Dear semproters semuanya. Kali ini ane mau share sebuah cerita hasil garapan bersama suhu D 805 KI. Semoga semuanya bisa menikmati alur ceritanya. Tak lupa ane ingatkan, cerita ini hanyalah fiktif semata. Kesamaan nama, lokasi dan kejadian hanyalah kebetulan saja. Kurang lebihnya ane mon maap yang sebesarnya. Cheer’s. *** Menagih Dendam Pagi itu terlihat Astri baru selesai mandi. Tubuhnya yang sekal dan berkulit putih itu masih tertutup selembar handuk yang melilit sebatas dada dan pahanya. Namun hal itu tak mengganggunya untuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk suaminya. Di umurnya yang masih 20 tahun itu dia sudah menikahi seorang pemuda yang berjanji akan membahagiakannya seumur hidup. Memang pemuda itu bukan orang kaya, bukan juga orang yang mapan hidupnya. Tapi kebersamaan dan kehangatan cinta yang tulus membuat Astri rela mendampinginya. Sebenarnya Astri itu dulu sosok primadona di sekolahnya. Tak sedikit yang berusaha menjadi pacarnya. Bahkan ada beberapa orang terpandang di daerahnya yang ingin menjadikannya istri. Semua itu di tolaknya karena memang dia sudah punya lelaki idaman. Meski kini kehidupannya masih pas-pasan tapi dia dan suaminya berusaha untuk bahagia. Suaminya yang baru diangkat jadi seorang PNS masih bergaji kecil. Walau tinggal di sebuah rumah kontrakan tapi dia merasa tinggal di istana. Namun dalam hatinya yang paling dalam Astri mendambakan kehidupan yan mewah dan berkecukupan. Dia sudah bosan dengan kehidupannya yang selama ini berada di garis kemiskinan. Orang tuanya yang hanya buruh tani tak cukup membiayai dirinya untuk sekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam hatinya Astri sering merasa iri pada teman-temannya yang bisa mengenyam pendidikan tinggi dan hidup bergelimang kenyamanan. Itulah kenapa di bertekad untuk mencari cara agar keinginannya terwujud. “Udah selesai mah bikin sarapannya?” suara Argo, suaminya terdengar mendekat. “Udah pah… aku juga udah siapin barang-barang yang mau papa bawa” balasnya. “yaudah.. yukk kita makan dulu..” “Iya bentar, aku mau ganti baju dulu” “Ga usah.. pake handuk gitu aja mama udah cantik kok… hehe..” ucap Argo sambil mendekat dan memeluk pinggang Astri dari belakang. “Aduh papa…. semalam udah sampe lemes gitu, masih kurang?” Astri menoleh ke arah suaminya dan tersenyum genit. “Hehe.. kalo lihat mama cuma pake handuk gini sih mana bisa puas” balas Argo kemudian. “Ah.. udah.. udah.. ntar papa terlambat lho.. sarapan yukk..” Tanpa menunggu lama akhirnya suami istri itupun duduk berdua lalu makan sarapan yang sudah disiapkan sebelumnya. Begitu selesai sarapan, Argo kemudian memakai sepatunya lalu membawa tas koper yang berisi baju ganti dan peralatan yang dibutuhkannya. Kebetulan dia selama dua hari mendatang mengikuti pelatihan yang diadakan kantornya. “Berangkat dulu ya mah… baik-baik selama papa pergi..” ucap Argo berpamitan. “Iya pah.. jangan lupa kasih kabar kalau ada waktu” “Iya mah..” Argo kemudian mengecup kening dan bibir Astri dengan mesra. Tak lupa sebuah pelukan hangat dia lakukan pada tubuh seksi istrinya itu. Selepas itu dia langsung pergi menjalankan motornya meninggalkan depan rumah. Belum sempat Astri memakai baju, dari pintu depan