Hari Sabtu adalah hari libur, biasanya aku gunakan untuk nge-gym bersama temanku, Reza. Aku jemput Si Reza di rumahnya dengan motor 600cc-ku.
“tin tin” cukup dengan suara klakson aku memanggil Reza untuk keluar dari rumahnya.
“Iya bentar, Sang. Aku pakai sepatu dulu.” sahut Reza.
“agak cepet dong, aku lagi bersemangat hari ini.” kataku tidak sabar.
“emang ada apa sih? Kenalan sama tante-tante lagi?” ejek Reza.
“hush, tante satu aja belum bisa aku puasin, masa mau kenalan lagi? Aku mau latihan buat nguatin dengkul nih, Za.” celotehku.
“ha ha ha, bisa-bisa saja kau, Sang. Aku dong kenalin satu tante.” kata Reza sambil beranjak naik ke motorku.
“tenang aja, kalau tante Mery yang kemarin berhasil aku puasin, nanti dia buat kamu.”
“wah bekasmu dong?! Tapi gapapa sih, tuh tante Toge.” kata Reza sembari aku jalankan motorku.
Reza adalah seorang Wota, dia suka dengan Idol Grup JKT48. Tak jarang dia mengajakku untuk menjadi salah satu dari kaumnya, tapi sampai saat ini aku belum berminat untuk menjadi salah satu fans JKT48 hingga suatu ketika aku mendapat bonusan yang cukup banyak dari tempat aku bekerja dan bingung akan kupakai apa uang yang cukup banyak ini. Bosan menabung akhirnya aku terima ajakan Reza untuk ke teater JKT48 di Jakarta, karena sudah terlalu jenuh kupingku mendengar sesumbaran tentang apa itu JKT48 dari mulut si Reza. Aku ingin lihat mereka, secara langsung!
Sesampainya di Jakarta, kami bermalam di sebuah hotel, *tak jauh dari Fx Sudirman. Esoknya, aku memutuskan untuk tidak terburu-buru untuk nonton teater, aku ingin menikmati Jakarta dulu. Namun sebaliknya, Reza sudah tidak sabar untuk bertemu dengan idolanya. Akhirnya kami memutuskan hari ini kami berpisah untuk sementara, Reza nonton teater bersama temannya yang berasal dari salah satu fanbase dan aku berkeliaran sendirian untuk menikmati dahsyatnya megapolitan. *
Aku menjalani momen-momen seru sendirian di Jakarta, sampai lupa kalau aku di sini bersama kawan seperjuanganku sejak SD, tanpa tau bagaimana kabarnya. Mungkin dia sedang melihat paha mulus remaja-remaja di atas panggung.
Pukul 4 sore aku mulai menuju ke Fx Sudirman untuk menemui Reza. Aku tunggu dia di restoran yang menyediakan menu masakan Jepang. Sambil menunggu si Reza, mataku jelalatan kanan-kiri, mencari sesuatu yang sedap untuk dipandang. Sia-sia aku menoleh ke kanan dan kiri, tepat di depanku ada dua perempuan yang menurutku sangat cantik, muka oriental, putih, mulus, ah, pokoknya susah kalau dijelaskan satu-satu, yang jelas semua kriteria orang cantik ada pada mereka! Kalau aku amati lagi, mereka juga mirip. Apa jangan-jangan mereka kembar? Sampai penasarannya sampai aku mengeluarkan kacamataku dan memakainya agar aku lebih jelas mengamati mereka. Wah, rasanya aku harus melakukan sesuatu untuk bisa kenal dengan mereka.
“Rez, kamu masih lama nggak?” aku mengirimkan SMS kepada Reza.
Tidak lama kemudian. “Bentar aku masih gathering denga fanbase, kamu nggak terburu-buru, kan?” balas Reza.
“Nggak kok, santai aja, enak-enakin sana ngidolnya.” balasku.
Setelah menunggu beberapa saat dan ternyata si Reza tidak membalas SMS-ku, aku berpikir bahwa ini saatnya untuk beraksi. Aku berjalan melewati meja mereka, aku pesan minuman dan kembali ke mejaku, mendekati meja mereka, aku sengaja menjatuhkan HP-ku dan berlagak panik sehingga minuman yang aku angkat tumpah di meja dan mengenai rok mini yang mereka pakai. Sontak aku minta maaf kepada mereka.
“Aduh, Mbak, sorry, jadi basah deh rok Mbak.”
“gapapa, Mas.” mereka menanggapi dengan senyum sambil membersihkan rok dengan tisu. Aku mengambil HP-ku dan berlagak seolah HP-ku rusak, “yaaah, kenapa jadi begini, rusak kan.” rengekku.
“waduh mas, namanya juga musibah, beli lagi sana.” ejek mereka
“iyadeh nanti beli lagi. Hehe. Sebagai tanda penyesalan setelah aku mengotori pakaian kalian, semua ini aku yang bayar ya.” rayuku sambil menunjuk makanan mereka.
