Cerita ini adalah pengalaman yang terjadi di masa lalu. sekarang aku berusia 30 tahun, berkeluarga dengan satu orang anak. Pengalaman ini tidak pernah kuceritakan kepada siapapun.
Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2010-2014 ketika aku masih kuliah. Saat itu aku Ryan (nama samaran) baru lulus SMU di kota Jambi. Aku melanjutkan studiku di salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar. Karena jauh dari rumah, maka aku harus mencari tempat untuk tinggal.
Dalam pencarian kutemukan sebuah rumah di daerah Omui. Sebelumnya rumah ini tidak pernah menerima kos-kosan. Karena rumah tersebut nampak asri dan dekat dengan tempat kuliah, kuberanikan diri untuk bertanya.
Kubel rumahnya, dan yang keluar adalah seorang wanita berusia sekitar 34- 45 tahun. Pipinya memiliki sedikit lesung pipit, tubuhnya mungil namun berisi sehingga tampak menarik. Ternyata dia adalah pembantu di rumah itu. “Di sini tidak terima kos dek, tapi coba saya tanya ke ibu sejenak ya.
Tak berapa lama keluar pemilik rumah, bu Lilis namanya. Begitu nampak di pintu aku terbelalak. Tinggi sekitar 165cm, berat sekitar 50kg, bertubuh sintal. Ia memakai celana jeans sepanjang lutut kebawah dan kaos ketat tanpa lengan. Buah dadanya padat ukuran sekitar 35B. Melihat sosoknya terbayangku penyanyi dangdut di TV.
Aku pun bernegosiasi dengannya. Bu Lilis setuju kamar kosong di rumahnya dikoskan asal per 6 bulan. Ku setujui persyaratannya. Lagian suasana lingkungannya bagus, ibu kostnya cantik, pembantunya juga lumayan.
Aku menempati kamar di belakang. Tembok kamarku persis bersebelahan dengan Bu Lilis. Di ruang tamu nampak foto keluarganya bertiga : Bu Lilis, Pak Ahmad dan Anita. Pak Ahmad sedang dinas ke Australia 2 tahun, sekarang baru berjalan 7 bulan. Anaknya Anita yang tampak manis di foto dengan rambut tomboy, saat ini sedang kuliah di Pekanbaru. Sesekali ia pulang.
Dari cerita Mbok Indun, kegiatan ibu kos ialah fitnes beberapa kali dalam seminggu, nyalon, kadang luluran, dan arisan. Kalau pergi sendiri dengan mobil Toyota-nya. Sudah pasti banyak lelaki yang mencuri pandang pada dirinya walau ia sudah berusia 46 tahun.
Sehari-hari kulalui seperti biasa. Setelah 1 bulan berjalan, kurasakan sikap Bu Lilis lebih perhatian kepadaku. Sering ia menanyakan jam kuliahku, terkadang membelikanku makan kecil. Mulai juga sering diminta mengantar bu Lilis ke supermarket dan sebagainya. Aku sih merasa senang, lumayan setiap kali keluar, dibelikan makanan, apalagi keluar bareng sama ibu-ibu cantik.
Karena sudah sering keluar, kami seperti sepasang kekasih, sering ia merapatkan badannya kepadaku. Dia juga banyak curhat ke padaku, Ia bercerita kalau ia kesepian di tinggal suaminya kerja. Aku hanya bisa senyum dan malu merespon curhatannya. Toh aku juga belum pernah pengalaman begituan.
Suatu hari kami liburan bersama di daerah wisata Bokor. “Ryan, Ibu pengen nih, masa tiap hari di tinggal suami cuma masturbasi pakai dildo.” Aku kaget setengah mampus. Atas bujukannya kami bergerak ke villa pesanan.
Sesampai di villa kami beristirahat di sofa. Langsung dia memelukku manja dengan kontolku di elus-elusnya dari luar celana. Aku cenat-cenut panas dingin. Dibukanya seluruh baju dan celanaku. Kami berciuman. Tidak berapa lama kudapati dia juga sudah dalam keadaan tanpa busana.
Sungguh kagum aku pada dirinya yang putih mulus, dengan buah dada besar, kencang, dan padat. Dimainkan olehnya kemaluanku dan langsung dijilatinya. “Burungmu panjang dan besar ya.”
Sambil jongkok dia menghisap penisku. Ku remas buah dadanya yang kenyal. Aku merasakan sesuatu akan keluar dari penisku. Crott crott crrrott… Muncrat begitu banyak ke dalam mulutnya. UGhhh arrgghh, Ia mengeram senang. Aku benar-benar merasakan kenikamatan dunia. Pertama kalinya keperjakaanku direnggut.
