Sekarang aku hanya sedang menulis. Terpampang bayang tubuh ramping yang berbalut satin tidur di layar komputer.
Lelah, ya, aku lelah. Selama ini hanya membaca dan menulis fantasi liarju tentang seks di forum semprot, itupun ceritaku tidak pernah tamat, selalu putus di tengah jalan.
Malam ini aku hendak menyudahi kegiatan baca tulis, tiba-tjba ada notif pesan masuk.
Salah satu member lawas. Katanya, dia sering membaca tulisanku dan menebak jika aku butuh kehangatan seorang pria.
Bukan sih, bukan hanya kehangatan seorang pria, tapi sosok yang selalu ada dikala aku butuhkan. Bukan yang kaya, cukup yang jantan.
Sebut saja dia Riko. Kami bertukar nomor WA dan mulai intense chat.
Karena berkenalan di situs semprot, kami tidak asing dengan kalimat vulgar. Tidak munafik, aku sholat kok, rajin, tapi masalah bokep juga rajin.
Riko mengajak ketemuan.
Deg.
Jantungku seperti kelelep air. Entahlah, diumur dua tujuh, aku merasa tua, mengingat Riko masih berumur delapan belas tahun.
Tapi kasihan juga kalau tidak ditemui. Dia mengaku sedang ikut kegiatan kemah di Malang. Rencananya kalau setuju mau ketemuan.
Aku menyetujui pertemuan pertama kami.
Kami janjian di royal plaza. Yang mana ya Riko?
Aku harap sesuai dengan foto. Rambutnya cepak mirip rambut bintara, badannya tegap lengkap dengan roti sobekjuga bantalan kembar. Dia pernah pap dedeknya panjang. Hahaha, itu yang membuatku penasaran, apa benar bocah SMA punya dedek sepanjang 15cm?
“Mbak Gina?” Sosok berkemeja panjang kotak-kotak duduk di depan, mengajak bersalaman.
Ganteng. Sungguh ganteng. Urat tangannya seperti sedotan kecil yang tersambung ke jari-jari panjangnya. Rahang kokoh berbentuk kotak siku sempurna. Alisnya lebat seperti jembut suamiku, dan matanya sehitam kelam malam yang melahapku mentah-mentah.
“Mbak Gina, kan?”
“Oh iya, kamu pasti Riko.”
“Iya Mbak. Wah, ternyata Mbak beneran cantik.”
Kami yang biasa cuma ngobrol di video call sekarang bertatap muka. Dia membuatku kembali muda.
Sungguh berani anak jaman sekarang. Baru bertemu merenggut telapak tanganku di atas meja. Dia mengelus jari yang berhias cincin emas pernikahanku.
“Lepas aja Mbak, biar aku gak dikira adiknya Mbak.”
Ya sudah aku lepas. Terus dia berbisik. “Kira-kira muat gak ya, di kontol aku?”
Aku tertawa kecil. “Gak lah. Kan kamu gede Ko.”
“Yah, padahal enak kalau ada cincin di kontolku.” Riko memandangku dengan ratapan pejantan kelaparan.
Kakinya mengelus kakiku.
“Mbak, aku nginep di rumahmu ya.”
“Katanya camping.”
“Iya, tapi banyak nyamuk.”
“Boleh. Yuk sekarang aja.”
Sialan, padahal aku mau bercinta sama Riko. Dia sudah melihat mobilku, mau bagaimana lagi.
Segera aku pakai cincinku. “Riko, kalau ditanya bilang kamu anak Tante Harti.”
Riko mengangguk, pandanganya liar menangkap gadis berkaos ketat. “Siapa itu Mbak?”
“Adik ipar Mbak. Dewi. Yuk turun.”
Kami mengobrol sebentar, ternyata dia sedang bytuh narasumber untuk skripsi. Sebagai kakak ipar , aku menjadi narasumber yang baik, menjawab setiap pertanyaannya, sementara Riko menunggu di kamar tamu.
Sampai Magrib baru dia mau pulang. “Besok lagi, ya Mbak.”
“Iya hati-hati di jalan.” Aku melepas kepergiannya dengan melambai ramah. Akhirnya, vaginaku bisa terpuaskan malam ini.
Aku masuk ke kamar tamu, mendapati Riko sedang terlentang, telanjang, menonton bokep sambil mengocok pelan kontolnya yang panjang dan berurat. Mengkilat banget, mungkin dia memakai liur sendiri.
“Maaf Mbak, kelamaan.”
“Gak apa sayang.” Aku mau melepas baju, tapi dia melarang.
“Aku tahu Mbak pengen yang hot kan? Jangan pakai cara konvensional. Tunggu sebentar lagi, aku mau beri kejutan.”
Aku penasaran, tapi dia menarikku duduk di tepo kasur.
“Emang mau ada apa?”
“Mbak tenang saja.”
Riko mengenyot tetekku tanpa melepas pakaianku terlebih dahulu. Lidahnya meenari-nari di sekitar pentil. Liurnya membuat basah di sana, sementara tangannya meremas kasar tetekku yang lain.
Ouh, aku sampai mendongak melenguh kencang.
Ketika dia menggigit kecil, aku berteriak kecil. Nikmat banget, sudah lama aku tidak merasakan sensasi seperti ini.
Tanganku gak tinggal diam, mulai mengocok pelan sambil meremas batang kontol yang sedikit melengkung mirip pisang.
Dia membimbingku untuk mengulum benda berurst yang membuat libidoku memuncak.
Aku meludahi dulu, lalu kujilati bagian lubang dan kepala kontol, sebelum mulai menyerlong.
Suara srrp srrp mendominasi. Dia mulai mengerang, mengelus jilbabku.
“Ya gitu sayang, pakai lidahnu, yaa terus.”
Tiba-tiba kontolnyabmembesar dan cairan putih menyembur. Saking kental dan anyirnya cairan, meleleh dari sela bibirku.
“Mbak seksi banget.”
Aku menelan semua cairan vjtamin pemberiannya, lalu kami berpagut. Aku mengocok pelan kontolnya, berharap bangkit lagi, hingga suara bel mengusik permainan kecil kami.