Halo selamat malam agan agan pecinta semprot, pagi hari ini kembali lagi ane akan membagikan sebuah cerita karangan idola ane om jakongsu, semoga agan2 sekalian berkenan dan terhibur dengan cerita dari om jakongsu. Copas/Repost Menyingkap Kehidupan Poligami By Jakongsu Aku ingin berbagi cerita mengenai kehidupanku. Orang semacam aku selama ini tidak ada yang mau terbuka mengenai kehidupannya, padahal banyak orang penasaran ingin tahu bagaimana seorang pria yang memiliki istri lebih dari satu. Aku memiliki 9 istri, semuanya cantik menurutku dan hidup damai saling tolong menolong seperti satu keluarga. Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diri, namaku Argo. Ketika aku tulis cerita ini usiaku sudah melewati 60 tahun, ya lebih sedikit. Saya orang yang biasa-biasa saja, tidak punya kelebihan apa-apa. Sejujurnya waktu muda dulu sama sekali tidak pernah saya berkeinginan punya istri lebih dari satu, apalagi sampai 9 orang. Jika para motivator selalu menanamkan hidup harus mempunyai “goal” atau “dream”, Saya tidak pernah punya goal atau dream memperistri 9 orang. Nama saya sudah bisa mencerminkan bahwa saya berasal dari suku Jawa. Mereka adalah keluarga monogamy. Ayah saya yang saya panggil Bapak, adalah orang Jawa banget. Dia selalu menanamkan berbagai kearifan Jawa kepada saya dan tentunya kepada semua adik-adik saya. Banyak sekali falsafah Jawa yang ditanamkan kepada kami anak-anaknya, sehingga itu menjadi semacam pedoman atau tuntunan hidup. Salah satu yang paling memberi kesan mendalam adalah falsafah Hasta Brata. Aku tidak uraikan soal falsafah itu, karena pembaca bica cari sendiri di internet. Dalam cerita ini aku mohon maaf karena akan bicara agak vulgar dan terbuka. Bukan aku ingin membuka aib sendiri (apakah hubungan suami istri itu aib?), tetapi keinginan tahu orang terhadap kehidupan poligamy terutama adalah masalah sex. Cara berceritaku juga mungkin agak kacau, karena bukan hanya aku yang mengungkapkan cerita mengenai diriku tetapi istri-istriku juga angkat bicara bercerita. Cerita mereka aku angkat, karena berisi pengakuan yang tentu saja itu aku anggap menarik. Saya menikah pada umur 25 tahun dengan istri yang masih 17 tahun. Istri pertama bukan pacar semasa muda, tetapi seperti dijodohkan oleh keluarga. Awalnya saya kurang senang dijodohkan karena kan saya tidak kenal dan tidak tahu apakah dia selera saya atau bukan. Ketika kami diperkenalkan, pendirian saya jadi goyah, bahkan malah berbalik arah 180 derajat. Cewek yang diperkenalkan bernama Chandrawina, cantik, putih agak tinggi, rambutnya se bahu. Aku harus mengakui bahwa selama aku dapat pacar, sudah 3 kali, belum ada yang secantik ini. Menurut Chandra yang bercerita setelah kami menikah, dia pun semula tidak suka dijodohkan. Alasannya ya sama dengan saya. Kenapa akhirnya mau, katanya setelah ketemu saya dadanya berdebar-debar. Setelah pertemuan pertama itu kedua keluarga kami memberi kesempatan kami untuk saling mengenal, sehingga kami sering jalan berdua nonton bioskop. Sekitar 6 bulan setelah kami merasa akur, akhirnya menyatakan setuju saja ketika kedua orang tua kami akan menikahkan segera. Sampai menikah, aku hanya pegang tangan saja, mencium tidak berani, apalagi lebih dari itu, sehingga ketika kami menjalani malam pertama, kami berdua malu-malu memulai. Saya masih ingat betul kejadian malam pertama itu, karena memang sangat berkesan seumur hidup. Ruang pengantin yang dihias mewah dengan keharuman dan warna-warna lembut, sebetulnya membuat saya malu. Mengapa malu, karena semua orang, saudara dan tamu mengetahui bahwa kamar itu akan menjadi arena kami berdua melakukan hubungan sex. Selesai acara malam resepsi, yang waktu itu baru selesai jam 11 malam. Kami berdua lalu melepas semua baju kebesaran. Saya mengenakan celana jeans dan kau oblong, istri juga pakai celana jeans dan kaus oblong juga. Rambutnya masih belum normal karena bekas sasakan masih sulit diurai. Kami berdua lalu ngobrol dengan teman-teman akrab yang masih belum pulang. Kami memang melaksanakan pesta resepsi di rumah, sehingga teman-teman akrab banyak yang begadang. Menjelang setengah 12, teman-teman kami sambil meledek menyuruh kami masuk kamar pengantin. Aku dan istriku jadi malu dikerjai begitu. Akhirnya aku tidak bisa berkutik ketika ibu si Chandra menyuruh kami masuk kamar. Rasanya malu banget ketika kami berdua berjalan memasuki kamar. Tapi apa boleh buat. Kami masuk kamar dan pintu langsung dikunci, karena ibu Chandra yang menginstruksikan begitu. Kami berdua duduk di pinggir. Jujur saja sampai seumur itu, saya belum pernah ciuman apalagi melakukan hubungan badan. Duduk berdampingan dengan istri yang beda umur 8 tahun dari saya rasanya berdebar-debar sekali. Mungkin naluri yang mendorong saya pada waktu itu, Chandra saya peluk dan saya cium. Mulanya pipinya. Dia menurut saja wajahnya dijatuhkan ke dada saya sehingga saya hanya bisa mencium keningnya dan membaui rambutnya yang harum. Badannya saya peluk. Entah bagaimana, kami berdua jadi berbaring sambil kaki masih menjuntai di tepi tempat tidur. Itulah kesempatan saya mencium pipinya lagi lalu dahinya lalu bibirnya. Chandra bibirnya kaku ketika aku cium. Aku kurang tahu cara berciuman, hanya sering lihat di film-film. Lama-lama bibirnya dibuka lalu aku pagut bibir bawahnya. Tanganku meremas payudaranya yang lumayan besar. Nafas istriku mendengus-dengus, membuat aku makin bernafsu. Saking polosnya waktu itu, aku bertanya dulu waktu mau membuka kausnya. Chandra mengangguk saja dan minta aku mematikan lampunya. Yah begitulah sampai akhirnya kami berdua bugil. Ketika itu karena aku terlalu nafsu, belum sempat melakukan hubungan aku sudah muncrat duluan. Si Chandra bingung waktu itu dan jijik karena tangannya terkena spermaku. Kamar mandi ada di dalam jadi kami sama-sama membersihkan. Karena masih muda tidak lama kemudian penisku sudah berdiri lagi. Aku sudah gak sabar ingin merasakan hubungan sex. Penisku aku arahkan ke kemaluan Chandra. Waktu itu aku tidak tahu dimana letak lubang untuk melakukan hubungan. Aku kira berada di depan, sehingga ketika aku tekan-tekan di belahan kemaluannya tetapi tidak bisa masuk, karena memang tidak ada lubangnya. Chandra lah yang membantu dengan mengarahkan penis saya ke arah vaginanya. Begitu menemukan vagina, penis saya tekan tapi masih meleset-meleset sehingga terpaksa agak dipaksa baru bisa masuk. Chandra kesakitan, tapi karena nafsuku sudah di ubun-ubun jadi ya maksa terus, berhenti sebentar lalu tekan lagi sampai akhirnya penisku masuk semua. Rasanya waktu itu luar biasa enaknya, sehingga aku tidak mampu menahan ejakulasi, sehingga tumpahlah di dalam. Bersambung di bawah gan….
#2
Sambungannya gan….. Aku ingat pada waktu itu, ketika aku merasakan nikmatnya bersetubuh, Chandra menangis, karena vaginanya sakit, pedih sekali katanya. Dia aku peluk dan akhirnya tertidur. Sebetulnya pagi harinya aku masih ingin lagi, tapi Chandra gak mau karena vaginanya masih perih. Pengalaman konyol di malam pertama mendorong aku mencari tahu melalui buku-buku mengenai sex. Setelah sebulan kami menikah baru aku bisa merasakan nikmatnya bercinta. Setiap malam rasanya selalu ingin “bertempur”. Itupun bukan sekali tetapi minimal 2 kali dan pagi harinya sekali. Rasanya enak sekali dan bikin ketagihan. Dari buku-buku baru aku tahu soal orgasme dan mengerti beda lubang kencing dengan lubang vagina, tahu soal pelumasan, soal foreplay dan sebagainya. Belum setahun kami sudah bermain dengan berbagai gaya mempraktekkan kamasutra bahkan istriku sudah bisa melakukan oral, aku pun juga bisa dan mengerti bagaimana mengoral yang berkualitas. Pada waktu itu tidak ada pengetahuan soal G-spot. Aku mengikuti jejak ayahku berdagang tekstil dan garment di pasar Tanah Abang. Padahal aku menamatkan S-1 Ekonomi pada saat itu. Namun sulit mencari kerja, kalaupun kerja di kantor hasilnya tidak seberapa dibandingkan penghasilan kios tekstilku. Sebelum menikah aku sudah menjalankan kiosku sendiri, yang aku peroleh secara kredit dari ayah. Aku mulai memiliki kios sejak aku lulus SMA. Setelah 2 tahun menamatkan kuliah ketika aku menikah aku sudah memiliki 2 kios. Setahun setelah berumah tangga aku sudah mampu membeli sebuah rumah tua di daerah Kebon Kacang yang dekat dengan pasar Tanah Abang. Di tahun itu juga aku bersama teman-teman pedagang tekstil patungan membangun industri garmen. Setelah hampir 10 tahun berumah tangga dan memiliki 2 anak, usahaku makin berkembang sehingga aku bisa membeli sebidang tanah dibelakang rumahku. Lumayan luas juga mungkin sekitar 500 m. Tanah tersebut tidak memiliki akses jalan, sehingga aku bisa mendapatkannya dengan harga jauh di bawah harga pasar. Setelah 10 tahun membina rumah tangga, aku tertarik dengan wanita yang menjalankan usaha ayahnya berjualan tekstil juga. Kiosnya tidak jauh dari tempat usahaku. Hampir setiap hari bertemu sehingga makin kenal dan akrab. Dia belum berumah tangga, sedangkan aku sudah mempunyai dua anak. Mungkin karena akrab dan kami punya hobby makan selera yang sama, maka sering kami makan di warung soto kaki yang terkenal di pasar Tanah abang bersama. Dia bernama Sarinah dan kelihatannya tidak membatasi diri bergaul denganku yang sudah beristri. Suatu hari ketika selesai makan, aku tanyakan kepadanya, “Mau kah aku lamar kamu jadi istriku, sebab sering jalan berdua, walaupun hanya makan siang, takutnya menimbulkan fitnah,” kataku rada nekat. Aku tertarik pada Sarinah, karena yang pasti orangnya cantik, suaranya membangkitkan gairah lelaki dan yang penting dia alim. “Abangkan sudah beristri, kok nglamar saya, ntar gimana dong istrinya,” kata dia. Aku kira pertanyaanku tadi membuat dia terkejut, atau malah takut kepadaku, tetapi malah dia memberi respon begitu dengan sikap yang santai. “Ya kalau adik bersedia, menjadi istri abang yang kedua,” kataku tanpa memilih kata yang lebih halus. “Abang serius, apa godain aja sih,” tanyanya dengan pandangan mata yang tajam. “Aduh masak masalah ini gak serius, ya serius sekali lah,” jawabku agak berbunga-bunga karena menangkap dari perkataannya seperti tidak ada penolakan. “Tanya dulu ama istri abang boleh gak, mau gak punya madu,” jawabnya santai. “Kalau sudah tanya dan boleh, gimana,” tanyaku mulai bersemangat. “Ya nantilah kita bicara lagi, saya juga belum bisa menjawab bang,” katanya. Sarinah memang biasa memanggilku bang, mungkin karena dia dari Minang, jadi terbiasa begitu. Pekerjaan besar berikutnya adalah minta izin dari istri. Berhari-hari aku memikirkan strategi dan kata-kata apa yang akan kuucapkan. Tapi aku tidak mendapatkan ide. Akhirnya nekat aja aku ngomong tanpa tedeng aling-aling ketika kami baru selesai bertempur. “Ma, Bapak mau kawin lagi, boleh ya ma” kataku. Dari posisi sedang aku peluk dan kami berdua masih telanjang, dia langsung duduk bersila. “Kawin, kawin sama siapa, memang bapak gak puas punya satu istri,” katanya langsung sengit. “Bukan gak puas ma, tapi aku cuma tanya boleh kan aku punya istri satu lagi,” kataku nekat. Dia diam sebentar lalu matanya berlinang-linang. Entah apa yang dipikirkan sehingga dia menangis. “Sama siapa sih papa ingin kawin,” tanyanya. “Belum ada, tapi aku kalau sudah dapat izin baru aku cari calonnya,” kataku setengah berbohong. Aku tidak berani mengatakan akan kawin dengan Sarinah, karena dia belum menyatakan kesediaan. Lha kalau aku katakan dengan Sarinah, lalu dia gak mau aku kawini, kacau kan. Mama belum bisa jawab sekarang Pak. Berhari-hari istriku murung dan dia kurang berkomunikasi denganku. Aku tahu ada rasa tidak senang terhadap diriku, tetapi sejauh ini aku merasa tidak melanggar apa pun, tidak berbuat salah apapun. Suatu hari muncul ide. Aku menemui Kyai yang akrab denganku karena sering memberi pengajian di rumah dan istriku salah satu jamaahnya. Pak kyai ini sangat dikagumi istriku karena dia sering mengukakan dalil-dalil yang bijak dan pandai sekali memotivasi. Aku juga kagum padanya karena meskipun usianya sudah tua, tetapi pandangannya sangat modern dan bisa menyelami kehidupan kaum yang jauh lebih muda darinya. Aku bersilaturahmi ke kediamannya. Aku langsung utarakan maksudku untuk memiliki 2 istri, aku mohon beliau memberiku arahan. Beliau memang bijak, sama sekali tidak menentang keinginanku dan malah memberi banyak nasihat. “Satu hal yang paling penting, kamu harus bertindak adil, artinya apa yang biasa diterima oleh istrimu itu tidak berubah, meskipun sudah memiliki dua istri.” Otakku langsung melayang berfikir soal finansial. Rasanya kalau soal duit, istriku sudah kuberi usaha yang kini sudah cukup besar. Dia memegang industri garment. Penghasilannya sering kali lebih besar dari pendapatanku. Kalau soal di tempat tidur, kami normal melakukan seminggu sekali, itu pun setelah ada kesepakatan kalau sama-sama sedang berkehendak karena badannya tidak lelah. Kalau soal kasih sayang, kayaknya bisa gak berubah. Aku jawab ke pak Kyai “baik pak.” Di hari pengajian di rumahku, usai pengajian pak Kyai aku tarik ke ruang tamu khusus dan kuajak istriku berbicara bertiga dengan pak Kyai. Di situ aku utarakan lagi niatku kepada Kyai. Seperti disampaikan kepadaku, dia mengulang lagi tausyiahnya. Istriku diam saja tertunduk. Dia sama sekali tidak menyoal. “Kalau niat bapak sudah kuat, mama kasih izin pa, sebagai istri saya akan mengabdi sepenuhnya kepada suami.” katanya sambil air matanya meleleh. Kupeluk dia lalu ku kecup keningnya. Izin sudah kupegang, lalu kusampaikan kepada Sarinah. Dia rupanya sudah meminta nasihat dari orang-orang bijak dan pemuka agama. “Secara pribadi saya mau terima lamaran abang, tetapi saya belum bertanya ke keluarga saya,” katanya sambil menutupkan kerudungnya ke mulutnya. “Baiklah kalau begitu, kita berdua yang akan menjalani sudah bersepakat, tolong bicaralah baik-baik ke keluarga,” kataku. Aku sudah menyangka jika Sarinah tertarik pada diriku. Selisih usia kami cukup jauh, aku 35 tahun dia masih 20 tahun. Dia tidak memiliki ayah, sejak kecil dididik oleh ibunya. Mungkin dia menemukan sosok pengayom dari diriku. Sebetulnya memang begitu, itu pengakuannya kemudian. Sarinah bercerita, keluarga besarnya mulanya menentang, tetapi penentangannya itu tidak berdasar. Jika ibunya, tidak menentang, karena sejak awal sudah menyerahkan keputusan kepada Sarinah karena yang akan menjalani adalah Sarinah sendiri. Meskipun tidak dicapai kesepakatan bulat, tetapi keluarga yang punya peran penting umumnya sudah bisa menerima. Pesta pernikahan dilaksanakan secara sederhana. Hanya keluarga besar kami saja yang merayakan. Aku sudah menyiapkan kamar khusus pengantin. Chandra sudah ikhlas menerima kenyataan. Dia lah yang paling sibuk ikut mengatur agar semuanya berjalan lancar, karena memang dialah ketua panitianya. Bahkan kamar pengantin pun dia yang ikut merancang. Malam pertama dengan istri kedua tentu berbeda dengan istri pertama. Aku sudah memberi pengertian kepada Sarinah bahwa malam pertama tidak menginap di kamar pengantin, tetapi menginap di hotel. Dia rupanya setuju, karena dia pun merasa malu mengunci diri di kamar sementara di seputar rumah masih banyak sanak keluarga. Kamar pengantin hanya digunakan sebagai pelengkap saja dan untuk latar belakang foto. Selanjut aku memboyong Sarinah menginap hotel berbintang 5. Sarinah terlihat canggung sekali ketika kami sudah berada dikamar hotel. “Bang maaf ya, aku belum pernah pacaran jadi belum ngerti harus bagaimana kalau sudah berdua begini,” katanya sambil menunduk. Aku peluk dirinya lalu kucium rambutnya . Dagunya aku angkat ke atas lalu kutempelkan bibirku ke bibirnya. Dia tidak bereaksi, tetapi terasa badannya seperti gemetar. Kuremas telapak tangannya terasa dingin dan berkeringat. Kutarik kedua tangannya agar memelukku. Badannya lemas lalu kupagut mulutnya. Nafasnya mulai mendengus-dengus melalui hidung. Perlahan-lahan aku rebahkan ke tempat tidur dan kucium sambil menindih tubuhnya. Dari bibir pindah ke telinga lalu ke lehernya. Sari, demikian aku panggil dia, pasrah saja ketika bajunya aku lepas. Bhnya kubiarkan masih terpasang. Aku ciumi dadanya yang putih menggairahkan. Setelah bajunya giliran berikutnya adalah celana jeansnya aku pelorot dan kucampakkan. Sari tinggal mengenakan CD dan BH lalu aku pun melepaskan seluruh pakaianku tinggal celana dalam saja. Kami bergelut dan aku menciumi seluruh tubuhnya. Setelah Sari demikian terangsang barulah aku buka BH nya dan buah dada yang lumayan montok yang selama ini tidak pernah terlihat karena pakaiannya selalu longgar, sungguh menggugah birahi. Kuciumi bergantian kedua pentilnya yang berwarna coklat muda dengan pentil yang masih kecil. Nafsu birahi Sari makin tinggi dan tanpa disadarinya dia mulai mendesis ketika buah dadanya aku hisap dan aku gigit pelan. Setelah begitu tinggi birahinya barulah aku melepas celana dalamnya. Sari pasrah dan diam saja. Dia tidak protes, walaupun lampu kamar dalam keadaan menyala sehingga cahayanya terang benderang. Aku rabai kemaluannya terasa sudah mulai mengeluarkan pelumas. Aku mainkan sebentar clitorisnya sampai dia benar-benar bernafsu dan vaginanya siap menerima penetrasi penis. Sari mengerang ketika clitorisnya aku gosok-gosok. Aku lihat dia sudah benar-benar siap, maka aku naik ke tubuhnnya dan membuka kedua kakinya. Bulu kemaluannya lumayan lebat juga untuk gadis seusia 20 tahun. Aku arahkan ujung penisku ke gerbang kemaluannya lalu aku tekan perlahan-lahan. Agak sulit memang lalu aku tarik sedikit, tekan lagi hasilnya lebih banyak bisa masuk, aku lakukan demikian berkali-kali sampai akhirnya berhenti di penghalang segel keperawanan. Sari mulanya merasa sakit, tetapi gerakan penisku yang sudah licin lama-lama tidak menimbulkan rasa sakit. Ketika aku sedikit paksa menekan selaput daranya, dia merasa sakit. Aku pentokin berkali-kali sampai Sari terbiasa, lalu tanpa dia duga aku tekan lebih keras, sehingga pecahlah penghalang itu dan penisku langsung terbenam. Setelah itu aku diam tidak bergerak sementara batang penisku memenuhi liang vaginanya. Terasa Sari agak tegang setelah merasakan sakit ketika selaputnya tadi aku pecahkan. Aku memintanya dia rileks agar tidak menjadi lebih perih. Saranku diturutinya baru aku berani bergerak perlahan-lahan maju mundur. Sekitar 10 kali gerakan maju mundur, terasa mulai lancar dan licin. Namun rasa perih masih dirasakan. Aku melanjutkan melakukan penetrasi sampai sekitar 10 menit aku tidak mampu lagi lebih lama sehingga lepaslah tembakan spermaku di dalam mulut rahimnya. Kelihatannya Sari tidak dapat mencapai ogasme, karena liang vaginanya masih sakit. Aku cium lagi dia dengan perasaan kasih sayang. Sari menangis dengan melelehnya air mata di kedua ujung matanya. “Kenapa menangis,” tanyaku. “Aku bahagia bang,” katanya. Kami istrahat malam itu, dan aku tidak melakukan serangan tengah malam. Keesokan pagi setelah kami mandi badan segar dan turun sarapan pagi di coffe shop, kami kembali ke kamar dan terlibat percumbuan sampai kedua kami bugil. Sari mulai tegang ketika aku mulai menempelkan kepala penisku ke lubang kemaluannya. Aku minta dia rileks. “ Takut bang, takut sakit,” katanya. “Kalau tegang malah lebih sakit, coba nikmati saja, ini kan memang kodrat wanita, pada awal berhubungan selalu sakit, justru itu adalah kehormatan tertinggi sebagai wanita yang suci,” kataku. Termakan juga bujukanku sehingga dia bisa bersikap lebih rileks. Aku relatif lebih mudah menjejalkan penisku memasuki gerbang kewanitaannya. Perlahan-lahan masuk sampai akhirnya terbenam seluruhnya. “ Gimana masih terasa sakit,” tanyaku. “Sedikit masih ada bang,” katanya. Setelah 5 menit aku maju mundurkan, dia mengaku tidak lagi terasa sakit. Sari malah mulai merintih merasakan kenikmatannya. Aku makin bersemangat memompa sambil terus menciumi dan meremas-remas buah dadanya yang sangat menggemaskan. Sekitar 15 menit Sari mendapatkan puncak kepuasannya. Inilah orgasme pertamanya melalui hubungan kelamin. Dia merintih panjang tanpa disadari ketika kenikmatan itu menyundut-nyundut. Aku masih merasa segar dan rasanya untuk bermain lagi masih bisa berlaga cukup lama. Setelah dia tuntas, aku memainkan lagi gerakan maju mundur. Vaginanya terasa sangat ketat menjepit, apalagi setelah dia mendapat orgasme, rasanya vaginanya makin nikmat, Aku terus genjot sekitar 5 menit kemudian dia melenguh panjang dan ini membangkitkan birahiku lebih tinggi sehingga aku pun kemudian menyusul mencapai orgasme dan ejakulasi. Kepuasan yang didapat seorang wanita menjadikan dia makin sayang sehingga Sari memelukku erat dan kami tidur berpelukan sampai terasa perut menuntut untuk diisi makan siang. Selepas makan siang di hotel, kami kembali lagi kamar. Istri pertama ku sudah lama mengenal Sarinah, sehingga pergaulan mereka tidak ada rasa canggung. Bedanya sekarang mereka terikat dalam satu keluarga yang mempunyai suami sama. Aku salut melihat istri pertamaku, karena dia bisa ikhlas menerima madunya dalam kehidupan berumah tangga. Hal ini membuatku penasaran, bagaimana dia bisa menekan rasa cemburunya. Menurut Mama Chandra, seorang istri harus mengabdi sepenuh jiwanya kepada suami, rasa iri, dengki dan cemburu tidak ada gunanya, karena selain terlalu banyak menghabiskan energi, juga tidak akan menghasilkan apa-apa. “Bapak masih imam yang baik bagi keluarga kita,” katanya singkat Sarinah juga cepat sekali menyesuaikan diri dengan kehidupan keluarga kami. Aku selalu kagum jika melihat mereka jalan berdua, baik itu pergi belanja atau mengurus sesuatu. Sejak Sarinah menjadi istriku, aku melakukan patungan usaha dengannya dengan membuka toko tekstil di luar pasar Tanah Abang. Dalam waktu tidak lebih dari 3 tahun Sarinah sudah memiliki 2 toko tekstil yang cukup besar. Bersambung di bawah gan…..
