Begini ladies and gentlemen. Pertama-tama saya ucapkan puji sukur kepada yang buat forum cerita ini.
Ini adalah cerita pertama yang ingin saya coba buat bersambung. yah. mudah-mudahan jadinya bagus, karena masih belum tau juga setandar cerita bagus itu seperti apa.
karena itulah butuh masukan dari para senior cerita panas di mari. Kemudian selanjutnya saya, emm.. ahh langsung saja di baca ceritanya, biar bisa langsung di hujat. Golden Boy (by: Jetro Liem)
” Garvin!…” ” Aaaaaaaaa….tutup…tutup…” ” Aku tidak tahu kau … eh..Maaf!” Tapi itu sudah terlambat …Saat pintu tertutup barulah keringat dingin mulai bercucuran, entah kenapa rasanya seperti dunia akan berakhir sesaat lagi. Perasaan takut dan malu menjadi satu, bercampur aduk menjadi keringat dingin yang terus menerus keluar. Meskipun rasanya sangat sulit menenangkan diri saat ini, tapi aku terus meyakinkan kepada diriku sendiri kalau ini tidak akan apa-apa, namun tetap saja ini selalu menjadi bayang-bayang yang buruk. Sempat terlintas bagaimana nasib ku akan berakhir jika ayah dan ibu tau kelakuanku barusan. Pasti aku dilarang main game lagi dan tidak akan di beri uang jajan sebulan, yang lebih parahnya lagi, tidak akan ada makan selama beberapa hari. Ah kalau saja ia tak datang, pasti aku juga tak akan kerasukan seperti ini. Kalau saja ayah dan ibu tak pergi, kejadian ini tidak akan pernah ada. Sekarang yang bisa ku lakukan hanya pasrah menerima hukuman apapun.
Chapter One:
Tertangkap Basah !
Umurku enam belas beberapa minggu yang lalu, tapi masih saja selalu dianggap sebagai anak pemalu oleh beberapa orang, termasuk juga oleh kedua orang tuaku. Aku sebenarnya bukan seorang anak pemalu, hanya kadang nerves di sekitar orang lain yang belum kenal lama, dan terutama perempuan. Suatu hari, Ayah-Ibu memberitahuku bahwa mereka telah merencanakan liburan mereka berdua selama satu minggu, tujuannya untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka. Aku sangat senang mendengarnya, berarti mereka sudah mempercayai ku untuk bisa mengurus diriku sendiri di rumah, dan tak akan ada yang melarangku bermain game online hingga larut malam. Sayangnya, kegembiraan itu berubah menjadi kekecewaan karena aku masih saja dibilang ‘terlalu muda’ untuk mengurus diriku sendiri. Ibu mengatakan bahwa mereka telah meminta seseorang yang mereka kenal untuk menjagaku, seorang teman kantor akan datang dan tinggal denganku selama seminggu. Tentu saja, suasana hati ku langsung turun drastis, dari yang tadinya merasa sangat senang, menjadi sangat kecewa. Seorang yang akan menyuruh mengerjakan apa yang harus ku lakukan, apa yang harus ku makan, kapan aku harus tidur dan semua omong kosong itu. ‘Ah seorang pengasuh, di kiranya aku masih bayi!’ Malam itu aku bermimpi buruk, seorang wanita tua berkulit keriput datang dan mengambil alih hidupku. Dia membawa cambuk, mengikat kedua tanganku, memintaku agar cepat-cepat selesaikan makananku, lalu cuci piring, mengepel lantai dan pekerjaan yang tepatnya dikerjakan oleh seorang pembantu. Aku terbangun keesokan harinya dengan keringat membasahi tubuhku, Aku langsung mandi dan berpakaian. Hari ini rencananya Ayah-Ibu akan pergi, dan hari pertamaku juga bertemu seorang pengasuh mengerikan yang akan merubah hidupku. Aku turun ke bawah, dan mendengar ibuku berbicara dengan seseorang. Aku mengambil napas dalam dan berjalan ke ruang tamu, di mana Ibu sedang duduk dengan seseorang. Tidak akan pernah ada nenek-nenek keriput jelek di gambarkan seperti ini. Satu-satunya wujud yang aku bisa dijelaskan sekarang