahkan setelah berada di dalam kamar, ketika aku sudah naik ke atas tempat tidur, Boy melepaskan kemeja kaus dan celana jeansnya. Lalu menghampiriku, dengan sama-sama cuma tinggal mengenakan celana dalam saja. Kelihatan sekali Boy seperti yang masih canggung menghadapi kebinalanku (yang sebenarnya dipaksakan, demi suami tercinta). Tapi aku sudah bertekad untuk menaklukkannya secepat mungkin, tidak lagi step by step seperti yang dianjurkan oleh suamiku. Maka dengan sekali tarik tangannya, Boy terjerembab ke atas tubuhku yang sudah terlentang dengan senyum menggoda. Wajah Boy terjerembab pas di wajahku. Tak ayal lagi kupagut bibirnya dengan sepenuh gairah. Kulumat dengan hangat, yang disambut oleh Boy dengan lumatan pula. Sementara tangannya mulai menyentuh payudaraku, yang kusambut dengan bisikan binal di telinganya, Remaslah tapi jangan terlalu keras ya Boy . Boy mengangguk, mulai meremas dengan lembut sambil berkomentar, Sebenarnya sudah lama saya tergiur sama tetek Mbak ini ***k sangka hari ini akan menyentuhnya . Masa sih? kataku dengan senyum, sambil menyelinapkan tanganku ke balik celana dalam Boy, Sama dong .mbak juga sudah lama ingin merasakan ini pasti seger digasak sama ini .kamu masih muda banget sih . Terasa batang kemaluan Boy sudah mengeras lagi. Membuatku tak sabar lagi. Lalu kupelorotkan celana dalamnya sampai terlepas dan terlempar ke lantai. Wow batang kemaluan perkasa itu tampak mengacung keras .tampak berkedut-kedut, mungkin karena Boy sudah sangat horny. Boy masih tampak salah tingkah. Sambil menelentang di kasur kutanggalkan celana dalamku, sehingga kemaluanku tak tertutup apa-apa lagi. Boy melotot dengan tubuh agak gemetaran. Kok malah cengo? desisku sambil mengusap-usap kemaluanku yang baru kucukur sampai bersih kelimis ini. Tangan Boy terasa gemetaran waktu memegang kedua pahaku. Lalu wajahnya terbenam di bawah perutku. Oooh dia mulai menciumi kemaluanku. Mulai menjilatinya .menyapu-nyapukan lidahnya dari bawah ke atas .ini sungguh menggetarkan karena jarang dipuasi oleh suamiku. Duuh enak sekali Boy .mmmh .terus jilatin ii iya kelentitnya juga Boy iya .oooh enak banget Boy Aku merasa seperti melayang-layang di langit yang penuh keindahan. Tapi aku takut mencapai orgasme sebelum persetubuhan yang sebenarnya. Maka kutarik kepala Boy supaya naik ke atas tubuhku, Masukan aja Boy . Boy tidak banyak bicara, diletakkannya moncong penisnya di mulut vaginaku. Kubantu mengarahkan dengan memegang batang kemaluan yang sudah keras perkasa itu. Lalu terasa penis Boy masuk ke dalam liang kemaluanku. Ooooh selama ini hanya penis suamiku yang biasa mengenjot liang kemaluanku. Lalu terjadi kisahku dengan Willy…dan kini, liang kemaluanku dimasuki penis yang bukan suamiku lagi. Maafkan aku Mas Didi. Semuanya ini atas kehendakmu sendiri. Dan sekarang aku akan menikmati semuanya ini. Oooh tekan lagi Boy biar masuk semuanya, bisikku seperti sudah kesurupan, sambil mendekap pinggang Boy erat-erat, sambil membuka kedua pahaku selebar-lebarnya, agar Boy leluasa mengamblaskan batang kemaluannya. Aku tidak lupa, bahwa suamiku minta agar secepatnya misscall begitu aku siap bersetubuh dengan Boy. Tapi aku tidak mau kesempatan pertama ini terganggu. Aku ingin Boy mendapatkan kepuasan dulu, toh nanti aku akan bisa membangkitkan nafsunya lagi, untuk bersetubuh yang kedua atau ketiga kalinya, karena dia masih