rumahnya terdengar suara ketukan. Dia bimbang, antara membuka pintu rumahnya atau memakai baju dulu. Tapi karena ketukan pintu depan terdengar semakin keras akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu itu dan melihat siapa yang datang bertamu pagi-pagi seperti itu. Astri pun sedikit membuka pintu, tubuhnya bersembunyi dibelakang pintu, sedangkan hanya wajahnya saja yang mengintip di celah pintu yang terbuka “Eh.. pak Karsa… kenapa bapak kesini??” kejut Astri begitu melihat siapa yang datang. Dia adalah pak Karsa, salah satu atasan yang berpengaruh di kantor suaminya, Tak ada jawaban dari Pak Karsa, lelaki itu langsung masuk dengan mendorong pintu tanpa bisa Astri tahan, lalu Pak Karsa duduk di sebuah kursi tamu. Setelah pak Karsa masuk, Astri pun langsung melongok kiri kanan melihat sekeliling lingkungan rumahnya karena waswas dengan kedatangan Pak karsa di rumahnya, lalu dengan cepat Astri menutup pintu. “Pak… Ini gak sesuai dengan perjanjiannya.. suamiku baru saja pergi” ucap Astri dengan nada sedikit kesal atas kedatangan Pak Karsa yang tiba-tiba itu. “Hmmm … adem juga ini rumah!!” cuek pak Karsa duduk sambil memperhatikan tiap sudut rumah. “Pak.. ” tegur Astri yang masih berbalut handuk berdiri dengan perasaan tak enak, dia hanya bisa diam dihadapan Pak Karsa . “Ck..ck..ck..ck.. indaaahnya tubuh kamu As.. ” puji Pak Karsa lalu memperhatikan lekuk tubuh Astri, membuat Astri tersadar kalau dirinya hanya berbalut handuk saja. “Pak.. maaf saya tinggal dulu sebentar, mau ganti baju..” ucap Astri meminta diri. “Eh.. ga usah… gitu aja malah lebih bagus kok.. sini.. duduk sini” kali ini tatapan lelaki 40 tahun itu mendadak seperti ingin menelan tubuh Astri, lalu berdiri menghalangi langkah Astri. “Malu saya pak.. sebentar saja saya tinggal yah..” sedikit menerobos namun tangan pak Karsa menahan lengan Astri dan menarik tubuh Astri ke pelukannya “Aku Sudah memenuhi Janji aku untuk mempromosikan suami kamu, sekarang aku minta bayarannya darimu… kamu tak lupa kan janji kamu untuk melayani aku!?” ujar Pak Karsa dengan nada lembut tapi sedikit mengintimidasi Astri. Astri pun tak bisa membantah permintaan lelaki itu, dia teringat saat dua minggu yang lalu dengan ditemani seorang teman SMA-nya dia memohon pada pa Karsa untuk membantu suaminya ke jenjang karir yang lebih tinggi agar bisa memenuhi kebutuhan duniawinya. Pak Karsa menyanggupinya dengan syarat Astri mau melayani nafsu bejatnya “Iya… baik pak..” kini Astri hanya pasrah menuruti lelaki bejat itu setelah teringat janjinya. Perempuan cantik itupun kini duduk di depan atasan suaminya dengan tubuh hanya tertutup handuk, bahkan pakaian dalam pun tak dipakainya. “Hehe… gini kan lebih baik.. masak ada barang bagus mau disembunyikan” ucap pak Karsa dengan nada genit, dengan mengelus seluruh kulit pada tubuh Astri. “Maksud bapak?” “Ya kamu itu.. sudah cantik, bodinya mulus.. montok lagi.. hahahaha…” seloroh pak Karsa. Kini gerak-geriknya mulai seperti laki-laki hidung belang penggoda wanita. “hihihi.. ah bapak bisa aja.. udah ada yang punya lho pak…” balas Astri berusaha tenang. “Aku tau.. aku tau siapa kamu As… apa yang kamu butuhkan? aku akan menemani kamu selama suamimu tak ada” ucap