[Ini modifikasi dari cerita lama] Tiba- tiba Kring.. Kring.. HP-ku berbunyi. Aku Robert, sorang direktur perusahaan perbebunan ternama di Negeri ini, usia 52 tahun. Siang itu aku berada di kantor sedang membaca surat-surat dan dokumen yang barusan dibawa sekretarisku Lia, untuk aku periksa dan tanda tangani. Kulihat di layar handphone ku tampak sebuah nomor telepon yang sudah sangat kukenal. “Hello.. Dita.. Apa kabar” sapaku. “Hi.. Pak Robert.. Kok udah lama nih nggak kontak Dita” “Iya habis sibuk sih” jawabku sambil terus menandatangani surat-surat di mejaku. “Ini Pak Robert.. Ada barang bagus nih..” terdengar suara Dita di seberang sana. Dita ini memang kadang-kadang aku hubungi untuk menyediakan wanita untuk aku suguhkan pada tamu atau klienku. Memang terkadang untuk menggolkan proposal, perlu adanya servis semacam itu. Terkadang lebih ampuh daripada memberikan uang di bawah meja. “Bagus gimana Dit?” tanyaku penasaran. “Masih ABG Pak… Baru SMA. Masih perawan, bener-bener gadis virgin tulen” Mendengar hal itu senjataku langsung berontak di sarangnya. Memang sering aku kencan dengan wanita cantik, ABG atupun Mahasiswi. Tetapi jarang-jarang aku mendapatkan yang masih perawan seperti ini. “Cantik nggak?” tanyaku “Cantik dong Pak.. Tampangnya innocent banget. Bapak pasti suka deh.. Nanti saya WA foto-fotonya” rayu Mami Dita ini. Setelah itu aku tanya lebih lanjut latar belakang gadis itu. Namanya Tari, anak keluarga ekonomi lemah yang perlu biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Ibunya tidak mampu menyekolahkannya dan saudara-saudaranya lagi selepas kematian ayahnya, sehingga setelah dibujuk Dita, dia mau melakukan hal ini. “Minta berapa Dit? ” tanyaku “Murah kok Pak.. cuma sepuluh juta” Wah.. Pikirku. Murah sekali.. Aku pernah dengar ada orang yang beli keperawanan sampai puluhan juta. Setelah ku lihat-lihat fotonya memang cantik juga. Singkat kata, akupun setuju dengan tawaran Dita. Aku berjanji untuk menelponnya lagi setelah aku sampai di lokasi nanti. “Lia.. Ke sini sebentar” kutelpon sekretarisku yang sexy itu. Tak lama Lia pun masuk ke ruanganku. Sambil tersenyum manis dia pun duduk di kursi di hadapanku. “Ada apa Pak Robert?” tanyanya sambil menyilangkan kakinya memamerkan pahanya yang putih. Belahan buah dadanya tampak ranum terlihat dari balik blousenya yang agak tipis. Ingin rasanya aku nikmati dia saat itu juga, tetapi aku lebih ingin menikmati perawan yang ditawarkan Dita. Toh masih ada hari esok untuk Lia, pikirku. “Saya perlu uang lima juta untuk entertain klien. Tolong minta ke bagian keuangan ya” kataku. “Baik Pak” jawabnya. “Ada lagi yang bisa saya bantu Pak Robert..?” Lia berkata genit sambil menatapku menggoda. “Nggak.. Mungkin lain kali Lia.. Saya sibuk banget nih” kataku pura-pura. Aku tak ingin staminaku habis sebelum bertempur dengan Tari, gadis SMA itu. Liapun beranjak pergi dengan raut muka kecewa, dan tak lama dia kembali membawa uang yang aku minta beserta slip tanda terima untuk aku tandatangani. “Nanti kalau perlu lagi, panggil Lia ya Pak” katanya masih mengharap. “Baik Lia.. Saya pergi dulu sekarang. Jangan telepon saya kecuali ada emergency ya” jawabku sambil mengemasi laptopku. Ku perintahkan supir untuk menuju hotel tampat biasanya dan tak lama akupun sudah meluncur dengan Mercyku menuju hotel. Setelah mendapatkan kunci akupun bergegas menuju kamar suite di hotel itu di lantai 30. Setiba di kamar, kutelpon Dita untuk memberitahukan aku sudah di lokasi. Dia berjanji untuk datang sekitar satu jam lagi. Sambil menunggu kunyalakan TV dan menonton siaran CNN di ruang tamu kamarku melihat