Jam 24:15 Aku dan Maria Ozawa sudah berada dalam pesawat. Aku duduk di sebelah jendela, Maria Ozawa ditengah dan kursi sebelah kanannya nampak kosong. Beberapa menit sesudahnya terdengar suara pesawat meluncur di landasan.
Akhirnya lampu kabin pesawat dimatikan aku dan Maria Ozawa pun siap-siap untuk tidur. Maria Ozawa bersandar dipundakku dan dia menaikkan kakinya dikursi sebelah. Karena posisinya kurang enak, aku menaikkan sandaran lengan kursiku sehingga Maria Ozawa bisa dengan bebas menyandarkan kepalanya dipahaku. Baru sebentar memejamkan mata, tiba-tiba gadis itu terbangun, kemudian membuka jaketnya dan kembali merebahkan kepalanya.
Aku menghela nafas setelah Maria Ozawa memejamkan matanya kembali. Huh… untung saja tidak ketahuan tadi kalau sebenarnya sempat terbersit lamunan jorok di otakku dikarenakan menatap wajahnya yang cantik. Gadis itu baik memakai kacamata atau tidak namun wajahnya memang cantik. Kulitnya putih pucat, namun karena pucat itulah membuat gairahku berdesir setiap kali bertatap muka dengannya.
Ketika aku sedang asik melamun, sambil memandang wajahnya tiba-tiba kurasakan jemari halus dan lembut itu meraba bagian depan celanaku
“Hayo, ngelamun jorok ya?” terdengar suara Maria Ozawa pelan, tapi matanya masih terpejam. Aku pun merasa terpojok dan malu karena tertangkap basah. Akhirnya kujawab pertanyaan Maria Ozawa dengan jujur “Hehehehe.. tahu aja kamu” jawabku.
Kedua matanya membuka perlahan dan bibirnya tersenyum, “Si Mizhuo bilang ****** kamu gede banget, ternyata ia benar juga”
Ups, baru kali ini aku dengar ia berbicara lugas seperti itu. Sekejap kemudian suasana berubah biasa lagi, “Kamu tuh, mau aja percaya orang lain.” Baru saja aku berbicara demikian, tahu-tahu Maria Ozawa sudah meremas batang kemaluanku yang masih terbungkus dalam celana. “Jahat, aku yang sudah berteman lama sama kamu gak pernah dikasih tahu, tapi si Mizhuo malah udah pernah nyobain!” Ujarnya menggemaskan.
“Aduh, sakit tahu. Kamu nih maen remas-remas aja. Awas ya, kubalas nanti!”
“Siapa takut, weee…salahnya sendiri ngasih bantal yang bisa turun naik gitu!” ucapnya lagi sambil menjulurkan lidahnya. Semakin tidak tahan saja aku menahan penisku untuk tidak berdiri tegang. Kebetulan sekali tempat duduk kami berada di urutan paling ujung, sehingga aku bisa melihat dengan jelas apabila ada orang yang berjalan ke arah kami untuk ke toilet. Langsung saja satu tanganku menyelusup kebawah selimut Maria Ozawa dan mengelus-elus paha mulusnya. Maria Ozawa pun mulai membuka risleting celanaku dengan tangannya, kubiarkan sejenak ia menikmati melakukan hal tesebut. Setelah berhasil menurunkan retsleting celanaku, kubantu Maria Ozawa dengan menurunkan sedikit celana dan celana dalamku, akibatnya batang kemaluanku yang telah menegang dari tadi langsung mencuat keluar. Membuat Maria Ozawa sedikit terkejut, kaget menatapnya.
“Waw…In-san, Ini ****** apa ******?” Ucapnya setengah berbisik. Aku tersenyum dan menunduk sebentar. “Ini pelir kuda namanya, Ya” Jawabku dan juga berbisik ditelinganya. “Kalau gitu pasangannya ada dibawah sini sayang” Ucapnya lagi, sambil menuntun tangan kiriku turun lebih dalam kepangkal paha-nya. Ternyata didalam rok Maria Ozawa, ia tidak mengenakan celana dalam. Aku terheran sejenak. Tapi Maria Ozawa yang menangkap ekspresi mukaku cepat berkata.