pak Karsa sambil tersenyum pongah. Mata liarnya menatap paha mulus Astri yang tak mampu tertutup oleh handuk yang dipakainya. Belum lagi bulatan payudara perempuan cantik itu seakan ingin menonjol keluar dari tepian handuk biru muda itu. “Mmaksud bapak…?” balas Astri masih gugup. “Begini.. aku tau suami kamu baru pulang dua hari lagi.. sekarang kamu ikut aku.. nanti malam kita nikmati waktu berdua, hahaha…” pak Karsa tergelak penung kemenangan. “Itu… itu… ahh.. ga bisa saya pak” tolak Astri halus. “Kok gak bisa.. kamu jangan bohong Astri.. dengan segala ambisi mu aku tahu kamu menginginkannya.. begitu pula dengan nafsu birahimu yang meledak-ledak sedari kamu masih SMA, hahaha…” tawa Pa karsa. “Bbapak tau ddaari mana?” Astri semakin gugup keheranan. “Hahaha.. ya tau lah.. bahkan semua laki-laki yang pernah dekat denganmu saat masih sekolah saja aku tau.. termasuk teman mu yang mengantarkan kamu, dia banyak cerita tentang kamu” ujar pak Karsa bernada sombong. “Hemm… baiklah.. aku mau menemani.. tapi Bapak musti tuntas mempromosikan suamiku” ucap Astri mencari kepastian. “Iya… temanin aku saja.. tapi kalau mau lebih nanti bisa kita atur, kamu bisa liat nanti hahaha….” balas pak Karsa yang merasa di atas angin. “Dan satu lagi pak, apapun yang terjadi ini jadi rahasia kita? aku tak mau semua ini menghancurkan rumah tangga aku” ujar Astri memberikan persyaratan lain. “Oh ya jelas rahasia.. aku gak bodoh lah..” “Emm.. baiklah pak… saya ganti baju dulu” Meski dengan rasa bimbang dan ragu dalam hati Astri, demi karier suaminya dia nekat melakukannya. Perempuan itu kemudian masuk dalam kamarnya lalu memakai baju miliknya yang dia rasa paling bagus. Setelahnya dia kembali keluar menemui atasan suaminya lagi. “Gimana pak? Jadi?” tanya Astri begitu menemui pak Karsa lagi. “Waahh.. waahh.. kamu tambah cantik.. ya jelas jadi.. ayo kita berangkat” Tanpa menunggu lagi akhirnya pak Karsa dan Astri pergi dari rumah itu. dengan mengendarai mobil milik pak Karsa mereka menuju suatu tempat yang telah direncanakan oleh lelaki hidung belang itu. Tak sampai dua jam lamanya mereka sudah sampai pada sebuah villa. Meski rumahnya tak begitu besar tapi pemandangan sekitarnya bagus sekali. Rumah bergaya pondok kayu dengan dikelilingi taman bunga yang lumayan luas. Rupanya villa itu sering jadi langganan pak Karsa. Terbukti dari penjaga villa yang sudah bersiap dan tak perlu diperintah lagi untuk menyambut mereka datang. Tinggal serumah berdua antara perempuan cantik dan seorang lelaki hidung belang macam pak Karsa tak mungkin hanya duduk dan ngobrol saja. Meski mulanya Astri ragu dan takut pada ancaman pak Karsa tapi mau tak mau dia ikut menikmatinya juga. Apalagi dia telah dijanjikan karier suaminya akan melesat naik membuatnya menyerahkan raganya untuk dijadikan alat penikmat lelaki bejat itu. Semalaman mereka berdua memadu birahi. Seperti sepasang kekasih yang sedang bulan madu dan berusaha menumpahkan segala hasrat seksual mereka. Berbagai gaya dan posisi mereka lakukan. Tak peduli tempat manapun asal mereka suka pasti akan dijadikan lokasi memadu asmara. Hingga akhirnya pagi menjelang. Namun sebelum pulang mereka masih sempat bersetubuh layaknya suami istri di ruang