#3
Sambungannya gan….. Memiliki 2 istri yang rukun sehingga mereka seperti kakak-beradik menambah rasa bahagia bagiku. Jika orang melihat bahwa seorang pria yang memiliki 2 istri, hanya mengejar kepuasan sex. Kenyataannya yang aku rasakan tidak demikian. Aku berhubungan badan dengan istri-istriku tidak ada istilah giliran. Jika aku sedang menginginkan Chandra, maka dia akan paham, Begitu juga jika aku menginginkan Sari dia siap dan Chandra pun toleran. Sebaliknya aku bisa menangkap jika Chandra atau Sari sedang menginginkanku. Perempuan adalah makhluk yang sangat unik mereka secara naluri memahami isyarat sekecil apa pun baik dari suami maupun dari istri yang lain. Perasaannya sangat tajam. Aku harus akui kadang-kadang aku tidak menangkap sinyal bahwa salah satu istriku sedang menginginkanku. Istriku yang lainlah yang malah mengingatkanku atas adanya “undangan”. Sejujurnya aku tidak memikirkan untuk menambah istri lagi. Namun takdir berkata lain. Ketika aku dan keluarga besarku menikmati makan siang tradisonal khas Sunda di Serpong. Ada desiran di dadaku ketika melihat seorang wanita yang kelihatan sibuk di restoran itu. Mataku terus mengikuti gerak-geriknya, tentunya secara curi-curi. Nggak enaklah kalau sampai istri-istri tahu kenakalan mataku. Aku sering melihat wanita cantik, karena banyak yang belanja di toko ku di Tanah Abang. Jadi wanita cantik bukan hal yang aneh bagiku. Namun wanita yang repot ini kok membuat dadaku berdesir. Kenapa bisa begitu. Setelah itu aku sering jalan sendiri ke Serpong hanya untuk makan, yang sebetulnya utamanya ingin bertemu dengan wanita yang membuatku berdesir itu. Setelah 3 kali akhirnya aku mendapat kesempatan berkenalan dengannya. Dia memperkenalkan namanya, Sabrina. Ternyata dialah pemilik restoran yang cukup maju ini. Aku akui bahwa restoran ini terkelola dengan baik, makanannya enak, sajiannya cepat dan harganya tidak mencekik. Setelah 10 kali mungkin aku makan direstoran itu, membuat Sabrina makin mengenalku. Dia sering menemaniku makan dan kami ngobrol, dari mulai yang ringan-ringan sampai soal bisnis. Dia akhirnya tahu bahwa aku memiliki bisnis yang lumayan besar di bidang tekstil, lalu dia pun juga tahu juga bahwa aku memiliki 2 istri. Wajahnya terlihat sinis ketika bertanya-tanya soal poligami ku. Aku tidak tersinggung dan bisa memaklumi jika dia bersikap seperti itu. Aku bukannya kapok disinisi. Hampir setiap minggu aku malah bersama dua istriku makan direstoran itu. Saking seringnya ke situ, Sari mulai curiga, Dia langsung mengatakan bahwa aku naksir, pemilik restoran itu. Aku sebetulnya tidak sadar kalau aku naksir. Sesungguhnya aku merasa damai sekali jika melihat wajah Sabrina. Hanya itu saja yang aku kejar. Memikirkan melamar Sabrina untuk istri ketiga, sama sekali tidak. Aku tidak percaya dirilah, wanita secantik dan se pintar Sabrina mau dilamar menjadi istri ketiga, aku gak ketemu rumusnya, alias gak masuk akal. Setelah itu diam-diam Sarinah dan Chandra malah sering datang ke restoran Sabrina, tanpa sepengetahuanku. Saat lain setelah itu ketika aku bertiga makan di restoran Sabrina, kedua istriku malah kelihatan akrab sekali dengan Sabrina. Mereka rupanya punya bisnis. Chandra mendisain baju seragam pelayan di situ yang katanya ada sekitar 25 orang. Selain itu berbagai kelengkapan restoran yang ada unsur tekstilnya di kerjakan oleh Chandra. Suatu hari ketika kami santai ngopi sore di rumah, Chandra dan Sari buka pembicaraan. Intinya mereka menanyakan apakah aku mau mempersunting Sabrina. Bagai petir menyambar kepalaku rasanya, karena terkejutnya. Aku sempat terdiam, karena tidak tahu harus ngomong apa. “Saya dan mbak Chandra melihat, Sarbrina sangat cocok dengan Bapak,” kata Sarinah. “Kalau saya mau, apa dia mau,” tanya saya dengan rasa ragu. “ Kalau Bapak memang naksir, kami akan urus selanjutnya,” kata Chandra.. “Kalau menurut kalian baik, saya ikut,” kataku pasrah. Namun tidak bisa dipungkiri, hatiku senang sekali seandainya Sabrina mau menjadi istriku. Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh kedua istriku “mengolah” Sabrina sehingga suatu waktu aku bisa bertemu di rumahku. Kami ngobrol sebentar. Dalam pertemuan itu aku tidak melakukan aksi tebar pesona. Aku bertindak wajar-wajar saja. Bersambung di bawah gan…..
#4
Sambungannya gan….. Setelah itu aku sering melihat Sabrina berada di rumahku, entah apa urusan nya dengan istri-istriku. Dari sering muncul di rumahku, kemudian diikuti dengan dia menginap beberapa kali. Aku sama sekali tidak mengubah ritme hidupku meskipun ada tamu “agung” di rumahku. Seingatku lebih dari setengah tahun setelah istri-istriku akrab dengan Sabrina aku diundang untuk pertemuan khusus oleh Mama Chandra. Dalam pertemuan khusus yang dilakukan di rumahku selain hadir kedua istriku, juga tampak Sabrina. Mama Chandra buka bicara, bahwa pertemuan itu adalah membahas rencana melamar Sabrina. Aku tidak menyangka pertemuan ini membicarakan masalah perkawinan ku dengan Sabrina yang akan menjadi istri ketiga. Dalam hati aku mengagumi hasil kerja kedua istriku untuk menundukkan Sabrina. Aku tahu bahwa Sabrina bukan perempuan sembarangan yang mudah ditundukkan. Dia cantik, punya penghasilan besar, sangat mandiri, berpendidikan S-2 di Singapura bidang management restaurant. Ibarat kata, jika dia mau memikat lelaki-lelaki muda atau perofesional muda, tidak lebih sulit dari membalikkan telapak tangan. Dalam kesempatan itu aku tegaskan, apakah benar Sabrina siap aku lamar untuk menjadi istriku yang ketiga. Apakah sudah dipertimbangkan berbagai hal, karena ini adalah pilihan seumur hidup. Sabrina mengatakan pada awalnya memang tidak mudah memikirkan dan menerima menjadi sosok wanita istri ketiga. Namun katanya, hakekat wanita berumah tangga adalah, Sakinah, Mawadah dan Warohmah. Melihat dua istriku yang menjadi teman akrabnya, kata Sabrina mereka sudah mampu mencapai Sakinah, Mawadah, Warohmah. Saya tahu bahwa di luar sana banyak lelaki lajang yang ganteng, kaya, tetapi mereka tidak memiliki garansi ketiga sifat itu. Sementara saya melihat dengan sendiri bukti terwujudnya ketiga tujuan perkawinan dalam diri Mama Chandra dan Mama Sari. Saya tidak menyangka bahwa Sabrina menelaah kehidupan istri-istri saya sampai sejauh itu. “Kalau boleh saya berterus terang, ketika pikiran saya ruwet, stress dan cemas, maka ketika berada di sini saya merasakan kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Nyaman sekali pergaulan di rumah ini.. Di usiaku ke 37 aku melamar Sabrina menjadi istriku yang ketiga. Perayaan kebahagiaan dilaksanakan secara sederhana di rumahku dan hanya mengundang keluarga besar saja. Sabrina kelihat cantik sekali saat bersanding denganku. Dia memang wanita yang cantik. Di usia 27 tahun sikap Sabrina sudah terlihat benar-benar dewasa. Lingkungan dia mengelola restoran itulah yang membentuk dia menjadi wanita yang tegas mandiri dan ramah. Sabrina memilih malam pertama escape dari Jakarta. Dia memilih Bali sebagai tempat berlibur menikmati malam pertama. Kami berdua saja terbang ke Bali untuk liburan 3 hari 2 malam. Sabrina sudah memilih hotel di Nusa Dua. Kami tiba di Bali sekitar pukul 7 malam, dalam perjalanan ke hotel, Sabrina minta supir taxi menunjukkan restoran sea food yang terkenal di Jimbaran. Kami berdua makan di tepi pantai sambil menikmati pemandangan Bandara Ngurah Rai dari seberang teluk. Sabrina berkeliling restoran sambil ngobrol dengan para waiter lalu bertemu managernya. Sampai pesanan sudah terhidang, Sabrina belum kelihatan kata waiter dia sedang ngobrol sama manager restaurant. Dia muncul bersama waiter. Rupanya dia sedang melakukan study banding. Sabrina bercerita bahwa dia diajak keliling melihat fasilitas restaurant sampai ke kitchen. Sebelumnya aku ingin bercerita bahwa setelah memiliki 2 istri, aku berusaha memperdalam pengetahuan mengenai sex. Tidak hanya membaca, tetapi sampai mengikuti seminar yang dibawakan oleh para ahlinya. Aku berpendapat,sex bukan hanya pelampiasan nafsu dan mengikuti naluri. Jika hanya itu, manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Sex juga mengandung seni karena banyak keindahan akan didapat, memerlukan ketrampilan karena ada trik-trik khusus dan ada masalah kejiwaan yang perlu diketahui. Sabrina kelihatannya sudah sangat siap menghadapi malam pertama. Dia langsung membersihkan diri dikamar mandi lalu keluar dengan kimono putih yang disediakan hotel. Aku juga membersihkan diri dan keluar memakai kimono putih. Aku dipeluknya dan ditarik berbaring di tempat tidur king size. Sabrina menindih tubuhku dan mencium bibirku dengan ganas. Aku melepas tali yang mengikat kimono. Di balik kimono dia tidak mengenakan apa-apa lagi. Sabrina pun melepas kimonoku dan aku pun memang tidak mengenakan apa-apa di dalam. Kami berdua akhirnya bugil dan malam itu kami mereguk kenikmatan berdua. Sabrina meski sudah cukup dewasa tetapi masih mampu menjaga kesuciannya. Malam itu aku memperlakukan Sabrina sebagai ratu yang dimanja dan disayang. Cumbuan aku mulai dengan penuh kelembutan dengan mulai mencium bibirnya. Kami berpelukan dalam keadaan bugil dibawah selimut. Tubuhnya mulus, kulit putih bersih khas gadis Sunda. Tingginya hampir 170. Bagi wanita dengan tinggi segitu kelihatan jangkung. Aku menyukai potongan tubuhnya dengan pinggul dan bokong yang besar, karena itu menjadikan pinggangnya kelihatan ramping. Buah dadanya proporsional dengan tubuhnya yang jangkung. Ukurannya tidak terlalu besar, tetapi saat tanganku meremas, rasanya lebih besar dari tapak tangan. Aku melumat kedua putingnya kiri dan kanan. Sabrina mendesis nikmat, sementara itu tanganku memainkan gundukan kemaluannya. Tanganku merasa bulu kemaluannya masih jarang. Aku jadi penasaran ingin melihat bentuk kemaluan dewasa tetapi memiliki bulu yang masih sedikit. Aku telusuri ke bawah, ke perut lalu turun terus menjilati sekitar pusar. Sabrina menggeliat-geliat karena geli katanya. Aku telusuri terus kebawah. Ketika mulutku mencapai gundukan kemaluannya, Sabrina terkejut dan berusaha menarik kepalaku ke atas. Dia mengatakan malu kemaluannya dilihat. Namun aku tetap bertahan bahkan lidahku sudah mencapai belahan. Mungkin sensasi yang ditimbulkan memberi rangsangan sehingga meskipun tangannya berusaha menarik kepalaku, dan tidak sepenuh tenaga, tetapi dia mengerang. Sambil tetap menjilati belahan kemaluannya aku berpindah posisi menempatkan tubuhku diantara kedua kakinya. Sabrinya masih berusaha merapatkan kedua pahanya. Aku berusaha melebarkan kedua pahanya. Terasa masih agak ditahan, meskipun makin lama makin mengangkang. Setelah tempatnya agak leluasa aku mulai membuka lebar belahan kemaluannya dengan kedua tanganku, terlihat berwarna merah dan ada gelambir kecil di kedua sisinya. Diatas ujung lipatan terlihat tonjolan kecil. Aku langsung mengarahkan lidahku ke tonjolan itu, akibatnya Sabrina mengerang sambil menggeliat .Kedua tangannya masih memegang kepalaku, tetapi sekarang menjambak rambutku dan menekan agar kepalaku lebih menekan ke arah kemaluannya. Aku fokuskan lidahku ke clitorisnya. Sabrina terus menggeliat-geliat sambil mengerang. Makin cepat gerakan lidahku maka dia pun makin cepat menggerakkan pinggulnya sampai akhirnya dia berteriak panjang dan sekujur permukaan kemaluannya berdenyut-denyut. Aku menekan mulutku ke permukaan kemaluannya dan lidahku menekan tonjolan clitorisnya. Sekitar 6 denyutan yang makin lama makin melemah akhirnya tuntaslah orgasme clitorisnya. Akibat orgasme itu kemaluannya makin banyak cairan, campuran antara cairan pelumas vagina dengan cairan yang keluar sebagai akibat orgasme. Pada moment itulah aku rasa paling tepat untuk menjebol selaput kegadisannya. Aku mengambil posisi berlutut diatas tubuhnya dan mengarahkan kepala penisku ke pintu masuk vaginanya. Aku harus tetap memegang penisku sambil mendorong masuk, karena khawatir akan meleset. Setelah kepala penis masuk, Sabrina mengeluh rasa perih. Untuk membuyarkan kosentrasi Sabrina ke kemaluannya aku mencium bibirnya dengan melumat dan memainkan lidahnya masuk ke dalam mulutnya. Ciumanku itu ditanggapi dengan juga memainkan lidahnya. Pada kesempatan itu aku menekan penisku agar masuk lebih dalam. Agak susah mengira-kira sudah sedalam apa penisku masuk. Aku meraba batang penisku dan terasa belum ada separuh yang berhasil aku benamkan. Sampai ke halangan selaput daranya, rasa sakit mungkin dirasakan meningkat sehingga didalam kuluman mulutku dia menggerang menahan sakit. Aku berhenti sebentar lalu dengan gerakan agak kuat aku tekan penisku sehingga jebollah pertahanan segel di dalam kemaluannya. Sabrina menjerit lirih dan melepaskan mulutnya dari sergapan mulutku. Rasa perih karena luka yang ditimbulkan dari robeknya selaput dara itu mengakibatkan matanya berkaca-kaca. Aku bertahan pada posisi penisku yang kutaksir panjangnya sekitar 16 cm berada di dalam liang kemaluannya. Setelah situasi stabil dan tidak ada keluhan sakit lagi, pelan-pelan kutarik sampai hanya tinggal kepala saja yang masih terbenam. Gerakan lambat itu diikuti oleh kernyitan dahi Sabrina menahan rasa sakitnya. Ketika aku dorong lagi dia mengernyit kembali. Setelah sekitar 5 kali gerakan maju mundur, kelihatannya dia tidak merasa sakit. Aku pun merasakan liang vaginanya sudah semakin licin, walaupun jepitannya masih sangat kuat. Sabrina sudah melupakan rasa perih bekas luka di liang vaginanya, dia sudah merintih-rintih nikmat. Aku melakukan gerakan bersetubuh dengan sangat hati-hati sambil mencari posisi yang memberi kenikmatan maksimal bagi Sabrina. Sementara itu aku tetap melakukan olah nafas untuk menahan diriku tidak terlalu cepat ejakulasi. Sejauh ini aku masih bisa menahannya. Aku melakukan persetubuhan dengan istriku yang ketiga dengan mentransfer sugesti yang menyebabkan dia merasa nyaman, nikmat dan merasakan limpahan kasih sayang. Aku bisa merasakan sugesti itu diterimanya karena kedua tangan Sabrina merangkul leherku erat sekali sambil mukaku dia ciumi. Sekitar 10 menit aku melakukan gerakan di dalam liang vaginanya, Sabrina mendapat orgasme yang kelihatannya luar biasa. Dia mengerang hebat dan tubuhnya kaku. Aku bisa merasakan semburan cairan hangat ke batang penisku. Untuk lebih bisa dinikmati aku menghentikan gerakan dan membenamkan penisku sedalam-dalamnya. Rasanya penisku seperti dipijat oleh liang vaginanya dengan denyutan orgasme. Setelah dia mencapai orgasme dan mengakihirinya aku cium dengan mesra. Secara psikologis ciuman setelah perempuan mencapai orgasme memberikan rasa bahwa pasangannya sangat menyayanginya. Itulah kemudian yang dia ucapkan setelah mulutnya lepas dari berciuman. “Aku sayang bapak,” katanya. Malam itu kami hanya melakukan persetubuhan hanya sekali, karena bekas luka di dalam vaginanya masih terasa agak perih. Dia mengeluh rasa perih ketika cebok dan kencing. Pada malam kedua aku baru berani kembali memacu birahinya dan malam itu kami melakukan permainan 3 ronde dengan masing-masing ronde pertama dan kedua pada malam hari dan yang kedua setelah waktu subuh. Aku berusaha hanya ejakulasi sekali saja, agar tubuhku tetap fit. Wanita diusia antara 25 – 30 tahun adalah puncak kematangan seksualnya. Pada masa itu perempuan melakukan permainan sex yang terbaik dan mereka juga mampu menikmati permainan hubungan sex. Sekembali kerumah, Sabrina disambut oleh kedua istriku yang lain, Chandra dan Sarinah. Mereka menyebut Sabrina suda resmi menjadi anggota keluarga besar Argo. Dari gerak-gerik aku bisa menangkap bahwa Chandra malam ini ingin berhubungan intim. Memang itu tidak diucapkan, tetapi bahasa tubuhnya aku sudah bisa menangkapnya. Aku memenuhi keinginan istri pertamaku dengan permainan yang tidak kalah panasnya dengan permainanku dengan Sabrina. Namun malam itu aku tetap bertahan tidak ejakulasi. Oleh karena itu dalam semalam aku mampu melayani permainannya 3 ronde yang ku duga Chandra mendapat4 kali orgasme. Keesokan harinya Chandra kelihatan segar. Dia telah melakukan mandi junub sebelum waktu subuh, sehingga setelah fajar, tidak terlihat rambutnya basah. Namun sinar di wajahnya menunjukkan keceriaan. Jika wanita dipuaskan hasrat sexnya, mereka bagaikan HP sehabis di cas. Energinya maksimal dan kecerdasannya menonjol, serta bersikap lebih sabar. Wah kalau sebaliknya mereka tidak mendapat kepuasan di tempat tidur, keesokan harinya akan uring-uringan, bawel, dan sering muncul sikap dengkinya. Malam berikutnya aku tidak menangkap sinyal dari Sarinah. Ternyata dia sedang mendapat tamu bulanan. Aku malam itu istirahat. Meskipun begitu aku tidak pernah tidur sendiri. Sarinah malam itu mendampingi aku istirahat. Bersambung dibawah gan…..
