semoga suhu suhu terhibur. Selamat bercoli ria
Sejak ia berhasil meniduri ibunya yg ternyata juga menikmati hubungan sedarah dengan anaknya itu, Naluri seks Agus semakin menggebu ingin menggauli wanita berumur dikeluarganya, malah dirinya berhasrat semakin tua justru makin enak, umur setengah baya menjadi ketertarikan lelaki yang baru saja menamatkan kuliah informatika. Tapi siapa wanita dikeluarganya berumur yang akan diajaknya bersetubuh. Pikiran Agus melayang layang, teringat ia neneknya yang pensiunan PNS namun sudah bergelar Hajjah yg bernama Hajjah Hamidah yg merupakan ibu kandung bapaknya yg juga PNS, ia sering kerumah neneknya itu sekedar mampir dari nongkrong dan biasanya selalu dikasi uang saku sama neneknya itu. Karena ia salah satu cucu kesayanganya.
Agus sudah sampai dirumah neneknya, tapi keaadaan rumah sepi. Ia langsung masuk kerumah karena ia punya kunci yg diberikan neneknya itu. Sepertinya Hajjah Hamidah sedang ikut pengajian bersama temannya, dalam pengajian itu Hajjah Hamidah sering menjadi juru ceramah siraman rohani. Rumah ini sering kosong, karena sejak pensiun dari PNS neneknya itu banyak tawaran mengikuti acara pengajian diluar, jadilah Agus menjadi penunggu rumahnya. Saking bosennya, Agus membuka buka album lama milik neneknya ini.
“Alamak .. Nenekku waktu muda cakepnya luar biasaa .. ck ck ck ck “ simpul Agus melihat kemolekan tubuh Neneknya itu. Namun pikiran Agus tidak sampai ngaceng, Agus mengembalikan album itu, ketika menarik rak album foto lain di atas lemari, mendadak ada benda jatuh mengenai kepalanya. Sontak matanya mencari benda yang jatuh itu di belakang tubuhnya, matanya sampai membelalak.
“Kutu kupret .. masak kontol bisa jadi barang mainan .. “ semprot Agus dengan mengambil benda yang berbentuk kontol tersebut. Setelah diambil di bawah dildo tersebut ada initial NW.
“Weee .. Nenekku nyatanya suka masturbasi .. kelamaan menjanda .. kasihan ya .. hhmmm .. kok aku mulai ngeres sih .. masak aku mengembat Nenekku sendiri .. payah aaaaaah “ keluh Agus dengan memasukan dildo tersebut di sakunya.
Mendadak teleponnya bergetar, Agus mengambil hape di meja dekat sofa itu. Ternyata dari Neneknya sendiri, Hajjah Hamidah
“Asallamualaikum .. Halo Neneke .. di mana nih .. jadi kayak hantu aja nih guwe “ sapa Agus pada Hajjah Hamidah.
“Walaikum salam, Gus .. bukai gerbang donk “ balas Hajjah Hamidah dengan gaya anak muda untuk mengimbangi cucunya itu
“Oke deh nenek .. siap .. tunggu yaa “ jawab Agus lalu menutup telepon.
Agus bergegas ke depan rumah membukakan gerbang, mobil itu pun masuk. Agus mendahului masuk, Hajjah Hamidah kemudian masuk dan menuju ke ruang tengah, Agus langsung duduk menonton televisi.
“Gus .. ini ada oleh oleh buat kamu “ kata Hajjah Hamidah dengan meletakkan buah klengkeng itu. Hajjah Hamidah pun duduk di dekat Agus, karena masih muhkrimnya maka Hajjah Hamidah tidak sungkan duduk rapat dengan cucunya itu.
“Aku kok malah ngeres nih .. ya ampun .. betapa bahenolnya tubuh Nenekku ini .. aku suka dengan lemaknya itu“ batin Agus tidak tahan melihat tubuh wanita paruh paya di sampingnya, tidak gemuk gemuk amat Hajjah Hamidah kalo secara proposional dilihat.