“Kaget ya? Aku sengaja nggak pakai celana dalam” katanya sambil tertawa kecil. Tanpa diperintah lagi, tanganku langsung meremas gundukan vaginanya itu, ia tersenyak tapi cepat pula wajah cantiknya merona merah, aku tahu ia menikmati hal itu. Aku mengelus-elus bibir vaginanya yang lembut, sementara Maria Ozawa sudah meraih batang kemaluanku dan menjilatinya penuh nafsu. Mengulum-ngulum penisku dengan bibirnya, atau dimasukkan kedalam mulutnya, dihisap dalam sehingga membuat tubuhku terasa melayang. Aku perhatikan keadaan kursi-kursi didepanku sepi, sunyi. Kemungkinan semua orang telah tertidur.
Kali ini kepala Maria Ozawa sudah bergerak maju mundur mengocok kemaluanku. Slop..slop…slop.. begitu bunyi air liurnya yang banjir membasahi penisku. Bibirnya yang seksi berdecap-decap, Maria Ozawa seperti tidak mau tahu dengan keadaanku yang semakin lama semakin dekat dengan saat ejakulasi. Namun aku sendiri berusaha menahannya, sekaligus mempermainkan gadis cantik itu, dan membuktikan padanya kalau aku bukan tipe cowo yang mudah sekali meraih klimaks.
“Maria Ozawa, kamu nafsu sekali sih sayang!” Kucoba mengalihkan perhatiannya. Gadis itu tersenyum, “Abis aku dah dua minggu gak dikasih ****** ama pacarku, makanya aku lagi nafsu banget. Aku mau makan kontolmu In-san…Nyaamm!” Maria Ozawa kembali mengemut penisku, sekarang ia juga mengocok kemaluanku itu dengan tangannya. Aku pun mendesah keenakan.
Kepala Maria Ozawa semakin kencang bergerak maju mundur, malah posisinya sudah berjongkok didepanku, celanaku semakin turun kebawah…”Ahhhh…Maria Ozawaa, enak bangett..aku dah gak tahan nih!”
“Keluarin sayang, keluarin..aja…Maria Ozawa siap menerimanya…Maria Ozawa hauss…!” hisapan dan kocokan Maria Ozawa semakin cepat mengerjai penisku..”Maria Ozawaa…sudah hampir nih,…!”, ia tidak menjawab kata-kataku, tapi gerakan mulutnya semakin cepat dan suara decapan mulutnya menjadi jelas sekali ditelingaku, kami berdua sudah tidak perduli lagi….., slurrpppppppp.. Maria Ozawa menghisap dalam-dalam kemaluanku, rasanya seluruh persendian tubuhku seperti tertarik hendak keluar saja….tangannya digerakkan kencang, dan…crootttttt….croooottt….
Cairan maniku keluar bermuncratan dengan deras di mulut Maria Ozawa, ia menjilat semuanya tanpa sisa. “Enak banget..pinter kamu ya!”, tapi Maria Ozawa tidak menjawab, malahan ia mencium bibirku dan berkata “Susul Aku ke toilet, I need you now”.
Aku menunggu beberapa saat setelah Maria Ozawa masuk ke toilet lebih dahulu. Kemudian aku mengikutinya masuk. Didalam toilet Maria Ozawa sudah telanjang bulat, bajunya terserak di lantai. langsung saja aku memburu bibirnya nafsu sambil meremas-remas payudara dan pantatnya. Lalu ia menarik bajuku ke atas dan menjilat putingku, rasanya sangat geli dan enak. Aku mendudukkan Maria Ozawa di atas wastafel, kakinya yang panjang ia sandarkan pada pundakku, barulah aku mulai menjilat vaginanya yang bersih.