adalah Angel, Bidadari, Dewi, pokoknya sosok yang sangat cantik. Wanita muda ini cantik , 22 tahun kira-kira umurnya, rambutnya panjang dengan belahan rambut ke samping, badannya montok, bukan gendut, tapi berisi. Mengenakan celana jins pendek, blus yang sedikit terbuka di kancing bawahnya, memperlihatkan kulitnya yang berwarna kuning langsat yang terlihat lembut itu mengintip sedikit. Sesaat terjadi fenomena slow-motion, rambut panjangnya berkibas ke samping dengan perlahan. Wajahnya berpaling ke arahku, memperlihatkan matanya yang indah dan bibirnya yang mulai membuat simpul melengkung ke atas, tersenyum ke arahku. Kemudian ada cahaya blink-blink di sekitar wajahnya. ” Oh, Vin. Sudah bangun rupanya. Sini, Mama ke…” ” Vin!, Garvin!” teriakan ibu mengembalikanku ke alam nyata. ” Eh..ya Ma?” “Kamu tu kenapa, senyum-senyum aneh kaya gitu, sini-sini mama ingin memperkenalkan mu sama Nayla , dia yang akan menjagamu di rumah selama seminggu ini sementara Mama dan Papa pergi.” kata ibuku padaku . ” Hi Garvin! “Nayla berbicara kepadaku dengan nada lembut dan senyum yang indah dari bibirnya . ” Ha..hai! ” Jawabku, setelah beberapa saat mematung memperhatikan senyum wanita cantik bernama Nayla ini. Ibuku fokus kembali mengobrol dengan Nayla. “Oke, Nay, kamu sudah ada nomor saya kalau ada apa-apa.”. ” Ya, jangan khawatir bu, saya yakin, kami akan baik-baik saja. Bapak dan Ibu bisa tenang berlibur.” katanya kepada ibuku. Ibu berjalan ke arahku, memberiku pelukan dan ciuman di kedua pipi yang membuatku merasa tidak nyaman di depan Nayla . “Baik-baik di rumah, jangan nakal, nurut sama kak Nay. Mama akan meneleponmu ketika sudah sampai di sana.” Ibu kemudian meraih tasnya dan berjalan keluar rumah, Ayah sudah berada di luar membantu memasukkan tas ke dalam bagasi taksi, sebelum akhirnya menghampiriku. ” Jangan nge-game terus, vin, belajar yang bener. Kalau gak tau bisa tanya-tanya sama kak Nayla. Dia ini pinter lo.” Kata ayahku padaku. Aku hanya menganggukkan kepala dan langsung di sambut usapan tangan ayah ke kepalaku. ” Nay, saya tinggal dulu. Titip Garvin sama rumah ya.” Kata ayahku sambil berlalu memasuki taksi. Aku berdiri di depan pintu dengan Kak Nayla dan melambaikan tanganku pada mereka. Kami kembali masuk ke dalam dan langsung menuju sofa, lalu ia duduk di sofa dan menatapku. “Jadi Garvin, apa kamu punya rencana yang harus aku ketahui?” tanyanya padaku. ” Rencana?” Jawabku bingung. ” Ya, kau tahu. Mungkin beberapa teman-temanmu datang , atau pacarmu yang datang dan itu mengharuskanku menghilang sejenak,” katanya. ” Hmmm , ng..ngak. Nggak ada rencana apa-apa. Aku tak punya banyak teman, dan emm.. belum punya pacar juga,” kataku, sebelum aku mengatakan tentang pacar tadi rasanya wajahku memerah. Aku merasa seperti seorang anak kecil yang menyedihkan. ” Oh gitu, Kalau gitu, nanti kita pikirkan beberapa hal yang bisa kita lakukan bersama-sama.” Katanya sambil tersenyum manis padaku. Hari ini berlalu dengan cepat, meskipun aku sendiri jarang mengobrol dengan kak Nayla. Hanya bisa menjawab apa yang ia tanyakan padaku, tapi tak sedikit juga waktu untuk memandangnya, atau lebih tepatnya hanya sekedar curi pandang ke arahnya. Seperti saat kita makan, cuci piring, dan nonton televisi. Kak Nayla duduk di seberang sofa, sedangkan aku di sofa satunya. Selama beberapa jam aku tidak bisa berkonsentrasi untuk menonton tayangan yang ada di televisi, mataku selalu saja ingin melirik ke arahnya, melihat senyumnya saat tayangannya lucu, sorot matanya yang sangat serius saat menonton. Tubuhnya