“Aaah .. lebih indah make jilbab .. andai aku bisa ngentoti dia dengan berjilbab .. kemana Burhan ? aku pengin menggangbang Nenekku ini .. lagian Burhan suka sama wanita dewasa muslimah .. “ batinAgus sampai bingung bagaimana bisa menyetubuhi Neneknya sendiri.
“Shit ! “ maki Agus dengan suara kecil
“Kamu ngapain sih Gus .. suka mengumpat .. dosa tahu ..Nenek tidak suka orang mengumpat .. tawakal donk .. kamu masih muda Gus .. jaga sikapmu “ hardik Hajjah Hamidah dengan cemberut.
Bukannya Agus mendengar, tapi malah memproses hardikan Neneknya itu di kepalanya
“Dasar tua bangka .. belum pernah dientot ya ?” maki Agus dalam kepalanya, pikiran kotornya semakin menjadi jadi. Karena diam, Hajjah Hamidah kembali mengkuliahi, dasar anak yang sudah intelek maka semakin tidak suka dengan mata kuliah moral.
“Jadilah orang bermoral Gus .. nggak baik ngumpat ngumpat tanpa sebab .. baca tuh kitab .. dosanya besar “ lagi lagi Hajjah Hamidah bak seorang ustadzah mengkuliahi bocah ini. Agus tak mau mendebat, memang pernah Agus mendebatnya namun malah terjadi ribut.
Cucunya hanya diam dan cuek maka Hajjah Hamidah membiarkan saja
“Gus .. kamu bisa mijit Nenek nggak ?” tawar Hajjah Hamidah pada Agus
“Nggak begitu bisa seh .. “ kata Agus dengan pura pura ogah, memijat bagi Agus merupakan hal yang tidak pernah dilirik, namun karena yang dipijat adalah wanita, maka kontan naluri lelakinya kambuh, lagian sudah beberapa hari ia tidak bersetubuh maka libidonya pengin disalurkan pada Hajjah Hamidah neneknya sendiri.
“Bisa sih bisa .. “ sahut Agus. Hajjah Hamidah kemudian duduk di lantai, sedang Agus masih duduk di sofa. Agus langsung memijat pundak Hajjah Hamidah.
“Naaah .. kamu pintar kok Gus .. ponakan Nenek pinter jugaa “ puji Hajjah Hamidah dengan memejamkan matanya. Agus memijat pelan pelan, kontolku mulai ngaceng tubuh montok bahenol di depannya itu.
“Tidak ada yang langsing .. gemuk pun jadi “ batin Agus melancarkan serangan dengan mencoba menjampi jampi Neneknya itu, hanya coba coba ilmu gendam itu.
“Kalo aku lihat di internet .. jaman mudanya .. Nenek sangat seksi .. tapi sekarang malah sok alim “ sahut Agus dengan nada pelan pelan
“Huus .. Gus … Nenek bukan sok alim .. tapi pengin menjadi seorang muslimah .. masuk surga itu nggak mudah Gus .. nggak cukup sholat lima waktu .. Oh Gus .. kamu pintar nih .. buka aja panti pijat “ sahut Hajjah Hamidah dengan merem melek keenakan dipijat kepalanya itu
“Pijat plus aku baru mau “
“Astagfirullah … “ sahut Hajjah Hamidah dengan terkejut melihat sahutan cucunnya itu. Karena nafsu tidak bisa ditahan, sontak Agus langsung menurunkan tangannya ke pundak, lewat belakang menyelusup dan memegang kedua bukit kembar milik Hajjah Hamidah ini. Sontak Hajjah Hamidah langsung kaget
“Nauzubillahi bin zalik .. .. Gus .. kamu benar benar anak kurang ajar .. kenapa dengan tanganmu .. “ Hajjah Hamidah berontak dengan menjauhi Agus, mukanya memerah padam melihat perubahan tingkah laku cucunya yang tidak biasa, Agus tidak menyerah mengejar Neneknya dan dipeluk dan dicoba dilumat bibirnya. Hajjah Hamidah langsung menampar muka Agus, namun Agus melawannya dengan lebih keras
“Tolooooooong .. tolong ! Insyaaaaf kamu gus … “ teriak Hajjah Hamidah dengan suara keras
“Diaaaaaaaaaam “ bentak Agus, entah kenapa akibat bentakan Agus itu, Hajjah Hamidah langsung diam dengan wajah ketakutan. Agus mengeluarkan dildo dari sakunya
“Ini milik Nenek khan ? Nenek sudah lama nggak dipake memeknya ya “ sudut Agus. Hajjah Hamidah sampai terkejut dan mundur, namun terbentur meja.