sangat muda dan normal. Karena itu aku malah mulai beraksi, ingin menciptakan suasana seerotis mungkin, sebinal mungkin, agar Boy puas dan ketagihan. Ketika batang kemaluannya mulai mengentot liang memekku, kugoyang-goyang pantatku dengan gerakan meliuk-liuk, tak kalah dengan goyangan pantat penyanyi dangdut yang sangat nekad. Penismu gagah banget Boy .wah aku pasti ketagihan nanti nih .iya .enjot segila mungkin .iya duuuh .enak banget sayang . celotehku tanpa menghentikan goyangan edan pinggulku. Padahal waktu bersetubuh dengan suamiku sendiri, tak pernah aku menggoyang pinggul segila ini. Memek Mbak juga enak sekali . bisik Boy. Sama memek pacarmu dulu tentu enakan memek dia karena belum pernah melahirkan, sahutku. Nggak Mbak sungguh memek Mbak jauh lebih enak. Sumpah . Hush jangan pake sumpah segala, potongku sambil meremas-remas rambut Boy, Ayo Boy jangan mandeg-mandeg .entot terus oooh enak banget sayang enak banget .. Aku memang sangat menikmatinya. Persetubuhan dengan pria muda yang bukan suamiku ini sangat indah rasanya. Sehingga aku jadi lupa daratan. Berkali-kali kupagut bibir Boy, berkali-kali kuremas rambut Boy, terkadang kuremas pantatnya yang sedang naik turun. Oooh sungguh indah sekali. Gesekan-gesekan batang kemaluan Boy yang perkasa ini, benar-benar laksana kucuran kenikmatan surgawi .yang sulit kulukiskan dengan kata-kata . Terlalu nikmatnya ayunan batang kemaluan Boy, membuatku tak bisa menahan-nahan lagi. Aku mulai melejit ke alam orgasme. Membuatku seperti ingin menghancurkan badan Boy. Dengan menggigil kudekap lehernya, sambil berdesah terengah-engah, Aku sudah ma mau keluar, sayang ooooooooh Boy malah mempergencar entotannya. Moncong penisnya terasa menyundul-nyundul ujung lorong kenikmatanku. Sehingga tak ayal lagi aku menggelinjang dan menahan napas .lalu sampailah aku di puncak orgasme. Terasa liang kemaluanku jadi becek, sehingga gerakan batang kemaluan Boy menimbulkan suara crek crok crek crok Tapi tampaknya Boy tak peduli dengan hal itu. Ia bahkan mulai mengemut-ngemut pentil payudaraku, yang sejak tadi dibiarkan. Terkadang juga meremasnya, sementara lidahnya dengan ganas menjilati leherku yang sudah keringatan. O, ini sangat fantastis. Dengan napas berdengus-dengus, masih sempat Boy membisikiku, Mbak aaah kok enak sekali Mbak .oooh . Kulihat mata Boy terpejam-pejam. Mungkin saking nikmatnya. Dan aku ingin agar persetubuhan ini meninggalkan kesan yang mendalam di jiwanya, karena pasti esok lusa aku dan suamiku membutuhkannya lagi. Karena itu meski masih lemas karena baru mengalami orgasme, aku menguatkan diri, menggoyang pinggulku dengan gerakan menghentak-hentak ke atas dan ke bawah, sehingga kelentitku berkali-kali tergesek dengan kuatnya oleh batang kemaluan perkasa itu. Boy begitu tangguh rasanya. Sudah lebih dari sejam ia mengentotku, sehingga keringatnya terasa bercucuran, bercampur aduk dengan keringatku sendiri. Namun batang kemaluannya tetap maju-mundur di dalam liang kemaluanku. Padahal aku sudah 3 kali orgasme. Dan aku mulai merasa letih. Untunglah tak lama kemudian kudengar Boy berbisik terengah, Saya sudah mau keluar. Lepasin di mana Mbak? Di dalam aja, gakpapa. Mbak kan ikut KB. Asyik kata Boy sambil mempercepat gerakan batang kemaluannya. Membuatku makin merem melek dalam nikmat yang tak terperikan. Rasanya mata bathinku mulai terbuka. Tadinya kuanggap Mas Didi