Iya,aku anak pertama dari dua saudara.
Adikku Rani hanya jarak 2 tahun usianya denganku. Dengan tinggi 168cm berparas manis nan menggemaskan. Lesung pipinya yg bikin gemes. Sehingga sering ku cubit pipinya sampe teriak kesakitan minta tolong ke ibuku. Heheee.
Sedangkan aku,Randi udah berusia 20 tahun. Dengan tinggi 172 cm,badan tegap dan bergaya cooll( muji diri sedikit suhu hehehee). Dan idola cewek² juga.
Sedangkan ibuku Rahma berusia 36 tahun. Dengan tinggi 167. Rambut panjang,kulit sawo matang dan berparas ayu. Idola bapak² di komplek perumahanku. Apalagi status ibuku yg janda setelah kematian ayahku 4 tahun lalu. Dan ibuku tak pernah menanggapi godaan bapak² dikomplek itu. Jadilah kalau mau kemanapun pasti minta antar olehku. Kalau ga,ga jadi dia keluar. Dan ini sama persis dengan adikku. Jadilah aku pelayan bagi 2 bidadari ini dengan satu lagi bidadari yg menjadikan aku pelayannya juga. Waduh,tragis nasibku…
Iya,bidadari satu lagi adalah keponakan almarhum ayahku, Dinda. Sebaya dengan Rani. Tingginya pun sama. Hanya yg membedakan,Dinda lebih kalem dari Rani. Tapi,kalau sama aku,ya udahlah,sama aja. Manja semua.
Sejak kepergian ayahku,aku jadi tulang punggung keluarga dengan meneruskan usaha ayahku. Yaitu, sebuah usaha konveksi dibidang pakaian. Untung dulu ayah telah mewariskan ilmunya samaku tentang bidang usahanya dan cara menjalankannya. Praqtis kuliahku ga tamat² lantaran sibuk ngurusin usaha bapak dan trio bidadari dengan segala kebutuhannya. Inilah ajaran dari ayahku yg paling ku ingat². “Nak,berlakukan wanita²mu dengan hati. Sebab,dari merekalah kamu dilahirkan. Jadi,jangan pernah kasar sama wanita. Buat dia nyaman dengan berada didekatmu. Apalagi kalo dia wanita yg kamu cintai. Hargai dia dengan nyawamu bila perlu. Dan pejuangkan apa yg menjadi milikmu. Kamu lelaki,tempat besandarnya wanita. Ingat baik² kata ayah ya!!”
Itulah pesan ayahku sebelum tragedi kecelakaan yg merenggut nyawanya.
Oh iya,aku tinggal di komplek perumahan sederhana bernama “Kompleks Hati Ibu”. Sedikit aneh namanya,hahahaa. Ga tau kenapa dinamakan begitu. Mungkin pengembangnya sayang ibunya. Kayak aku dong,wkwkwkwkkk.. Dan nama komplek ini kami singkat jadi Kohai sama teman² satu komplekku. Nyaman dikomplek ini. Ada taman,tempat main ². Dan arena nongkrong anak muda.
Desain rumahnya pun,sederhana dan bersahabat. Dengan pagar hanya sebatas dada dan perbatasan antar rumah dari halaman sebatas dada dan kebelakang lumayan tinggi hingga +-3½meter. Itu pun aku ga tau kok bisa seperti itu. Mungkin buat jaga prifasi pemilik antar rumah. Soalnya ada sedikit taman dibelakang rumah dan sebuah pondok gazebo. Sederhana kan
Dan rumahnya pun berbagai bentuk. Yg pasti,rumah ku berlantai dua. Dengan dibawah ada 3 kamar tidur,1 kamar mandi,ruang tamu,ruang makan dan keluarga serta dapur. Sedangkan dilantai dia hanya ada 2 kamar tidur,1 kamar mandi dan ruang keluarga serta teras mini. Dah itu aja penjelasan tata kotanya,wkwkwkkkk.
Jadi aku jadwalku padat setiap hari. Kecuali hari minggu aku khususkan untuk istirahat dan menyenangkan trio bidadari ini. Yg jelas merilekskan aku dan trio bidadari.
Kembali ke niat cerita. Disini aku menjelaskan bagai mana hubunganku dengan trio bidadari ini. Yg mana mereka jadi selimutku dimalam hari. Dan Rani serta Dinda,aku yg memerawani. Mantap kan.