“Apa maumu Gus .. ?” tanya Hajjah Hamidah dengan bingung
“Malam ini aku ingin ngentot dengan Nenek .. “ sahut Agus dengan enteng, Agus langsung menarik dan merobek gamis milik Hajjah Hamidah.
“Breeeeeeeeeeeeeet “
“Guuus .. jangan Gus .. aku Nenekmu … dosa Gus .. dosaaa lagian nenek sudah tua gus..“ keluh Hajjah Hamidah dengan suara parau dan berat.
“Walau Nenek sudah tua .. namun masih menyisakan keseksiannya .. “ kata Agus dengan menarik resluting celananya, Hajjah Hamidah tidak mengira cucunya sangat nekad, sontak sang hajjah beranjak lari dan menuju kamarnya ketika Agus membuka celananya itu. Agus terkesiap, buruannya hendak lepas, Agus langsung mengejarnya, ketika hendak masuk kamar, Agus menjambaknya
“Aaaaaaaaaaaaaauh .. ampuuuuuun “ teriak Hajjah Hamidah dengan mengeluh berat, Agus langsung menggelendangnya ke kamar, dipeluknya Hajjah Hamidah dan diremas remas dua bukit kembarnya itu. Hajjah ne berontak namun tenaganya jelas kalah
“Gus .. jangan Gus .. jangaaaaaaaaan “ pinta Hajjah Hamidah dengan ketakutan, namun Agus sudah kalap, gamis milik wanita tua itu dirobek robek
“Oh My God .. tubuh Nenekku masih molek .. “ batin Agus dengan cepat cepat membuka celananya. Sedang Hajjah Hamidah mulai menangis. Ketika membuka matanya tiba tiba mundur ke belakang, tidak mengira di depannya teracung kontol besar. Mata sang hajjah tidak berkedip memandangnya.
“Kontol ini lebih enak dari dildo milik Nenek .. emut donk .. “ pinta Agus dengan memegang kepala Neneknya itu. Hajjah Hamidah komat kamit menguatkan diri, doa doa dipanjatkan namun naluri kewanitaannya yang tidak tersalurkan membuatnya malah menjadi semakin buta, matanya tidak bisa dipejamkan dan menatap kontol itu dengan tidak berkedip.
“Jaa jaaangaaaan … “ kata Hajjah Hamidah dengan terbata bata.
“Tidak salah khan walau Nenek sudah hajjah tapi doyan kontol .. “ ledek Agus dengan tersenyum, pelan pelan Hajjah Hamidah menaikan tangannya, entah ada kekuatan mana yang menggerakan tangannya itu dan kontol itu terpegang tangan sang hajjah, Agus bersorak senang, membayangkan memeknya Neneknya sebentar lagi bisa ia dipakai dan nikmati. Tangan Hajjah Hamidah gemetar luar biasa memegang kontol itu, jari jari tangannya tidak bisa melingkarinya.
“Gus .. Nenek nggak kuaaaaaaat “ aku Hajjah Hamidah dengan memandang kontol ditangannya itu.
“Emut aja .. ayo deh .. enak kok, Nenek pasti sudah lama tidak merasakan kontol hidup .. jangan munafik .. Nenek suka bicara etika dan moral .. tapi di rumah masturbasi sendiri pake kontol mainan ..nenek payah “ ledek Agus.