depan. “Aahhh… aahh… mantap kali memek kamu sayang…” lenguh pak Karsa dengan penis yang berkedut kencang setelah melepaskan spermanya. “Huhhh…. huhhh… ahh.. iya pak.. kontol bapak juga enak banget.. bikin aku ketagihan” balas Astri yang kini turun dari pangkuan pak Karsa. Tubuh telanjangnya pagi itu nampak sudah bermandikan peluh. “Hehe.. enak mana sama punya suami kamu sayang?” “Ahh.. enakan punya bapak, panjang banget pak… huhhh… bisa nyodok sampe ke dalam…” “Kalo begitu nanti kita ulangi lagi ya sayang.. jangan lupa kalau ada apa-apa kamu bilang saja” imbuh pak Karsa sambil mengusap lelehan spermanya di pangkal paha. “Hihi.. bapak maruk ahh.. ya bisa diatur itu pak… tapi janji bapak harus terbukti” ingat Astri kemudian. “Gampang itu… semuanya akan aku atur asal kamu masih terus melayaniku” “Siap deh pak…“ balas Astri sambil tersenyum manis. Setelah selesai bersih-bersih dan mematut diri, kedua pasaangan laki perempuan itupun akhirnya menuju ke depan villa. Sudah ada mobil sedan warna hitam terparkir agak jauh dari pintu rumah. Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil itu. “Jono.. nanti kamu berhenti agak jauh dari rumah perempuan cantik ini, kamu masih hafal kan rumahnya?” ucap pak Karsa pada sopirnya. “Siap pak…” balas seorang lelaki bertubuh tegap yang merupakan sopir pribadi pejabat itu. “Lhoh kok agak jauh pak.. ntar saya jalan kaki dong..” Astri mulai cemberut membayangkan dia harus jalan kaki menuju rumahnya. “Biar tetanggamu ga ada yang curiga, oiya.. nanti kalau ada yang tanya bilang saja kamu pergi sama om kamu, menengok keluarga yang sakit..” “Ohh.. beres itu pak…” balas Astri yang mulai mengerti skenario yang akan dijalankan oleh mereka. Satu jam lebih menempuh perjalanan dengan mobil pak Karsa, akhirnya Astri bisa pulang ke rumahnya lagi. Seperti yang pak Karsa rencanakan, perempuan cantik itu diturunkan agak jauh dari rumahnya. Supaya memberi kesan kalau dia tadinya naik kendaraan umum. Karena di turunkan agak jauh dari rumahnya, Astri yang berjalan sendirian sempat jadi bahan godaan buat tukang becak dan beberapa tukang ojek yang mangkal di ujung pertigaan. Dia berusaha cuek saja dan terus berjalan menuju rumahnya. Beberapa langkah sebelum mencapai rumahnya , Astri sempat melihat beberapa orang ibu-ibu sedang berkumpul di rumah tetangganya. Dalam hatinya dia bersyukur sekali pak Karsa tidak mengantarnya sampai depan rumah. “Neng Astri.. tumben sendirian, darimana tadi?” tanya seorang ibu tetangga rumah kontrakannya. “Eh, bu Ida.. barusan jenguk keluarga sakit bu.. kasian ga ada yang nemenin di rumah sakit..” ucap Astri beralasan. “Ohh.. mangkanya sampe nginep gitu ya neng.. pak Argo kemana emang?” “Lagi dapat tugas luar kota bu.. hehe.. besok pagi juga sudah pulang kok.. permisi saya masuk dulu, mau istirahat…” “Iya iya neng…” Astri kemudian berlalu dari muka rumah tetangganya itu, dia terus berjalan memasuki rumahnya. Dari ujung pandangannya Astri sempat melihat ibu-ibu yang berkumpul di rumah tetangganya itu masih memperhatikannya, tapi dia cuek saja. Sesampainya di dalam rumah, Astri terduduk lesu di atas kursi ruang depan. Dia merasakan hatinya hancur berkeping-keping karena merasa telah menghianati pernikahan