berita perang di Ukraina. Setelah satu jam setengah aku menunggu, terdengar bunyi bel kamarku. Kubuka pintu kamarku dan tampak Dita bersama seorang gadis belia, Tari. “Maaf Pak Robert. Tadi Tari baru pulang dari latihan pramuka di sekolahnya” alasan Dita. Mungkin tampak di wajahku kalau aku kesal menunggu mereka. “OK nggak apa.. Ayo masuk” kataku sambil memperhatikan Tari. Hari itu dia mengenakan tanktop yang memperlihatkan bahunya yang putih mulus. Juga rok mini jeans yang dikenakan menambah cantik penampilannya, pasti Dita sudah mempersiapknnya untukku. Tubuhnya termasuk cukup bongsor untuk anak seusia dirinya. Dari balik tanktopnya tersembul buah dadanya yang tumbuh cukup mengkal. Yang membuat aku kagum adalah wajahnya yang sangat cantik dan terkesan innocent. “Tari.. Ini Oom Robert” kata Dita memperkenalkanku padanya. Ku ulurkan tanganku dan disambutnya sambil berkata lirih, “Ta.. Tari.. Oom…” Kemudian kami bertiga duduk di sofa, dengan Tari duduk disampingku sedangkan Dita duduk di seberang. Kurengkuh pundak Tari dengan tangan kiriku, sambil kuelus-elus sayang. “Gimana Pak.. OK khan” Dita bertanya “OK.. Kamu jemput lagi aja nanti” jawabku sambil mengelus dan meremas lengan Tari yang mulus itu gemas. Setelah itu Dita pamitan, tentu saja setelah menerima pembayaran dariku. Kulihat tari semakin gugup. “Kamu lapar nggak Tari? Kita pesan makanan dulu yuk” saranku. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang memang sudah waktunya makan malam, dan aku tak mau staminaku tidak prima hanya karena perutku yang lapar. Apalagi ternyata gadis perawan yang dibawa Dita ini cantik sekali. “Pesan apa?” tanyaku sambil memberikan room service menu padanya. “Nasi goreng aja Oom” “Minumnya?” “Minta susu boleh Oom?” jawabnya. Langsung aja aku pesan beefsteak dan bir untukku, dan nasi goreng serta susu untuk Tari. Sambil menunggu pesanan datang, kamipun menonton TV. “Channelnya Tari ganti ya Oom” katanya sambil mengambil remote. “Oh ya.. Oom juga bosen lihat perang terus” jawabku sambil mengagumi keindahan tubuh Tari. Setelah dia duduk, kuelus-elus rambutnya yang pakai bando berpita dan panjangnya sebahu itu. Tari kemudian mengubah channel TV ke channel Korea. Rupanya dia suka menonton K-drama. Maklum lah masih anak-anak zaman sekarang, pikirku. “Kamu sudah punya pacar?” tanyaku setelah kami terdiam beberapa saat. “Belum Oom..” “Kenapa?” tanyaku lagi “Tari belum mau aja om…” katanya sambil terus menatap TV. Aku pun makin bernafsu mendengar jawabannya. Yah benar.. Akulah nantinya yang akan menikmatimu untuk pertama kalinya he.. He.. Kuciumi pipinya sambil kuelus-elus pahanya. Tari nampak tak terbiasa dan bergerak agak menghindar. Pahanya yang putih mulus makin tersibak menampakkan pemandangan yang indah. Tanganku kemudian meraba dadanya yang masih tumbuh itu. Kenyal dan lembut sekali. D…? Tidak kayaknya masih C. Kemudian kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Tampak sekali bahwa dia belum berpengalaman dalam hal seperti bercinta begini. Tanganku sudah ingin melucuti tanktopnya ketika tiba-tiba bel kamarku berbunyi. “Room Service” terdengar suara di depan kamarku. Akupun berdiri meninggalkan Tari untuk membuka pintu. Tampak ada perasaan lega di raut wajah Tari ketika aku beranjak pergi. “Ada pesanan lagi Pak?” tanya petugas room service setelah meletakkan makanan di meja. “Nggak” jawabku “Mungkin buat anaknya?” tanyanya lagi “Mungkin nanti menyusul” kataku sambil menandatangani bill yang diserahkannya. Aku geli juga mendengar si petugas menyangka Tari adalah anakku. Memang pantas sih dilihat dari perbedaan umur kami. Tari bahkan