Merasa terjebak dengan teori cucunya yang menyudutkan itu, Hajjah Hamidah tidak berkutik. Pelan pelan tangan yang gemetar itu mengocoknya
“Iyaaa .. kocok ..masukin dalam mulut Nenek .. ayo .. nenek pasti doyan kontol hidup “ buai Agus semakin menggila. Hajjah Hamidah membuka mulutnya dengan memejamkan matanya, pelan pelan kontol itu diemut
“ .. Nenekku benar benar doyan kontol lagi .. asyik “ batin Agus bersorak.
Hajjah Hamidah mengulum kontol cucunya dengan pelan pelan, matanya masih memejam, birahinya cepat bangkit, kuluman dengan kuluman dilakukan. Betapaun kuatnya iman, dengan seorang hajjah, ustadzah, disodori kontol pastilah akan mau.
“Teruus nek .. enaaaaaaaaaaak .. sssssssshhh hh .. nikmaaaaaaaaat .. “ seru Agus dengan menatap Neneknya mengulum kontolnya itu.
Agus menarik kepala Neneknya.
“Kita ke kamar Nenek .. agar lebih enak .. copot aja seluruh pakaian Nenek .. aku pengin melihat tubuh Nenek “ ajak Agus dengan mengangkat tubuh Hajjah Hamidah.
“Nenek malu Gus .. nenek sudah tua .. Gus .. ini seharusnya nggak boleh terjadi .. dosa Gus “ keluh Hajjah Hamidah berulang ulang bilang dosa.
“Sudahlah nek .. nikmat kok .. sekali ini aja deeh .. “ ajak Agus dengan membuka gamis neneknya itu sampai terlepas dari tubuh rentanya.
“Wooow .. tetek Nenek masih mantap .. aku suka tetek buah pepaya Nenek “ ujar Agus dengan meremas buah dada Hajjah Hamidah yang masih terbungkus BH hitam itu. Agus kemudian membuka kaitan BH itu dan lepas terlihat tetek besar perempuan berumur itu memang sudah kendor dan turun, kemudian dengan paksa menurunkan celana dalam Hajjah Hamidah. Sontak Hajjah Hamidah menutup selakangannya
“Nggak usah malu nek .. cuma kita berdua kok “ sahut Agus dengan mendorong tubuh Hajjah Hamidah ke ranjang, Agus langsung menerkamnya, dilumatnya bibir Hajjah Hamidah dengan rakus. Hajjah Hamidah meladeni lumatan Agus, kemudian insan tanpa busana ini akhirnya mengarungi lembah hitam perselingkuhan. Gairah birahi Hajjah Hamidah bangkit ketika masa mudanya doyan kontol, kini gairah itu kembali lagi. Aturan baku yang selama ini ditahan tahan akhirnya jebol juga.
Agus terus melumat dan meremas buah dada besar itu, walau bentuknya sudah agak melorot tetek bu hajjah ini masih terlihat merangsang, Agus semakin bernafsu menjilati seluruh permukaan dan putingnya, tangan Agus juga meraba raba memek Hajjah Hamidah dan terasa basah
“Sssssssssssh .. Nenek udah nggak tahaan yaaa ?” tanya Agus dengan tersenyum.
“Tauk ahh.. “ jawab Hajjah Hajjah Hamidah dengan cuek, karena dicuekin Agus memegang kontolnya dan langsung diarahkan memeknya, sontak Hajjah Hamidah menjadi terkejut
“Jangaaaaaaaaaaaaaaan “ teriak Hajjah Hamidah dengan menahan tangan Agus, namun terlambat, Agus memaksakan kontol itu masuk walau susah namun Agus memaksa.
“Aaaaaaaaaaaaaauh Guuuuuuuus aaaaaaaaaaaaaaaaaah .. .. kenapa aku .. ampuni aku “ kata Hajjah Hamidah dengan memejamkan mata merasakan sakit memeknya ditusuk paksa benda tumpul tanpa dioral, karena sering dipakai kontol imitasi maka memeknya mudah dimasuki kontol.