paling maskulin di dunia ini. Ternyata kalau dibandingkan dengan Boy, suamiku gak ada apa-apanya. Memang Boy bukan hanya muda dan tampan, bukan pula cua memiliki penis yang tinggi tegap tapi juga perkasa waktu menyetubuhiku. Ketika aku merasa seperti mau orgasme keempat kalinya, tiba-tiba Boy mendengus, sepertinya mau ejakulasi. Oh, aku ingin memanfaatkan moment ini sebaik mungkin. Kugerak-gerakkan pinggulku, sehingga liang memekku seolah-olah sedang membesot-besot batang kemaluan Boy. Ooooh Mbaaaak . Boy mendesakkan batang kemaluannya kuat-kuat, lalu terasa air maninya yang hangat dan kental menyemprot-nyemprot liang vaginaku, banyak sekali rasanya. Dan aku malah semakin ganas mengayun pinggulku, supaya bisa merasakan orgasme lagi. Berhasil ! Meski batang kemaluan Boy sudah ejakulasi, aku berhasil mencapai orgasme untuk yang kesekian kalinya. Oh tak kusangka anak muda ini memuaskan sekali. Maka ketika batang kemaluan Boy masih tertanam di dalam vaginaku, kukecup bibirnya dengan mesra, lalu kubisiki telinganya, Kamu teramat sangat memuaskan, sayang Mbak juga wuih enak banget ***k nyangka bakal ke surga hari ini . Aku cuma tersenyum. Lalu terasa Boy mencabut batang kemaluannya, sehingga air maninya mengalir dari liang vaginaku, meleleh sampai ke seprai. Cepat kusapu-sapu dengan kertas tissue, lalu aku sendiri melangkah ke kamar mandi. Kubasuh vaginaku yang kebanjiran air mani Boy, kemudian kukeringkan dengan handuk. Tiba-tiba Boy masuk pula ke kamar mandi, sama-sama dalam keadaan masih telanjang bulat. Dan memeluk pinggangku dari belakang, Hari ini saya bahagia sekali Mbak. Gak nyangka bisa punya kesempatan seperti ini. Aku tidak menoleh, karena bayangan di cermin besar memperlihatkan wajah Boy yang sedang menciumi tengkukku. Tapi diam-diam tanganku bergerak ke bawah, ke arah penis Boy yang terasa menyentuh-nyentuh pantatku. Lalu kegenggam penis yang masih lemas itu. Kuremas-remas dengan lembut. Boy diam saja. Tapi penisnya mulai membesar lagi sedikit demi sedikit, lalu menjadi tegang kembali. Masih mau kan? tanyaku genit. Mau banget, sahut Boy. Aku berpegang pada bibir bak yang ada di dalam kamar mandi itu, sambil membelakangi Boy. Ayolah, coba masukin dari belakang, kataku, Tapi jangan ke anus ya Oke Mbak Boy berusaha menyentuhkan moncong penisnya ke mulut memekku. Dan oooh batang kemaluan perkasa itu sudah membenam lagi ke dalam liang vaginaku. Tidak sesulit pertama tadi, karena liang kemaluanku sudah memberi jalan. Boy mulai menggenjot lagi dari belakang, sambil memegang kedua buah pinggulku, yang terkadang diremasnya. Aku pun mulai beraksi. Ketika aku membungkuk, kedua tangan berpegangan ke bibir bak mandi, sementara Boy mengentotku dari belakang, kuputar-putar pantatku dengan gerakan seerotis mungkin. Ini membuat Boy sangat keenakan. Terus Mbak gituin oooh enak banget enak Mbak .enak . Tapi hanya 15 menitan aku kuat bersetubuh dengan posisi berdiri setengah menungging ini. Kemudian kataku, Kita lanjutkan di depan aja yuk. Di sini lama-kelamaan jadi kedinginan. Boy manut saja. Terasa batang kemaluannya diabut dari liang vaginaku,kemudian kami berjalan ke ruang depan sambil berpelukan pinggang. Mudah-mudahan Mas Didi masih lama meetingnya, biar saya kenyang menikmati fantastisnya tubuh dan permainan Mbak, kata Boy setelah berada di ruang depan. Nyantai aja sayang, sahutku sambil mendorong dada Boy