dengan suaminya. Tapi apa daya, dia juga ingin kesenangan dalam kehidupan, bukan hanya hidup susah seperti yang selama ini dia rasakan. Dia ingin hidup yang bergelimang harta seperti teman-temannya yang mendapatkan suami orang kaya. Perasaan Astri berkecamuk hebat, tapi terus coba dia pendam dalam hati. Namun begitu dia tak ingin terus menerus mengalami kegundahan yang mulai menyiksanya itu. Dia kemudian mengalihkan pikirannya untuk beraktifitas seperti biasa, bersih-bersih rumah, cuci, masak dan menyetrika baju suaminya. Pakaian hari itu menumpuk, buanyak banget. Baru menjelang sore semuanya sudah selesai. Tubuhnya penuh dengan keringat karena capek dan udara panas disiang hari tadi masih terasa sampai sore itu. Karena tak tahan dengan rasa gerah yang melanda tubuhnya. Kini Astri mencoba membuka pakaian yang menempel di tubuhnya. Mungkin dengan itu dia bisa mengurangi rasa gerah yang dideritanya sambil menunggu waktu untuk mandi sore. Astri kini memegang ujung bawah kaos pendek kuningnya dan ditariknya ke atas. Saat ujung kaos itu terangkat sedikit, air keringat di perutnya nampak mengalir turun. Ujung kaos itu terus naik, lalu tertahan oleh BH putihnya. Astri berada dalam posisi terkunci, kedua tangannya yang memegang kaos tertekuk menutup wajahnya. Rupanya kaos yang dia pakai terlalu rapat. “Aduhhh.. kenapa sih ini? Mana sempit lagi..” gumamnya merutuki nasib. Terlihat perut putih mulus Astri yang langsing begitu basah oleh keringat. Pusar Astri pun nampak seperti sumber mata air yang menggoda dari kejauhan. Astri yang meronta-ronta berusaha melepaskan kaosnya membuat keringat di tubuhnya mengalir semakin deras. Astri berhasil melewatkan kaos dari halangan BH-nya. Perlahan kaos itu melangkah menyusuri permukaan BH, ke atas, menyapu ketiaknya, terus naik, melewati leher, menuju dagu, kembali tertahan. Astri kembali kesusahan. Kedua tangannya lurus ke atas, kembali dia meronta-ronta. Pemandangan yang sedari tadi hanya perut mulus Astri yang terlihat, kini bertambah penampakan BH Astri yang terlihat begitu ketat. Mungkin Astri tak sadar toketnya kini semakin montok dan berisi. BH-nya lama-lama sudah tidak muat. Toket Astri yang masih tertutup BH seolah seperti kado yang minta dibongkar dan dinikmati. Astri akhirnya mulai bisa melepaskan kaitan dagunya. Kaos itu kembali bergerak ke atas, menyentuh bibir bawah Astri, ke atas, menyentur bibir atas, dan akhirnya ke dagu, rambut dan kaos itu pun lepas sepenuhnya. Setelah menumpuk kaos itu di keranjang cucian, Astri bersiap-siap untuk membuka celana pendeknya. Celana pendek yang dia pakai adalah jeans panjang bekas yang dia potong sendiri karena sudah gak muat ke bawahnya. Biar gak mubazir juga. Jadilah celana pendek hasil potongannya itu berupa celana pendek yang lumayan ketat. Astri sebenarnya jarang pakai celana pendek yang itu. Terpaksa sih, karena yang lain baru dijemur hari ini. Dibukanya pengait celana. Cklek!! Jemarinya menelusuri sisi atas celana sebelum berhenti di pinggang. Kedua tangannya kini coba menurunkan celana itu. Susah payah. Astri mulai menggoyangkan pantatnya ke kiri, ke kanan, ke kiri, ke kanan, melingkar. Akhirnya celana itu berhasil melewati pantat mengarah ke lutut. Sayangnya