“waah nggak usah, Mas.” sahut perempuan ber-cardigan merah.
“loh, Mas, jgn repot-repot.” sahut perempuan berbaju ungu sambil berkedip ke arah temannya pertanda dia mau dibayarin. Aku mengamati mereka, kayaknya mereka bukan teman deh, mereka seperti saudara, tapi bukan kembar. Yang satu agak kurus, cantik, dan seksi, yang satunya montok, tembem, tapi gak kalah seksinya! Imut lagi.
“oke, ini semua aku yang bayarin, tapiiii kenalin dulu, namaku Gesang.” kataku sambil menyodorkan tangan kepada mereka.
“Naomi.” sahut si super cantik.
“Sinka.” sahut si montok, tembem, imut. Setelah bersalaman kami terdiam bingung malu-malu.
“kalian ini saudara?” tanyaku sambil menarik kursi meja sebelah dan bergabung bersama mereka.
“iya, pasti gara-gara muka kami mirip, kan? Hehe” jawab Naomi.
Senyumnya manis banget! Ini momen langka bisa berkenalan dengan kakak adik imut seperti mereka. Sembari berbincang dengan mereka, setan-setan yang ada di pikiranku mulai beraksi. Aku keluarkan semua jurus sepik-ku dan akhirnya berhasil. Dari perbincangan yang awalnya santai dan diiringi dengan cekikikan unyu mereka, sekarang menjadi lebih intim. Mereka mulai berani bercanda dihadapanku dengan topik yang cukup “ngeres”. *
“hahaha, tuh kak Naomi tuh yang punya koleksi JAV banyak.” ejek Sinka.
“eh enak aja, aku diem-diem kan buka laptop-mu, terus aku copy deh ke flashdisk aku. Hahaha” Naomi ketawa lepas.
“waahh berati kalian suka juga ya nonton gituan. BTW aku juga update loh soal gituan. Bahkan aku juga punya artis favorit di JAV.”
“wah siapa nih artis favoritnya?” tanya Naomi penasaran.
“emmm, mirip kamu loh hahaha” ejekku sambil menunjuk Sinka.
“iiihh emang ada ya yang mirip aku? Jadi penasaran nih.” tanggap Sinka manja.
“iya, mau tau? Nanti aku kasih videonya deh. Tapi flashdisk aku ada di tas, tasnya nggak aku bawa di hotel. Oh iya, stelah ini kalian kemana? Ada acara?” tanyaku ngarep.
“nggak kok, mau pulang aja habis gini.” Jawab Naomi.
“hmmm kalau gitu kalian boleh mampir ke hotel kalau masih penasaran sama artis JAV yang mirip Sinka.” aku berdebar menunggu tanggapan dari mereka.
“oke, mampir dulu ya, Ci? Hehe” rengek Sinka.
*yesssss* dalam hatiku.
Cukup dengan jalan kaki menuju hotel tempat aku menginap. Di lobby sebenarnya agak tidak enak dengan satpam dan karyawan-karyawan hotel, karena mereka tau, ketika check-in, aku berdua bersama Reza, tapi sekarang sore-sore begini aku bersama dua perempuan cantik berjalan melewati mereka. Mereka hanya tersenyum menyapa. Mungkin di dalam hati mereka *aku juga pingin join kelleus*.
Aku berharap agar Reza tidak pulang ketika aku sedang bersama kakak adik cantik ini.
“silahkan masuk.” ajakku sambil membuka pintu.
Kamar hotel cukup rapi dan luas, lengkap dengan TV, audio yang memadai, double bed, bathup dan perlengkapan mewah lainnya. Aku mulai mencari flashdisk-ku di dalam tas.
“kalian kalau mau istirahat atau sekadar tidur-tiduran silahkan.” kataku
“kak, aku mau mandi, boleh ya?” tanya Sinka manja.
Sinka ini anaknya manja banget, pingin rasanya aku cium habis*tubuhnya, aku jilat telinganya, dan aku gigit manja puting payudaranya.
Gemericik shower dari kamar mandi terdengar sayup-sayup. Sementara aku menaruh flashdisk di atas meja dan menemani Naomi duduk di atas kasur sambil nonton TV.
“Naomi, kamu sudah punya pacar?” tanyaku iseng.
“aku sama Sinka nggak boleh pacaran.” jawab Naomi.