agar rebah menelentang di sofa, Meskipun ada dia, kita bebas melakukan apa saja. Lebih edan dari yang tadi pun takkan jadi masalah. Masa sih Mbak?! Boy tampak kebingungan, seperti tidak percaya pada kata-kataku. Bener. Masa gak bener dalam soal yang penting gini. Nanti deh diceritain semuanya. Pokoknya santai aja. Mas Didi takkan marah, malah seneng kalau melihat kita bersetubuh. Sekarang kita enjoy aja dulu… kataku sambil memegang batang kemaluan Boy yang masih tegang sempurna. Kuletakkan moncongnya tepat di mulut vaginaku. Kemudian kuturunkan pantatku, sehingga memekku menekan moncong batang kemaluan Boy. Dan blessssekkkk….batang kemaluan perkasa itu sudah berada di dalam cengkeraman liang memekku lagi. Kini aku yang aktif menaik turunkan pantatku, sehingga liang vaginaku seolah membesot-besot batang penis Boy yang perkasa itu. Boy pun tak tinggal diam, kedua tangannya rajin meremas-remas sepasang payudaraku yang bergelayutan di atas dadanya. Tapi posisi di atas begini memang terlalu nikmat buatku. Cengkraman liang vaginaku terasa sekali bergesekan dengan batang kemaluan Boy. Aku berusaha mempertahankan diri agar jangan buru-buru orgasme. Tapi tak berhasil. Hanya belasan menit aku bisa bertahan, lalu ambruk sambil melenguh di dada Boy, Duuuh…Boy….aku sudah orga lagi…punyamu terlalu enak sih… Boy tidak protes, hanya mengajak tukar posisi lagi, aku di bawah Boy di atas lagi. Aku sadar bahwa Boy aka selalu dibutuhkan, untuk obat suamiku. Karena itu aku ingin membuatnya sangat puas. Ingin membuatnya ketagihan. Maka sebelum ia memasukkan penisnya ke liang vaginaku, kuletakkan bantal di bawah bokongku, sehingga kemaluanku mendongak ke atas, terlebih karena aku melipat kedua lututku sambil merenggangkan paha selebar mungkin. Boy tersenyum dan meletakkan moncong penisnya di ambang mulut vaginaku sambil bertanya, Supaya apa dibeginiin, Mbak? Supaya masuk semuanya…ayolah…tapi kamu harus sambil setengah berlutut… sahutku sambil membetulkan posisi Boy. Dan Boy cepat mengerti. Lalu dengan setengah berlutut ia membenamkan penisnya ke liang vaginaku yang masih banyak lendirnya ini. Lancar saja penis Boy membenam ke dalam liang kewanitaanku. Boy mengayun lagi batang kemaluannya.Kembali aku menikmati alam yang terlalu indah untuk dilukiskan dengan kata-kata. Terasa puncak penis Boy menyundul-nyundul mentok di ujung liang kenikmatanku. Membuatku terpejam-pejam saking nikmatnya. Kedua kakiku sengaja kutumpukan di atas bahu Boy, supaya aku tidak letih menahan kakiku yang terangkat ke atas. Setelah cukup lama Boy menyetubuhiku dalam posisi seperti itu, aku mulai merasakan mau orgasme lagi. Tapi Boy pun merintih terengah : Duh Mbak…ini mantap banget rasanya…aaaah…kayaknya saya gak bisa nahan-nahan lagi…. Iya Boy…barengin aja keluarnya Boy…. sahutku sambil menggoyang-goyang pinggulku dengan gerakan kencang. Boy pun mempercepat gerakan batang kemaluannya, maju mundur maju mundur maju mundur maju mundur….dan akhirnya ia membenamkan penisnya sampai terasa mendesak ujung liang kewanitaanku. Oooh….ini luar biasa nikmatnya. Terasa penis Boy menyemprot-nyemprotkan cairan kental hangatnya di dalam vaginaku, tepat pada saat aku sedang menikmati orgasme. Kami sama-sama berkelojotan seperti orang-orang sekarat. Kemudian kami terkapar dan saling berpelukan. Ooooh, indahnya segala yang telah kualami barusan. Setelah sama-sama membersihkan