Namaku Priyo, diusia ku yang sudah 22 ini, kakekku menikah lagi dengan perawan desa yang di kenalnya dari kepala desa (sebut saja desa x).
Di kampung ini kakek ku memang terkenal sebagai seorang saudagar, jumlah kebun yang hektaran membuatnya tak tergoyahkan. Tapi entah mengapa dia tiba-tiba minta kawin lagi, padahal semenjak nenek meninggal tak pernah ada obrolan atau wacana tentang rencana si kakek mau kawin lagi.
Maklum saja diusianya yang sudah 64 itu membuatnya dalam keterbatasan.
Jangankan untuk memberi nafkah ranjang, berjalan saja kakekku terkadang harus menggunakan tongkat.
Tapi itu semua harus kusyukuri karena akulah cucu yang kelak akan mewarisi kenikmatan bersama nenekku itu.
35 hari sebelum pernikahan.
“Pri…pri….!” Teriak kakekku dari dalam kamar. Aku yang sedang asik memandikan burung peliharaan ku berlari ke kamar.
“Yah kek..” jawabku.
“Tolong bantu kakek berdiri, kakek mau ke kamar mandi” perintahnya sambil kupegang tangannya untuk bisa menuntunnya menuju kamar mandi.
Memang pada saat itu sakit encok kakek sedang kumat, dan aku sudah terbiasa dengan hal ini.
“Susah nih… Maafin kakek jadi ngerepotin kamu terus”dia berkata sambil terus berjalan ke kamar mandi.
Kutunggu dia didepan pintu kamar mandi dan tak lama dia kembali. Kutuntun dia kembali ke kasurnya tapi,
“Kakek mau keruang tengah saja! Bosan rasanya kalau harus dikamar terus” perintahnya padaku.
Aku langsung membantu dan mendudukkan di kursi malas yang biasa dia pakai untuk menghabiskan waktu disisa hidupnya.
Ketika selesai dengan tugas itu, kakek memintaku mengambilkan hp jadulnya.
“Tolong ambilkan hp kakek di kamar!”
Aku berlari kecil dan mengambil hp kakek.
“Ini kek..!”
“Sekalian tolong telpon info pak kades”
Kubuka hp nya dan memilih kontak “Pak Gilang Kades” dan call.
Aku berikan hp kerangan kakek dan kutinggalian dia disana.
Jarak antara aku dan kakek tak jauh, karena ruangan bersantai kakek pintunya langsung menuju akses ke halaman samping rumah dan disanalah aku memandikan burung-burung ku.
Ada sedikit yang aneh dalam obrolan kakek kali ini.
Dia terlihat serius.. sepintas percakapan mereka seperti ini.
“Pak apakah si Siti masih ada?”
…
“Saya kira dia jadi berangkat menjadi TKW”
…
“Yasudah bawa saja kesini”
….
Setelah itu kakek menutup telp dan bersantai kembali sambil mendengarkan lagu klasik dari artis idolanya.
Begitulah dia, dengan gaya yang selebgram, cuek dan ceplas-ceplos ceplos.
Aku awalnya tak menaruh curiga dengan obrolannya, bahkan aku menyangka dia menelpon pak kades untuk membantunya mencari pembantu dirumah ini.
Karena kebetulan dirumah ini hanya ada aku, kakek dan bi Sarmi (orang yang selama ini mengurus rumah dan makan kami) kebetulan memang bisa Sarmi sudah tak selihai dulu, apalagi sekarang dia juga sering sakit apabila terlalu capek.
Ortuku, omku, dan bibiku yang sekaligus anak kandung kakek semua tinggal di kota. Dan mereka berprofesi sebagai pekerja kantoran, itu yang menyebabkan kakek tidak tinggal dengan anak-anak nya. Sedangkan aku tinggal disini karena sewaktu kecil, keluargaku bukan keluarga yang harmonis, bapak dan ibu sempat pisah selama 5 tahun, dan selama pisah itu aku tinggal sama kakek dan nenek, sekarang malah jadi keterusan ikut sama kakek, dan terlebih-lebih aku memang tak suka tinggal di kota.
Kebetulan juga disini kakek dan nenek butuh temen, butuh tenaga dan butuh bantuan pikiran.
Itu membuatku dekat dengannya dan bisa dibilang menjadi cucu kesayangannya.
Semua kemauanku dituruti dan tak satupun orang didesa ini tidak mengenal sosok kakekku.
Itu menyebabkan aku menjadi pria yang terkenal juga.
32 hari sebelum Pernikahan.
Jam 10 siang, ketika semua orang sedang sibuk bekerja, ada yang Kesawah ada yang ke ladang dan lain sebagainya.
“Ting..tong…” Bunyi Bell rumah.
“Assalamualaikum..!!” Teriak seorang pria dari luar pintu.
Dan langsung kujawab
“Waalaikumsalam!”
Kubuka pintu depan, kulihat saat itu pak kades datang dengan beberapa temennya yang kuhitung jumlahnya ada 6 orang.
Dan disanalah aku melihat gadis bernama Siti, “tapi yang lain ini siapa yah” tanyaku dalam hati.
Tak lama kakek keluar dengan berjalan sendiri karena encoknya sudah sembu.
“Ayo masuk-masuk!” Kata kakek sambil berjalan dan langsung duduk di ruang tamu.
Kuperhatikan semua tamu yang masuk itu hormat ke kakekku, hal itu terlihat saat mereka masuk, mereka langsung bersalaman dan mencium tangan kakek dan menyalami ku juga.
Yang menjadi aneh adalah biasanya ketika ada yang datang untuk menjadi pembantu dirumah ini tak butuh sambutan formal dari kakek, tapi kali ini berbeda. Kakek ikut menyambut kedatangan mereka.
Dan obrolan serius pun terjadi.
Aku kaget ketika salah seorang bapak (ortu Siti) menyerahkan anaknya untuk di pinang dengan kata lain di angkat menjadi istri.
Sempat aku berfikir, apakah aku yang akan dijodohkan dengan Siti, aku sih mau-mau saja. Apalagi dia gadis yang cantik dan kelihatanya alim.
Tapi ternyata itu cuma pemikiran ku, aku kaget bukan kepalang ketika ternyata kakek lah yang akan menikah lagi.
Setelah obrolan tuntas, ternyata ortu Siti sengaja menikahkan anak gadisnya ke kakek dengan harapan dapat merubah nasib ekonomi keluarga mereka yang tergolong tidak baik.
Sementara Siti gadis desa yang hanya bertamatan sekolah dasar, dan dia adalah gadis penurut dan yang tak berani membantah kemauan orang tuanya.
Dan akhirnya rampung sudah pembicaraan pagi itu. Dengan di saksikan langsung orang tua Siti, Siti langsung dinikahkan ke kakek secara sirih.
Dapat kulihat jelas kakek menikahi istri barunya padahal umur mereka jauh bedanya, bahkan Siti lebih pantas menjadi cucu daripada menjadi istrinya.
Siti dinikahi dengan mas kawin 10juta.
“Astaga.. dengan uang segitu kakek bisa dapat istri baru!” Kataku dalam hati.
Bahkan kakek tak pernah mengkonsultasikan keputusan yang diambilnya ini.
Aku sedikit menaruh curiga, sebenarnya apa yang sedang terjadi.
Bersambung