goyangan pantat Astri tadi bikin tubuhnya terombang ambing, goyang, badannya kebawa mundur ke belakang, terhalang celananya sendiri, Astri pun jatuh terjengkal. Gubrakkk…!! Pantat mulus Astri yang masih tertutup celana dalam itu mendarat persis di sebelah keranjang baju kotor. “Addduhhhh… sial..!! bakal aku buang aja nih celana..” rutuknya lagi. Astri kemudian mencoba bangkit, dia juga telah berhasil melepaskan celana pendek jeans yang dipakainya tadi. Karena kesal, celana pendek itu sengaja tidak ditumpuk di keranjang cucian, tapi dia jadikan keset untuk pintu kamar mandinya. Kini Astri telah sukses melucuti tubuhnya sendiri. Astri melihat dirinya di cermin sebelah pintu kamar mandi. Cermin badan setinggi 2 meter, dimana dia bisa melihat dirinya sendiri dari ujung kaki sampai ujung kepala. Cuma BH dan celana dalam warna putih yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya yang putih bersih itu kini tampak lecek, kotor, diselimuti oleh keringat yang mulai mengering. Sambil terus menatap cermin, Astri berusaha melepasan kaitan behanya. Cklek!! Bra putih itu pun lepas, dilemparnya ke pojokan tempat keranjang cucian. Payudaranya kini terpampang di cermin. Bekas garis tali BHnya tampak jelas. Payudaranya kini memang semakin membesar, kencang dan menonjol ke depan. “Hemm.. rupanya ini yang bikin laki-laki tergoda.. hihi.. memang bagus sih..” pujinya sendiri melihat lekuk tubuh bagian atasnya. Astri menyadari, sebelum dia menikah sudah ada laki-laki yang menjamah payudara itu. Tak asing baginya saat tangan lelaki mengelus dan mengusap daging kenyal itu, terutama puting susunya. Sejenak dia mengamati ada tidaknya bekas cupangan pak Karsa, untung saja tak membekas. Kali ini dia beruntung, kalau sampai membekas dan suaminya melihat pasti akan jadi sebuah perdebatan yang mengancam keutuhan rumah tangganya. Dari dulu Astri lebih senang menyebutnya toket. Bukan lagi hanya sebagai penghasil ASI, tapi juga sebagai senjata wanita paling ampuh. Senjata yang pastinya bikin lelaki manapun klepek-klepek, haus mendadak, bahkan ketika masih ketutup pakaian berlapis-lapis sekalipun. Dulu pada usianya yang masih 17 tahun, toket Astri memang terkesan besar. Sangat menonjol bila dibandingkan dengan teman-teman di sekolahnya. Awalnya dia merasa risih karena ejekan dari teman-temannya, tapi sekarang malah timbul kebahagiaan melihat orang lain cuman bisa mengagumi bungkusnya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Astri tersenyum sendiri. Astri meraih celana dalamnya. Langsung dia turunkan ke bawah dan dilemparnya ke pojokan tempat keranjang cucian berada. Astri kini coba melihat bagian bawah tubuhnya. Jembut, rambut kemaluan yang tumbuh di sekitaran vaginanya begitu tercukur rapi. Dia memang rajin menatanya, baginya rambut kemaluan yang banyak membuat pasangannya tak bernafsu dan rasanya pasti gatal. Pandangannya lalu turun ke bawah sedikit, tepat pada celah kewanitaannya. Lobang memeknya nampak masih rapat, meski dari malam sampai pagi tadi masih digempur habis-habisan oleh batang penis pak Karsa. Astri berjanji meski sudah punya anak berapapun dia akan tetap berusaha mempertahankan celah kewanitaannya itu tak akan melebar dan mengendur. Entah