#5
Sambungannya gan…. Setahun aku sudah menikmati punya 3 istri. Tidak ada rasa yang memberatkan, semuanya aku jalankan seperti biasa. Bedanya hanya aku memiliki 3 wanita yang melayaniku. Kehidupan semakin baik, karena rezeki juga semakin berlimpah. Industri garmen yang dipegang Chandra sudah berkembang menjadi 2 pabrik. Penjualan tekstil yang dikomandoi Sarinah sudah berkembang dengan banyak toko di mall-mall. Usaha rumah makan juga sudah tidak hanya masakan Sunda, tetapi sudah ada restoran lain yang khusus seafood dan satu unit lagi khusus melayani catering. Itu pun terbagi catering untuk pesta-pesta dan catering untuk makan siang kantor-kantor. Aku tidak lagi sibuk duduk sepanjang hari di dalam toko seperti waktu aku masih muda dulu. Semuanya sudah dijalankan oleh tenaga profesional hasil pengkaderanku. Mereka adalah pegawai-pegawai yang punya dedikasi tinggi. Istri-istriku juga tidak setiap hari mengunjungi tempat usahanya. Semua kegiatannya bisa dimonitoring real time. Itulah berkahnya internet. Aku dan istri-istriku lebih fokus pada pengembangan usaha, sehingga tidak terlibat pada masalah-masalah rutin. Suatu hari aku mendapat telepon dari salah satu costumerku yang sudah puluhan tahun berlangganan mengambil dagangan dari toko-tokoku. Pak Ahmadi, pedagang besar tekstil di Gorontalo mengundangku berkunjung ke kotanya. Dia memang sering ke Jakarta dan akhir-akhir ini dia selalu memilih menginap di rumahku. Menurut dia situasi di rumahku bikin orang kerasan. Aku tidak tahu, apakah karena suasana keakraban yang terbangun di rumah ini atau karena sajian makanan yang enak-enak. Kata Pak Ahmadi semuanya enak. Dia memang berkali-kali mengajakku berkunjung ke kotanya. Undangan kali ini tidak bisa kutolak karena dia mengundang dalam rangka pernikahan anak perempuannya yang paling besar. Aku pikir tidak baik juga kalau ditolak terus. Sesungguhnya aku mengajak semua istriku, namun yang bisa berangkat hanya Chandra dan Sarinah. Jadinya kami bertigalah yang berangkat ke Gorontalo. Sesampai di airport aku sudah dijemput langsung oleh Pak Ahmadi, dia minta maaf tidak bisa memberi penginapan di rumahnya karena semua ruangan dipakai untuk persiapan perkawinan. Dia sudah menyiapkan kamar hotel terbaik di kota itu. Kami langsung menuju hotel. Sebuah kamar suite, mungkin juga itu adalah kamar terbaik dihotel itu, tetapi yang disiapkan hanya 1 kamar. Dia minta maaf karena semua kamar habis terpakai, berhubung kedatanganku bersamaan dengan ada acara Presiden di kota itu, sehingga semua hotel penuh. Aku tidak mempermasalahkan, karena tidur dengan dua wanita toh semua adalah istriku. Entah mengapa, malam pertama di Gorontalo itu libidoku sangat kuat. Apakah akibat aku terlalu banyak makan berbagai ikan bakar yang dijamu Pak Ahmadi tadi siang. Atau karena dia memberiku ramuan Sanrego, yang katanya tumbuh-tumbuhan khas Sulawesi yang ampuh meningkatkan daya tahan tubuh dan anti masuk angin. Malam itu aku tidak bisa menahan gejolak nafsuku. Aku tidur di tengah, di kiriku Sarinah dan di kananku Chandra. Kedua-duanya kebetulan sedang ok, tidak sedang kedatangan tamu bulanan. Aku agak bingung juga, mau menggarap siapa dulu. Akalau aku garap yang A bagaimana dengan yang B. Kedua istriku malam itu hanya mengenakan daster saja tanpa bh di dalamnya, kalau CD, kayaknya sih dipakai. Aku melihat kedua istriku juga gelisah. Penginderaanku mereka juga sedang birahi. Tadi sore mereka ikut mencicipi ramuan Sanrego dan juga makan ikan bakar cukup banyak. Ketika waktu tidur dan lampu sudah digelapkan sama sekali, sehingga aku tidak bisa membedakan antara membuka mata dan menutup mata tidak ada bedanya. Kutarik kedua kepala istriku ke dadaku, Mereka menuruti tanpa aku memaksa. Aku cium kening mereka bergantian. Merasa aku mulai mencumbu Chandra mencari bibirku lalu dia menciumiku cukup lama juga. Setelah lepas dari Chandra aku tidak enak terhadap Sarinah sehingga aku menarik Sarinah untuk aku cium bibirnya. Saat aku mencium Sarinah, Chandra meremas-remas senjataku yang berada di balik celana dalam dan masih terbungkus sarung pula. Dia nafsunya mungkin makin tinggi sehingga perlahan-lahan dia turun dan melepas semua sarung dan celana dalamku. Penisku langsung dioralnya. Aku mendengar dengusan nafasnya yang sudah terbakar birahi. Sementara penisku sedang digarap Chandra, aku membuka daster dan celana dalamnya. Dalam posisi telentang kutarik Sarinah agar mendekatkan buah dadanya ke mulutku. Aku menghisap putingnya bergantian kiri dan kanan. Nafsu Sarinah juga sudah naik tinggi. Puas dengan kedua buah dadanya yang montok, aku ingin mengoralnya. Dia kubimbing agar melangkahi bagian atasku dan mengarahkan kemaluannya ke mulutku. Sarinah tanggap apa yang kuinginkan. Bantalku ditambah sehingga posisi kepalaku agak tinggi. Dia bersimpuh mengangkangiku membelakangi Chandra. Di bawah sana aku merasa Chandra sudah menenggelamkan penisku ke dalam kemaluannya. Dia sudah syur sendiri bergerak naik turun, kadang kadang pinggulnya diputar-putar, sambil mendesis-desis. Sedangkan Sarinah juga tidak sadar mendesis saat clitorisnya aku oral dengan lidahku. Desisan dari dua wanita yang sedang memacu kenikmatan. Tidak lama kemudian terdengar teriakan lirih pertanda orgasme dari Chandra yang tidak lama kemudian jeritan panjang dari Sarinah yang menyemburkan cairan sehingga membasahi mukaku. Kedua istriku mendapat orgasme hampir bersamaan dengan cara yang berbeda. Mereka kembali ke posisi semula berbaring di sampingku dalam keadaan masih bugil. Aku merasa permainan tadi kurang tuntas, maka aku memilih menindih Sarinah untuk aku setubuhi. Sarinah cepat memahami kehendakku dia langsung memberi tempat diantara kedua kakinya. Aku menancapkan penisku ke dalam kemaluannya dan langsung bergerak naik turun. Aku merasa kekerasan penisku berbeda dengan sebelumnya. Sarinah rupanya juga merasakan perbedaan itu. Dia menarik kepalaku sambil berbisik dengan mengatakan bahwa penisku terasa keras sekali dan rasanya lubang kewanitaannya sesak. Itulah yang membuat dia cepat mendaki tingkat mencapai kepuasan, karena aku bermain tidak terlalu lama dia sudah buru-buru menguncupku lalu berteriak di dalam mulutku. Aku merasa di bawah sana, denyutan orgasme di kemaluannya. “Pak udahan ya aku lemas,” bisiknya. Padahal aku masih jauh dari garis finish. Aku berpindah ke tubuh Chandra yang juga terbujur bugil dan tenyata belum tidur juga. Merasa aku menindihnya dia langsung merenggangkan kakinya dan menangkap penisku diarahkan memasuki lubang kenikmatannya. Tak susah penisku langsung terbenam dan aku langsung full speed. Chandra pun tidak mampu bertahan lama, karena dia sudah merintih lalu berteriak lirih bersamaan dengan puncak kepuasannya. Aku merasa aneh karena aku sama sekali tidak berusaha mengendalikan ejakulasiku, tetapi sejauh ini aku masih belum berejakulasi. Setelah Chandra tuntas merasakan orgasmenya aku genjot kembali dan aku rasa gelombang orgasmeku sudah mulai bangkit. Namun baru saja ingin kosentrasi untuk kepuasanku Chandra sudah menarik pinggulku kuat-kuat lalu dia merintih panjang dengan pencapaian orgasmenya. Bersambung di bawah gan…
#6
Lanjutannya gan….. Usai mencapai orgasme dia membisikkan bahwa dia minta aku menyudahi karena badannya terasa sangat lelah. Aku turuti kemauannya dan bangkit meninggalkan tubuhnya aku kembali ke tubuh Sarinah yang dalam keadaan telentang dan kelihatannya dia sudah tertidur. Berhubung kepalaku sudah seperti keluar tanduk, aku tidak peduli sehingga kembali dia aku gauli. Ketika penisku masuk ke vaginanya Sarinah terbangun. Aku genjot terus, tak lama Sarinah mendesis lagi nikmat. Aku makin meningkat rasa nikmatku sehingga aku berkosentrasi untuk mendapatkan ejakulasi. Rintihan Sarinah membuat nafsuku tambah tinggi dan memacu ku akhirnya ejakulasi di dalam kemaluannya, Bersamaan dengan itu Sarinah mencapai kesempurnaan hubungan sex dan penisku serasa dipijat-pijatnya. Kami bertiga akhirnya jatuh terlelap sampai menjelang subuh. Aku heran juga jam 3 pagi aku terbangun, penisku ikut bangun juga. Tidak biasanya begini, jika malamnya habis diservice, paginya malas bangun, tapi kali ini beda. Aku cari sarung lalu kukenakan dan masuk kekamar mandi untuk buang air kecil sekaligus membersihkan sisa pertempuran tadi malam. Tidak lama kemudian masuk Chandra mengenakan kimono hotel yang berwarna putih. Dia buka semuanya lalu pipis dan membersihkan sisa-sisa cairan tubuhnya hasil pertempuran. Ketika aku masih gosok gigi dan Chandra berdiri di bak untuk berendam membersihkan kemaluannya, muncul pula si Sarinah yang tergopoh-gopoh sambil berkemban handuk. Dia langsung lepas handuknya dan duduk di closet melepas air kencing yang tertahan. Terdengar pancaran air seninya cukup lama. Kami bertiga bugil di kamar mandi yang terang benderang. Ini adalah peristiwa pertama dua istriku bugil di depanku. Mulanya mereka merasa rikuh, Aku berusaha mencairkan suasana lalu kutarik tubuh Sarinah ikut masuk ke bak bersama Chandra yang sedang menyirami tubuhnya. Mereka aku rangkul berdua lalu keduanya aku ciumi bergantian. Akhirnya mereka bermanja-manja denganku dan buntut-buntutnya gairah kami bangkit lagi. Dari sekedar berciuman, berlanjut saling meremas dan memainkan bagian-bagianvital. Permainan kami lanjutkan di kamar yang ternyata sudah terang. Tanpa perlu meredupkan, kami bergulat. Sarinah dan Chandra masing-masing berbagi kapling sampai akhirnya aku menyetubuhi mereka berdua bergantian dengan giliran istri tua dulu baru istri kedua. Keduanya berhasil merengkuh kepuasan, tetapi aku tidak bisa. Aku pikir ini ada baiknya, karena siang harinya kami akan menghadiri acara resepsi perkawinan anak Pak Ahmad. Kami bertiga mandi junub sebelum masuk waktu subuh. Setelah itu sempat istirahat sebentar lalu kami turun untuk sarapan pagi. Masih ada waktu sekitar 3 jam sebelum kami dijemput untuk menghadiri acara perkawinan putri Pak Ahmadi. Pesta perkawinan cukup meriah, ornamen pesta juga warna warni berbeda dengan yang kami lihat di pesta perkawinan di Jakarta. Malam kedua kami dijamu lagi dengan berbagai ikan bakar dan masakan khas Gorontalo. Pak Ahmadi yang duduk disampingku berbisik bertanya kepadaku. “Gimana pak reaksi Sanrego.” Aku hanya senyum, baru aku sadar, ternyata libidoku naik itu akibat ramuan Sanrego. Aku tanyakan ke Pak Ahmadi, apakah ramuan itu manjur juga untuk perempuan. Pak Ahmadi hanya mengangkat jempo. Oh pantas istri-istriku tadi malam juga sangat bergairah. Di jamuan malam ini ada lagi ramuan sanrego itu. Aku tenggak langsung habis. Istri-istriku juga menyukai ramuan itu karena diberitahu untuk meningkatkan kesegaran tubuh. Malam itu, kami bemain threesome tanpa harus menggelap-gelapkan lampu kamar. Kami bergulat sekitar 3 jam sampai istri-istriku kewalahan menghadapi nafsuku yang seperti kuda. Namun aku bisa menghemat energi karena mampu menahan ejakulasi. Hari ketiga kami belum pulang karena masih ingin menikmati wisata di sekitar Gorontalo. Kunjungan pertama dan yang paling penting adalah meninjau tempat usaha pak Ahmadi. Di tokonya penuh dengan tekstil produksi kami di Jakarta. Tokonya termasuk paling besar dan paling ramai di deretan toko-toko lainnya. Pak Ahmadi memanggil salah seorang pegawai perempuan. Dia memperkenalkan kepada ku dan istri-istriku. Anaknya mengenakan hijab, dari wajahnya dia masih remaja, ayu. Walaupun baju yang dipakainya longgar, tetapi tidak bisa menyembunyikan tonjolan buah dadanya. Aku menduga buah dadanya agak diatas rata-rata anak seusianya. Setelah bersalaman anak itu berlalu. Pak Ahmadi lalu bercerita mengenai anak itu. Menurut Pak Ahmadi, Atika, nama anak itu nasibnya sungguh memprihatinkan. Dia adalah anak sulung dari 3 bersaudara dari keluarga yang miskin. Namun prestasi belajar Atika luar biasa, Dia juara pertama di tingkat propinsi Gorontalo, namun karena orang tuanya tidak mampu akhirnya tidak bisa meneruskan ke perguruan tinggi. Hatiku berdesir ketika berkenalan dengan Atika tadi, tetapi aku sembunyikan dari semua orang. Pak Ahmadi menanyakan kepadaku jika aku punya keleluasaan untuk membantu menyekolahkan anak itu. Menurut Pak Ahmadi, Atika tidak cocok kuliah di Gorontalo, yang cocok adalah Jakarta, mengingat otaknya sangat cerdas. Aku dan kedua istriku liat-liatan. “Aku setuju Pak dia kita bantu,” kata Chandra. “Kalau aku pikir bukan hanya dibantu, kalau memungkinkan biarlah Atika menjadi istri Bapak,” kata Sarinah. Aku tak menduga seterus terang itu Sarinah berucap. Pah Ahmadi sampai terkejut, karena yang menyarankan aku mengawini Atika justru istriku sendiri. “Saya pikir itu yang terbaik, Pak . Itu untuk menghindarkan fitnah juga,” kata Pak Ahmadi yang malah mendukung gagasan Sarinah. Ternyata Chandra juga mendukung karena dia mengatakan bahwa masalah ini perlu dibicarakan lebih serius sebelum kembali ke Jakarta. Dia menyarankan Pak Ahmadi mengantar kedua istriku mengunjungi kediaman orang tua Atika. Atika kemudian dipanggil lagi oleh pak Ahmadi, kami lalu diajak ke sebuah restoran di dekat situ. Pak Ahmadi menanyakan apakah Atika mau meneruskan ke Perguruan Tinggi di Jakarta. Mendengar itu terpancar wajah senang dari Atika yang lalu menyambutnya dengan anggukan tanpa ragu. Pak Ahmadi menggiring Atika dengan menyebutkan bahwa selama di Jakarta akan tinggal di rumahku bersama istri-istriku. Pak Ahmadi terus terang mengungkapkan bahwa aku memiliki 3 istri. Atika menyatakan tidak keberatan, malah senang sekali. Pak Ahmadi lalu mengingatkan bahwa dirumahku belum ada anak yang seusia Atika, anak-anakku katanya masih kecil-kecil. Untuk menghindarkan fitnah, Pak Ahmadi lalu berterus terang menanyakan kesediaan Atika dipersunting oleh ku menjadi istri ke empat. “Semua ini bukan hanya baik untuk Atika sendiri, tetapi juga untuk keluarga Atika, karena sebagai istri Pak Ahmadi Atika bisa memberi bantuan maksimal kepada orang tua di kampung, adik kamu tahun depan lulus SMA juga kan,” kata pak Ahmadi. Atika sempat terkesiap dan wajahnya jadi merah. Aku tidak tahu dia terkejut, malu atau benci dengan ucapan pak Ahmadi. “Saya tidak bisa putuskan, saya serahkan putusan kepada abah dan umi,” kata Atika yang berlinangan air mata. Akhirnya Atika diberitahu bahwa Bu Chandra dan Bu Sarinah akan diantar berkunjung ke rumah Atika untuk bersilaturahmi langsung dengan kedua orang tua Atika. Sore itu sekitar pukul 4 kedua istriku diantar Pak Ahmadi berkunjung ke rumah Atika. Menurut cerita istri-istriku, keadaan rumahnya sangat memprihatinkan, tetapi keluarga itu berusaha menyambut tamu dari Jakarta dengan sebaik-baiknya. Atika yang sudah pulang terlebih dahulu sudah menceritakan bahwa akan ada kunjungan yang intinya melamar dirinya untuk menjadi istri keempat. Kunjungan kedua istriku dan Pak Ahmadi yang rupanya disegani oleh kedua orang tua Atika, sehingga disambut positif. Apalagi yang muncul melamar adalah dua istriku. Itu kata ayah Atika menandakan keikhlasan dari istri-istri terdahulu. “Atika sebetulnya sudah bercerita dan dia menyerahkan keputusan kepada kami orang tuanya, karena katanya dia bingung. Namun yang akan menjalani kehidupan sebenarnya adalah Atika, sehingga itu terserah kepada Atika sendiri. Pada prinsipnya kami orang tuanya tidak keberatan, karena perbuatan ini tidak melanggar aturan agama,”katanya. Atika yang selama pembicaraan ini bersembunyi di dalam, kemudian dipanggil keluar. Ayahnya menceritakan apa yang dibicarakan barusan dan menegaskan bahwa pada prinsipnya keputusan diserahkan kepada Atika sendiri. Kedua orang tuanya menyatakan tidak keberatan. Di desak oleh pertanyaan itu, akhirnya Atika sambil menunduk dan berlinangan air mata mengatakan, “Kalau Abah dan Umi tidak keberatan, saya mengabdi kepada orang tua ikut saja apa keputusan orang tua,”katanya. Semua merasa lega karena keinginan yang sesungguhnya muncul mendadak ini bisa diterima dengan baik oleh semua pihak. Ketika istri-istriku kembali bersama Pak Ahmadi menemuiku yang menunggu di Hotel mereka melaporkan hasil kunjungannya. Aku merasa perlu juga berkenalan dengan orang tua Atika, sehingga aku mengundang keluarga besar itu untuk makan malam. Pak Ahmadi setuju dan dia langsung menelepon Atika menjelaskan soal undanganku. Tidak lama kemudian dibalas melalui sms bahwa mereka menerima undanganku. Malam itu aku memesan meja panjang di restoran hotel untuk menampung sekitar 20 orang. Sekitar jam 8 malam keluarga Atika muncul. Mereka berombongan dijemput mobil pak Ahmadi ada 6 orang. Satu orang lagi adalah abang tertua ibu Atika. Kami berkenalan dan berakhir dengan keakraban, dan godaan-godaan yang ditujukan ke Atika dilontarkan oleh Pak Ahmadi juga kedua orang tuanya. Sepulang dari Gorontalo Sabrina segera dikabari bahwa akan melamar seorang istri lagi oleh Chandra dan Sarinah. Sabrina bisa mengerti dan bisa menerima. Meskipun dia baru menikah denganku setahun yang lalu. Sebulan kemudian kami mendapat kabar bahwa keluarga besar Atika sudah siap berangkat ke Jakarta untuk silaturahmi. Aku memang menawarkan kesempatan kepada keluarga Atika jika ingin berkunjung ke Jakarta akan aku biayai. Mereka berombongan 6 orang, selain Atika dan kedua orang tuanya juga 2 adiknya dan Pak Ahmadi. Karena rumahku memiliki banyak kamar dan bisa menampung mereka semua maka mereka menginap di rumahku. Mereka berada di Jakarta selama 3 hari. Aku mengajak keluarga Atika berkeliling Jakarta menikmati beberapa tempat. Kunjungan ke Jakarta adalah yang pertama kali bagi mereka. Selama di Jakarta kami merembugkan rencana pernikahan yang kelak akan diselenggarakan di Gorontalo. Usulanku untuk acara yang sederhana saja mereka setujui dan aku berjanji membiayai semua keperluan untuk upacara itu, jadi dari pihak orang tua Atika tidak perlu memikirkan harus cari biaya. Pada hari yang telah kami sepakati, aku dan semua istriku berangkat ke Gorontalo. Hotel sudah dibook 2 kamar, yang peruntukannya satu kamar untuk istriku bertiga dan satu kamar lagi disiapkan sebagai kamar pengantin. Aku sudah berencana tidak akan melakukan malam pertama di hotel itu, aku merencanakannya dari Gorontalo akan berlibur ke Bali bersama semua istriku. Bersambung di bawah gan….