Yg jelas,cerita ini FIKSI.
________________________
RAHMA WULANDARI
Suatu hari,ibuku sakit. Kata dokter,ibuku terkena magh. Jadi dokter menyarankan untuk memperhatikan polo makan ibuku. Emang,ibuku susah makan sejak ayah ga ada. Mungkin masih belum ikhlas akan kepergian ayahku. Walaupun keliatannya sudah bisa menerima.
“Kan,apa kata Randi bu”
“Iya,ibu minta maaf ya kak. Dah bikin kamu kuatir”
“Huft,lain kali dengari kata aku ya bu”
“Iya,ibu janji”
“Dah,sini Randi suapin buburnya. aaa”
Jadilah aku menyuapi ibu makan buburnya sampai habis.
“Adek² mu dah pulang kak?”
Aku diam dan megenggam tangannya dan menatap mata indah ibuku.
“Blum bu,kan baru jam 10 pagi. Yg ada,aku yg ga kerja hari ini. Tapi,aku ikhlas demi ibu.”
Ibuku pun tersenyum dan balik menatap mataku.
“Makasih ya sayang. Ibu bangga punya kamu kak. Kakak mewarisi semua kehebatan ayah. Malah lebih peka dan hebat dari pada ayah. Hiksss”
“Tuh kan,malah nangis”
Aku pun memeluk ibuku.
“Ibu adalah semangatku. Jangan nangis ya. Yg penting sekarang ibu cepat sehat dan ceria lagi seperti biasa”
Ibu hanya mengangguk dalam pelukanku. Lama kami berpelukan.
“Nyamannya dipelukanmu sayang. Pantes adik²mu sering memelukmu”
“Kayak ibu ga aja.”
“Hihihiii,, kebayang waktu kamu kewalahan waktu ibu dan adik² berebut minta peluk sama kamu. Sampai kamu ngambek ga mau meluk kami satu hari itu.”
“Ya iya lah,gimana aku ga kesal coba,baru pulang kerja dah nyosor kayak anak² kecil aja. Kan masih capek dan keringatan. Malah berebut minta peluk.”
“Xixixiii,,”
Ibu mengurai pelukannya. Menatap dan memegang kedua pipiku.
“Karna kakak tu sangat pengertian kekami. Kakak tu ikhlas pada kami. Makanya kami tu nyaman sama kakak. Jangankan,ibu dan adik²mu. Teman sekolah kamu aja banyak yg kecantol kak. Cantik² lagi.”
“Terus?”
“Kami tau,kakak tu bekerja keras untuk kami. Jadi,ibu dan adik² mu hanya pengen mencium aroma orang yg berjuang untuk kami.”
Ibu berkata seperti itu sambil menjepit hidungku.
Aku hanya tersenyum sambil memeluk ibu lagi.
“Sebelum tidur,ganti baju gih.”
“Gantiinnn”
Ibu berkata sambil bergerak manja dipelukanku.
“Yakinnn?!”
“Yeee,,, maunya.
Dah,kakak keluar dulu. Ibu mau ganti baju dulu.”
“Ya udah, aku ditaman belakang ya bu.
Kalo ada apa²,panggil aja.”
“Siap bosskuu”
Ibu berkata sambil cengengesan. Aku pun berdiri dan mencium kening serta ubun² ibuku.
Aku bikin kopi dan pergi duduk di taman belakang. Aku menelpon konveksi dan mengecek kerjaan yg dihendel oleh mang Yadi. Asistenku dikonveksi. Setelah semuanya terkontrol,aku pun berselancar ria di sosmedku.
“Lagi ngapain kak?”
Aku kaget waktu ibu tiba² dah ada disampingku.
“Kok ibu kesini. Kan tadi mau tidur”
Aku berkata sambil menatapnya dengan tanda tany.
“Ga bisa tidur kak”
“Muka ibu tu masih pucat,malah kesini. Yuk sini,Randi antar ke kamar”
Aku berdiri dan membawa ibuku kekamar lagi denga wajah tak ikhlasnya.
“Temanin ya”
“Iya”
Sampai kamar,aku dipeluk lagi oleh ibu. Dan tiba². Ibu menangis cegukan dipelukanku.
“Ibu kenapa? Kok tiba² nangis.?”