“Rajin dicukur ya sayang?” Tanyaku menggoda sambil meraba-raba bibir vaginanya. “Iya-lah, biar enak nanti pas digesek jembutmu!”. Lagi-lagi gadis cantik ini tidak malu-malu untuk berbicara vulgar, dengan cepat kuciumi paha bagian dalamnya. Aku beri cupangan merah, sedangkan Maria Ozawa menggigit bibirnya agar tidak menjerit dan mendesah, “Uummpphh.. Gila enak banget In-san”
Aku tidak ingin buru-buru mencicipi vaginanya, kubiarkan dulu dirinya sambil terus menciumi paha dan meraba-raba vaginanya, Maria Ozawa pun tambah blingsatan, pinggulnya bergoyang-goyang…”Ssshhh… In-san, jilat memek Maria Ozawa In-san ….memek Maria Ozawa mau dijilat…aaahh!” Kata-kata seperti itulah yang hendak aku dengar darinya, tapi tetap saja aku biarkan hingga kedua tangan Maria Ozawa sendiri yang memegang kepalaku dan menekannya pada daerah kemaluannya
Haaapp…dengan lahap aku hisap kemaluan gadis ini, Maria Ozawa pun menjerit kecil..”Awww…ssshh…terus In-san, enak banget!” kugigit-gigit kecil bibir kemaluannya, birahi Maria Ozawa semakin meninggi, ia mendesah dan mengaduh sambil meremas-remas buah dadanya sendiri. Sluuurrpp..Cairan yang keluar deras dari vaginanya aku hisap dalam-dalam, sekaligus kuraih klitorisnya dengan bibirku dan kumainkan, “Aduhh… In-san, Maria Ozawa gak tahan…aduhhhh…masukin kontolmu sayang…masukin ke memek Maria Ozawa…!”
“Mau diapain sayang?”, tanyaku masih menggodanya, “Aaahh…mau dimasukkin kontolmu In-san …Ayo cepat!” Tiba-tiba tubuh seksinya itu segera kuangkat dan dengan cepat ku tusukkan batang kemaluanku…Blessssss… Maria Ozawa menjerit, tangannya erat merangkul leherku, sampai-sampai jari-jemarinya mencakar punggungku juga…”Akkhhhhh…sakitttt In-san!” Begitu bunyi jerit teriakannya yang menurutku sangat erotis ditambah wajah pucatnya disaat ia menjerit tadi, menambah horni diriku yang melihatnya.
Aku duduk ditoilet memangku Maria Ozawa, kudiamkan sebentar kemaluanku didalam vaginanya yang sempit dan hangat.. “Uuuu…kamu jahat, gak bilang-bilang dulu!” Ucapnya manja sambil memukul-mukul kecil dadaku. “Tadi katanya minta dimasukin, eh sekarang malah dibilang jahat, aku keluarin deh!” Maria Ozawa segera berseru, ” In-san, Jangan dikeluarin, orang lagi enak kok!” Ujarnya sambil menggoyangkan pinggulnya dengan sangat erotis. “Memek Maria Ozawa kerasa penuh nih, kontolmu sih gede banget, tadi aku keluar lho sayang!” Wah, secepat itukah gadis ini keluar? Ternyata dirinya sangat menghayati cumbuanku tadi, sehingga sebelum kumasukkan batang kemaluanku ia sudah hampir mencapai orgasme-nya.
Aku meremas payudaranya dengan dua tanganku sambil ku jilati dan ku hisap, apalagi kedua tangan Maria Ozawa terangkat karena mendekap dan mengacak-acak rambutku. Sementara pinggulnya masih bergerak pelan maju mundur atau memutar, kumainkan putting Maria Ozawa didalam mulut dengan lidahku, “Aww…geli, ihhh…suka banget sih nenen di tetek Maria Ozawa? Enak ya sayang?” Tanyanya manja, “Iya nih, tetek kamu enak banget yang!” ucapku yang masih saja mengelomoti payudara kencang tersebut. “Terusin sayang, Maria Ozawa juga suka di sepong nenen-nya…asshhh!” Maria Ozawa mendesah nikmat, goyangan pantatnya pun semakin kencang.
Tanganku mulai bergerak, tidak lagi meremas susunya tapi kini memegang pinggulnya dan membantu tubuh Maria Ozawa naik turun, “Aduhhh..In-San, aduhhhh…jangan digini-in, nanti Maria Ozawa nggak kuat!” Nada ucapan gadis itu seperti menolak, tapi gerakan tubuhnya ternyata menandakan ia tidak ingin berhenti dari permainanku, tubuhnya melunjak-lunjak kencang diatas tubuhku, terdengar suara vaginanya yang becek dan basah…plek…plek…plek, payudaranya bergoyang kesana kemari, ” In-San …kontolmu..enakkk..iya…teruss..nancep banget…aaaahhhh… In-San, Maria Ozawa gak tahan…aaaahhh!”