#7
Sambungannya gan…. Acara berlangsung sederhana dan diadakan di rumah keluarga Atika. Tidak ada pelaminan, kami semua dan tamu-tamu duduk di bawah. Meski pun sederhana, tamu yang datang tidak kurang dari 200 orang. Setelah acara pernikahan yang sekaligus digabung dengan resepsi, usai sebelum magrib. Setelah itu pengantin dan rombonganku hijrah ke hotel. Di dalam kamar Atika malu-malu berdua denganku. Dia mengira aku akan melakukan ritual malam pertama di hotel itu, Aku tanyakan kapan dia mendapat mensturasi, jawabannya masih lama, karena dia baru saja mendapatkannya. Aku beri pengertian bahwa malam itu aku tidak melakukan ritual malam pertama, karena malam pertama akan dilakukan di tempat wisata di Bali. Atika senang mendengar aku akan mengajak liburan ke Bali. Dia memelukku. Tak ayal juga dalam kamar berdua akhirnya aku mencumbuinya sampai kami berdua bugil juga. Namun aku tetap menepati janjiku tidak menjebol segel keperawannya pada malam itu. Setelah semua bajunya aku lepas, terlihat tubuh putih bersih. Dugaanku semula bahwa susunya agak oversize ternyata memang benar. Payudaranya besarnya di atas rata-rata anak seusia dia 17 tahun. Aku tanya dia mengenakan BH cup C ukuran 34. Atika tidak terlalu tinggi, dia mengaku tingginya 165 cm dengan berat 48 kg. Untuk tinggi segitu, payudaranya masih bisa sesuailah. Dia bisa sembunyikan dengan balutan hijabnya yang selalu dia kenakan longgar. Dari Gorontalo kami terbang ke Makasar lalu meneruskan ke Ngurah Rai, Bali. Aku sudah memilih hotel di daerah Kuta yang selalu hiruk pikuk. Namun hotelku cukup terjaga privacy nya, sehingga hiruk pikuk di luar tidak berpengaruh ke dalam. Dalam usiaku 38 tahun aku menikahi perempuan usia 17 tahun selisih 21 tahun. Jika aku berkaca berdua memang kelihatan sekali tidak seimbangnya tampilan kami berdua. Aku memberi kesempatan Atika berjalan-jalan bersama 3 istriku. Dia kuberi sangu yang memadai untuk shooping. Dia sempat berkomentar, banyak sekali sangunya. Setelah makan malam dan badan lelah, kami masuk ke kamar. Atika sebenarnya masih terlalu hijau. Di era internet ini dia masih belum mahir memanfaatkannya sehingga akses informasi agak terbatas. Dia mengaku malah belum pernah sama sekali menonton BF. Aku malam itu memulai mencumbunya kembali, cumbuan dengan memulai mencium bibirnya lalu meremas buah dadanya sambil melepas pakaiannya satu persatu sampai akhirnya dia tinggal celana dalam. Ketika di hotel Gorotalo aku juga sudah mencumbu sampai tahap ini. Tubuh gadis muda ini sangat menggairahkan karena buah dadanya masihsangat kenyal dengan pentil susu yang masih kecil dan cenderung terbenam. Aku harus cukup lama mencium dan meremas buah dadanya sampai dia terangsang. Jika belum terangsang Atika tidak bisa menahan geli ketika susunya aku cium dan pentilnya aku jilati. Jika dia sudah terangsang, rasa gelinya hilang berubah menjadi rangsangan. Atika mendesis-desis ketika kedua pentil susunya aku jilati dan aku gigit dengan bibir secara lembut. Dia mendekap kepalaku kearah dadanya karena nikmat yang dirasa di sekitar susunya. Sambil memainkan susunya tanganku meraba kemaluannya yang masih terbungkus celana dalam. Aku sengaja tidak langsung memasukkan tangan ke celana dalam atau membukanya, menghindarkan dia merasa malu. Jika dia sudah cukup terangsang baru di kesempatan itu aku memasukkan tanganku ke dalam celana dalamnya. Gundukan kemaluannya masih ditumbuhi bulu halus yang juga masih jarang. Aku mengelus-elus bulu itu dengan gundukan yang cukup cembung. Setelah itu jariku mengusap-usap garis belahan kemaluannya. Aku usap-usap sebentar lalu jariku agak dibenamkan merasa ada kehangatan dan cairan di dalamnya. Perlahan-lahan aku buka celananya lalu aku turunkan sampai akhirnya dia telanjang bulat. Namun kami bercumbu masih di dalam selimut, sehingga meskipun kami bugil berdua tetapi kami sendiri tidak bisa melihat. Aku memainkan jariku di wilayah clitorisnya. Atika berjungkat-jungkat pinggulnya setiap jariku menyentuh clitorisnya sampai akhirnya dia seperti merintih nangis. Namun wajahnya tidak memperlihatkan dia menangis. Kepalanya digeleng-gelengkan kekiri dan ke kanan. Aku terus menstimulasi clitorisnya dan itu berlangsung agak lama, mungkin sekitar 15 menit baru akhirnya dia mencapai orgasme. Daging cembung di kemaluannya bagian bawah terasa berdenyut. Atika tanpa dia sadari mengerang panjang ketika mencapai titik kepuasannnya. Aku membuka selimut dan Atika tidak mempedulikan lagi atas tubuhnya yang bugil. Aku mengambil jelly pelicin kusapukan ke seluruh batang penisku lalu ke pintu masuk vaginanya. Perlahan-lahan aku arahkan ujung kemaluanku ke lubang kemaluannya. Setelah terasa tepat, aku menekan masuk. Kepala penisku berjaya menguak masuk sampai seluruh kepala terbenam. Atika mengeluh karena sakit. Aku katakan pada saat pertama seperti ini wajar ada rasa sakit, tetapi masih bisa ditahan. Aku mencium bibirnya yang dia sambut dengan hangat. Sambil mencium aku dorong lagi kepala penisku untuk masuk lebih dalam sampai akhirnya tertahan. Atika melepas ciumanku dan merintih karena perih. Aku minta dia bersabar sedikit, karena rasa sakit itu tidak akan lama. Selaput dara wanita yang baru berusia 17 tahun masih sangat kuat, sehingga aku harus sedikit bertenaga memecahnya. Itulah yang kulakukan, aku memaksa memajukan sedikit sampai terasa ada yang pecah di dalam. Berbarengan jebolnya selaput kehormatannya dia menjerit pelan dan air matanya meleleh dari kedua ujung matanya. Dia menangis tanpa suara, karena katanya sakit sekali. Kemaluanku terasa tercekat di dalam. Aku tidak mau ambil risiko menarik keluar, karena nanti susah memasukkannya lagi, sehingga meski sakit aku terus dorong masuk perlahan-lahan, sampai akhirnya tercapai juga titik finish-nya. Aku berdiam sejenak sampai reda tangisnya. Aku menciuminya dengan penuh kasih sayang untuk membuainya dan menenangkan hatinya. Setelah aku rasa dia reda merasakan perih di vaginanya aku perlahan-lahan menariknya sampai hampir lepas, lalu aku dorong lagi. Lubang kemaluannya sangat sempit membuat batang penisku juga terasa agak sakit. Setelah maju mundur beberapa kali dan liangnya terasa makin licin. Atika tidak lagi mengeluh sakit. Aku memutuskan tidak bermain terlalu lama. Setelah 10 menit aku memaju mundurkan penisku. Aku berhenti. Atika sulit mendapatkan orgasme, karena kemaluannya masih terasa sakit. Aku pun demikian. Meskipun terasa amat menjepit, tetapi karena terasa agak sakit sehingga sebenarnya kurang nikmat. Aku berhenti dalam keadaan kemaluanku masih sangat tegang. Kami istirahat dan kupeluk dia untuk kuajak tidur. Kami berdua masih telanjang bulat di bawah selimut. Atika terasa menangis saat kepalanya bersandar di dadaku. Aku tidak bisa menebak, apakah dia menangis bahagia, atau teringat dengan keluarganya yang kini jauh. Aku dapat memaklumi jika dia ingat dengan keluarganya, karena ini adalah pengalaman pertama berada jauh dari lingkungan keluarganya. Apalagi statusnya dia sudah menjadi istri yang pengabdiannya dicurahkan kepada suaminya. Jiwa anak-anaknya masih belum luntur benar, meskipun dia tahu statusnya sudah memiliki suami. Aku tidak mengulangi lagi pada pagi harinya. Menjelang subuh kuajak dia mandi junub bersama-sama. Mulanya dia mengatakan malu, tetapi kuingatkan bahwa aku adalah suaminya sehingga tidak pantas malu terhadap suami. Akhirnya Atika pasrah mandi air hangat di pagi buta berdua denganku dengan sama-sama telanjang bulat. Tidak puas-puasnya aku memandangi keindahan tubuhnya dengan payudara yang montok, bokong yang berisi dan perut kempes berpinggang. Pagi hari kami berdua turun sarapan, ternyata di ruang coffee shop sudah ada ketiga istriku. Kami duduk satu meja dan istri-istriku melayaniku mengambilkan sarapan di meja prasmanan. Ketiga istriku bergantian menasihati Atika. Mereka juga mengatakan bahwa Atika sudah seperti adik. Atika diminta tidak perlu sungkan-sungkan meminta tolong kepada istri-istriku, karena statusnya sekarang adalah sama yaitu istri Pak Argo, meskipun Atika masih sangat muda. Seharian kami berkeliling Bali menikmati berbagai tempat wisata. Rasa canggung Atika akhirnya mencair, dia bisa menyatu dengan istri-istriku lainnya. Aku bahagia menyaksikan ke empat istriku sangat akur dan saling tolong menolong. Kami banyak membuat foto-foto dengan latar belakang keindahan tempat-tempat wisata di Bali. Malam kedua di Bali, ketika aku mulai mencumbui Atika, dia terlihat seperti trauma. Aku agak lama menentramkan hatinya sampai akhirnya dia luluh dan pasrah terhadap semua cumbuanku. Pada malam kedua ini aku memperkenalkan cumbuan cunnilingus. Mulanya dia malu ketika aku mulai menciumi kemaluannya. Namun karena aku terus bertahan akhirnya dia pasrah dan mengikuti irama kenikmatan dari sentuhan lidahku ke clitorisnya. Atika merintih terus dan bergelinjang karena merasakan geli dan nikmatnya di oral. Mungkin batinnya belum dapat sepenuhnya menerima perlakuanku mengoral kemaluannya, sehingga batinnya berperang antara kenikmatan dan rasa malu. Akibatnya aku cukup lama mengoralnya sampai dia mencapai orgasme. Saat orgasme dia merintih lirih dan panjang. Aku memeluknya dan menanyakan apakah nikmat rasanya. Dengan malu-malu dia mengangguk. Setelah agak kurang rasa malunya dia kuajarkan posisi WOT. Atika masih terasa kaku ketika berada diatas tubuhku. Agak ragu dia menurunkan tubuhnya ketika penisku berada di pintu masuk vaginanya. Aku sudah melumasi jelly pelicin untuk mengurangi rasa sakit. Perlahan-lahan dia coba memasukkan penisku ke vaginanya sambil dia nyengir-nyengir khawatir sakit. Namun nyatakanya penisku terus terbenam sampai akhirnya mentok. Aku ajarkan dia melakukan gerakan naik turun. Karena ini adalah pengalaman pertamanya maka penisku sering terlepas dari liang vaginanya. Aku terpaksa membantu dia mengontrol gerakannya sehingga tidak sampai lepas. Rupanya makin lama tidak ada lagi kekhawatiran rasa sakit, malah rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhnya. Atika mulai bergerak mengikuti rasa nikmat didirinya sehingga ritmenya makin cepat dan bukan hanya gerakan naik turun tetapi juga menggeser maju mundur. Aku tidak menyangka, dia bisa mendapatkan orgasmenya pada posisi seperti ini sampai akhirnya dia memekik menandai kenikmatan puncak sudah melanda dirinya. Tubuhnya dijatuhkana menindihku. Aku menciuminya sementara dibawah terasa berkedut-kedut. Aku membalikkan tubuhnya dan giliran aku yang memompanya dengan gerakan tetap hati-hati. Atika mulai dapat merasakan nikmatnya berhubungan suami istri sehingga tanpa malu dia merintih nikmat sampai akhirnya dia mendapat orgasme lagi. Aku masih menahan diri untuk tidak ejakulasi. Paginya kami masih bermain lagi sampai Atika mendapat lagi orgasmenya. Selama 4 malam aku makin melancarkan lubang vagina Atika sehingga dia sudah melupakan rasa sakitnya. Nafsunya cepat bangkit dan tidak ada lagi rasa malu meski ruang terang benderang dia santai saja telanjang di hadapanku. Bersambung di bawah gan….
#8
Lanjutannya gan….. Hidup serumah dengan empat istri dari suku yang berbeda sesungguhnya tidak terlalu masalah. Perbedaan dari asal suku bahkan memberi hikmah terhadap jenis-jenis masakan khas daerah. Aku berembug dengan ke empat istriku untuk mencoba menggali masakan khas daerah masing-masing. Akhirnya kami sepakati, setiap hari sajian makanan dibuat berbeda-beda. Hari Senin masakan di rumah semua lauk versi Jawa Timur, lalu Selasa masakan Padang, Rabu masakan Sunda dan Kamis masakan Sulawesi khususnya Gorontalo. Akibat aturan menu baru itu, masing-masing istri jadi berusaha menggali resep masakan keluarga masing-masing. Hari selebihnya disajikan menu campuran. Kehidupan dengan 4 istri jadi lebih nikmat dan lebih rukun dengan ikatan masakan. Sesuatu hal yang kelihatannya sepele , malah menjadi pengikat kerukunan. Aku bersyukur sejauh ini bisa hidup rukun dengan ke empat istri. Istriku yang paling muda, Atika kemudian meneruskan studynya ke Universitas Indonesia. Dia memilih sendiri jurusan Matematika dan Ilmu Pasti Alam. Aku menyarankan agar Atika menunda dulu memiliki anak, sampai selesai kuliah. Lagi pula menjadi ibu pada usia belasan tahun, secara fisik belum benar-benar siap. Jika tamat kuliah diharapkan usia 22 tahun, rasanya sudah cukup matang untuk menjadi ibu. Atika setuju, dia juga tidak ingin kuliahnya terganggu karena direpotkan kehadiran anak. Dia mengikuti program KB. Aku tidak tahu dia memakai sistem apa, istri-istriku yang senior membantu mengurus masalah wanita itu. Industri garment dan perdagangan tekstil terus berkembang dan aku terlibat mencari industri tekstil sebagai pemasoknya. Kesibukan itulah akhirnya aku akrab dengan Liani, wanita keturunan China. Industri tekstil yang lumayan besar dan maju dikomandoi oleh Liani yang menurut pandanganku masih terlalu muda untuk tanggung jawab sebesar itu. Namun nyatanya industri yang dia pegang makin berkembang. Memang sebaiknya jangan under estimate terhadap tampilan. Aku sering ngobrol di kantornya di pabrik. Dari berbicara masalah bisnis, sampai akhirnya dia membahas topik yang mengejutkan. Dia bertanya mengenai agama Islam. Dari mulai yang sepele sampai akhirnya kami sering berdebat. Liani berasal dari keluarga yang menganut kepercayaan Konghuchu. Topik itu rupanya memikat hatinya sampai-sampai aku sering diminta datang ke kantornya untuk bertanya soal agama Islam. Jika aku tidak bisa, dia tidak ragu-ragu datang ke rumah atau ke tempat usahaku. Semua istriku sudah mengenalnya, terutama Chandra karena dialah yang paling sering berhubungan. Aku bertanya mengapa dia tertarik mengetahui mengenai Islam. Menurut Liani, dia kurang puas dengan hal-hal yang menjadi kepercayaan yang dipegang selama ini. Menurut dia banyak yang tidak logis dan bisa diterima akal, meski pun ajaran Konghuchu menganjurkan kebaikan. Aku tidak terlalu pakar seperti ustad sehingga aku menawarkan kepada Liani untuk aku perkenalkan kepada uztad yang lebih menguasai dibanding aku. “Ah Bapak kelihatannya sangat menguasai, saya lagi pula senang dengan cara bapak menjelaskan,” katanya. Aku memang punya latar belakang pendidikan pesantren 12 tahun di pesantren yang cukup punya nama di kota Babat Jawa Timur. Mungkin latar belakang pendidikan itu sehingga semua pertanyaan Liani bisa aku jelaskan berikut dalil-dalilnya. Tidak terasa sudah sekitar setahun Liani seperti berguru denganku. Aku menilai dari pertanyaan-pertanyaannya dia tertarik pada Islam. Benar saja dugaanku, Liani mengatakan dia sudah berketetapan ingin memeluk Islam dan langsung berhijab. Aku merinding mendengarnya dan terharu. Liani adalah sosok yang cukup tinggi pendidikannya, dia menuntut perguruan tinggi di Prancis, Toulouse University sampai mendapat S-2. Wanita keturunan China ini sangat memegang teguh pendiriannya dan orangnya sangat perfect. Oleh karena itu dia sering terkesan kaku dan cerewet terhadap pegawai-pegawainya. Mungkin karena itu sampai usia yang seharusnya sudah berumah tangga dia belum punya pacar. Padahal sosoknya tinggi, sekitar 170, mukanya cukup cantik dan tubuhnya cukup proporsional lah. Aku sangat terkesan ketika melihat dia mengenakan jilbab. Wajahnya kelihatan imut dan makin cantik. Liani bercerita bahwa tentangan dari keluarga besarnya luar biasa. Sampai-sampai siapapun yang menentangnya di tantang berdebat. “ Syukur yang mereka persoalkan saya sudah kuasai,” katanya tersenyum-senyum. Liani akrab dengan Sabrina, meskipun dengan yang lainnya dia cukup bersahabat. Otak mereka berdua memang cocok, apalagi kalau bicara soal bisnis. Aku dengar-dengar mereka berdua sedang membangun bisnis. Aku kurang mengikuti kegiatannya. Yang sering aku lihat mereka sering jalan berdua, sebab Liani sering menjemput Sabrina. Yang membuat aku lebih trenyuh, dia menyesuaikan dengan kebiasaan istri-istri kalau pamit mau pergi mencium tanganku. Liani pun melakukan itu kepadaku. “Suatu malam ketika aku tidur berdua dengan Sabrina dia mengatakan, “ Pak Liani itu mengagumi sosok Bapak dan dia tidak habis pikir kita-kita istri Bapak kok akur gak sirik-sirikan, pak lamar aja dia saya udah rembukan ama ibu-ibu mereka semua setuju, mau pak ya.” Aku langsung bangkit duduk karena terperanjat. Jujur selama ini meski aku akrab dengan Liani, tetapi tidak sedikitpun terbersit ingin menyuntingnya. “Aku ini kan sudah punya 4 istri, masak sih masih nambah lagi, emangnya kalian gak takut perhatianku jadi makin banyak terbagi.” kataku serius. “Ah enggak kok, kalau saya pribadi, rasanya perhatian Bapak kepada saya penuh, kayak saya adalah satu-satunya istri bapak. Eh tapi kalau saya tanya yang lainnya juga sama kok. Malah rasanya kami seperti kakak beradik, sakit sama dirasa, senang sama dinikmati,” kata Sabrina. “Ok lah seandainya aku terima saran kamu, apakah Liani mau, jadi istri ke 5 lho, bukan ringan predikat itu, apalagi Liani bukan orang kampung yang ingin meningkatkan derajat,” kataku. “Saya sih belum terus terang tanyakan, tapi perasaan saya dia mengagumi bapak banget lho, sering banget dia tanya-tanya tentang bapak,” kata Sabrina. “Pak perasaan wanita itu sensitif, orang belum ngomong aja kita udah tau apa yang dirasakan,” kata Sabrina. “Ok lah kalau begitu, besok kita kumpul semua, aku ingin mendengar pendapat kalian, aku tidak mau ada ganjalan dalam rumah kita, jadi semua keputusan harus kita mufakatin,” kataku. Pada pertemuan itu malah tidak seorang pun istri-istriku yang menentang, sebaliknya malah mendukung. Yang makin aku tambah heran istriku yang paling muda malah memberi alasan positif terhadap ku jika menyunting cewek mualaf itu. Sulit rasaku melawan 4 suara yang bulat, sehingga aku pasrah, tetapi aku tidak mau ikut campur soal membujuk Liani. Aku membatin dalam hati, suka juga sih punya istri cantik seperti Liani. Tapi aku jadi agak kurang percaya diri karena Liani adalah pengusaha yang cukup berhasil. Industri tekstil yang dikomandaninya itu sudah menjadi milik pribadinya, saham semua keluarga nya sudah dibelinya. Kalau pun dia mau cari suami, tidak sukar, karena Liani orangnya smart, cantik, tinggi, bahkan kulitnya mulus seperti artis cantik Korea. Entah hari apa aku lupa, Sabrina yang baru pulang langsung berlari menemuiku. Setelah mencium tanganku sambil terengah-engah dia cerita. “Pak Liani mau dilamar Bapak, dia malah tanya kapan mau dilamar, eh tapi dia mau ketemu bapak dulu secara pribadi.” Aku mengatur waktu bertemu dengan Liani di restoran Jepang yang memiliki ruang makan bersekat-sekat. Hari itu Liani datang sendiri aku jemput dia lalu kami masuk kekompartemen. Setelah itu kami duduk tenang dan mengambil nafas. Berlanjut di bawah gan….