Ibu hanya diam dan masih terus menangis. Aku pun mulai mengusap rambut panjangnya. Dan aku baru sadar kalo ibuku make daster tipis sepaha. Dengan gantungan tali aja dibahunya. Memperlihatkan bahu mulusnya. Perlu kalian ketahui,walaupun ibuku sudah umur kepala 3. Tapi tubuhnya masih kayak abg. Beratnya pun hampir sama kayak adik²ku. Saat aku mengelus punggungnya,tak terasa ada kaitan bhnya. Jangan²… Dan benar saja,ibu ga make bh. Karna di dadaku terasa kenyal. Dan si otong pun bangun. Mana efek habis nonton pargoy pun belum hilang. Dan aku menahan konak.
Tangisan ibu pun mulai reda. Dan dia menatapku.
“Ibu menangis karna bahagia dan bangga punya kakak.”
Aku pun tersenyum.
“Randi pun bangga punya ibu sacantik ini”
“Gomballl. Belajar dari mana?”
“Randi hanya mengatakan kenyataan aja bu.”
Ibu hanya tersenyum. Dan aku bawa ibu rebahan di tempat tidurnya. Konakku pun makin menjadi setelah melihat sekilas cd hitam ibu waktu ibu rebahan. Setelah rebahan di kasur,ibu kembali memelukku. Ibu menindih separo badanku. Paha mulusnya tepat mengenai jagoanku. Dadaku pun mendadak sesak. Takut dibilang kurang ajar sama ibu. Tapi ga ada respon ibu. Malah memejamkan matanya. Dan aku pun membalas pelukannya. Tangan kiriku merangkullnya. Sedangkan tangan kananku membelai wajahnya sambil memujinya.
“Cantik dan manis ibuku ini.”
Ibu hanya tersenyum dan tetap memejamkan matanya dan mempererat pelukannya. Kekonakanku membuatku makin berani. Aku mencium kening dan membelai rambutnya. Sedangkan tangan kiriku mengelus lengan mulusnya. Si otong pun makin berontak.
Aku kembali mencium keningnya. Tapi agak lama. Setelah mencium keningnya,perlahan ibu membuka matanya dan menatap mataku. Jatak kami sangat dekat. Hidungku dan hidung ibu bersentuhan. Tanpa sadar bibir kami bersentuhan dengan masih saling bertatap mata. Agak lama bibir kami bersentuhan. Nafas kami semakin memburu. Tiba² ibu memejamkan matanya dan membuka sedikit bibirnya. Instingku bergerak sendiri ketika melihat reaksi ibu. Aku lumat bibir bawahnya dan ibu membalas melumat bibir atasku. Setelah itu gantian aku melumat bibir atasnya dan ibu pun melumat bibir bawahku. Setelah berulangkali melakukan itu,aku memberanikan diri memasukkan lidahku kedalam mulutnya. Dan ibupun menghisap lidahku dalam mulutnya. Aku mengeratkan pelukan ibu ku. Sehingga ibu full berada diatasku dengan siotong tepat berada di belahan vaginanya. Tanganku meremas bokong yg hanya tetutup cd. Lantaran dasternya tersingkap keatas. Lama kami berciuman. Secara reflek kami melepas ciuman kami. Dan berpacu menarik nafas. Ibu masih memejamkan matanya. Aku pun mulai tambah berani. Kuraba bibir merah yg barusan kucium lama ini. Terasa basah lantaran air liur kami. Aku kecup kembali bibir itu tanpa melumatnya. Tubuh ibu bergetar karena aku mengecupnya dengan segenap perasaan ku. Sehingga ibu membuka matanya dan menatap sayu mataku.
“Kak?”
Aku menutup bibir ibu dengan jempolku. Sambil menggelengkan kepala. Tanda jangan meneruskan kata²nya. Ibu kembali diam. Aku berusaha menekan nafsu buasku. Aku mencium kening ibu. Menurunkannya dari atas tubuhku dan mambalikkannya untuk membelakangi aku. Tangan kiriku menjadi bantalnya. Terus memeluknya dari belakang.
“Istirahatlah bu. Biar cepat sehat. Aku akan selalu menemani ibu disini.”
Ibu hanya diam sambil mengatur nafasnya. Aku menyelimuti tubuh kami berdua. Setelah itu ibu memeluk lengan kananku sambil mencoba tidur. Tidak berapa lama ibupun tertidur. Aku memaksakan memejam mata supaya tertidur. Lama² pun aku terlelap tidur sambil mempererat pelukanku.