“Tahan sayang…, sebentar lagi Maria Ozawa..!” Gerakan tubuhnya makin cepat saja, “Gak tahan In-San, enakkkk…aduhhhh…terusss..sodok…tancepin….shhhh…ent ot yang keras sayang..sshhh”
Aku menghentak tubuhnya keras-keras beberapa kali untuk memberikan sensasi, Maria Ozawa pun mengaduh…Crepp..creppp.creppp, Makin indah payudara gadis itu terlihat, dengan cepat ku raih, dan kuhisap dalam-dalam, “Akhhh..Ariiii jangan diiseppp…aaaahh…makin gak kuat memek Maria Ozawaaaa!” Jemarinya menjambak rambutku.
“Memek Maria Ozawaaa enakkk…sempittt sayang, makin suka aku ngentotin!”
“Argghhh….iya In-San, entot pake kontolmu yang gedeeeeeeeee….aaaaahhhhh!” Seketika tubuh Maria Ozawa mengejang beberapa kali, payudaranya membusung kedepan, kedua tangannya mengapit erat kepalaku di bagian dadanya, dan wajah manisnya menengadah.
Tampaknya Maria Ozawa sedang menikmati saat-saat puncaknya, terdengar nafasnya masih tersengal-sengal, ia mencium bibirku, “Shhhh…enak banget sayang, Maria Ozawa gak pernah ngerasain yang kaya gini!”, aku pun membalas ciumannya.
Karena aku masih belum keluar, maka kembali aku menggerakkan pinggul Maria Ozawa keatas kebawah, dan juga mempercepat gerakan penisku didalam vaginanya. ” In-Saaan …masih ngilu sayang!”, namun aku tidak memperdulikan kata-kata Maria Ozawa.
Malah sekarang ku angkat tubuh Maria Ozawa dan kurapatkan dengan dinding toilet, “Jangan In-San…Maria Ozawa masih capek!”, namun semakin cepat sodokan penisku, gairah Maria Ozawa pun menjadi tinggi kembali. Ia mendesah dan meracau keenakan, “Ahhhh…teruss In-San …entot yang enakkkkk!”
“Argghhhhh…!”, kusentak lagi beberapa kali vagina Maria Ozawa, membuat gadis itu tambah melayang, “Aduhhhh..kontolmu In-San, Maria Ozawa mau dientot kontolmuuuu…”
Mendengar racauan Maria Ozawa yang Maria Ozawar itu, menyebabkan diriku semakin dekat dengan puncak, penisku sudah berdenyut-denyut dari tadi. “Sayang, In-San mau keluar nihhhh…”
“Keluarin didalem In-San …dimemek Maria Ozawaaaa…aaakhhhhh!”
“Mau pejuh In-San yaaa?”
“Iyahhhhh..memek Maria Ozawa hausssss…lebih cepat sayang…aaaahhh, siramin memek Maria Ozawa pake pejuh…”
Crootttt, crooottt…air maniku muncrat begitu saja membanjiri liang vaginanya, sedangkan tubuh Maria Ozawa bergetar beberapa saat sambil mengeluarkan suara lenguhan, nikmat sekali rasanya bercinta dengan gadis itu.
Entah berapa kali penisku berkedut-kedut memuntahkan isinya, aku sendiri tidak mencoba menghitungnya karena kehangatan menjalar disekujur badan membuatku tetap diam merasakan puncak orgasmeku tadi.
“Makasih ya In-san!” ucapnya pelan dan tersenyum padaku. Kulihat wajah cantik gadis itu merona merah dalam letihnya.
“Sekarang udah tenang yah otakmu? Gak ngeres lagi kan?” Ujarku bercanda.
“Enak aja, selama masih ada kontolmu gimana otak gak ngeres, kamu tuh yang bikin aku ngeres!”
“Yeee…Bilang aja suka sama kontolku!”
“Emang, tau aja sih!”
“Ya tau dong, orang memek kamu ketagihan gitu!”
“Huuuu…bisa aja!”
“Kalau gak ketagihan kok masih ditancepin terus?”