#9
Lanjutannya gan…. Aku menawarkan makan terlebih dahulu baru ngobrol. Liani terlihat tidak tenang makan cuma sedikit. Setelah makanan di clear up. Aku membuka pembicaraan dan akhirnya Liani menyampaikan sesuatu yang katanya perlu aku pertimbangkan sebelum melamar dirinya. Ternyata dia mengatakan bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi. Pacarnya ketika masih study di luar negeri yang merengutnya. Setelah itu dia mengaku masih berpacaran lagi dengan seorang Jerman. Liani menceritakan keadaan dirinya sambil berlinangan air mata. “Masa laluku tidak bersih Pak, saya ikhlas menerima apa pun putusan bapak. Saya sudah bertobat dan minta ampun kepada Tuhan setelah saya masuk Islam,” kata Liani. Aku sempat terkejut juga mendengar pengakuan Liani. Aku pikir wajar saja seorang wanita yang jauh dari pengawasan orang tua, apalagi hidup di lingkungan yang membiarkan terjadi sex bebas. “Bagi saya itu tidak ada masalah, karena saya bisa mengerti dan itu tidak menghalangi niat saya melamar Liani. Bagi saya yang paling penting adalah taubat itu, karena kita manusia bisa melakukan kesalahan tanpa disadari, atau pengaruh lingkungan sehingga kita berbuat kesalahan,” kataku tenang. “Namun semua yang diungkapkan ini tolong tetap dijaga kerahasiaannya, sehingga hanya kita berdua saja yang tau, saya tidak akan ungkapkan kepada istri-istri saya. Ini adalah masalah martabat,” kataku. Ditariknya tanganku lalu dia cium sambil terisak-isak. Saya menduga dia menangis karena bahagia perasaannya sudah plong. “Hati bapak yang begini inilah yang membuat saya akhirnya mau menjadi istri, meski pun itu istri kelima, saya terus terang iri melihat ketentraman semua istri-istri Bapak, saya tahu Bapak tidak memanjakan mereka secara materi, karena mereka semua sudah mempunyai usaha yang besar. Bapak memang benar-benar bisa mengayomi istri-istrinya,” kata Liani. Pada pertemuan itu sekaligus kami bicarakan soal bagaimana aku melamarnya dan bersilaturahmi dengan keluarga besarnya. Mereka memiliki tata cara sendiri untuk menerima lamaran. Keluarga Liani bukan menerima lamaran di kediaman mereka tetapi pertemuan di suatu restoran. Aku agak janggal juga melamar dan bersilaturahmi di restoran di mana banyak orang lain di sekitar kita yang tidak ada kaitannya dengan urusan kami. Pada lamaran itu baru kukenal kedua orang tuanya, saudara sekandungnya dan keluarga besarnya. Meskipun mereka bertemu dengan keluarga besarku, tetapi aku menangkap pandangan sinis dari keluarga mereka, mungkin soal aku punya istri banyak. Diputuskan acara akad nikah dan resepsinya tergantung kesepakatan antara aku dan Liani. Aku dan semua istriku melakukan rembukan bersama juga Liani. Kami membicarakan tempat pernikahan. Liani sudah menyatakan keluarga mereka tidak mau acara itu diselenggarakan di kediamannya. Jika diselenggarakan di rumah ku juga janggal rasanya. Istriku yang paling muda, Atika mengusulkan dirayakan di panti asuhan sekaligus memberi makan anak yatim. Ini suatu ide yang luar biasa dan sama sekali tidak terpikirkan oleh kami semua. Semua setuju, masalahnya harus dicari panti asuhan yang kelihatannya kurang mendapat santunan. Aku setuju dan menugaskan anak buahku mencari panti asuhan kampung yang kondisinya memprihatinkan karena jauh dari kota besar. Beberapa panti diusulkan dan akhirnya kami memilih panti yang berada di satu kampung di Banten sana. Keadaannya memang memprihatinkan, mungkin karena letaknya di pelosok. Untuk memantapkan rencana, aku berkunjung dahulu ke panti tersebut bertemu dengan pengurusnya. Pengurusnya terperanjat ketika kami utarakan maksud kami menyelenggarakan acara pernikahan sekaligus resepsi. Pak Drajat pengurus panti itu mengatakan, tempatnya tidak memiliki aula, listriknya juga kapasitas kecil. Aku jelaskan masalah itu bukan halangan, yang penting kami mendapat izin. Dengan senang hati Pak Drajat mendukung. Aku lihat disamping panti itu ada tanah kosong cukup luas, yang mungkin bisa untuk mendirikan tenda. Aku dan Liani sepakat mengeluarkan biaya cukup besar untuk acara itu, kami mensetarakan biaya itu dengan jika kami adakan di Balai Kartini Jakarta dengan undangan 2.000 orang. Kami bukan mau acara di panti asuhan itu sangat mewah, tetapi biaya pernikahan kami sebagian besar kami sedekahkan untuk beberapa panti di sekitar itu. Semua didatangkan dari Jakarta, mulai tenda ukuran besar, genset, AC, dekorasi. Soal catering Sabrina yang mengambil peran. Dia sudah merancang 5 kelompok makanan sesuai dengan asal suku istri-istriku. Dengan demikian ada menu makanan khas Jawa Timur, Padang, Sunda, Sulawesi dan Chinese Muslim. Menu makanan itu dikelompokkan di pondok dengan masing-masing 7 macam menu. Selain masalah catering yang unik, aku didudukkan dipelaminan, tetapi yang mendampingi di kiri dan kanan adalah istri-istriku. Di sisi kiri duduk Chandra dan Sarinah di sisi kanan duduk Sabrina dan Atika. Undangan dari Jakarta tidak terlalu banyak hanya sekitar 6 bus besar. Sebagian besar tamu adalah penduduk di sekitar, anak-anak panti dan panti-panti dalam radius 20 km. Pesta perkawinanku dengan Liani lebih banyak dibanjiri oleh tamu anak-anak yatim piatu. Mereka mondar mandir mencicipi berbagai makanan. Sampai acara selesai, makanan yang tersisa masih cukup banyak. Sabrina terlalu berlebihan menyiapkan makanan. Panitia sudah menyiapkan packing untuk wadah makanan itu yang kelak akan dibawa ke panti-panti asuhan. Yang kami habisnya biaya untuk pesta semeriah itu, tidak sampai separuh dari dana yang dialokasikan. Kelebihan dana itu kami bagikan untuk perbaikan sarana beberapa panti yang terpilih sehingga kelihatan lebih layak. Keluarga besar Liani hanya terheran-heran saja melihat set pesta kami. Mereka menyalamiku dan Liani dan mengatakan gagasan yang luar biasa dan sangat terpuji. Aku memang banyak mendapat pujian seperti itu, Semua keluarga mertuaku aku undang termasuk yang dari Gorontalo. Salah satu tamu yang datang adalah teman akrabku ketika masih kuliah dulu. Dia memang paling konyol. Ternyata kekonyolannya masih belum hilang. Ketika menyalamiku, dia setengah berbisik, “Go kamu mesti punya istri 34 orang, sesuai dengan jumlah provinsi, kalau ada pengembangan provinsi kamu tambah lagi, “ katanya bercanda konyol. Malam pertama dengan Liani kami sepakati tidak di Jakarta, atau di Bali. Liani menyarankan liburan selama seminggu ke Maladewa. Mendengar Maladewa, istri-istri yang lain tidak mau ditinggal. Mereka mau ikut juga, karena semuanya belum pernah ke sana dan mengetahui penginapan di atas lautnya indah sekali. Kami mendapat bungalow diatas laut dan kebetulan satu kelompok 3 bungalow. Aku menempati bungalow bersama Liani di tengah sedang di kiri tinggal Sabrina dan Sarinah di kanan Chandra dengan Atika. Bungalownya cukup besar karena didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan pantry. Kami merencanakan tinggal di situ untuk 3 malam. Tidak ada kegiatan lain selain tinggal menikmati keindahan pemandangan laut. Alam Maladewa di sisi lain kurang menarik, karena negara ini miskin sehingga banyak daerah kumuh. Malam pertama aku habiskan dengan mereguk kenikmatan dengan Liani. Dia melakukan cumbuan dan service habis-habisan. Aku dimintanya diam tidur telentang, Liani mulai mengolah mulai mencium bibirku, lalu menjilati kedua puting dadaku dan akhirnya mengoral kemaluanku. Setelah itu dia naik keatas tubuhku lalu melakukan permainan WOT, sampai dia mencapai kepuasan. Liani heran kenapa aku bisa tidak ejakulasi, padahal permainan itu tadi berlangsung cukup lama. Dia kayaknya menyalahkan dirinya, “Pak vaginaku sudah longgar ya maka Bapak tidak merasa nikmat,” katanya merendah. Aku katakan bahwa vaginanya masih kencang dan terasa menjepit, tetapi aku memang menahan diri untuk tidak terlalu banyak ejakulasi. Aku sudah mendapatkan orgasme tanpa ejakulasi, kataku. Dia agak kurang mengerti, tetapi pada situasi seperti itu tentu tidak tepat memberi kuliah. Posisi dibalik menjadi MOT dan aku berusaha memacu Liani sampai Liani terengah-engah dan mencapai orgasme yang katanya nikmatnya luar biasa. “Pak saya ingin jujur, saya belum pernah mendapat orgasme seperti barusan dengan Bapak. Tadinya sayang menyangka permainan Bapak biasa-biasa saja. Saya heran ketika Bapak mengambil kendali, kenapa bisa saya cepat orgasme, bahkan lebih cepat dari ketika saya yang kendali,” kata Liani. Aku jelaskan kepada dia bahwa hubungan suami istri itu tidak perlu terlalu lama, yang penting berkualitas dan sebisa mungkin waktunya sesingkat-singkatnya. Kulit kelamin wanita dan pria adalah sangat tipis dan sensitif, jika terlalu lama digesek-gesekkan bisa menimbulkan luka dan menimbulkanlecet serta rasa sakit. “Jika sebentar tapi hasilnya berkualitas, buat apa berlama-lama,” kataku. “Aku merasa pengetahuan sexku diatas Bapak, tetapi ini membuktikan bahwa Bapak lebih luas pengetahuannya,” kata Liani. Aku masih memacu satu kali lagi sampai Liani mendapatkan 3 kali orgasme dan akhirnya dia menyerah karena badannya lelah dan mengantuk. Sementara itu aku masih tetap fit karena menahan ejakulasi sperma. Liani tidur telentang dalam keadaan bugil. Tubuhnya putih, kemaluannya ditumbuhi rambut yang cukup lebat berwarna hitam sehingga kontras dengan kulit putihnya, Payudaranya tidak terlalu besar, sehingga tegak menantang dengan ujung nya dihiasi puting berwarna merah muda. Malam itu sampai pagi kami istirahat, pagi-pagi sekali Liani sudah membangunkanku dengan oralnya sampai akhirnya dia mendapat dua kali orgasme lagi. Setelah itu dia tidak habis-habisnya mengagumiku yang masih mampu bertahan dengan penis yang keras sempurna tetapi tidak ejakulasi. Di hari kedua kami hanya bermain-main di laut sambil memancing. Setelah makan siang, kami istirahat. Aku ditarik Sarinah ke bungalownya. Dari sorot matanya aku tau bahwa siang ini dia menginginkanku. Melihat aku ditarik masuk ke kamar, Sabrina buru-buru mau keluar. Sarinah menahannya malah dia minta pintunya ditutup. Sarinah ingin bermain 3 some lagi kali ini bersama Sabrina. Mulanya Sabrina malu dan agak kikuk, namun setelah diajak Sarinah akhirnya kami bugil bertiga dan keduanya mendapat jatah yang sama masing-masing 2 kali orgasem, sementara aku masih terus bertahan tidak muncrat. Mereka berdua tepar kelelahan. Aku membersihkan diri ke kamar mandi lalu menutup kedua tubuh bugil itu dengan selimut dan aku keluar. Di bungalowku kosong , Aku lalu menuju bungalow tempat Sabrina, ternyata Liani ada disana mereka sedang menggosip di tempat tidur bertiga. Dari sorot mata Chandra aku menangkap ada keinginan untuk dipuaskan. Dia melihatku lalu aku mengangguk. Chandra sudah kenal betul dengan kemampuanku bertempur. Chandra menutup pintu sehingga di dalam kamar kami berempat, aku dan ketiga istriku. Chandra lalu buka suara dia mengatakan bahwa aku adalah milik mereka bertiga sebagai istrinya. Semua punya hak yang sama, oleh karena itu Chandra mengajak Liani dan Atika bersama-sama melayaniku. Atika bertanya agak ragu, apakah bertiga istri Bapak sama sama melayani, lantas apa Bapak mampu. Aku biarkan mereka berdiskusi dan aku minta diri dulu keluar merokok sambil duduk di teras menghadap laut. Aku sebenarnya tidak merekok, tetapi melakukan meditasi dan melakukan olah nafas, karena akan mendapat lawan berat dan langsung 3 orang. Sekitar 15 menit, aku merasa badanku lebih fit. Aku lalu masuk ke kamar mereka. Ketiga mereka sudah tidur satu tempat tidur sambil berselimut hanya tinggal leher ke atas yang terlihat. Aku menduga di balik selimut itu ketiga istri tidak mengenakan apa-apa lagi. Aku memulai mencium istriku yang paling muda dalam hal usia, yaitu Atika Aku mengenakan sarung dan hanya berkaus oblong hitam. Setelah Atika agak naik birahinya aku pindah ke sebelahnya yang kebetulan berbaring adalah Chandra. Aku naik ke tubuhnya dan masih di luar selimut. Chandra membalas ciumanku dengan ganas. Setelah Chandra giliran berikutnya adalah Liani. Dia sudah siap menerima cumbuanku sehingga ketika aku cium tangannya langsung memeluk tubuhku dan berusaha melepaskan sarungku. Aku tinggal mengenakan celana dalam dan kaus. Chandra bangkit melepas celana dalamku dan Atika mendapat bagian melepas celana dalamku. Senjataku telah tegak siap tempur dan pemanasan kurasa sudah memadai meski belum maksimal. Aku memulai menindih Chandra yang berada di tengah lalu tangan Chandra menggenggam penisku diarahkan memasuki vaginanya. Aku merasa lama-lama penisku tenggelam dilahap penisnya. Aku memainkan gerakan naik turun dan mencari posisi yang dirasanya nikmat. Awalnya Chandra tidak bersuara, tetapi beberapa saat kemudian mulai mengerang dan akhirnya mencapai orgasmenya. Aku cium bibirnya sambil menunggu orgasmenya tuntas. Setelah itu aku berpindah ke istriku yang masih ranum, Atika. Dia sudah membuka kedua belah pahanya dan langsung menangkap penisku dan dituntunnya memasuki vaginanya. Setelah penisku masuk lalu aku bergerak lagi naik turun menunjam ke vagina Atika dia langsung merintih nikmat khas rintihan orang sedang melakukan hubungan badan. Atika pun tidak bertahan lama dia langsung menjerit lirih. Aku merasa denyutan di vaginanya dan bibirnya langsung aku sedot sampai tuntaslah orgasmenya. Giliran Liani, aku minta dia mengambil peran diatas. Dia paham lalu jongkok diatas tubuhku dan memasukkan penisku kedalam vaginanya. Dia bergerak naik turun sambil mendengus-dengus. Rupanya posisi itu banyak menguras tenaga, sehingga mengganti gerakan maju mundur membuat penisku terasa dibetot-betot. Gerakan itu memberi sentuhan maksimal baik di clitorisnya maupun di gspotnya. Tidak lama Liani pun ambruk. Kali ini aku ingin menuntaskan nafsuku dengan berencana memancarkan air mani, Aku memilih Atika untuk aku setubuhi lagi . Dia tampaknya sudah standby sehingga aku dengan mudah dipeluknya. Aku bermain dengan dia penuh kosentrasi , maka dengan mudah kucapai kepuasan dan ejakulasi. Mungkin Atika juga merasakan nikmat juga liang vaginanya aku siram sperma hangat. Aku tergeletak lelah. Ketiga mereka dengan tetap bugil membersihkan bekas cairan di sekitar kemaluanku dengan handuk basah dan dengan handuk lainnya menyeka badanku sehingga bekas keringat dihapuskan. Tidak terasa bahwa aku tertidur di kamar Chandra dan Atika. Ketika aku terbangun, dari jendela terlihat sudah mulai gelap. Mereka bertiga masih tidur berhimpit-himpitan denganku satu tempat tidur berempat. Setelah semua terbangun, aku mengajak mereka semua mandi bersama-sama. Ideku disetujui lalu kami beriringan sambil tetap telanjang masuk ke kamar mandi. Aku dimandikan bagaikan bayi. Bukan hanya badanku dibersihkan tetapi penisku sesekali disedot oleh Liani bergantian dengan Chandra. Nikmat juga tetapi tidak sempat sampai tegak berdiri kami mengakhiri mandi bersama. Malam itu aku masih sempat bermain sekali lagi dengan Liani dikamar kami. Istri terbaruku ini terheran-heran atas kemampuanku menghadapi 5 istri dalam satu siang saja. Dia duga aku memiliki semacam ilmu gaib. Tentu saja aku sangkal dan kuterangkan bahwa kemampuanku itu ditopang oleh pengendalian diri dari pengolahan nafas. Keesokannya sepanjang hari tidak ada yang dilakukan selain makan. Maka waktu-waktu senggang kemudian diisi dengan persetubuhan. Jika kemarin aku berhadapan langsung dengan 3 istriku, kali ini kelima istriku bersama-sama mengeroyokku. Kesempatan itu aku unjuk kekuatan dengan pengendalian diri dan olah nafas, semuanya bisa kutaklukkan tanpa aku berejakulasi. Kelihatannya agak berlebihan, tetapi pembaca yang paham soal pengolahan nafas dan bermeditasi, hal yang aku capai itu dapat dipahami. Berlanjut di bawah gan….