yang, emmh…menggemaskan, rasanya ingin ku peluk. Teringat saat dulu di kelas beberapa temen-temen pernah iseng memilih wanita yang ingin mereka jadikan pacar, aku sempat bertanya-tanya, kenapa temen-temen suka sekali sama wanita cantik yang kurus, terlihat lebih ramping dan seksi. Mungkin iya bener seksi, cantik tapi kok aku sendiri ngerasa aneh dengan wanita kurus. Meskipun belum pernah berpelukan langsung, tapi mungkin rasanya kurang enak gitu kalau misal kita sedang memeluk wanita kurus. Rasanya mungkin hanya seperti mendekap tulang yang di balut kulit, dingin. Malah berasa seperti guguk yang lagi meluk tulang-tulang dan kalau terlalu erat meluknya akan ada bunyi ‘Krrretek’, jiahh. Beda dengan wanita yang memiliki tubuh berisi, bukan gendut! Tapi berisi. Contohnya mungkin kaya kak Raisya penyanyi itu, atau yang lebih muda lagi kaya kak Nay yang saat ini sedang berada di seberang mataku. Walaupun saat ini ia mengenakan kaus oblong yang longgar hingga pahanya, tapi tak kehilangan pesona kecantikan dari tubuh itu sedikitpun. Pastinya akan terasa hangat juga apabila memeluk tubuhnya. Sebelum akhirnya aku sadar, waktu sudah jam setengah duabelas. Aku belum pernah tidur selarut ini, apalagi satu ruangan dengan seorang wanita dalam waktu yang begitu lama. ” Aku mau tidur dulu!” Kataku sambil menguap dan bangkit dari sofa lalu berjalan menuju tangga. ” Oke , have nice dreams, Garvin.” Katanya dengan senyum tipis di bibirnya. Aku berjalan ke lantai atas ke kamar tidurku dan menutup pintu kamar, mungkin rasa kantuk yang membuatku tak menyadari kalau pintu kamar tak tertutup rapat. Aku copot semua pakaianku dan hanya mengenakan boxer, tak lupa ku nyalakan kipas angin di samping tempat tidur. Kebiasaan tidur seperti ini ku lakukan sejak ac kamar lagi di servis. Aku mulai berbaring, mencoba memejamkan mata, tapi bayangan kak Nayla terus bermunculan dalam pikiranku. Aku tak bisa menghilangkan bayangan-bayangan itu, setiap kali aku menutup mata pasti ada saja bagian dari dirinya membayang di pikiranku, entah senyumnya, suaranya, tatapannya, bagian badannya sampai aroma parfum yang di pakainya. Saat aku semakin memikirkannya, sebuah perasaan aneh mulai menjalar dalam tubuhku ini, cinta? Tapi kalau cinta kenapa si otong juga perlahan mulai bangkit, bergerak menggeliat perlahan dalam celana boxer, apa mungkin reaksi cinta seperti ini. Mulai menggeliat bangun, hingga menekan boxer. Tanganku perlahan pindah ke bawah, masuk ke dalam boxer dan mulai memegang si otong perlahan. Aku mencoba kembali menutup mata dan tiba-tiba bayangan kak Nayla menguasai pikiranku lagi, kali ini ia dengan pakaian yang sangat seksi, mengenakan setelan baju perawat ketat yang mulai di buka kancing bajunya satu persatu saat melangkah ke arahku, dengan senyumnya yang nakal dia mulai melepas bajunya, mendekatiku dan akhirnya kita mulai berciuman. Aku menarik celana boxer ku turun hingga mata kaki, jemari tanganku tanpa di minta mulai bergerak naik turun, si otong mulai terasa keras menegang, gerakan tanganku pun semakin cepat. Perasaan ini baru pertama ku rasakan, rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal tapi rasanya enak dan tak ingin berhenti, sungguh tak bisa digambarkan. Bagian pinggang rasanya mulai menegang, membuatku semakin terbuai dalam nikmatnya permainan tanganku sendiri. Pinggangku mulai ada reaksi naik turun sesuai dengan gerakan naik turunnya tanganku. Erangan lembut tanpa sadar juga keluar dari mulutku disertai dengan napas berat. Pikiranku saat ini hanya tertuju pada