“Iiihh..itu mah kamu yang nancepin, emang enak ya memek Maria Ozawa?”
“Enak banget Ya, kalau kamu pacarku udah aku entot tiap hari!”
“Hah! Ihhh…Emangnya kuat gitu?”
“Kuat aja kalau ada obat kuatnya!”
“Masak?”
“Iya dong, makanya kasih dulu obatnya!”
“Emangnya ada sama Maria Ozawa?”
“Ada tuh, nih obat kuatnya!” Ucapku sambil menyentuh payudaranya. “Hihihi…bisa aja kamu ah, bilang aja mau nenen lagi!”
“Emang mau, nenen dong yang!”Aku meminta dengan manja sambil pelan-pelan meremas-remas payudaranya.
“Tapi janji ya cayang, ntar puasin Maria Ozawa lagi?” ia menjawab dengan nada manjanya juga. “Iya deh, sekarang In-san mau mimik susu nih!”
“Aduh kacian yayang, ya udah sini mimik susu Maria Ozawa dulu!”
“Asikkk nenen lagi..Nyammm!” Selanjutnya aku sudah melahap payudara Maria Ozawa lagi yang mulai mengeras bereaksi menerima rangsanganku.
Tidak berhenti aku menjilati dan mengulum serta mengisap putingnya, sesekali tanganku memijit pahanya serta mengusap bibir kemaluannya, membuat nafas gadis cantik ini tersengal-sengal dan mendesah-desah, “Terus sayang, ohhh…sshhh…nenenin tetek Maria Ozawa In-san, nikmat banget sih In-san …, ayo In-san terusss…biar kuat ngentotnya!”
Tampaknya Maria Ozawa sudah mulai bangkit kembali birahinya, pantatnya kini bergoyang-goyang, sementara penisku masih ada didalamnya. “Puasin Maria Ozawa lagi In-san , ayo sayang!”
“Yang, belum bangun nih dedeknya!”
“Ahhh In-san …Maria Ozawa udah gak tahan nih mau dimasukin lagi!” cepat sekali rupanya anak ini terangsang, padahal aku saja belum sama sekali. Akhirnya kusuruh ia untuk gantian duduk diatas toilet pesawat.
“Minta disepong yah kontolnya, sini Maria Ozawa sepongin biar bangun lagi!” Rupanya Maria Ozawa telah mengerti maksudku, tanpa pikir panjang lagi ia langsung meraih batang kemaluanku itu dan melumatnya.
Seksi kelihatannya memperhatikan bibir merah gadis itu menyetubuhi penisku, indah dan menggiurkan, ditambah sekarang kubantu ia menyalurkan gairahnya dengan memasukkan dua jari ke dalam lubang kewanitaannya.
“Oughhhh…Ssshhhhh!”
“Hmmmppp…!” Semakin kencang gerakan jariku semakin banyak Maria Ozawa mendesah meski mulutnya tersumpal oleh kemaluanku, tapi aku tahu ia sangat menikmati permainan jemariku ini.
Tiba-tiba, Maria Ozawa melepaskan pegangan tangan dan isapannya dari penisku, “Ahhhhhhh.. In-san gak tahan nih, aduhhhh….aduhhhh…..!” Ia mengocok vaginanya sendiri dengan jarinya, mencolok-colok cepat tanda ia hampir sampai.
Namun muncul niatan jahilku, aku langsung menarik dua tangannya keatas, Maria Ozawa pun meronta-ronta, ” In-san..jangan, Maria Ozawa gak kuat lagi…mau keluar..ahhhh.. In-san!”
Melihat wajahnya merengek-rengek seperti itu akhirnya membuat nafsuku naik kembali. Segera saja, aku merengkuh pinggang gadis itu bangun lalu kemudian kubalikkan tubuhnya dan Sleppppppppppppp
Penisku menusuk Maria Ozawang kewanitaannya dari arah belakang, pantat sekal gadis ini bergetar. Maria Ozawa menjerit menyebut namaku, ” In-saaaaan ….!”
Ternyata gadis ini mengalami orgasmenya lagi, jarang kutemui gadis yang mampu mengalami klimaks berulang kali. “Gimana? Enak sayang?”
“Enak banget In-san, enak banget…!”