“Wooo .. memek Nenek ternyata masih enak nih .. tahaan bentar yaa nek .. enak kok kontolku “ sahut Agus dengan melebarkan paha Hajjah Hajjah Hamidah, sang hajjah telentang pasrah, Agus mendapat angin segar, kontolnya ditarik dan didorong lagi, kontolnya sudah separo masuk. Memek Hajjah Hamidah seperti empot empot ayam, buka tutup dengan cepat
“Woo .. enaak banget memeknya .. aduuuh .. aku ketagihan nih ngentot sama nenek“ seru Agus dengan terus menarik dan mendorong, sedang Hajjah Hamidah memejamkan matanya dengan menggigit bibirnya, tangannya sampai meremas sprei saking kuatnya. Dengan sekali hujaman kontol Agus melesak mentok disertai jeritan kedua insan Nenek dan cucunya itu.
Mata Agus tersenyum melihat jilbab ada di samping ranjang itu, ditariknya jilbab itu. Ketika melihat Agus memegang jilbab, Hajjah Hamidah terkejut
“Guus .. jangan siksa Nenekmu .. pleasee aaaaaaaaaah “ keluh Hajjah Hamidah
“Aku tidak mengikat Nenek kok .. aku pengin menyetubuhi Nenek dengan memakai berjilbab “ Kata Agus dengan tersenyum dan melemparkan jilbab itu ke dada Hajjah Hamidah.
“Gus .. jilbab lambang muslimah .. lambang ketaatan .. tidak boleh dipakai sembarang .. apalagi kita sedang begini “ debat Hajjah Hamidah.
“Nenek masturbasi masih make jilbab khan ?” sudut Agus, merasa terpojok Hajjah Hamidah mengambil jilbab itu, naluri wanitanya sudah tidak tahan lagi merasakan ada kontol hidup sudah tenggelam dalam memeknya. Kontol hangat itu sangat beda dengan dildo mainannya.
Bentuk tubuh Hajjah Hamidah yang sudah berumur itu banyak lemaknya, namun bagi Agus sungguh sangat menggairahkan. Buah dadanya melorot, pahanya besar.
“Alangkah indahnya … pura pura menolak .. kok akhirnya mau .. dasar munafik .. hajjah munafik “ maki Agus dalam hati.
Selepas Hajjah Hamidah memakai jilbabnya, Agus langsung menggenjotnya
“Aaaaaaaaaaaaaaaoh .. Guuuuuus aaaaaaaaaaaah .. enaaaaaaaaak .. pelaaaaaaaan Gus .. pelaaaaan “ erang Hajjah Hamidah dengan mengegliat tak karuan, tubuh melarnya itu tergoncang melawan buasnya Agus yang menggenjotnya.
“Sssssssssssssh hh aaaaaaaaauh .. memek Nenek enaaaaaaaak “ sahut Agus dengan menggenjotnya maju mundur, Agus dalam posisi duduk sedang Hajjah Hamidah telentang digenjot itu. Tubuh Hajjah Hamidah penuh dengan keringat. Genjotan demi genjotan Agus terus berpacu, Hajjah Hamidah mengimbangi gerakan Agus
“Oooh Nenek aaaaaaaaaaaaah .. Memek Nenek masih enaaaaaaaak “ erang Agus dengan menatap wanita berjilbab yang sedang merintih rintih keenakan, jilbab itu semakin basah, Hajjah Hamidah menggeleng gelengkan kepalanya tidak tahan
“Guus .. nenek nggak taaaahaaaaaaaaaaan aaaaaaaaaaaaaah .. aaaaaaaaauuuh ssssssssssssh sssssssssssshh ssssssshh hhhh “ desis Hajjah Hamidah dengan tak karuan, kedua kakinya dipakai untuk menjepit pinggang cucunya itu. Agus kemudian bertelepak kedua tangannya di buah dada Hajjah Hamidah dan meremasnya. Hajjah Hamidah menggeliat bak cacing kepanasan
“Teruuus Guuuuuuuus .. teruuuuuuuuuuuuuuus “ erang Hajjah Hamidah tak karuan, matanya hanya terlihat memutih merasakan nikmatnya kontol hidup itu menyodok nyodok memeknya. Hajjah Hamidah yang sehari hari suka bicara moral, bicara etika muslimah yang taat, kini mengerang erang disetubuhi cucunya yang seperti sudah kerasukan.