kemaluan kami masing-masing di kamar mandi, aku mencegah Boy mengenakan pakaiannya. Biarlah kita sama-sama telanjang, karena itu yang diinginkan oleh Mas Didi. Boy tampak masih belum mengerti. Maka kujelaskan semuanya, bahwa semuanya ini justru diatur oleh Mas Didi, sekaligus kuterangkan apa yang sedang terjadi pada jiwa suamiku itu. Boy cuma bengong dan sesekali mengangguk-angguk ketika aku menjelaskan semuanya itu. Dalam keadaan sama-sama telanjang, kami melangkah menuju sofa di ruang depan. Karena aku ingin Mas Didi langsung bisa melihat aku dan Boy dalam keadaan telanjang. Jadi semuanya ini atas keinginan Mas Didi juga, Boy, kataku sambil mengelus dadanya yang telanjang, Tapi kalau dia datang nanti, kita harus seperti belum pernah ML. Seolah-olah baru mau mulai ML yang pertama. Memang inilah satu-satunya kebohongan kita. Lalu kuperlihatkan sms dari suamiku, yang isinya, Bagaimana sudah mulai? Boy mau kan? Kuperlihatkan juga sms balasanku, Belum Mas…ini baru ciuman doang…pasti mau lah…tapi Mas harus sabar… Boy cuma tersenyum-senyum membaca sms itu. Dan kataku, Soalnya aku ingin menikmatinya dulu tanpa diawasi oleh Mas Didi. Sejak di jalan aku sudah horny sih…. Boy ketawa kecil. Kataku lagi, Jadi yang sudah kita lakukan tadi, anggap tidak ada saja. Setelah dia datang, kita harus seolah-olah baru akan ML yang pertama kalinya. Dan Mas Didi akan cemburu. Dari perasaan cemburunya itulah dia akan bergairah…. Aneh tapi nyata… kata Boy sambil mengelus vaginaku. Aku pun membalasnya dengan meremas-remas penis Boy yang masih lemas. Tiba-tiba hpku berdenting, pertanda ada sms yang masuk. Ternyata sms dari suamiku, Bunyinya, Gimana sudah sukses? Kuperlihatkan sms itu kepada Boy. Ia cuma menganguk-angguk. Ia juga menyaksikan waktu aku mengetik sms balasan, Sudah Mas. Kami sudah sama-sama telanjang bulat. Cepetan deh ke sini. Datang lagi balasan dari suamiku: Iya dalam seperempat jam aku sudah di sana. Jangan dimasukin dulu, aku ingin lihat pas waktu penis Boy memasuki vaginamu, sayang Semuanya itu kuperlihatkan kepada Boy. Dan Boy cuma terganga, mungkin heran bercampur senang, karena hal itu berarti bahwa kenikmatan yang telah dan akan diperolehnya adalah atas seizin suamiku. Dan aku merasa harus menjaga agar penis Boy tetap dalam keadaan ereksi sampai suamiku datang. Karena sesuai “instruksi” suamiku, Boy harus memasukkan penisnya dengan disaksikan oleh suamiku. Karena itu aku pun menggenggam penis Boy dan meremasnya dengan lembut. Dan kataku,”Nanti waktu dia datang, kita harus bersikap seolah-olah belum bersetubuh ya Boy.” “Iya Mbak. Terus…kalau Mas Didi datang saya harus mulai menyetubuhi Mbak lagi?” tanya Boy. “Iya…emut dong pentil tetek mbak, Boy,” pintaku sambil tetap memainkan penis Boy yang tetap dalam keadaan ereksi. “Iya Mbak….” sahut Boy sambil mengangsurkan mulutnya ke payudaraku, lalu mengemut-emut pentil tetekku yang sebelah kiri. “Nah gitu…enak Boy…sambil jilatin juga pentilnya…tapi tanganmu juga harus aktif….mainin memek mbak, Boy…. biar mbak makin horny…” Boy menjawabku dengan tindakan. Pada waktu mulutnya masih mengemut pentil tetekku, tangannya mulai mencolek-colek kemaluanku. Bahkan lalu memasukkan dua jarinya ke dalam liang kemaluanku, kemudian menggerak-gerakkannya seperti gerakan penis sedang mengenjot vagina. Maka dalam tempo singkat saja vaginaku mulai berlendir lagi. Pada saat itulah