“Aku pasrah In-san kamu apain aja, yang penting aku puas. Ayo In-san, entotin lagi aku…Maria Ozawa mau dientot seharian..mau ****** In-san!”
kini pantatnya bergoyang maju mundur, sepertinya ia mengharapkan aku bergerak untuk menyetubuhi kemaluannya. “Ayo In-san, jangan diem aja… In-san …Ahhhh…Ahhh, entotin Maria Ozawa In-san …” Pantatnya semakin kencang di hujamkan kebelakang sampai terdengar keras bunyi pantatnya yang beradu dengan pahaku.
Puas melihat Maria Ozawa menderita seperti itu, lekas tanganku menelusup dari ketiaknya lalu cepat meremas susunya. Maria Ozawa mengaduh dan berdesis…
Bersamaan dengan itu aku langsung menggerakkan batang kemaluanku di vaginanya dengan cepat. Membuat Maria Ozawa menjerit, kepalanya menengadah, “Terus In-san…Terusss… yang kenceng sayang, yang kenceng kontolin Maria Ozawanyaaaa…aaaahhh.”
Gila, kata-katanya semakin jorok, semakin liar dan kasar. Langsung saja aku raih pinggul gadis itu dan semakin cepat kugerakkan maju mundur dalam vaginanya, dilain sisi Maria Ozawa juga ikut menyeimbangkan gerakanku. Tubuh gadis ini sesekali terhentak-hentak kedepan diiringi desahannya yang meraung-raung. “Iyahhhhh..teruss yang…memek Maria Ozawa buat In-san…buat di entot..aaaghhhh…terussssin…shhhhhh”
“Nih kontolku say, rasain kontolku nih!”
“Mana, mana yang…ahhhhh pengin ****** ****** ******!” Gadis itu seperti sudah menjadi gila, terbawa oleh nafsunya sendiri. Tidak sadar ia berada dimana, ia terus berteriak meracau keenakan.
Bahkan kini tingkah gadis itu semakin gila, ia menjatuhkan diri dilantai toilet, membuka pahanya lebar-lebar lalu mendesah, ” In-san …masukin lagi sayang, Maria Ozawa pasrah…sshhhh, masukkin disini…nih memek Maria Ozawa sayang…minta di entotin…aghhhhh” erangnya sambil mengucek-ngucek kemaluannya sendiri
“Kamu gila Maria Ozawa, kamu gila!”
“Kontolmu yang bikin aku gila In-san …ahhhhh…tusuk disini yang..ayooo!”
Aku pun ikut terbawa arus permainan gilanya, kuangkat paha gadis itu hingga ke bahuku, lalu kusetubuhi lagi dirinya.
Ah, vaginanya memang terasa legit sekali. Menjepit kemaluanku, hangat didalamnya.
“Yahhh..teruss..sayang…ahhhh…nikmat..oughhh!” Jeritnya sembari meremas buah dadanya sendiri.
“Terus In-san …Maria Ozawa keluar lagii..ahhhhhhhhh!” Tak lama kemudian tubuhnya bergetar hebat lagi, mengejan tertahan beberapa detik. Lalu terbaring lemas keenakan. Yang tertinggal sekarang hanya gairah nafsuku yang masih meninggi dan ketika Maria Ozawa mengalami orgasmenya tadi, aku merasa seperti terhenti begitu saja di tengah jalan. Hal tersebut menimbulkan ganjalan dalam diriku, hatiku berbicara menuntut kepuasan.
“Maria Ozawa..” Aku memanggil namanya. Ia hanya memandangku dengan matanya yang sayu. “Aku belum keluar nih sayang!”
“Ahhhh..kuat banget sih dedeknya yang!” Jawabnya pelan walaupun aku tahu ia terkejut.
“Iya nih!” lalu muncul niat iseng ku lagi, yaitu aku ingin menyenggamai payudaranya yang indah itu, maka aku bilang sama Maria Ozawa. “Maria Ozawa, dedek In-san mau mimik susu juga nih!”
Tapi ternyata gadis itu lebih paham dari yang kukira, “Hayooo…mau entotin tetek Maria Ozawa kan?”
“Hehehehe… Ngerti aja sih kamu, sering yah emangnya?”