Remasan semakin kuat membuat Hajjah Hamidah semakin tidak kuat, matanya terpejam, jepitan memeknya dirasakan semakin mencengkeram kuat. Dengan beberapa kali hujaman keras akhirnya Hajjah Hamidah mencapai klimaknya yang pertama
“Guuuuuuuuuuuuuuus .. nenek sampaaaaaai aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erang Hajjah Hamidah dengan membusungkan dadanya, Agus kembali meremas kuat bukit kembar Hajjah Hamidah itu. Agus merasakan kontolnya terasa disiram cairan hangat, Hajjah Hamidah kemudian berdebam ke ranjang dengan tubuh berkelonjotan. Agus langsung menindihnya, memagut bibir hajjah berjilbab itu.
“Aku sayaaang Nenek .. aku pengen tiap hari ngentot sama nenek “ pinta Agus sambil mengelus elus paha Hajjah Hamidah dengan mesra. Hajjah Hamidah masih terpejam menikmati sisa sisa orgasmenya. Namun tak lama kemudian membuka matanya, Agus kembali memagut bibir Hajjah Hamidah dan ia pun membalas pagutannya. Keduanya berpagutan mesra.
“Kamu kuat banget Guuus.. kamu belajar dari mana?” tanya Hajjah Hamidah pengin tahu
“Akan kujawab jika Nenek mau tiap hari ngentot sama aku“ jawab Agus
“Aaaaaaaaah.. kamu jorok .. Nenek gak suka kamu ngomong gituan “ debat Hajjah Hamidah
“Ayoo .. bilang kontol .. “ desak Agus
“Kontoool “ teriak Hajjah Hamidah dengan tidak begitu keras.
“Kurang keras “ bantah Agus
“KOOOOOOONTOOOOOOOOL “ teriak Hajjah Hamidah
“Kita istirahat dulu nek .. malam ini akan menjadi milik kita berdua, sayaaang .. “ belai Agus di pipi Hajjah Hamidah itu.
“Eh Guuus .. Nenek dah lama nggak gini .. makasih ya Gus .. “ ujar Hajjah Hamidah dengan tersipu malu
“Ya Nek.. tapi aku pengin Nenek yang liar .. bicara vulgar .. aku senang jika Nenek suka kontolku .. “
“Ya .. Nenek suka sama kontolmu, sayaaang .. Nenek istirahat dulu .. nanti sirami kemaluan Nenek dengan pejumu ya“ ungkap Hajjah Hamidah tak malu malu
“Memek nek .. bukan kemaluan “ sahut Agus
“Duuh .. kamu jorok aaaaaaaaaaah “ maki Hajjah Hamidah
“Terseraah .. jika pengin nikmat ikuti kata kataku .. sekali bilang kontol ya kontol, memek ya memek “ debat Agus lagi meracuni Hajjah Hamidah.
“Oke Guuus .. entot memek Nenekmu ini . .. biarpun Nenek hajjah tapi tetap doyan kontol kok “ bisik Hajjah Hamidah dengan menjilati telinga Agus. Hajjah Hamidah memeluk tubuh Agus dan ciumi pipinya
“Jadikan malam ini Nenek jadi yang ketagihan kontolmuu .. ajak Nenek Neno mengeluarkan keliaran dan kebinalan Nenek .. ubah Nenekmu ini menjadi muslimah nakal ..tapi hanya nakal pada cucu Nenek yang ganteng ini “ bisik lagi Hajjah Hamidah di telinga Agus
“Dasar hajjah munafik … munafiiik “ maki Agus dalam hati. Agus mengambil jalan berseberangan dengan keluarganya yang taat, Agus tipe pemberontak. Kedua insan itu masih berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Malam ini akan menjadi malam panjang, malam pelantikan Hajjah Hamidah menjadi muslimah binal, menjadi betina muslimah, menjadi hajjah yang doyan kontol.
*******************************************************************************************************************************
GAK JANJI ADA KELANJUTANNYA. tergantung mood