lebih muda dari putri semata wayangku. Kamipun lalu menyantap makanan kami. Tari menikmati nasi goreng dan segelas susunya sambil terus menonton kartun kesayangannya. “Mau buah Tari?” kataku sambil mengambil buah-buahan dari minibar. “Nggak Oom.. Udah kenyang. Dibungkus aja boleh ya Oom.. Untuk adik di rumah” katanya. Hm.. Benar-benar manis, polos dan baik hati ini anak, pikirku. Dalam hati aku kasihan juga pada dia, tapi aku tak dapat menahan nafsu birahiku untuk menikmati tubuhnya yang muda itu. Aku makan satu buah apel dan kuberikan sisanya padanya. Diterimanya buah-buahan itu dan kemudian dimasukkan dalam tasnya. Akupun kembali duduk disampingnya dan kemudian kuambil remote dan kumatikan TVnya. “Ayo sayang kita mulai ya..” kataku sambil menciumi pundaknya yang terbuka. Aku kemudian beralih menciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas dadanya. Tak ada response darinya. Ketika tangannya yang mungil aku letakkan di atas kemaluanku, dia diam saja. “Kok diam saja sih!!” Bentakku. “Oom.. Tari nggak pernah Oom.. Belum ngerti” jawabnya lirih ketakutan. “Ya sudah sini kamu..” kataku sambil beranjak ke meja dimana laptopku berada. Tari mengikutiku dari belakang. Langsung kusetel film JAV yang aku simpan di dalam harddiskku. “Ayo sini duduk Oom pangku” kataku. Taripun duduk di atas pangkuanku sambil melihat adegan persetubuhan dimana seorang wanita Jepang cantik sedang dengan rakusnya mengulum kemaluan orang berkulit hitam. Mata Tari tampak takjub melihat adegan yang pasti baru pertama kalinya dia lihat itu. Sementara aku menciumi dan menjilati pundak dan lehernya yang jenjang dari belakang. Tangankupun telah masuk ke dalam tanktopnya dan meremas-remas buah dadanya yang masih tertutup BH itu. Kutarik ke atas cup BHnya sehingga tangankupun leluasa menjelajahi dan meremas buah dadanya yang sedang tumbuh itu. Kupilin perlahan puting dadanya yang mulai mengeras. “Oom.. Jangan Oom.. Tari malu” katanya sambil menatap adegan di laptopku dimana si wanita sedang mengerang-erang nikmat disetubuhi dari belakang. “Nggak usah malu sayang” jawabku sambil agak memutar tubuhnya sehingga aku leluasa menikmati dadanya. Kulumat buah dada ukuran medium itu dan kujilat lalu kuisap putingnya yang kecil berwarna merah muda itu. Sementara tanganku yang satu telah merambah paha sampai mengenai celana dalamnya. “Pelan-pelan Oom.. Sakit” desahnya ketika tanganku mengusap-usap kemaluannya setelah celana dalamnya aku sibak. Mulutku masih sibuk mencari kepuasan dari buah dada perawan belia ini. “Kamu cantik sekali Tari.. Ohh yeah..” kataku meracau sambil mengulum dan menjilati buah dadanya. Tanganku mengelus-elus pundaknya yang jernih, sedangkan yang satunya sedang merambah kemaluan anak perawan ini. Kemaluanku semakin memberontak di dalam celanaku, bahkan sudah mengeluarkan cairannya karena sudah sangat terangsang. Kuturunkan Tari dari pangkuanku, dan akupun berdiri didepannya. Kuangkat tuhnya dan kupeluk erat, ku ciumi bibirnya dengan ganas sambil tanganku meremas-remas rambutnya. “Emmhh.. Emmhh..” hanya itu yang terdengar dari mulut Tari. Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga mulutnya. Sementara kuraih tangan Tari dan kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat membengkak. Tetapi lagi-lagi dia hanya diam saja dengan tangan gemetar ketakutan. Memang dasar anak ingusan, belum tahu cara memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi. “Ayo.. Berlutut!!” kataku sambil menarik rambutnya. Tampak air mata Tari berlinang di sudut matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri dengan gagah di depannya. “Ayo isap!!” perintahku pada Tari yang tampak ketakutan melihat kemaluanku yang hampir sebesar lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada kemaluanku itu. “Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar banget.. Nggak muat Oom” katanya mengiba-iba. Terasa tangannya bergetar memegang kemaluanku. “Ayo!!” bentakku sambil menarik rambutnya sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya yang imut dan innocent itu. Tampak Tari sambil menahan tangisnya membuka mulutnya dan akupun sambil berkacak pinggang menyorongkan kemaluanku padanya. “Aahh.. Yeah.. Make Daddy happy..” desahku ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya yang mungil. Akupun mengelus-elus rambutnya yang berpita itu dengan penuh kasih sayang ketika Tari mulai menghisapi kemaluanku. “Ayo jilati batangnya.. Sayang” kataku sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Taripun mulai menjilati batang kemaluanku dengan perlahan. “Ayo isap lagi” instruksiku lagi sambil tanganku mengangkat dagunya dan menyorongkan kemaluanku padanya. Taripun mulai lagi mengulum kemaluanku, walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke dalam mulutnya. Kutekan kemaluanku ke dalam mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika kemaluanku mengenai kerongkongannya. Dikeluarkannya kemaluanku untuk mengambil nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya. “Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom” Tari memohon. Air matanya tampak menetes di pipinya “Oom belum puas. Ayo lagi!!” bentakku sambil menjambak rambutnya, sehingga wajahnya terdongak ke atas menatapku. Tari pun terisak menangis, tetapi kemudian dia kembali menjilati dan mengulum kemaluanku. Pemandangan di kamar hotel itu sangatlah indah menurutku. Seorang laki-laki paruh baya dengan tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang, sementara seorang gadis muda dengan wajah tanpa dosa sedang mengulum kemaluannya. Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari anak perawan itu cara untuk memberikan kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan ejakulasinya. “Buka mulutmu!!” perintahku pada Tari sambil mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya. Kemudian kukocok-kocok kemaluanku sebentar, dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai wajahnya. “Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu punya bakat, Tari..” erangku saat orgasme. “Ayo telan!!” perintahku lagi ketika melihat dia akan memuntahkan spermaku keluar. Tampak dia susah payah berusaha menelan spermaku, walaupun karena jumlahnya yang banyak, sebagian meleleh keluar dari mulutnya. Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi kembali. Dia pun kemudian mengambil dan meminum habis sisa susunya. Sementara aku pergi ke toilet untuk buang air kecil. Sekembalinya aku dari toilet, tampak Tari sedang duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya tampak kosong dan berubah menjadi takut ketika melihat aku menghampirinya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali kuelus-elus pundak dan tangannya. “Omm.. Tari pengin pulang Oom.. Tari capek..” katanya. “Yach kamu istirahat dulu aja sayang” jawabku sambil mencium pipinya. Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV yang masih menayangkan acara Korea kesukaannya itu. Kuusap-usap tubuhnya yang duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi. Aku menunggu hingga kejantananku bangkit kembali. Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih menayangkan adegan syur semenjak tadi. Di layar sekarang seorang pria tua Jepang sedang dihisap kemaluannya oleh dua gadis JK cantik. Memang film-film produksi Negara Sakura ini bagus-bagus sehingga aku menyimpannya di harddiskku. Melihat adegan demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Tari berada. Tari tampak gelisah ketika aku berlutut di depannya. “Om mau menikmati memekmu sayang” kataku sambil menyibakkan rok mininya. Kuciumi pahanya dan kujilati sampai mengenai celana dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya itu sehingga memeknya yang bersih tak berbulu itu tampak mempesonaku. “Jangan Oom.. Tolong Oom” kata Tari ketika tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena gemas, langsung aku jilati dan isap memeknya. Lidahku menari-nari dan kumasukkan ke dalam liangnya yang perawan itu. “Uhh.. Ampun Oom..” erangnya ketika aku menemukan klitorisnya dan langsung kuhisap. Sementara tanganku naik ke atas meremas buah dadanya. Kupilin-pilin putingnya sehingga mulai mengeras. Sementara memeknya pun sudah mengeluarkan lendir tanda dia sudah siap untuk disetubuhi. “Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis..” kataku sambil merengkuh tubuhnya dan menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil badannya tetap aku gendong menuju kamar tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun mulai melucuti pakaianku. Tampak kemaluanku sudah kembali membengkak ingin diberi kenikmatan oleh gadis muda ini. Tari tampak memandangku dengan tatapan mengiba. Matanya menampakkan ketakutan melihat ukuran kemaluanku. Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai. Langsung kusantap buah dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan itu, dan kujilati dan kuisapi putingnya hingga mengeras. Lanjut kubuka rok mininya, sehingga Taripun sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang. Jariku kemudian menari merambah memeknya dan mengusap-usap klitorisnya. “Tolong jangan Oom.. Aduh.. Oom.. Jangan Oom.. Tari masih perawan Oom.” rengeknya. Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya “Memangnya Bu Dita bilang apa?” tanyaku “Katanya Tari nggak akan diperawani. Cuma dipegang dan diciumi aja” jawabnya terisak. Mendengar itu timbul perasaan iba karena ternyata dia telah ditipu oleh Dita. “Ya sudah..“Kataku. “Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi” perintahku. Akupun lalu tidur telentang dan Taripun kutarik hingga wajahnya berada di depan kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya perlahan, hingga Tari kembali memberikan kenikmatan mulutnya pada kemaluanku. Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun menghisapi kemaluanku. Tangankupun mengelus-elus rambutnya penuh rasa sayang seperti rasa sayang bapak kepada anaknya. “Ya terus.. Sayang” erangku menahan nikmat yang tiada tara. Merasakan itu nafsuku jadi tidak bisa ditahan lagi. Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku. Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas pantatnya. Kemudian kubalikkan badannya, sehingga badanku yang tinggi besar menindih tubuh belianya. Kusedot puting buah dadanya dan kugigit-gigit sehingga menimbulkan bekas memerah. Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan kemaluanku ke memeknya. “Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan.. Ampun..” rengek Tari ketika kemaluanku mulai menyentuh bibir memeknya. Aku tambah bernafsu saja mendengar rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga mulai menerobos liang perawannya. Sempit dan kencang sekali memeknya. Butuh 10 menit lebih sampai kepala kemaluanku masuk semua. Rangsanganku di dadanya membuat lendhir semakin banyak keluar dari memek tari sehingga aku semakin berani menekan lebih dalam. Setelah bebrapa lama dapat kurasakan ada sesuatu menghalangi kemaluanku, yang pasti adalah selaput daranya. Aku berdiam sejenak dan menciumi bibir Tari untuk meningkatkan nafsunya dan mempersiapkannya untuk apa yang akan terjadi nanti. “Ahh.. Sakiitt.. periiih…” jeritnya menahan tangis ketika kutekan kemaluanku sekuatnya sampai merobek selaput daranya. Kutahan sebentar menikmati kepuasan saat aku mengambil keperawanan anak ini, kemudian kugerakkan pantatku maju mundur menyetubuhinya. “Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Memekmu enak Tari.” racauku “Oh.. Ampun.. Sakit.. Udah Oom.. Ampun..” Tari merintih kesakitan sambil menangis. “Yes.. You naughty girl.. Daddy must punish you.. Yeah..” aku kembali meracau kenikmatan. Kugenjot terus kemaluanku, dan aku merasakan nikmatnya jepitan vagina Tari yang sangat sempit itu. Tampak air mata Tari meleleh membasahi pipinya, dan ketika kugenjot kemaluanku tampak wajahnya menyeringai menahan sakit. Hangat dan nikmat sekali memeknya. Kutarik pahanya sehingga melingkari pinggangku, dan sambil duduk di ranjang kugenjot lagi vaginanya. Tanganku sibuk menjelajahi buah dadanya rang ranum. ”ooh.. ooh… Sakit Oom… ampuni Tari Oom… ampun…” rengeknya. Bosan mendengar rengekannya tubuhnya kembali ku tindih dan bibirnya ku sumpal dengan mulutku. Kedua lidah kami saling terpaut erat mengelayut dalam mulut Tari. Merasakan serangan dariku tubuh tari menegang dan bergetar hebat. Kakinya menjepit pinggangku semakin kencang. Kemaluanku terasa disiram lendhir hangat. Tari sedang merasakan orgasme pertamanya. Setelah orgasme Tari menjadi lemas berhenti merengek. Kini dari mulutnya hanya terdengar suara desahan pelannya yang merdu. Mendengar itu nafsuku makin terbakar. Kuremas dada ranumnya kencang dan kugenjot memeknya dengan kecepatan penuh. ”OOOOOHHHH… OOOOoom….” desah Tari sangat keras merasakan kepala kemaluanku membentur dasar memeknya berkali-kali. Jepitan dan remasan semakin intens dan keras. Lendir hangatnya juga semakin bercucuran keluar. Genjotanku di memek Tari semakin kencang dan dalam. Setelah menggarapnya lebih dari tiga puluh menit kurasakan dia mulai mendekati orgasme keduanya. Cairan spermaku yang sudah diujung tanduk tak dapat ku tahan lagi. Ketika Tari orgasme langsung ku tindih dan peluk erat tubuhnya, lehernya ku gigit. Kuhentak habis kemaluanku dan ejakulasi di titik terdalam memeknya. Crooot… Spermaku yang hangat dan kental menyembur deras tepat ke dalam rahim Tari. Begitu banyak, aku bisa saja menghamili anak remaja ini dengan sekali tembak. ”AAAUUUH….” Desah Tari merasakan sensasi hangat bercampur nikmat didalam perutnya yang aku yakin baru pertama kalinya dia rasakan. Bibir kami berpagutan menikmati sisa-sisa puncak kenikmatan. Sejenak ku perhatikan pemandangan yang ada dihadapanku ini. Seorang anak SMA berparas cantik miskin sekarang sedang terengah-engah lemas dalam dekapan pria paruh baya raya yang baru saja membeli keperawanannya, sperma bercampur darah mulai merembes keluar membasahi sprei kasur kami. Terasa batangku yang masih tertancap di memek Tari mengeras lagi. Kembali ku genjot perlahan memeknya. Tari yang tersadar penderitaannya malam ini belum selesai kembali merengek padaku untuk berhenti tapi genjotanku malah semakin kencang. Bosan dengan posisi misionari, kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia dengan gaya “doggy style”. Semakin lama tak terdengar lagi rengekan dari Tari, hanya suara erangannya dan isak tangisnya yang memenuhi ruangan itu. “Ahh.. Sakit Oom ampun..” rengeknya kembali ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya terdongak ke atas. Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang, sambil tanganku memerah buah dadanya. Setelah itu lebih satu jam aku setubuhi dia dengan berbagai macam posisi dan membuat dia orgasme berkali-kali, akupun tak tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku lagi. Ku ajak dia berdiri dan mendekat ke jendela hotel yang besar. Ku buka gorden lebar-lebar, pemandangan malam kota yang indah terpampang jelas di hadapan kami. Tubuh Tari yang lemas kudorong ke kaca mempertontokan Dada ranum Tari yang tercetak jelas di kaca ke orang-orang diluar sana. ”Jangan Oom.. Tari Malu.. Lepasin!” rengek Tari berontak karena malu. Aku pepet badan Tari ke kaca hingga dia tidak bisa bergerak lagi. Tangannya ku genggam erat dan kudorong pula ke kaca. ”Ayo Tari.. Kita tunjukan tubuh indahmu ini pada dunia…” Ujarku sambil menyodok dan menggenjot lagi memek Tari dari belakang. Tari sampai harus jinjit agar kemaluanku bisa basuk. Dia hanya menitikan air mata dan mendesah-desah kecil saat kupompa dalam posisi begitu sampai akhirnya kami orgasme bersamaan. Aku tumpahkan lagi spermaku ke rahim hangat Tari. Orang-orang dibawah sana tentu bisa melihat persetubuhan kami jika mereka jeli. Kulepaskan badannya dan dia langsung roboh duduk bersimpuh di lantai. Kubalikkan badannya dan kugesek-gesekkan kemaluanku di dadanya. Kadang kugesek-gesekkan juga ke seluruh wajahnya. “Ahh.. Memang enak perawan kamu Tari.. Maaf ya kalau kamu hamil..” ucapku sambil menumpahkan sisa spermaku di dadanya. Sehabis itu akupun bergegas menuju toilet untuk membersihkan diri. Kemaluanku pun kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah perawan Tari. Sekembalinya aku dari toilet, kulihat Tari terbaring di ranjang sambil menangis terisak-isak. Dari memeknya spermaku masih terus mengalir. Kubiarkan saja dia di sana, karena aku sudah merasa puas dan merasa menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan dari anak itu. Kuminum sisa birku, dan ku WA Dita untuk menjemput Tari. Tak lama, Dita pun datang. “Gimana Pak Robert?” tanyanya tersenyum. “Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget.” kataku tertawa kecil. “Syukurlah Pak Robert puas. Sengaja saya pilihin yang bagus buat Bapak.” “Percaya deh sama Dita. Tuh anaknya masih di kamar. Hati-hati ya kalau dia hamil. Saya nggak mau dibuat repot sama anak haram.” ”Tenang saja Pak. Kalau ada apa-apa, pasti saya urus.” Dita pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku nonton TV di sofa. Lagi-lagi masih berita perang di CNN. Sementara itu, terdengar Tari menangis di kamar sedangkan Dita berusaha menghiburnya. Setelah kurang lebih setengah jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur. “Saya permisi dulu Pak Robert” pamit Dita. “Ini tasnya ketinggalan” kataku sambil menyerahkan tas Tari yang berisi buah-buahan untuk adiknya itu. ”Terima kasih buat malam ini ya, anak manis!” ujarku ke Tari sambil mengecup bibirnya sekilas sebagai tanda perpisahan. “Oh ya Dit.., kalau ada yang bagus lagi telepon ya. Untuk obat awet muda.” jawabku sambil mengedipkan mataku. “Beres Pak” jawabnya sambil menggandeng Tari keluar. Kuperhatikan mata Tari masih sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika meninggalkan kamar hotelku. Tak lama akupun check out dari hotel. Dalam perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir di panti pijat langgananku. Tubuhku agak pegal sehabis menyetubuhi Tari tadi. Setelah dipijat, dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat segar. Akupun bergegas pulang dengan mengendarai Mercy kesayanganku.