“Baru aja mau aku tawarin, eh udah minta duluan dedek kamu, sini dedeknya sayang, taruh di nenen Maria Ozawa!” lalu aku cabut penisku dari kemaluannya dan aku pas-kan tepat pada belahan susunya. Maria Ozawa pun menekan buah dadanya dari kedua sisi hingga kemaluanku diapit payudara gadis cantik ini dengan rapat. Kenyal, keras dan nikmat sekali rasanya. Pemandangan saat itu lebih dari yang namanya erotis. Benar-benar sensasional.
“Ih si dedek, pinter banget mimiknya..uhhh, enak banget In-san, geli deh!”
“geli ya sayang?”
“Iya nih, ada jembutnya sih…Nyammm!” Gadis itu mengisap kemaluanku yang bergerak-gerak di payudaranya.
“Terus sayang di isep yah, biar enak nih!”
“Hmmpppfhh…” bibirnya terus bergerak-gerak mengelomoti kemaluanku.
“Yang… Dedeknya keenakan nih!” Penisku mulai kugerakkan perlahan, terdengar bunyi plok plok plok biji pelirku yang beradu dengan payudara Maria Ozawa, ditambah lagi suara lomotan mulutnya -slurrpppppp, semakin membuat diriku melayang.
“Terus In-san, dientot yah teteknya… aduhhhh… enak banget kontolmu… ahhhhh!” Begitu desahnya sambil memainkan penisku. Lidahnya menelusuri batang kemaluanku lalu naik lagi ke ujungnya dan kembali menelan penisku yang panjang, gemuk serta berdiameter lebar.
Lama kelamaan aku merasa saatnya tiba untuk mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi terus kutahan, “Maria Ozawaaaa… In-san mau keluar nih!” ujarku sedikit menggeram.
“he-eh keluarin aja, Maria Ozawa pengin peju In-san …” Jawabnya yang sedang mengemut buah pelirku, sambil dibantu dengan menggunakan tangannya mengocok penisku.
“Pengen dipejuin yah teteknya!”
“Iyahhhhh…mau peju ****** In-san..”
“Isepin yang enak say, ntar keluar pejuhnya.”
Maria Ozawa semakin bersemangat memainkan kemaluanku. Ia menggerakkan payudaranya sekaligus melumat kemaluanku. “Terus sayang, sebentar lagi…sebentar lagi.” Teriakku
“Nyammmm….pejuin Maria Ozawa, pejuin Maria Ozawa…Ahhhhhhhh….ssshhhhhh….teteknya mau peju.”
“Nih peju In-san nih Maria Ozawa, nih peju In-san ….Ahhhhhhhh” Dan akhirnya kubiarkan pertahananku bobol begitu saja. Croooottttttttttt…Croooottttttttt… air maniku bermuncratan menyirami buah dada gadis cantik itu. Banyak sekali keluarnya, hingga belepotan disana sini.
“Ahhhhhhhh… tetek Maria Ozawa dipejuin… Angetttt…terus pejuin…” Ujar Maria Ozawa yang ternyata juga mengalami orgasme lagi. Tetapi cepat seakan tak mau ketinggalannya mulutnya langsung melahap batang kemaluanku lagi, sehingga leleran terakhir cairan spermaku semuanya tumpah ke dalam mulut Maria Ozawa. Gadis cantik itu menelannya sampai habis, bahkan ia masih menjilati penisku yang basah oleh bekas cairan vaginanya bercampur maniku sendiri.
Saat itu aku baru sadar jika permainan gila kami berlangsung sangat lama sekali. Aku heran mengapa tidak ada penumpang yang mengetuk toilet untuk buang air atau sekedar membasahi wajah mereka. Apakah semuanya telah tertidur? Aku sendiri tak mengerti. Namun bergegas kami merapihkan segalanya. Sebelum keluar dari toilet aku mengintip terlebih dahulu, ternyata tak ada siapa-siapa, maka dengan cepat kami berjalan kembali ke kursi penumpang. Benar-benar pengalaman yang tak akan terlupakan, tetapi juga melelahkan. Maria Ozawa berbisik di telingaku ketika hendak memejamkan mata, “Kapan-kapan aku mau mengulang seperti tadi lagi.” Katanya sambil tersenyum. Lalu ia memejamkan matanya untuk tidur.