#10
Lanjutannya gan…. Sampai di sini saya rasa pembaca sudah jenuh, tetapi saya tidak bisa berhenti bercerita karena ceritanya masih panjang. Membosankan atau tidak apa boleh buat, karena memang saya harus ungkapkan, karena di bagian ini saya akan bercerita bagaimana saya bisa menambah istri satu lagi menjadi 6. Sungguh saya sudah merasa sangat cukup memiliki 5 istri yang semuanya cantik-cantik, budi pekertinya luhur dan sangat teliti memperhatikan suami. Kalau ditanya apakah saya kewalahan dengan 5 istri. Dalam apa pun saya tidak merasa kewalahan. Dalam memberikan kasih sayang, saya tidak menjatah-jatah, semuanya saya lakukan sewajar-wajarnya. Kalau soal sex, ah sama sekali tidak. Saya menikmati secara nomal, tidak maksa. Pemenuhan kebutuhan sex untuk istri ukuran adilnya bukan soal, kalau si A mendapat jatah 2 kali seminggu, maka si B, C, D dan E juga harus dapat 2. Adil dalam soal sex bukanlah kuantitas seperti angka, tetapi adalah kualitas kasih sayang yang tulus. Sex adalah puncak rasa kasih sayang antara suami dan istri. Manusia diciptakan berbeda-beda, ada yang makan harus dengan nasi baru bisa kenyang, tetapi ada juga yang cukup makan roti sudah kenyang, atau kalau tidak makan bubur sagu tidak merasa sudah makan. Itulah keanekaragaman manusia, yang diciptakan dengan keunikan dan kebutuhan yang berbeda. Dalam soal sex juga begitu. Istri saya ada yang merasa sudah terpenuhi kebutuhan sexnya dengan hanya berhubungan sekali dalam sebulan, ada juga yang dia menginginkan saat-saat tertentu yang itu mungkin bisa sekali seminggu, tetapi di lain bulan dia hanya butuh sekali saja. Saya bukan superman, yang harus bisa melakukan hubungan sex setiap hari bahkan sehari sampai 3 kali, seperti minum obat. Pria yang memiliki istri lebih dari satu, bukan karena dia hiper sex yang setiap waktu menginginkan hubungan sex, sehingga perlu menambah terus istrinya, dan dia bisa berganti-ganti perempuan setiap kali libidonya naik. Sex adalah kebutuhan sesaat yang terpuaskan hanya dalam waktu beberapa menit saja. Keindahan poligami adalah karena suami disayang lebih dari seorang wanita dan dilayani oleh beberapa wanita sesuai dengan kelebihannya masing-masing, ada yang pinter masak, ada yang ahli memijat, ada yang bisa diajak diskusi, dan ada yang mau membantu menguruskan beberapa urusan misalnya masalah bisnis, bernegosiasi dan lain sebagainya. Rasanya tidak perlu lah berpanjang-panjang saya bercerita soal ini, karena saya kini menghadapi dilema. Istri saya menyodorkan seorang wanita lagi untuk menjadi istri. Bagaimana tidak pusing. Semua istri saya uniknya malah mendorong saya agar menikahi wanita yang mereka sodorkan. Orang luar melihatnya saya bagaikan laki-laki tamak yang tak puas-puas menambah istri terus. Padahal itu semua bukan kemauan saya. Ketika usia 40 tahun saya sudah beristri 5 orang. Rasanya jumlah istri saya itu sudah lebih dari cukup. Bukannya saya kewalahan, membiayai istri-istri saya, sebab justru mereka yang membawa bisnisnya bergabung ke bisnis saya, Sebetulnya kalau berpoligami seperti itu, kan sebaiknya malah sebanyak-banyaknya beristri. Tidak ada grand disain, tidak ada skenario, tetapi nyatanya kelima istri saya berasal dari suku yang berbeda-beda. Makin unik lagi ketika seorang wanita bermarga Hasibuan asal keluarga Tapanuli Selatan Sumut disodorkan oleh Sarinah kepada ku. Menurut Sarinah wanita yang panggilannya Uli Marlina adalah seorang pengusaha farmasi. Dia mewarisi usaha keluarganya berupa beberapa apotek. Uli memang sarjana farmasi. Uli adalah sahabat lama Sarinah, yang bertemu kembali setelah lama tidak saling kontak. Meski secara harta, Uli tidak ada masalah, tetapi kehidupan asmaranya sangat memprihatinkan. Dua kali dia gagal membina hubungan dengan pria. Tragisnya dua kali itu pula dia ditinggal kekasihnya dengan mengawini wanita lain. Sulit baginya untuk tidak patah hati. Bukan sebentar dia membina hubungan yang akhirnya kandas. Sarinah bertemu dengan Uli ketika wanita Batak Mandailing itu sedang ancang-ancang mengakhiri hidupnya. Cerita galau ini dibawa Sarinah ke para madunya. Dalam rapat yang dirahasiakan dari saya, mereka bersepakat menolong Uli. Namun itu masih keputusan sementara, karena perlu ada penelitian khusus oleh lebih dari dua orang selain Sarinah. Maka Bu Chandra dan Sabrina bersama Sarinah bertemu di satu tempat. Mulanya Uli tidak mengetahui bahwa wanita-wanita yang bersama temannya Sarinah itu adalah para madu. Semua kesialan hidup Uli ditumpahkan kepada wanita-wanita itu. Uli ingin mengurangi beban pikirannya sehingga dia senang sekali mendapat kesempatan curhat. Sambil mendengar curhatan, para istri pak Argo ini juga menilai kepribadian Uli, apakah dia cocok untuk menjadi istri Pak Argo. Kesimpulannya Uli lolos bisa menjadi anggota keluarga baru. Secara kepribadian dia sebenarnya cukup kukuh, penampilan fisik tidak mengecewakan, karena cantik dan tubuhnya langsing. Dengan susunan kata-kata yang canggih, suatu kelebihan yang dimiliki Sabrina, Uli ditawari menjadi istri Pak Argo. Mulanya Uli tidak mengenal siapa itu pak Argo dan dia pun tidak menyangka bahwa yang berbicara dengannya itu adalah sebagian dari istri pak Argo. Setelah akhirnya dia tahu bahwa dia dicadangkan menjadi istri ke enam oleh istri-istri pak Argo, rasanya Uli hampir pingsan karena keterkejutannya. Lama dia tidak bisa berkata-kata. Sepintas pun dia tidak pernah membayangkan menjadi istri ke enam. Uli terhenyak cukup lama, karena tidak tahu harus berkata apa. Bu Chandra memberi kesempatan berfikir pada Uli bahkan mengajak Uli anjangsana ke kediaman pak Argo. Meski agak jengah juga menerima tawaran menjadi istri ke enam, apalagi mengunjungi markas besar para istri-istri itu, tetapi karena rasa sungkan kepada sahabatnya Sarinah, akhirnya Uli mau juga berkunjung. Apa yang dibayangkan Uli seperti terbalik dengan kenyataan yang dia lihat. Tidak ada rasa iri, rukun semua, dan kelihatan sejahtera, semua terurus dengan baik. Uli berkenalan dengan istri-istri Pak Argo yang lain. Terlihat jelas bahwa istri-istri Pak Argo bukan orang miskin yang diangkat derajatnya setelah menjadi istri. Mereka semua terlihat smart. Goyah juga pendirian Uli, dari yang tadinya merasa jijik jadi bisa menerima kenyataan malah hati kecilnya mendorong dia bergabung. Ketika diperkenalkan kepada Pak Argo, Uli terkesan sosoknya yang kalem dan rendah hati. Sulit rasanya membenci penampilan Pak Argo, meskipun dia adalah pria yang sudah sangat dewasa. Pak Argo ketika menerima permintaan para istrinya untuk menambah istri lagi yaitu si Uli Marlina. Tidak serta-merta pula diterima. Pak Argo ingin berbicara lagi dengan Uli disaksikan semua istrinya. Pertemuan itu akhirnya terlaksana pada suatu hari Minggu siang. Pak Argo menanyakan kebenaran Uli mau dipersunting sebagai istri ke enam. Tanpa ragu Uli menjawab positif, dia pun sudah mempersiapkan semua alasan dan jawaban menghadapi cercaan keluarga besarnya serta orang-orang disekelilingnya. Dipersingkat saja Uli sudah resmi menjadi istri keenam Pak Argo. Uli makin bisa menjadi dirinya sendiri menghadapi berbagai sinisme orang. Nyatanya dia merasa hidup lebih tenang dan damai mempunyai saudara yang sangat memberi perhatian dan kasih sayang. Di usia ke 42 Pak Argo mempersunting Uli yang kala itu sudah memasuki usia 29 tahun. Bagi kebanyakan orang usia seperti itu sudah agak telat membina rumah tangga, tetapi Uli menyelamatkan usianya dengan bergabung bersama istri-istri Pak Argo. Perkawinan saya dengan Uli tidak diselenggarakan pesta, resepsi . Kami hanya kenduri makan besama usai ijab kabul dilaksanakan. Bukan hanya keinginan saya, tetapi Uli juga maunya begitu. Banyak keluarganya yang menentang Uli menjadi istri ke enam, tetapi menurut Uli kepada saya mereka hanya bisa menentang, tetapi tidak bisa merasakan bahkan tidak juga memberi jalan ketika saya dua kali ditinggal kawin. Saya memahami mengapa laki-laki meninggalkan Uli, Setelah saya bergaul dan saya gauli sebagai istri saya, dia orangnya memang keras dan kokoh pada pendiriannya. Sulit berkompromi, apalagi jika ditentang secara frontal, dia bukan tipe wanita lemah lembut, manja dan mudah menyerah. Namun dia tetap secara kodrat adalah perempuan yang tidak mampu menghindari kasih sayang. Selama menjadi istri saya, dia sama sekali tidak pernah sekalipun memperlihatkan kegarangannya. Entah mengapa dia luluh begitu saja di hadapan saya. Berlanjut dibawah gan….
#11
Lanjutannya gan….. Saya harus bercerita soal satu ranjang dengan dia diawal perkawinan kami, karena ini berkaitan dengan melemahnya dia setelah menjadi istriku dan hilang kegarangannya yang selama ini ditunjukkan kepada lingkungannya. Malam pertama setelah pernikahan kami, aku menangkap kegalauannya dan kekakuan sikapnya. Aku mencoba mengikuti pola pikirnya ketika untuk pertama kalinya tidur sekamar. Dia masih mengajakku berdiskusi mengenai berbagai hal, utamanya soal bisnis. Dia tahu aku menguasai bidang-bidang bisnis istri ku dengan baik. Uli kelihatannya mengagumiku bisa mengajak Liani, yang menurut dia itu suatu maha karya ku. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku tidak pernah memaksakan kehendak kepada semua istriku, juga mereka yang akan aku nikahi, aku jelaskan prinsipku bahwa apapun yang dilakukan harus memberi manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aku agak sedikit nakal dengan mengatakan, bahwa meskipun ini malam pertama, bagi Uli dan sudah menjadi hak ku menggauli istri, tetapi aku akan pasrahkan keputusan apakah Uli ingin tidur bersamaku dan bergaul sebagaimana lazimnya suami istri atau ada keinginan lain. Sebagai wanita yang cepat paham oleh makna di balik kata-kata Uli akhirnya melemah dan mukanya merah, mungkin karena malu.”Pak terus terang aku takut, malu dan tidak tahu harus berbuat bagaimana sebagai seorang istri, aku pasrahkan hidupku juga tubuhku kepada Bapak dan semua yang bapak perintahkan akan saya turuti. Saya ingin mencapai sakinah mawardah warohmah bersama bapak,” katanya dengan mata berkaca-kaca. Kupeluk tubuhnya lalu kucium keningnya, dia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Waktu itu kami berdua duduk berdampingan di sofa di kamarku. “Uli sekarang adalah istriku yang sah, aku tentu tidak akan menjatuhkan martabat istri-istriku, sebaliknya semua istri-istriku harus mempunyai martabat yang mulia, jadi apapun yang kulakukan kepada istriku semuanya demi kebaikan bersama,” kataku. “Iya pak saya pasrah, saya harus bagaimana Pak,” tanyanya sambil menengadahkan kepalanya. “Izinkan aku membuka baju kamu satu persatu ya,” ujarku. Uli mengangguk lemah. Aku lalu membuka bagian atas bajunya lalu jilbabnya, setelah itu rok panjangnya. Uli tinggal mengenakan kutang dan celana dalam. Aku pun melepas semua pakaianku tetapi tetap meninggalkan celana dalamku. Aku membimbingnya ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku membuka BH nya lalu menurunkan celana dalamnya. Mulanya dia merasa malu sehingga menutup payudaranya dan kelaluannya dengan tangannya. Aku biarkan dia sebentar mengikuti nalurinya, karena mungkin ini pertama kalinya dia telanjang di depan laki-laki. Aku minta dia membuang air seninya di toilet dan membersihkan bagian kewanitaannya. Aku bukan mau berlaku curang dengan tetap menyembunyikan kemaluanku dari pandangannya. Sebab aku menghindarkan dia terkejut melihat kemaluan laki-laki. Perempuan berbeda dengan laki-laki. Jika laki-laki penasaran ingin melihat kemaluan wanita dan itu akan menambah rangsangan. Sebaliknya bagi wanita, umumnya malah takut melihat kemaluan laki laki untuk pertama kalinya. Bukan malah terangsang tetapi malah dia bisa kehilangan nafsunya karena takut. Yang terbayang segera adalah benda itu akan masuk ke dalam tubuhnya dan tentunya itu akan menyakitkan. Setelah dia membersihkan bagian kewanitaannya. Aku bimbing kembali ke peraduan dan kubaringkan lalu aku selimuti. Aku lalu ikut masuk kedalam selimut dan memeluknya. Aku menciumi keningnya, lalu pipinya dan akhirnya bibirnya. Kelihatannya gairah Uli sudah mulai bangkit. Aku menciumnya dengan lembut. Dia menerima ciumanku dan membalasnya dengan lembut. Kami berciuman sekitar 5 menit. Terus terang waktu itu sebetulnya sangat lama bagiku, karena aku tidak merasakan nikmat sebetulnya berciuman bibir itu, Namun bagi wanita itu adalah pintu masuk meningkatkan birahi. Nafasnya sudah mendengus-dengus sebagai pertanda dia sudah terangsang. Dadanya aku elus-elus. Terasa kenyal dan lumayan juga besarnya. Pentil susunya aku usap-usap. Uli menggelinjang menahan rasa geli yang juga nikmat. Aku pelintir putting kiri dan kanannya bergantian lalu meremas secara lembut bongkahan dadanya yang montok. Uli sudah mulai mendesis tanpa dia sadari, karena libidonya makin tinggi. Aku ciumi dan menelusuri turun ke leher lalu hinggap di puting kiri dan kanan. Uli mulai tidak karuan bergerak mengikuti desakan birahinya. Dia makin mengerang ketika lidahku bermain di pentil susunya. Tanganku menjamah segitiga dibawah dan merasakan betapa lebatnya bulu di kemaluannya. Belahan kemaluannya terasa lembab dan ketika jariku menuruni lipatan aku merasakan adanya bibir dalam (labia minora) yang agak bergelambir. Bibir dalam itu agak menonjol keluar lipatan. Banyak orang mengira melihat tonjolan keluar dari lipatan itu adalah clitoris. Aku kuak kedua bibirnya dan menjamah lipatan lebih ke dalam. Terasa celah itu berlendir kental. Vaginanya sudah siap untuk di penetrasi. Aku mencari clitorisnya dan segera menemukan tonjolan kecil yang mengeras di atas ujung lipatan dan tonjolan itu kuelus-elus lembut. Uli menggeliat-geliat setiap ujung clitorisnya aku sentuh. Aku mainkan terus sampai dia mencapai orgasme. Setelah dia lega dengan orgasmenya aku mengambil posisi telungkup diantara kedua kakinya yang sudah mengangkang, Ciumanku dari kedua payudara turun ke pusar, perut lalu ke gundukan kemaluannya yang dipenuhi oleh bulu kemaluan keriting lebat. Aku berusaha membuka belahan itu karena lebatnya bulu-bulu. Kedua tangan Uli menangkap kepalaku dan berkata, “Pak jangan kesitu Pak, Aku malu,” katanya. “Istri tidak perlu malu kepada suami, “ kataku lalu langsung melahap kemaluannya dan lidahku menjilati ujung clitorisnya. Uli tak mampu mencegah karena kata-kataku dan juga karena nikmat yang ditimbulkan dari oralku di clitorisnya. Uli tergolong wanita yang tidak bisa menyembunyikan kenikmatannya. Dia merintih dengan suara cukup keras sampai akhirnya mencapai kepuasan puncaknya. Setelah bisa memuaskan nafsunya dengan olahan tangan dan lidah, selanjutnya aku mencoba melakukan penetrasi. Usia Uli sudah sangat matang untuk melakukan hubungan sex. Oleh karena itu tidak terlalu susah membenamkan kepala penisku sampai semua terbenam. Dia memang mengeluh karena katanya kemaluannya agak perih. Benteng keperawanannya menghalangi penisku masuk lebih dalam. Dengan sedikit tenaga aku tekan dan rasanya relatif lebih mudah memecahkan selaput daranya. Namun dia tetap merasa perih meski pun tidak amat sangat. Penisku bisa tenggela seluruhnya di dalam vaginanya, aku lalu melakukan gerakan maju mundur perlahan-lahan dan makin lama makin cepat. Uli kelihatannya sudah melupakan rasa sakitnya dia malah merintih nikmat. Aku makin semangat karena rasanya posisiku tepat merangsang dua titik vitalnya yaitu clitorisnya dan gspotnya. Aku terus memacunya sampai dia mencapai orgasme dan tanpa sadar dia berteriak karena gelombang nikmatnya tidak mampu dibendung. Kami istitahat sejenak lalu aku genjot lagi dan dia makin cepat mendapat orgasmenya sampai orgasme yang ketiga melalui hubungan badan akhirnya dia minta aku berhenti karena sudah tidak kuat lagi merasa badannya seperti lemas sekali. Energinya terkuras akibat orgasmenya yang optimal. Sesunguhnya perempuan justru bertambah kekuatannya setiap kali mendapat orgasme. Badannya akan terasa tambah segar dan pikirannya akan menjadi jernih dan cemerlang, tetapi bukan saat setelah orgasme. Energinya akan berlipat ketika keesokan harinya bangun tidur. Sebaliknya pria akan kehilangan banyak energi setiap kali berejakulasi, sampai keesokan harinya rasa lelah itu masih terasa. Itulah sebabnya aku lebih suka tidak berejakulasi dalam berhubungan. Aku tetap dapat merasakan nikmat melalui orgasme tanpa ejakulasi. Keesokan pagi Uli lebih dulu terbangun dia memelukku sehingga membangunkanku juga. Kami lalu mandi di pagi buta berdua saling menyabuni saling membersihkan seluruh sisa-sisa pertempuran tadi malam. Ketika fajar Uli mengaku tubuhnya segar dan semua rasa stressnya sudah lenyap. Wanita yang tadinya kaku dan suka jaim, kini malah bermanja-manja. Istri-istriku yang lain maklum dan tahu bahwa Uli sudah mendapat kepuasan tertinggi sehingga takluk kepada suaminya. Sejak Uli bergabung aku jadi punya mainan baru dengan bisnis farmasi, kami berdua mengembangkan bisnis apoteknya dengan konsep baru untuk masuk ke mall-mall kelas atas. Hasilnya penjualan meningkat hampir 200 persen. Bersambung di bawah gan….