bagaimanapun caranya. Astri melihat kembali dirinya di cermin. Dari ujung kaki ke ujung kepala. Dia telanjang bulat. Seperti manusia yang baru dilahirkan. Bediri di depan cermin dengan badan bercucuran keringat membuat Astri jadi haus. Diambilnya handuk di kamar mandi dan dililit menutupi tubuhnya. Dia lantas berjalan menuju dapur, namun masih beberapa langkah tiba-tiba handuk yang melilit tubuhnya itu jatuh ke lantai. Ikatannya memang tak erat. Reflek dia langsung berjongkok lalu memungut handuk itu, namun gerakannya terhenti. “Ahh.. biarin deh, mumpung lagi ga ada orang..” pikirnya. Astri masih mengingat betul saat dia di desanya dulu. Semasa masih hidup dengan keluarganya. Dia dan teman-temannya biasa mandi bugil di tepi sungai tanpa ada yang berusaha berbuat mesum pada mereka. Memang peraturan di desa tempat tinggalnya sangat ketat. Sanksi bagi yang berbuat mesum pada perempuan akan mendapat hukuman berat, bahkan kalau sampai memperkosa akibatnya bisa dipotong kemaluannya. Astri mulai bangkit berdiri, seketika itu… wusssshhhh… Hembusan udara dari luar membelai toketnya, pantatnya, pinggangnya, bagian-bagian tubuhnya yang selama ini tertutup rapat. Begitu halus, tak seperti hembusan kipas angin yang malah hangat terasa. “Ahhhh…” Astri merasakan kenikmatan. Bibirnya tersenyum kecil. Dia pun berjalan pelan ke dapur dengan belaian udara menyapu tubuh telanjangnya. Astri sudah tak berpikir akan ada orang lain yang bakal mengintipnya, dia cuek saja melakukannya. Toh kalau ada yang mengintip hanya bisa melihatnya saja, tak akan ada yang berani menjamah tubuhnya. “Hmmmm… anginnya dari sini rupanya” gumam Astri saat melihat celah kecil di jendela dapur rumahnya. Dalam ketelanjangan dia ambil segelas teh yang tadi disiapkannya lalu meminumnya. Karena terburu-buru saking hausnya, dia tersedak, tersembur keluar mulutnya. Terciprat ke toketnya, perutnya. Sementara itu air teh di gelas yang dipegangnya tumpah di antara belahan toketnya, mengalir ke bawah, terus, sampai ke pusarnya, terus, ke memeknya, terus sampai ke pahanya. Astri bergegas ke kamar mandi, mengambil handuk yang tercecer tadi, tapi kali ini hanya digantung di pundak kiri. Dalam perjalanan kembali ke dapur, dia melirik sebentar di cermin. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Astri melihat tubuhnya penuh noda. Tumpahan air teh yang bercampur keringat kering dan ludahnya sendiri membekas di sana-sini. Tubuh Astri kini seperti lukisan dengan corak kuning kecoklatan. “Astri… kotor banget kamu…. macam orang gila di pinggir jalan, hihihi..” Perempuan cantik itu sekilas merasa jijik melihat tubuhnya, namun rasa jijik itu tiba-tiba berubah menjadi rasa percaya diri. Dia lihat meski tubuhnya tak karuan seperti itu tapi dia masih terlihat cantik, bahkan terlihat semakin sensual. Pasti akan menambah daya tarik buat lelaki yang melihatnya. Itu pasti, pikirnya. Astri kini lebih mendekat ke arah cermin di depannya. Dia perhatikan baik-baik kondisi tubuhnya. Entah kenapa libidonya tiba-tiba saja naik, memeknya semakin berkedut dan gatal, menandakan dia ingin dipuasi saat itu juga. Tapi dengan siapa? Suaminya besok baru pulang, sedangkan dia sendirian di rumah. *** Bersambung dulu ya gaes ^_^