“hah? Serius? Nggak dibolehin sama ortu?.” tanyaku penasaran. *
Naomi cuman menjawab sengan senyuman manis. Melihatnya, ingin rasanya aku kecup lembut dan romantis bibirnya yang berwarna pink, tipis, seolah mudah sekali tersayat. Namun aku pasti tidak akan membiarkan apapun dan siapapun melukainya. Naomi perempuan yang istriable, jika dekat dengannya, ingin sekali rasanya mengungkapkan cinta dan melamarnya. Walaupun usiaku 20 tahun tapi aku sangat siap jika Naomi mengijinkan aku untuk menjadi imamnya. * Suasana hening merasuki seluruh ruangan kamar. Hanya suara gemercik shower dan suara TV yang sayup-sayup terdengar. Tanpa sadar tanganku menyentuh tangan Naomi. Dia merapatkannya. Aku genggam tangannya, pundakku langsung dibebani oleh kepalanya. Harum aroma rambutnya membuat gairahku meninggi. Darahku berdesir cukup deras. Aku menoleh ke arahnya, Naomi pun menengadah mengarah pada wajahku. Imajinasiku beberapa menit yang lalu terwujud. Akhirnya aku mencium bibirnya, namun kelembutan itu hanya berlangsung beberapa detik, sekarang ciuman itu berubah menjadi ganas. Lidah bertemu lidah. Reflek kedua tanganku tidak mau diam, mereka juga ingin mendapatkan kesenangan. Tangan kananku meraba payudaranya, sedangkan tangan kiriku menjelajah punggungnya. Aku berharap suara kecupan ini tidak terdengar oleh Sinka yang sedang berada di kamar mandi. *
“Naomi, kamu yakin?” tanyaku tidak percaya ini sungguh terjadi. “Iya.” Naomi mengangguk.
Tangannya tidak mau kalah, dia meraba seluruh badanku dan berakhir di satu titik yang mengejutkan. Dia merabai penisku. Dia mengocok dari luar celana jeans-ku. Aku membuka resliting dan melepaskan celana. Naomi semakin bersemangat dan ikut memelorotiku hingga akhirnya batang penisku menyembul. Tidak kehilangan semangat, Naomi langsung menyergap penisku dan mengocoknya.
“waaah besar juga!.” katanya sambil terus mengocok.
“hehe , kamu suka?” tanyaku nakal. *
Naomi hanya mengangguk dan langsung diemutnya penisku. Dihisap tanpa ampun hingga aku keenakan. Aku tidak tinggal diam, aku mengangkat kaosnya. Terlihat belahan dadanya yang putih dan bening. Mungkin jika dia minum kopi, kopi itu akan terlihat mengalir dari leher menuju perutnya. Sungguh luar biasa mulusnya. Aku kecup leher dan telinganya. Naomi menggelinjang karena geli. Aku teruskan hingga sampai payudaranya. Kulepas BH-nya, terpampang dua payudara perempuan impian setiap lelaki. Betapa beruntungnya aku. Kulumat putingnya, dia kegelian dan berteriak. Sontak aku kaget dan menoleh ke arah kamar mandi. *fiuh, aman* pikirku. *
“ssstt jangan keras-keras.” bisikku.
Naomi terus tertawa dan kembali memelukku. Aku lepaskan rok mini beserta celana dalamnya yang berwarna abu-abu, matching dengan warna BH-nya yang juga abu-abu. Kini Naomi telanjang tanpa sehelai benang pun di hadapanku. Penisku semakin membesar karena gairahku yang meledak-ledak bagai mesin 12 silinder yang dipacu keras. Naomi kembali menyervis penisku, sedangkan aku menuntun kepalanya maju mundur.
Aku menyuruhnya nungging, dia nurut, lalu aku jilati vaginanya, bulu tipis menghiasi kemaluan Naomi. Sungguh seksi. Naomi mendesah keenakan sambil tangan kirinya berada pada pantatnya seolah ingin lidahku untuk menjamah seluruh bagian vaginanya tanpa kecuali. Aku japit klitorisnya menggunakan bibirku, desahan Naomi semakin liar. *
“Gesang, masukin sekarang!” rengek Naomi. *
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kami awali persetubuhan ini dengan doggy style. Selang beberapa menit Naomi ingin berubah posisi WOT (bukan JOT). Naomi menuntun penisku masuk ke dalam Vaginanya. *
“ahhhh, ahh, enak. Kalau begini kan aku bisa mengatur apa yang aku inginkan! Hehe” bisik Naomi mesrah.
Aku hanya diam, kubiarkan dia meliar di atas tubuhku. Tapi lama kelamaan aku pun tidak ingin kalah. Kugoyangkan pinggulku naik turun dengan cepat mengikuti hentakan Naomi. Dan akhirnya. *
“kita keluar barengan ya!” pintaku.
“iya, bentar lagi aku mau keluar juga, ahhh ahh arghh.” *
“crot crottt” Naomi langsung lemas menindih tubuhku, alat kelamin kami masih menancap, kubiarkan sambil kunikmati afterparty ini. Dinding vaginanya seolah memijit penisku dengan lembut. Tidak lama kemudian aku memutuskan untuk berpakaian kembali sebelum Sinka keluar dari kamar mandi. Begitu juga dengan Naomi, dia langsung berpakaian seperti semula. Tapi aku heran, sejak kapan aku tidak mendengar suara gemercik shower lagi? *