#12
Sambungannya gan…. Rumahku tidak pernah sepi karena ada 6 bidadari di dalam rumah yang menurut pandanganku semuanya cantik-cantik dan menggairahkan. Uli yang tadinya agak kaku sekarang sudah luwes seperti kodratnya wanita. Dia malah menjadi konsultan bagi keluarga kami mengenai obat-obatan. Aku sering memandangi istri-istriku dari jauh dan tidak menyangka pada usiaku 42 tahun sudah memiliki 6 istri. Ini memang kelewatan rasanya. Namun aku pasrah kepada jalan hidupku yang ternyata dipercaya untuk menjadi suami dari sekian banyak wanita. Yang membuatku kagum pada diriku sendiri adalah para istriku tadinya bukan orang sembarangan. Boleh dibilang mereka adalah wanita karir yang sudah memiliki pendapatan berlebih. Sebetulnya dengan kecantikan dan uangnya mereka bisa memilih lelaki yang macam apapun dan mudah saja mereka membuat takluk banyak lelaki. Nyatanya mereka malah rela hidup di keluarga poligami. Banyak teman-temanku sering menyindir aku dengan gurauan bahwa aku memiliki ilmu pelet, sebab yang menjadi istriku selain cantik-cantik juga kaya. Dengan logika apa pun sulit dipercaya wanita seperti itu bisa pasrah kupersunting menjadi istriku. Nyatanya ceritaku sampai aku bisa memiliki 6 istri bukan cerita yang dibuat-buat dan sebenarnya semua adalah logis. Akhir-akhir ini aku agak curiga karena Sabrina sering membawa teman wanitanya ke rumah. Aku tidak tahu apa urusannya. Sabri memang tidak menyembunyikan temannya itu dia memperkenalkan kepada ku, tetapi aku tidak menanyakan apa bisnis mereka sehingga sering kelihatan jalan berdua. Sabri pernah bercerita bahwa temannya itu mengelola bisnis yang jarang terdengar. Sejak lulus S-1 Ekonomi di UI dia dipercaya ayahnya membangun usaha jasa pembersihan badan kapal dari karang dan kerang-kerang yang menempel di lambung kapal. Keberadaan karang dan kerang-kerang di lambung kapal menghambat laju kapal sehingga memboroskan bahan bakar. Orang tuanya memang kawakan di bisnis besi tua yang berasal dari kapal-kapal tua. Itu memang bisnis yang dikuasai oleh orang-orang Madura. Teman Sabrina memperkenalkan diri dengan nama lengkap Suri Permata Sari. Aku mengatakan kepada Sabrina, “ Hayo kamu mau sodorkan lagi biar aku nambah bini lagi ya,” kataku. “Ah enggak, orang dia saja katanya geli melihat keluarga poligami. Padahal dia anak istri keempat dari saudagar Madura,” kata Sabrina. “Kalau dia geli melihat keluarga poligami, kenapa dia sering jemput kamu ke sini,” tanyaku ke Sabrina istri ke tiga ku. “Gak tahulah, mungkin saja dia studi banding, abis kalau aku jemput dia malah milih menjemput aku,” kata Sabrina. Kedua mereka guyub dalam rangka menggarap bisnis catering untuk kapal-kapal, Semakin lama kuperhatikan si Suri makin sering menyambangi Sabrina, malah entah beberapa kali dia menginap di kamar Sabrina. Rumahku terbuka terhadap tamu-tamu siapapun. Teman istriku juga adalah teman kami semua sehingga tidak perlu main kucing-kucingan. Semua harus merasa nyaman di rumahku, karena rumah adalah istana bagi keluarga. Aku ingat benar dengan pepatah Jawa yang berbunyi “jalaran tresno witing kulino” yang secara mudahnya diartikan “rasa sayang timbul karena terbiasa dan akrab”. Itulah akibatnya Suri meskipun kulitnya agak gelap tidak seperti Sabrina yang putih, tetapi wajahnya ayu badannya langsing. Beberapa kali kami ngobrol di rumahku, dia sering minta masukan mengenai soal-soal bisnis. Suri mengesankan gadis yang cerdas dan ulet, pantas jika dia menggeluti bisnis service perkapalan yang sesungguhnya merupakan bidang laki-laki. Apalagi pergaulan di Pelabuhan yang kesannya keras dan kasar. Namun kelihatannya dia enjoy dengan bisnisnya. Dia merasa cocok pula jalan dengan Sabrina dan mereka sudah menyusun rencana untuk membuat bisnis baru. Suatu hari Sabrina membisik kepadaku bahwa Suri kelihatannya senang kepadaku, meskipun dia tidak terang-terangan. Sabrina menangkap sikap itu dari komentarnya mengenai diriku. Kata Suri, enak ngobrol denganku ada perasaan teduh, katanya. Emang pohon beringin kok pakai istilah teduh. “Aneh ya Pak, dulu dia begitu benci dengan keluarga Poligami, mungkin pengalaman di keluarganya yang kurang baik, kok sekarang malah sering kerumah kita,” kata Sabrina. Aku mengatakan, sikap terlalu membenci itu memang berbahaya, karena satu waktu bisa berbalik. Sebaiknya kita tidak harus membenci orang meski pun dia pernah menyakiti kita, apalagi membenci tanpa alasan yang jelas. Jangan hanya lihat kulitnya lalu mengira isinya sama dengan kulitnya. Durian kulitnya keras berduri, tetapi buahnya lembut dan wangi. Sebagai lelaki yang mempunyai banyak istri aku memang sering mendapat cibiran, sindiran bahkan olok-olokan. Sikap kurang senang itu lebih banyak ditunjukkan oleh kaum perempuan dari pada laki-laki. Aku sudah mampu mengatasi rasa sakit hati terhadap mereka yang membenciku, hanya karena aku memiliki istri lebih dari satu. “Pak boleh enggak aku berandai, andai,” kata Sabrina. “Ah kenapa tidak, kamu pasti mau mengatakan, bagaimana andai Suri mau menjadi istri bapak,” kataku langsung menebak. “Lho kok Bapak tau sih,” kata Sabrina keheranan. “Gimana Pak,” tanya Sabrina agak mengejarku. “Wah repot nih, istri Bapak malah masing-masing bawa temennya untuk menjadi istri saya,” kataku. Itu adalah pembicaraanku kira-kira sebulan yang lalu. Tadi pagi Sabrina menanyakan apakah hari ini aku sibuk, dia mengatakan bahwa ayah si Suri ingin bertemu bapak, katanya ingin rundingan soal bisnis. Aku katakan hari ini kebetulan tidak ada janji dengan siapa-siapa. Akhirnya kami janjian ketemu di satu restoran di Kelapa Gading.. Ayah Suri rupanya sudah lebih dahulu tiba di tempat yang dijanjikan. Dia langsung mengenaliku, karena mungkin anaknya pernah menunjukkan fotoku di HP nya. Ayah Suri datang sendirian dan memperkenalkan dirinya dengan nama Rachmat. Aku juga datang sendiri. “Saya sering dapat cerita dari anak saya mengenai Bapak,” kata Rachmat. Aku membalasnya, “Suri tidak pernah bercerita mengenai bapaknya kepada saya,” Kami berdua tertawa, suasana menjadi cair. “Pak kita sama-sama punya istri banyak, istri saya empat, bapak berapa? “ tanyanya. Aku jawab seadanya. Kayaknya pertanyaan itu hanya basa-basi saja sebab pastilah anaknya sudah memberi tahu. “Tapi bapak lebih beruntung dibanding saya, istri bapak semuanya pengusaha dan mandiri, kalau saya, semua bikin pusing Pak, tiap hari ada saja yang diminta. Bapak pandai merekrutnya pak gak kayak saya asal tembak aja,” kata Pak Rachmat. “Lho saya hanya istri kedua saja yang saya sendiri menginginkannya, selanjutnya malah istri-istri saya yang menyodorkan dan mereka pula yang melakukan fit and proper test,” kata ku sambil sama-sama terbahak-bahak. Pak Rachmat jauh lebih tua dariku, dia mengaku umurnya 60 tahun. Aku langsung puji dia di usia segitu masih mampu melayani 4 istri. “Ah bapak ini kayak orang-orang lainnya saja, yang dipikirkan hanya soal sex aja, padahal pak jujur ya kita punya istri lebih dari satu, kan bukan berarti kita kuat sex. Kalau saya sih biasa-biasa saja, bapak gimana,” tanya rada serius. “Ah sama saja pak, kalau saya bukan frekuensi yang penting adalah kualitas semua kan bisa kita siasati pak,”” kataku. Dari guruan kami malah jadi bicara serius saling tukar ilmu dalam soal sex dan perlakuan kepada istri-istri. Aku jadi bingung, kira-kira apa yang mau dibicarakan sehingga Rachmat ini ingin ketemu saya. Tapi saya biarkan saja pembicaraan mengalir, tanpa saya sela menanyakan keperluaannya. Akhirnya dia mengatakan. “Begini pak, anak saya Suri ingin menikah,” “Yah memang umurnya sudah pantas dia berumah tangga Pak,” sahutku. “Bukan itu pak masalahnya, tapi dia ingin menjadi istri Bapak,” katanya sambil menatapku. Aku terkejut juga. “lho dia cerita kepada istri saya katanya tidak suka poligami, udah kapok, katanya” “Itulah pak, saya juga heran, setahu saya juga begitu. Saya terus terang jadi ingin kenal sama bapak sebelumnya dan pengin tahu, kenapa kok sampai anak saya kepincut sama Bapak. Tadinya saya curiga ada ilmu-ilmu hitam atau gimana, tetapi setelah kita ketemu ini saya percaya Bapak jauh dari hal-hal seperti itu.” “Saya terus terang baru dari bapak saya tahu bahwa Suri itu ingin menikah dengan saya. Dan sejujurnya saya merasa sudah cukup punya istri enam,” kataku serius. “Itulah pak, saya juga sudah kasih gambaran, menyandang gelar istri ke tujuh itu, bukan perkara mudah. Anak saya sekarang baru 24 tahun, bapak, kata anak saya usianya 43, betul kan pak. Beda hampir 20 tahun, menjadi istri ke tujuh, wah saya nggak ngerti bagaimana dia berpikir,” kata Pak Rachmat. “Pak hidup ini seringkali tidak bisa hanya dari pertimbangan secara matematis, logis yang otak kiri. Dalam bisnis pun kita tidak melulu mempertimbangkan hal-hal yang logis, kadang-kadang intuisi kita lebih memberi info yang benar, apakah peluang itu kita tangkap atau kita biarkan, “ kataku yang mengkritik pertimbangan Pak Rachmat yang semata-mata hanya menggunakan otak kiri. “Benar juga pak, saya baru-baru ini membatalkan peluang karena filing saya gak sreg, padahal diatas kertas semua ok, ternyata filing saya benar, barang itu banyak yang gak beres,” katanya sambil menyalamiku lagi. “Saya sempat gak bisa ngomong Pak waktu Suri bilang bahwa saya mengawini ibunya juga ketika usia saya hampir sama dengan Bapak. Dan lucunya dia malah bilang begini, saya menikah dengan laki-laki bujangan belum ada jaminan bahagia lahir batin, kalau menjadi istri Pak Argo, sudah ada bukti pada 6 istri yang semuanya bahagia, tentram dan makmur,” katanya geleng-geleng. Bersambung di bawah gan….
#13
Sambungannya gan…. “Sekarang saya puas dan mantap pak, maaf pak saya bukan melakukan fit dan proper tes, tapi namanya kita mau menjalin keluarga, kalau tidak kenal lebih dahulu kan kurang afdol rasanya,” kata Pak Rachmat. “Pak maaf apakah saya bisa ketemu dengan Suri bersama bapak, “ tanya saya. “Oh bisa sekali, kebetulan dia tadi bareng saya ke sini bersama ibunya. Mereka jalan-jalan di mall, coba saya telponnya,” kata Pak Rachmat. Tidak lama kemudian muncul Suri bersama Ibunya. Kami duduk di satu meja. Saya langsung bertanya kepada Suri, mengenai info yang disampaikan ayahnya bahwa dia mau menjadi istriku. Suri mengangguk. Saya tidak lagi tanyakan apa pertimbangannya. Ibunya angkat bicara bahwa keinginan Suri menjadi istri ku, sudah lama menjadi bahan diskusi berdua. Aku salut juga, karena sejauh ini sahabatnya Sabrina tidak pernah tahu mengenai keinginan terpendam Suri. Dia pintar menjaga rahasia. Saat ketemu Sabrina di rumah dan kuberitahu soal Suri, Sabrina benar-benar terkejut. “Gila anak itu, diam-diam udah lama dia naksir suami gua,” katanya. Acara pernikahan diselenggarakan secara sederhana di kediaman Pak Rachmat. Tidak ada pelaminan hanya duduk lesehan saja dan kerabat serta keluarga yang diundang. Keenam istri yang lain mulai berisik, mereka mendorong agar aku dan Suri melakukan bulan madu dan tentunya mereka semua akan ikut. Aku tidak bisa menolak ketika mereka mensepakati untuk liburan ke Phuket. Para istriku melarang aku tidur sekamar dengan Suri sebelum malam bulan madu di Phuket. Aku tak berdaya, dan Suri tidak bisa protes. Seorang pria dengan 7 istri berlibur ke Phi Phi Island yang terpencil, tempat yang memang paling cocok untuk bulan madu. Kami menyewa 3 kamar besar-besar yang masing-masing memiliki teras ke arah laut. Aku menempati kamar bersama Suri dan istri-istriku masing masing sekamar bertiga. Suri adalah wanita Madura, yang cukup cantik, karena profil mukanya tajam dan tubuhnya langsing. Aku tidak perlu menceritakan pertempuranku memecahkan keperawanannya, karena seperti yang lainnya . Hanya aku harus akui bahwa vagina wanita Madura bukan hanya mitos kalau rasanya legit, kenyataannya memang begitu. Itu aku rasakan sendiri pada Suri. Wanita di usia seperti Suri, tidak terlalu sulit menjebol selaput daranya juga dia sudah mampu menikmati hubungan suami istri. Pada saat penerobosan segelnya 10 menit kemudian dia sudah menjerit karena nikmat orgasmenya tak tertahankan. Istirahat sejam kami bermain kembali dan 15 menit dia sudah muncrat, aku gasak terus mencapai orgasme berikutnya aku berhenti, karena dia sudah menyerah. Ke esokan hari pagi-pagi subuh , aku sudah memberi sarapan birahi lagi kepada Suri sampai dia terengah-engah dan akhirnya tepar tertidur lagi. Di Phi phi island pengunjungnya lebih banyak bule dibandingkan dari Asia. Hanya perempuan Thailand saja yang banyak mendampingi bule-bule. Cewe-cewek bule beberapa ada yang telanjang bulat berjemur di tepi pantai. Sedangkan rombonganku 7 perempuan semuanya mengenakan jilbab, bahkan bermain di pantai pun mereka berbasah-basahan dengan tetap berjilbab. Aku tidak ikut turun ke laut, hanya memandangi dari kejauhan saja. Seorang lelaki bule yang dari tadi memperhatikanku mendekat. Kelihatannya dia penasaran melihat aku bersama 7 perempuan. Dia tanya apakah itu semua keluargaku, aku jawab ya, mereka semua adalah istriku. Dia tercengang dan menyalamiku langsung mengatakan “salut”. Dia minta izin ngobrol denganku. Rasa ingin tahunya besar sekali. Dengan sangat hati-hati aku seperti diwawancarai mengenai kehidupanku. Aku buka saja apa adanya, toh aku juga gak kenal dia. Dia banyak bertanya mengenai bagaimana aku hidup bersama 7 wanita, yang menurut dia cantik-cantik dan bagaimana aku membiayai semua istriku. Aku ceritakan bahwa hampir semua istriku sebelumnya adalah bisnis woman. Mereka menikah denganku dan menggabungkan perusahaan mereka dengan perusahaanku. Jadi masalah materi bagi istri-istriku sudah melimpah. Agak hati-hati dia lalu mina izin bertanya soal sex. Aku katakan bahwa aku adalah laki-laki normal, seperti kebanyakan orang. Aku bukan superman sex yang setiap hari menggauli istriku. Aku hanya melakukan hubungan suami istri seminggu 2 kali, kadang-kadang dengan istri yang sama pada minggu itu, bisa juga dengan istri yang berbeda. “Anda berapa kali seminggu intercourse,” tanya saya. “Saya juga seminggu cuma dua kali dan cuma satu ronde,” katanya Saya katakan saya juga begitu, bedanya hitungan ronde bagi saya bukan dari berapa kali saya ejakulasi, tetapi beberapa kali istri orgasme. Jadi, tanyanya tambah penasaran, semalam berapa kali istri anda orgasme. Saya jawab santai, kadang dua kali atau 3 kali. Ya seberapa dia kuat saja. “Ah ini seriuskan, bukan anda lebih-lebihkan,” katanya. Dia bertanya bagaimana saya bisa bertahan sampai istri bisa orgasme 3 kali. Saya mengatakan, bahwa untuk menikmati sex itu juga perlu skill dan kesehatan yang baik. “Kami orang Asia sebenarnya lebih trampil dalam soal sex, buktinya kamasutra itu dari Asia, di Cina juga ada ilmu seperti Kamasutra yang disebut Su Ni Jing atau seni bercinta dan di Jawa juga memiliki skill seperti itu, bahkan diabadikan pada ornamen di Candi Sukuh. Selain itu praktek poligami sejak zaman dahulu kala hanya terdapat di Asia, harem-harem semua berada di Asia, saya belum dengar sex skill berasal dari Eropa atau Amerika. Hanya kalian orang bule, berani tampil vulgar membuat film dan foto. Tapi sebetulnya film dan foto orang-orang bule masih belum apa-apa jika dibandingkan dengan yang dibuat di Asia, misalnya di Jepang”kata saya. “Anda sangat menguasai sekali,” pujinya. “Sex bukan hanya pelampiasan nafsu kepada lawan jenis, tetapi untuk mencapai kesenangan bersama serta merupakan suatu aksi yang secara nyata menunjukkan limpahan kasih sayang,” kata saya. Si bule yang aku lupa namanya itu rupanya kehabisan pertanyaan atau karena kagum, sampai dia lupa mau tanya apa lagi. “Anda mau tanya, bagaimana bisa saya membuat istri orgasme 3 kali,” kataku mengingatkannya. “Ah betul, tadi saya mau tanya itu, tapi akhirnya lupa gara-gara anda bercerita yang luar biasa,” katanya. “Saya juga melakukan olah tubuh yang juga asalnya dari Asia, seperti Yoga dari India, dan ilmu pernafasan ala Tao dari China, semua itu mengajarkan pengendalian diri, termasuk diantaranya pengendalian kapan kita mau ejakulasi, dan kapan harus ditahan, Apakah anda pernah dengar Yoga dan Tao isme,” tanya saya. Dia mengangguk-angguk. “ Saya selama ini menganggap sex hanya sebagai pelampiasan nafsu, saya tidak menyadari perlu skill untuk itu. Saya kira fellatio, cunnilingus, 69, MOT. WOT dan doggie serta 3some adalah ketrampilan,” katanya. Dia lalu memperkenalkan diri bahwa dia adalah jurnalis dari New York, berlibur dengan istrinya yang juga jurnalis. “Bolehkan saya wawancarai istri-istri anda,” tanyanya. Saya katakan, sebaiknya tugaskan istri anda untuk mewancarai istri-istri saya. Saya menunjukkan Sabrina atau Liani yang lebih mudah dan lebih lancar bercerita. Dipanggilnya istrinya yang sedang berjemur. Istrinya datang mendekat hanya mengenakan celana bikini model G string pula dan tanpa penutup dada. Si bule itu bercerita sambil menunjuk istri-istriku yang sedang bermain ombak. Istrinya terperanjat ketika diberitahu bahwa istriku ada 7. Si bule itu lalu menugaskan istrinya mewawancarai istriku dan sudah kutunjuk siapa yang bisa diajak wawancara. Si Bule lalu minta izin kepadaku untuk dia menulis di medianya dan dia minta izin aku berfoto bersama semua istri-istriku. Bagi ku tidak ada masalah, karena tidak ada yang salah yang aku lakukan, tidak melanggar hukum dan tidak melanggar akidah agama. Aku meneruskan ngobrol sambil menyedot air kelapa yang sudah didinginkan. Dari jauh aku melihat istri si bule duduk di bibir pantai sambil ngobrol dengan istri ku. Setelah dia puas bertanya soal-soal sex akhirnya dia menanyakan soal management istri. “Bagaimana anda mengelola istri-istri anda,” tanyanya. “Oh kalau itu saya pakai jimat.” kata saya. “Ah jimat, bagaimana itu bentuknya,” tanyanya serius. “Jimat saya itu tidak ada bentuknya, tidak berwujud tetapi bisa dirasakan,” kata saya. “Apa semacam black magic,” katanya. “Sama sekali tidak, jimat saya itu adalah warisan dari leluhur saya, kami orang jawa menyebutnya Hasta Brata,” kata saya santai. “semacam apa itu,” tanyanya. “Silakan browsing saja dan penjelasannya ada di situ semua.” kataku. “Ok nanti saya cari di internet,” katanya. Aku lalu menulis di pasir tulisan hasta brata. Malam kedua aku masih memberikan seluruh waktuku kepada Suri, dan dia sudah bisa sangat menikmati. Kami berlibur di pulau sepi ini untuk 4 malam. Hari ketiga mulai acara sex orgy dengan istri-istriku. Pertama Liani setelah menerima bisikan dari Chandra mengajak Suri jalan-jalan ke souvenir shop. Tinggallah Chandra, Sarinah dan Sabrina., Chandra menggeretku masuk ke kamarnya. Siang itu kami bermain aku melawan ketiga istriku. Aku memberi mereka masing-masing sekali orgasme melalui oral dan 2 kali orgasme melalui hubungan suami istri. Setelah ketiganya terkapar, aku yang berhasil bertahan tidak ejakulasi, mandi bersih lalu keluar menemui istriku yang lain untuk menikmati sunset. Selepas sunset dan makan malam, Chandra, Sarinah dan Sabrina mengajak Suri mengunjungi pusat keramaian yang agak jauh. Tinggallah Atika, Liani dan Uli. Aku gantian ditarik Liani masuk ke kamar yang di dalamnya sudah ada Atika dan Uli. Aku diminta mengintimi mereka. Bagi Uli ini adalah pengalaman pertama. Mulanya dia agak rikuh, tetapi setelah melihat istriku Atika yang umurnya lebih muda dari dia bersikap santai bermesraan denganku, akhirnya dia pun larut. Kami bermain sampai hampir tengah malam karena mereka semua aku hadiahi 2 kali vaginal orgasme. Selepas itu aku tinggalkan mereka bertiga yang tidur nyenyak berbungkus selimut. Aku menduga Suri berada di kamar Chandra. Aku kunjungi kamarnya, ternyata kosong. Akhirnya aku kembali di kamarku, ternyata mereka ada disana. Mereka, Chandra, Sarinah dan Sabrina menuntut tidur sekamar denganku. Suri kelihatan bingung, tetapi tidak berkata apa-apa. Sarinah buka suara, “Jangan kuatir dik Suri, kami tidak ganggu privacy kamu sama Bapak, kalau Bapak menginginkan berhubungan dengan kamu, harus dilayani, tidak usah pikirkan bahwa kami ada di sini, kami kan juga istri Bapak, jadi tidak masalah jika kami berada di sini dan melihat Bapak intim dengan kamu. “Ya mbak, tapi kan saya malu, dilihat ama mbak-mbak,” katanya. “Ya kalau kamu malu, ya nonton saja biar kami bertiga yang bermesraan dengan bapak, kita semua kan istri bapak,” kata Sabrina bercanda. Sarinah lalu menghampiri Suri yang merah padam mukanya karena malu. “Jangan diambil hati, itu hanya becanda saja, sebagai istri Bapak kita harus terbuka, dan tidak boleh malu satu sama lain,” katanya. Sementara Sarinah sedang berbicara dengan Suri, Chandra dan Sabrina sudah telanjang dan menelanjangiku. Sarinah mengambil giliran pertama berada di atasku, setelah dia mencapai orgasme lalu diambil alih oleh Chandra, Dia kemudian ambruk juga. Sarinah mendorong Suri untuk ambil bagian. Mulanya dia malu-malu, tetapi ketika Sarinah yang sudah telanjang membantu Suri membuka baju, dia tidak bisa menolak dan dibantu Sarinah Suri berada akhirnya berposisi di atasku . Aku meraih nya sehingga dia telungkup diatasku dan aku membantu memasukkan penisku ke vaginanya. Akhirnya dia lupa soal rasa malunya dan sudah mengerang-ngerang lalu ambruk juga dan posisinya langsung diganti Sarinah. Ketika kami sedang asyik mengejar kenikmatan, pintu terbuka dan masuklah ke tiga istriku yang lain. Mereka minta jatah juga. Aku pasrah saja telentang sehingga mereka bergantian tumbang setelah mencapai orgasme diatas tubuhku. Tugasku hanya menjaga tiang bendera tetap tegak. Selebihnya istri-istriku yang bermain mencari posisi yang memberi kenikmatan bagi mereka. Kami tuntas bertempur setelah pukul 1 malam dan akhirnya di satu kamar itu bergelimpangan 8 tubuh bugil. Ada yang tidur di kasur bersamaku ada yang tidur menggelar bed cover dan ada yang menyusun bantal kursi tidur di bawah.. Pagi-pagi kami bangun semua dan tertawa geli mendapati tubuh kami semuanya telanjang. Pagi itu aku dimandikan oleh para bidadariku dan Suri akhirnya bisa menyesuaikan diri. “Kalau aku tidak menjadi istri bapak mana mungkin mengalami seperti ini ,” kata Suri kepada istri-istriku yang lain. Mereka semua tertawa senang. Selanjutnya menghabiskan waktu liburan kami, ke tujuh istri tidur di kamarku, Di dalam kamar kami semua bugil. Aku tidak harus melayani semua mereka, tetapi dengan waktu jeda. Sehingga ke tujuh istriku secara bergiliran bisa menikmati ke gagahan kemaluanku. Keakraban istri-istriku bertambah erat, karena mereka sudah merasa terbuka satu sama lain sampai masalah sex pun mereka tidak lagi menyembunyikan apa-apa. Keluar dari kamar, semua istriku mengenakan hijab sehingga tertutup seluruh tubuhnya dengan pakaian yang tidak meperlihatkan lekuk tubuhnya. Bersambung di bawah gan…..