Mas Didi muncul. Pada saat yang sama kubisiki Boy, “Ayo Boy…sudah waktunya punyamu dimasukkan ke punyaku…” Boy mengangguk sopan kepada suamiku yang sudah duduk di sofa lain. Sementara Boy sudah memegang batang kemaluannya dan didekatkan ke kemaluanku. Tak lama kemudian …blesssss…..batang kemaluan Boy melesak masuk ke dalam liang kenikmatanku. Tanpa kusuruh lagi, Boy mulai mengayun batang kemaluannya… didorong dan ditarik…didorong dan ditarik….sehingga untuk yang kesekian kalinya aku merasakan nikmatnya gesekan-gesekan penis anak muda itu. Dan aku pun sengaja mengerang-erang histeris, supaya jadi tontonan yang erotis di mata suamiku, “Aduuuh…Boy…enaaak….iya Boy….entot terus Boy…duuuh kontolmu enak banget Boy….duuuh…enak Boy…enaaak…” Sambil mendekap punggung Boy erat-erat, aku pun mulai menggoyang-goyangkan pinggulku seedan mungkin. Tentu dengan gerakan yang erotis, untuk memancing kecemburuan dan nafsu seks suamiku. Boy pun tak canggung lagi meski ada suamiku mengamati semua yang terjadi di atas sofa ini. “Wah…ternyata kamu hebat, Boy ! Aku suka melihatnya….” kata suamiku sambil mengamati kami dengan serius. Suamiku tak sekadar melihat. Karena ketika Boy sedang gencar-gencarnya mengentotku, suamiku melepaskan celana panjangnya, lalu menyembulkan penisnya dari balik celana dalamnya. Mengangsurkannya ke dekat dadaku. Maka aku pun ingin berbuat yang terbaik untuk suami tercintaku. Meski susah, aku berusaha mengulum penis Mas Didi yang makin lama makin tegang ini. Dan setelah Boy memuncratkan air maninya di dalam liang kemaluanku, Mas Didi langsung menggantikan peran Boy, membenamkan batang kemaluannya ke liang vaginaku yang sudah kebanjiran air mani Boy ini. Tampaknya suamiku malah enjoy-enjoy saja mengayun penisnya di dalam vaginaku, tanpa mempersoalkan beceknya liang kemaluanku. Dan seperti waktu dengan Willy, di villa Kota Bunga itu pun suamiku jadi perkasa sekali. Ia bergiliran dengan Boy untuk menyetubuhiku. Keduanya menyetubuhiku dengan penuh kehangatan. Seingatku, suamiku menyetubuhiku sampai 4 kali. Dan Boy…hihihi…lebih dari itu. Karena sebelum suamiku datang Boy sudah melakukannyalebih dari sekali. Lucunya, setelah semuanya selesai, suamiku malah menepuk bahu Boy sambil berkata, “Terimakasih ya Boy.” Hihihihi…duniaku jadi aneh. Suamiku malah berterimakasih kepada orang yang telah ikut menikmati tubuhku ! Bahkan sebelum pulang dari Cipanas, suamiku berkata kepada Boy, “Ini rahasia kita bertiga ya Boy. Jangan sampai bocor ke luar. Ohya…nanti kalau kamu mau gituan lagi sama mbaknya, silakan aja. Gak usah minta izin sama aku lagi. Yang penting mbaknya harus laporan padaku setelah melakukannya dengan kamu.” “I…iya Mas,” sahut Boy sedikit canggung. Semua itu merupakan hal aneh bagiku. Sedikit pun aku tak pernah menduga akan mengalami kisah aneh ini. Namun sejujurnya kuakui, semua ini nikmat dan memuaskan bagiku. Jalanku seolah sudah berubah. Yang tadinya lurus rata, sekarang jadi banyak kelokan dengan view yang indah-indah. Tapi aku tak mau memikirkannya terlalu mendalam. Kalaulah semuanya itu berbentuk noda-noda dalam hidupku, namun aku tak bisa memungkirinya bahwa semuanya itu adalah noda-noda yang nikmat. Lagipula semuanya itu kulakukan untuk menghidupkan gairah suamiku, agar ia tetap bergairah waktu menggauliku, bergairah pula dalam pekerjaan dan bisnis sampingannya. Tapi salahkah kalau aku pun mulai “kreatif” dan memikirkan siapa lagi pria yang harus kurengkuh untuk memuasiku sekaligus mengobati suamiku? Masalahnya, aku mulai bisa menilai, bahwa lain lelaki lain pula rasanya. Aku pernah digauli oleh lelaki tampan bernama Willy, pernah pula merasakan digauli oleh anak remaja bernama Boy. Dan kalau ada yang bertanya, “Siapa yang lebih enak? Willy atau Boy?” ….aku tak bisa menjawabnya. Karena Willy dan Boy lain-lain rasanya. Punya rasa dan keistimewaan masing-masing yang sulit diungkapkan. Lalu kalau suamiku menyuruhku merengkuh lelaki lain dan bertanya siapa yang akan kupilih….kenapa aku tak pernah menjawabnya? Bukankah aku punya beberapa pilihan yang bisa kuajukan? Ya…bukankah ada beberapa pria yang kuyakini naksir padaku tapi lalu mundur teratur setelah Mas Didi nembak aku dan dua bulan kemudian ia menikahiku? Lalu kalau Mas Didi menyuruhku mengajukan pilihan lagi, kenapa aku tak mengajukan salah satu di antara mereka? Tapi ada satu nama yang mulai serius kupikirkan. Dia adalah saudara sepupuku sendiri. Ibunya adalah kakak ayahku, sehingga dalam kedudukan keluarga besar aku harus memanggil mas atau bang atau kang dan sebangsanya. Tapi usianya 3 tahun lebih muda dariku. Maka akhirnya kami saling panggil nama saja. Ia memanggilku Feni saja. Aku pun memanggilnya Andra saja. Kenapa aku memilih untuk mendahulukan Andra? Karena aku tau masih ingat benar bahwa di antara aku dan Andra punya ketertarikan satu sama lain. Tapi karena saat itu aku masih jaim, tak mau disebut cewek tak laku sehingga harus mengorek-ngorek famili dekat, maka aku pun tak pernah memberinya celah-celah harapan. Lalu bagaimana keadaan Andra sekarang? Apakah dia masih kuliah atau sudah bekerja? Ah…tiba-tiba saja rasa kangen menyelinap ke dalam kalbuku. Karena aku masih ingat masa kecilku waktu masih sering ketemu di rumah eyang. Pada masa itu aku paling nyaman kalau sudah bermain dengan Andra. Karena meski ia lebih kecil, ia selalu memperlihatkan sikap mengalah padaku. Dan banyak lagi kenangan masa kecilku bersamanya. Berdasarkan itu semua, maka pada suatu saat aku berada di dalam pesawat menuju Yogyakarta. Misiku jelas, mengemban tugas suamiku, untuk merengkuh Andra. Suamiku setuju waktu aku mengusulkan nama saudara sepupuku itu. Ia juga menyetujui usulku, agar ia tak perlu hadir. Yang penting, pada saat terjadinya hubungan seksual dengan saudara sepupuku itu, diam-diam aku akan merekamnya di video recorder handphoneku. Hasil rekaman itulah yang akan dijadikan “obat” bagi suamiku. Ya, selain takut gagal merengkuh Andra, aku juga ingin leluasa melakukan semuanya. Dan aku memutar otak terus, tentang segala kemungkinan yang bisa terjadi dan cara-cara untuk mengatasinya. Menjelang malam aku tiba di rumah Bude di daerah Gampingan. Namun rumah Bude keliatan sepi sekali. Aku melongok dari jendela samping, kelihatan tv menyala. Berarti ada orang di rumah. Lalu kuketuk pintu depan beberapa kali. Tak lama kemudian pintu dibuka dari dalam, seorang lelaki muda berdiri di ambang pintu, terlongong dan memegang kedua pergelangan tanganku sambil berseru, “Feni?!” “Iya….apa kabar Dra? Kok sepi gini? Pakde sama Bude ke mana?” “Baru tadi siang berangkat ke Bali, ikut rombongan tour dari keluarga besar Papa,” sahut Andra sambil mencium pipi kanan dan pipi kiriku, “Eh…mana suami dan anakmu?” “Mas Didi lagi sibuk. Anakku lagi kerasan di rumah orang tua