Bu Lilis masih tetap mengulum penisku. 5 menit kemudian penisku kembali tegang dan aku terangsang lagi. Dengan cepat dirinya duduk diatas penisku. Diarahkannya ke lubang kenikmatannya. Terasa oleh penisku cairan di memeknya, hangat dan licin. “Ough nikmat Lis”. Dirinya naik turun di atas penisku. Semakin lama semakin cepat. Sarafku menegang, lebih nikmat dibandingkan oral tadi.
Beberapa menit kemudian tubuh Bu Lilis menegang sambil berteriak “Yannnnnn.. Akuuuu keluarrrr.. ACCHHHh…. Aku rasakan cairan mani Bu lilis di sekujur penisku.
Kami berganti posisi, kali ini aku di atas. Kuarahkan penisku, bleess… Masuk dengan mudah karena sudah licin. Ku sodokkan maju mundur.
Iramanya semakin cepat dan Bu Lilis berteriak ” teruss yan teruss jangann berhenti ..”
Semakin cepat kusodokkan penisku. Kurasakan penisku sesak akan sperma yang akan keluar. “AKKH Bu,, aku juga mau keluar nihh”. Sekitar 2 menit kemudian aku tidak tahan dan keluar dengan deras.. CROTT,.. Crott.. crott.. “ough Bu, aku keluar, nikmat bangett…”.
“Penismu hebat, Yan. Makasih ya.”
Kamipun menghabiskan semalam di villa dengan bercinta. Berkali-kali aku mengeluarkan pejuku di dalam memeknya. Namun aku tidak perlu khawatir karena dia telah menggunakan penangkal anti hamil.
Hari-hari selanjutnya di kosan pun berjalan seperti ini. Kami bercinta berulang kali tanpa diketahui oleh Mbok Indun. Meskipun kami merasa Mbok Indun tahu apa yang kami perbuat, tetapi kami berdua cuek saja.
Kadang sepulang kuliah, Bu Lilis sudah tiduran tanpa busana di kamarku. Tentu saja langsung kusikat. Jika Bu Lilis sedang mens, aku minta dia meng-oralku.
Sejak saat itu aku tidak pernah bayar uang kos lagi. Rumah ini sudah seperti rumahku sendiri.
Suatu hari Pak Ahmad pulang ke rumah selama 2 minggu. Jadi kami tidak ada kesempatan buat ngeseks.
Minggu kedua saat Pak Ahmad masih di rumah, Mbok Indun menyediakan minuman dan cemilan untukku. Aku sedikit heran dengan gelagatnya tidak seperti biasa. Seminggu tidak berhubungan dengan Bu Lilis,sedikit memancing gairahku melihat Mbok Indun. Sebelum aku mengeluarkan rayuan gombal, duluan dia buka cerita, “Mas Ryan senang toh Pak Ahmad bakal balik ke Australia lagi, jadi bisa begituan lagi sama Bu Lilis”.
Aku kaget mendengar perkatan dari Mbok Indun dan tidak berkutik dibuatnya. “Iiiya Mbok.” Kesempatan nih pikirku. “Mbok kan janda nih, apa gak pengen juga begituan?” kupancing dia. Dia jadi salah tingkah mendengar pertanyaanku.
“Iya sih, Mas.”
Begitu mendengar jawaban darinya, langsung diriku menarik tangannya ke dalam kamarku. Kubuka semua pakaiannya dari atas ke bawah. Aku seperti kuda liar, akibat seminggu birahiku tidak tersalurkan.
Memeknya masih sempit, sehingga ketika kumasukkan penisku dia berteriak kesakitan. “Akkh AKhh Mas! Pelan-pelan.” Kugenjot tanpa henti. Sekian waktu berlalu kusemprotkan pejuku ke dalam memeknya. Mbok Indun lemas tak berdaya. Diriku puas sekali merasakan sensasi bercinta dengan Mbok Indun.
Hari-hari berikutnya jika tidak ngentot dengan Bu Lilis, sasaranku adalah Mbok Indun. Kami lakukan di berbagai tempat, di meja makan, di garasi, di dapur, dan tempat lainnya.
Selama 4 tahun berjalan seperti itu. Sampai ketika aku akan lulus kuliah dan wisuda, aku harus balik ke kampung halaman. Aku mendapat kejutan tak disangka. Bu Lilis dan Mbok Indun mengajakku threesome. Gila kupikir. Rezeki ini tentu tidak kutolak. kulayani mereka berdua. Aku cukup telentang dan penisku akan dioral mereka berdua secara gantian. Yang paling aku suka adalah ketika yang satu lagi duduk diatasku menggejot penis, yang satu lagi akan jongkok diwajahku mebiarkan memeknya kujilati.
Itulah hadiah perpisahanku dari mereka. Sampai sekarang tidak pernah bertemu dengan mereka lagi. Pengalaman bercinta dengan mereka membuatku selalu ketagihan. Imbasnya aku lampiaskan kepada kenalan mahasiswi, SPG, ibu rumah tangga dan janda. Walau tidak seindah pengalaman dengan Bu Lilis dan Mbok Indun, tetap kunikmakti juga.