#14
Sambungannya gan…. Sudah sekitar 4 tahun aku hidup dengan 7 istri. Tidak ada rasanya perubahan yang terlalu mencolok, selain rumahku bertambah ramai, karena ada 7 istriku yang setia menyambutku di rumah dan merawatku. Aku sebetulnys bukan suami yang manja, minta dibukakan sepatu, minta dibukakan jas, atau minum air dingin dari dispenser saja minta tolong . Aku kerjakan sendiri sepanjang masih bisa aku lakukan. Sebetulnya bukan aku tidak ingin bermanja-manja, tetapi jika aku tidak banyak bergerak pada usia 47 tahun, banyak penyakit yang mendatangiku nanti. Aktifitas ringan-ringan adalah jalan untuk terus menggerakkan tubuh. Sampai sejauh ini aku masih cukup baik kesehatannya, kolesterol normal, asam urat cukup baik, gula darah norma dan tekanan darah juga wajar. Aku membiasakan tidak terlalu banyak makan, puasa Senin – Kamis diusahakan sepanjang bisa. Jalan pagi sekitar satu jam seminggu paling tidak 3 kali. Ada 3 ukuran menurutku yang menjadi patokan tubuh ini sehat apa tidak. Pertama gampang tidur, kedua gampang makan dan ketiga gampang buang air besar. Sepanjang ke tiga hal itu tidak ada masalah maka kondisi kesehatan dan pikiran pasti oke. Mungkin sudah sekitar 4- 5 tahun kehidupan keluargaku ada yang mencermati. Ini aku ketahui kemudian. Seorang wanita pemilik travel biro, dimana aku berlangganan membeli tiket, pesan hotel dan lain sebagainya berkaitan dengan traveling. Dia adalah Cut Merry. Orangnya cantik, dari namanya sudah bisa dipastikan orang tuanya berasal dari Aceh. Aku tidak menyangka dia mengamati kehidupanku. Jika dia sesekali bertanya hal-hal mengenai keluarga dan bukan yang berkaitan dengan perjalanan aku pikir ya wajar-wajar saja. Kita kalau bisa sharing dan berbagi pengalaman kan indah. Cut Merry kenal semua dengan ke tujuh istriku, ya karena keluarga kami berlangganan ke travelnya, wajar saja sih. Suatu hari dia merayuku untuk melakukan wisata bersama seluruh istriku pada suatu waktu dimana ada libur panjang berkaitan tanggal merah di hari Jumat dan hari Seninnya. Mulanya tawaran itu tidak terlalu aku perhatikan, tetapi Merry menggosok istri-istriku. Perempuan kalau sudah diiming-imingi belanja barang murah dan bagus, sulit mengabaikannya. Merry bercerita dia sering mengantar tamunya ke Guang Zhou, China untuk berbelanja barang-barang keperluan wanita. Hasutan Merry itu ternyata ampuh juga karena istri-istriku jadi bermohon kepadaku untuk jalan bareng-bareng ke Guang Zhou. Kalau sudah kalah voting, aku tidak berdaya lagi kecuali mengikuti kemauan kaum mayoritas. Merry menemuiku dengan muka yang kelihatan senang. Dia menawarkan itinerary atau jadwal acara jalan-jalan ke China. Tiga kota ditawarkan untuk perjalanan tour itu, yaitu, Hong Kong, Shenzen dan Guang Zhou. Setelah kesepakatan tercapai maka pada hari yang dinantikan kami berangkat, pemandunya adalah Merry sendiri. Grup tour itu hanya aku dan 7 istriku ditambah pemandunya. Bergaul dengan 7 istri dan dan aku selama 4 hari siang dan malam membuat Cut Merry jadi menyatu dengan keluarga besar itu. Jika tadinya Cut Merry ingin membuat perangkap, malah dia yang terperangkap. Bagaimana tidak, Cut Merry malah seperti tidak ada jarak dengan ku. Sejujurnya Cut Merry awalnya benci melihat pria memperistri banyak wanita dengan berbagai prasangka buruk sebagai alasannya. Namun selama bergaul akrab, dia malah kagum dan bisa mengerti mengapa para wanita yang menjadi istri Pak Argo mau diperistri. Sulit dipungkiri Cut Merry yang tadinya membenci, sepulang dari perjalanan jebakan itu malah kagum. Dia memang tidak muda lagi, Usianya sudah 30 tahun, usia yang dianggap kritis bagi wanita jika belum juga menikah. Sebenarnya sudah beberapa kali dekat dengan pria, tetapi selalu kandas karena berbagai ketidak cocokan. Padahal Cut Merry bukan wanita yang tidak punya daya pikat. Dia memiliki tubuh yang ideal, wajah cantik dengan ciri khas Aceh. Setelah mengumpulkan semua keberanian, Cut Merry berterus terang dengan Bu Chandra bahwa dia ingin menjadi istri ku. Mendengar curahan hati itu. Bu Chandra senyum-senyum saja. Alasan Cut Merry, dia nyaman sekali bergaul dengan semua istri ku. Ceritanya bisa lebih panjang lagi, tetapi singkatnya Cut Merry akhirnya bergabung dengan keluarga besar ku. Dia bisa menghadapi berbagai tentangan dari keluarganya, sampai akhirnya diizinkan memilih jalan hidupnya sendiri. Sebenarnya pria dengan 8 istri sudah sangat luar biasa. Bagaimana tidak mau jalan-jalan saja harus pakai 2 mobil. Mau makan direstoran, harus pesan meja dengan kursi yang banyak, jadi semuanya jadi besar. Acara pernikahan dilaksanakan dengan sangat sederhana, karena hanya sedikit kerabat dan keluarga yang diundang. Tidak ada bersanding di pelaminan dan malam pertama dilaksanakan di rumah ku sendiri. Merry mengatakan, upacara seremonial tidak penting, yang penting adalah membina rumah tangga yang tentram. Di malam pertama Cut Merry minta maaf jika kemudia dia sudah tidak perawan lagi. Bukan karena sudah pernah berhubungan badan dengan lelaki lain, tetapi ketika masih kelas 6 SD pernah jatuh dari sepeda dan dari kemaluannya keluar darah sedikit. Merry mengatakan, meski dia sudah 3 kali berganti pacar, tetapi masih dapat menjaga kehormatan wanita. Saya katakan, bahwa perawan itu penting, tetapi jika pun tidak perawan, tidak menjadi masalah. Tidak adil rasanya aku yang sudah punya 7 istri masih menuntut keperawanan. Yang penting adalah memiliki istri yang soleha. Acara malam pertama aku mensebadani seorang wanita yang sudah berumur 30 tahun. Umur seperti itu, sewajarnya sudah mempunyai anak, tetapi Merry berhubungan badan pun belum pernah. Dia masih agak kaku ketika aku mulai mencumbunya. Aku harus mengubah mindsetnya yang tadinya mindset wanita lajang, mandiri sekarang menjadi istri seorang Argo yang sudah memiliki 7 istri. Malam ini tidur satu ranjang dengan suaminya yang mempunyai hak menggaulinya. Merry akhirnya tertunduk dan menangis. Aku tidak tahu apa dibalik linangan air matanya, apakah dia bahagia, atau malu menghadapi kenyataan menjadi istri kedelapan, yang adalah pilihan jalan hidupnya sendiri. Aku belai rambutnya lalu aku cium keningnya. Badannya melemah dan mengikuti arah gerakku. Tanpa dia sadari dia menengadahkan kepala dan bahasa tubuh seperti itu sudah kupahami sebagai keinginan wanita minta pembuktian bahwa dia disayangi. Aku kecup bibirnya. Merry awalnya kaku meskipun bibirnya dia buka. Aku mencium sambil memainkan lidahku. Birahinya menuntun apa yang harus dilakukan, ciumanku dibalas dengan melumat pula bibirku dan lidahnya ikut bermain. Sambil terus aku cium, bajunya aku buka. Malam itu dia mengenakan baju dengan kancing. Jadi satu-persatu kancing bajunya aku lepas sampai terbuka semua. Setelah itu aku loloskan kedua lengannya. Tinggallah BH yang melekat dan di bawah, masih mengenakan gaun panjang. Aku meraih pengait BH di punggungnya dan melepasnya. Untuk urusan melepas kaaitan BH aku sudah berpengalaman dengan 7 istriku. Jadi tidak perlu disangsikan lagi. Bersambung di bawah gan….
#15
Sambungannya gan…. Setelah BH terlepas, dan aku campakkan entah kemana, maka terhidang dua gunung kenyal yang putih bersih dengan ujung berwarna coklat muda. Payudara Merry bentuknya indah, dan masih tegak menantang meskipun ukurannya lumayan besar. Aku remas perlahan-lahan payudaranya kiri dan kanan bergantian. Posisi kami waktu itu duduk di pinggir ranjang. Badannya aku rebahkan dan aku lalu menciumi lehernya terus turun menyium bongkahan buah dadanya yang masih kenyal. Aku jilati puting susunya. Merry merintih sambil mengatakan. “ iiiihhhh geliii tapiii enak paak, nikmaaat bangeeeet ,” Aku hentikan sebentar. Merry lalu mengatakan, “pak aku nurut aja mau bapak apain, aku belajar dari bapak, pokoknya aku pasrah, tadi itu enak banget pak rasanya kok merangsang banget .” Setelah mengeksplotiasi seputar dada aku turun ke bawah. Posisi badanku tengkurap diantara selangkangannya. Bulu kemaluannya cukup lebat, kusisihkan ke kiri dan kekanan lalu belahan kemaluananya aku buka, terlihat sudah basah dan berwarna merah serta di bibir dalamnya berwarna agak hitam. Daerah sekitar clitorisnya terlihat tonjolan kecil. Aku jilat tonjolan kecil itu, Merry menggelinjang dan merintih. Aku jilati terus sampai Merry menjambaki rambutku dan mengerang nikmat. Akhirnya dia mencapai orgasme. Aku sengaja membuatnya orgasme agar liang vaginanya benar-benar siap menerima penetrasi. Aku beritahu ke Merry ketika aku mengambil posisi MOT, bahwa aku akan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. “Sakit nggak pak,” tanyanya. “Awalnya selalu agak sakit, tetapi hanya sebentar, setelah itu baru terasa nikmat. Tapi aku belum pernah memecahkan perawan perempuan berumur 30 tahun, apakah masih sakit atau hanya sakit sedikit saja,” kataku. Perlahan-lahan kuarahkan ujung penisku ke arah lubang vaginanya. Masih terasa susah karena belahannya masih terkatup. Aku dorong agak memaksa baru kepala penisku bisa masuk. “Pak pelan-pelan pak agak perih, “ katanya. Mungkin untuk pertama kalinya lubang vaginanya mengembang sebesar kepala penis sehingga pemekarannya agak terasa sakit. Namun tidak terlalu mengganggu sampai penisku terus masuk dan tertahan setelah semua kepala penisku terbenam. Halangan selaput daranya aku usahakan menembusnya dengan perlahan-lahan. Saat penisku tidak bisa maju lagi, aku mengejankan penisku sehingga menjadi lebih keras. Sambil mengejan sembari mendorong. Hasilnya lumayan, penisku maju sedikit. Aku ulangi seperti tiu berkali-kali sampai sekitar 10 kali rasanya penisku sudah lumayan terbenam. Kuraba penisku terasa sudah separuh terbenam. Berarti aku sudah berhasil menembus halangan, tanpa dia mengeluh sakit. Mungkin juga halangan selaput perawannya tidak terlalu menutup, karena dimasa kecil pernah cedera. Aku tekan perlahan-lahan dan bisa terus maju, Merry terlihat agak tegang, dia menggigit bibir bawahnya sendiri. Dia tidak tahu sejauh apa penisku sudah membenam, tetapi yang dirasakan adalah lubang vaginanya terasa penuh dan mengganjal. Aku lihat Merry tidak kesakitan, maka aku berani melakukan gerakan tarik-tekan perlahan-lahan. Mulanya Merry khawatir gerakan itu menyakitkan, namun kemudian dia merasa ada kenikmatan, sehingga desahannya makin keras. Mendengar desahan yang cukup keras diselingi erangan aku makin semangat mengayun sambil mengatur posisi menujamnya penis kedalam vaginanya yang bisa menggerus clitoris dan titik G atau G spot nya. Aku menengarai dengan desahan dan rintihan yang keluar dari mulutnya. Jika erangannya makin keras berarti kenikmatan yang dirasakan maksimal. Aku pertahankan gerakan dengan sudut kemiringan hunjaman yang memberi kenikmatan sampai dia akhirnya menjerit. Jeritannya berbeda dengan jeritan sakit, atau jeritan lainnya. Jeritan ini adalah sebagai pelampiasan rasa nikmat luar biasa di alat vitalnya yang meremang ke seluruh tubuh Merry. Selepas jeritan panjang terasa denyutan-denyutan di kemaluannya disertai dengan rintihan seirama denyutan itu berkali-kali. Setelah usai, Merry membuka mata dan mencium ku. “Pak rasanya enak luar biasa, saya tidak pernah seumur hidup merasakan seperti ini, saya beruntung sekali Pak punya suami yang mengerti dan berpengalaman memuaskan istri, pak rasanya saya ingin lagi apa bisa pak,” kata Merry dengan pandangan mata sayu. Aku membalas ciumannya lalu kembali menggenjot dengan sudut yang memberi kenikmatan maksimal tadi. Gerakan ayunanku tidak terlalu cepat, tetapi gerakan yang memberi kenikmatan setiap cm pergerakannya. “Aduh paaaak rasanya saya gak tahan, seperti kebelet pipis,” tak lama kemudian sekujur liang vaginanya mengedut-kedut dan Merry kembali mengerang. Sudah dua kali dia orgasme melalui hubungan badan dan sekali sebelumnya melalui oral. Namun dia masih dia masih tidak menolak ketika aku bekerja lagi diatas badannya sampai dia orgasme lagi. Sementara itu aku masih bertahan untuk tidak mencapai ejakulasi. Sudah 5 kali dia mendapatkan orgasmenya melalui hubungan badan dan Merry mengeluh badannya letih sekali, dan rasanya sudah tidak kuat lagi meneruskan melakukan hubungan badan. Akhirnya aku menghentikan dan mencium bibirnya sebagai bentuk kasih sayang. Setelah aku lepas dia terseyum lalu jatuh tertidur lelap. Saking lelapnya sampai tidak lama kemudian Merry mendengkur halus. Selepas menunaikan kewajiban menafkahi istriku yang terakhir aku membersihkan diri lalu mengenakan celana pendek dan sarung lalu kaus oblong. Aku keluar kamar untuk sekedar menghisap rokok barang sebatang. Aku bukan perokok, tetapi sesekali ada keinginan untuk merokok sambil menghirup kopi. Di ruang tengah istriku sedang berkumpul. Melihat kedatanganku mereka berpindah duduk disampingku ada yang memijat pundak, tangan kiri, kanan lalu ada yang besimpuh di bawah memijat kaki kiri dan kanan. Disinilah rasa bahagia memiliki istri banyak, semuanya berebut melayaniku. Selain memijat yang lain membuat kopi dan ada yang menyajikan singkong dan ubi rebus. Kebetulan semua istriku sedang berada di rumah jadi 7 orang bidadari mengerubungiku. Ketika aku sedang berada di tengah-tengah istri-istriku, Merry keluar dari kamar mendengar candaan para istriku. Dia malu-malu mendekat melihat tidak ada tempat lowong di dekatku. Chandra yang tadi memijat tangan kiriku dia bangkit lalu menarik Merry agar duduk di sampingku. Merry tersipu-sipu berada di tengah istri-istriku yang lain. Istri-istriku meminta untuk memijat badanku, sehingga aku dibimbing memasuki kamarku. Kamarku adalah kamar terbesar di rumah. Ukurannya 8 x 10 dengan sebuah tempat tidur ukuran King size. Kalau tidur berhimpitan cukup untuk 5 orang, selain itu terdapat satu set sofa dan di sudut lain meja kursi untuk bekerja. Setelah semua masuk entah siapa mengambil inisiatif mengunci pintunya. Sarungku dibuka, begitu juga kausnya sehingga tubuhku telanjang tinggal celana dalam telungkup di atas tempat tidur. Chandra sebagai istri tertua memberi tahu kepada Merry bahwa sebagai istri ku tidak boleh memiliki rasa cemburu, karena diriku adalah milik semua istri. Chandra mengatakan bahwa para istri-istri ku biasa bermanja-manja kepada suaminya, “Jadi dik Merry lihat saja, kalau merasa ingin nanti boleh ikut gabung. Sementara itu aku diam saja menikmati pijatan yang kadang kala diselipi ciumah di pipi, dan entah dimana saja. Penisku dari tadi belum ejakulasi, sekarang sudah berdiri lagi. Setelah pijatan telungkup aku dipijat telentang. Dalam keadaan telentang aku tidak lagi dipijat, tetapi istri-istriku menciumiku, ada yang mencium bibirku, ada yang menjilati pentil susuku, yang lain mengulup penisku. Aku tidak ingat siapa saja dan berada di bagian mana. Namun dari ekor mataku bisa melihat bahwa Merry duduk di sofa menonton istri-istriku yang lain sedang mengerubutiku. Mereka yang mengerubutiku akhirnya menelanjangi dirinya masing-masing. Mungkin mereka ada 5 orang. Yang lainnya tidak ambil bagian, biasanya mereka sedang kedatangan tamu bulanan. Pijatan berakhir dengan secara bergilir mereka memacuku satu persatu, akhirnya Merry dipanggil untuk ikut ambil bagian. Mulanya dia malu,dan kelihatannya terpaksa, tetapi dia mau juga buka baju semua sampai telanjang dan mengambil gilirannya memasukkan penisku dan dia duduk diatas penisku dan melakukan gerakan berhubungan badan sampai mencapai orgasme Sejak saat itu, Merry tidak canggung lagi bermain dalam pesta orgy bersama dengan istri-istriku. Akibat terbiasa orgy, aku jadi jarang berhubungan suami istri secara pribadi dengan istri-istriku. Pengusaan diriku sudah makin kuat, terutama menahan ejakulasi. Satu minggu kubatasi berejakulasi hanya 2 kali saja, untuk menjaga stamina tubuhku. Kalau soal berhubungan badan rasanya hampir setiap hari berganti-ganti dan sering pula main keroyokan. Merry ternyata sangat menikmati permainan orgy. Menurut dia bermain seperti ini tidak mungkin jika hanya dari perkawinan monogami. Pada usiaku 47 tahun, istri pertamaku Chandra berusia 39 tahun, Sarinah 32 tahun, Sabrina 35 tahun, Atika 28 tahun, Liani 35 tahun, Uli 34 tahun dan Suri 28 tahun. Atika yang menikah denganku ketika masih berusia 19 tahun kini sudah menyelesaikan gelar S-2. Dia memiliki beberapa usaha Bimbingan Belajar dan sedang merintis mendirikan sekolah terpadu dari SD sampai Perguruan Tinggi. Minat Atika adalah di bidang pendidikan, sehingga dia banyak idenya dalam pengembangan pendidikan. Merry yang baru bergabung denganku sudah mulai berencana membangun hotel bintang 4 di Belitung dan beberapa youth hostel di Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya dan Bali. Istri-istriku yang sudah menguasai seluk beluk bisnis banyak memberi advis bagi yang sedang ekspansi usaha. Bersambung …