Mas Didi. So…aku terbang sendirian deh. Pakde dan Bude mau lama di Bali?” tanyaku setelah duduk di sofa ruang keluarga. Andra pun duduk di sampingku. “Mungkin semingguan. Wah…asyik dong…aku jadi ada teman. Gak kesepian di rumah. Kamu pulang setelah Papa dan Mama datang aja ya.” “Iya,” aku mengangguk dengan senyum manis, “Aku kangen sama Bude. Udah lama gak ketemu.” “Sama aku gak kangen?” tanyanya dengan senyum menggoda. “Kangen juga lah,” sahutku di saat hatiku berkata, justru kamu yang sedang kukangeni sekarang ! “Ohya, tasku taruh di mana nih?” aku berdiri sambil menjinjing tas pakaianku. “Ya di kamarku aja. Nanti tidur di situ aja. Biar aku tidur di sofa ini juga bisa.” “Ah…kayak terusir dong.” “Gakpapa. Kamu kan tau, rumah ini gak segede rumah Eyang. Kamarnya cuma ada dua, kamarku dan kamar Papa-Mama.” “Iya,” aku mengangguk sambil melangkah ke arah pintu kamar Andra, “Buat apa rumah gede-gede, anak Bude kan cuma kamu seorang, Dra.” Andra hanya tersenyum, lalu merapikan kamarnya yang akan kujadikan kamarku selama berada di Yogya. Kukeluarkan alat-alat mandi dari tas pakaianku, kuambil juga kimono sutraku yang berwarna kuning muda dengan corak bunga-bunga kecil berwarna orange. Lalu kuletakkan tas pakaianku di dekat meja tulis Andra. “Aku mandi dulu ya,” kataku sambil melangkah ke pintu kamar mandi yang bersatu dengan kamar Andra itu, “Jangan ngintip ya…hihihi…” “Ngapain ngintip? Entar kalau jadi kepengen kan aku yang repot sendiri,” sahut Andra sambil tersenyum dan keluar dari kamarnya. Aku juga tersenyum sambil masuk ke dalam kamar mandi Andra. Di dalam kamar mandi ini ada cermin setinggi manusia dewasa. Sehingga ketika aku menanggalkan seluruh pakaianku, aku bisa melihat bayangan diriku di cermin. Hmmm…dalam keadaan telanjang begini, mungkin semua lelaki akan mengatakan bahwa tubuhku ini mulus dan sexy. Kulitku putih bersih, mataku agak menyipit karena nenekku orang Manado, kakekku orang Jawa. Payudaraku masih tampak kencang, karena tak pernah menyusui anakku. Setelah operasi cezar, anakku dikasih susu formula di rumah sakit bersalin. Setelah diperbolehkan menetek padaku, bayiku itu selalu menolak. Tapi kalau dikasih susu formula, barulah ia mau menyedotnya. Ohya, satu-satunya “tanda” yang ada di tubuhku ini hanya bekas operasi cezar ini. Meninggalkan bekas seperti garis melintang di perutku. Tapi bekas operasi cezar ini akan menimbulkan kesan khusus bagi lelaki yang sudah mengerti. Bahwa vaginaku tetap rapat, karena belum pernah melahirkan dari liang vagina. Hihihihi. Aku lalu mandi sebersih-bersihnya. Kubersihkan setiap sela-sela yang tersembunyi sekalipun. Sementara aku berpikir terus, bagaimana cara merengkuh Andra yang terbaik nanti? Apakah aku harus telanjang bulat langsung dan merengek agar ia menyetubuhiku? O, tidak. Itu terlalu kasar dan murahan. Aku harus merengkuhnya dengan smooth…dengan lembut tapi penuh kehangatan…supaya meninggalkan kesan baik di kemudian hari. Rehat dulu ya. Sambil menunggu comment dari DSer semua. Terimakasih buat yang sudah vote. Hal itu membuatku bersemangat untuk melanjutkan kisah ini sampai tuntas.
salah satu jenis cerita yg kusukai, istri binal. wahh, sepertinya bakalan rame neh, klo bisa seh semua tipe cowo dicoba, dr yg abg ampe yg bangkotan, sgl ras apalagi, kebayang akhirnya ky gimana, sepertinya ntar sang suami yg bakalan nyesel seumur hidup alias cuckhold…