kenikmatan yang sedang ku alami, menghiraukan apapun juga. Bahkan Aku tidak bisa mendengar kalau kak Nayla berjalan ke lantai atas, mungkin ia mendengar suara-suara aneh yang berasal dari kamarku dan datang untuk menyelidikinya. Saat ia menemukan pintu kamarku sedikit terbuka barulah ia bisa melihatku berbaring di tempat tidur, dengan kejantanan yang mengeras berada di tanganku, membelainya, menaik turunkan dengan cepat. Kejantananku mulai berdenyut, rasanya enak sekali kegiatan ini, sambil membayangkan kak Nayla yang ada dalam pikiranku. Aku merasa ada sesuatu yang ingin keluar, sesaat aku ingin berhenti, namun semakin berdenyut-denyut dan rasanya semakin nikmat jadi aku lanjutkan, semakin cepat gerakan tanganku, eranganku pun semakin keras. Ku buka mataku dan mengerang keras. Aku menyentak pinggulku ke atas, *Ngeekkk* Aku melihat sesuatu dari sudut mataku saat mendengar suara pintu terbuka dan aku melihat kak Nayla sedang berdiri di sana, matanya seperti terkejut menyaksikan pemandangan di depannya. Tiba-tiba… “Ahhhhhhhhhh…emmhhh,” aku mengerang, ada cairan putih kental muncrat banyak sekali, kejantananku masih berdenyut-denyut dan terus mengeluarkan cairan putih itu. Tubuhku tersengkal-sengkal, merasakan gejolak nikmatnya sesasi ini. Cairan itu ku lihat berceceran di mana-mana, muncratannya sampai mengenai mukaku sendiri. Aku memang belum pernah merasakan kenikmatan yang baru saja terjadi ini, tubuhku masih belum sadar ada kak Nayla yang sedang melihatku. ” Garvin!…” ” Aaaaaaaaa….tutup…tutup…” ” Aku tidak tahu kau … eh..Maaf!” Tapi itu sudah terlambat …Saat pintu tertutup barulah keringat dingin mulai bercucuran, entah kenapa rasanya seperti dunia akan berakhir sesaat lagi. Perasaan takut dan malu menjadi satu, bercampur aduk menjadi keringat dingin yang terus menerus keluar. Meskipun rasanya sangat sulit menenangkan diri saat ini, tapi aku terus meyakinkan kepada diriku sendiri kalau ini tidak akan apa-apa, namun tetap saja ini selalu menjadi bayang-bayang yang buruk. Sempat terlintas bagaimana nasib ku akan berakhir jika ayah dan ibu tau kelakuanku barusan. Pasti aku dilarang main game lagi dan tidak akan di beri uang jajan sebulan, yang lebih parahnya lagi, tidak akan ada makan selama beberapa hari. Ah kalau saja ia tak datang, pasti aku juga tak akan kerasukan seperti ini. Kalau saja ayah dan ibu tak pergi, kejadian ini tidak akan pernah ada. Sekarang yang bisa ku lakukan hanya pasrah menerima hukuman apapun. Segera setelah aku bisa menguasai diriku lagi, aku menyambar pakaian tidur dan menarik mereka di atas tubuhku, sekedar untuk menutupinya saja. Merasa malu apa yang ku lakukan barusan, tetapi sebenarnya itu sudah terlambat karena ia telah melihatku pada saat yang tidak tepat. Aku mengerutkan wajahku, putus asa karena aku tahu apa yang terjadi. Aku mencoba untuk bersantai dan tenang menanggapi hal ini, meskipun seluruh badanku rasanya gemetar, merasa takut pada apa yang nanti ku alami. Ketukan pelan terdengar dari pintu kamar, terlihat Kak Nayla membukanya dan melangkah masuk. Ia tersenyum tipis, dan menyodorkan handuk kecil padaku. “Kak Nay rasa kamu mungkin perlu ini,” Aku dengan cepat meraih handuk yang di tawarkannya. Kak Nayla langsung berbalik keluar kamar. Sambil membersihkan diri dari sisa-sisa cairanku ini aku mencoba untuk menenangkan diri dari gejolak perasaan yang sedang ku alami, dan tak lama kemudian aku tertidur. Malam itu aku bermimpi buruk tentang apa yang mungkin akan terjadi. Terlihat kak Nayla yang sedang mengadukan perbuatanku pada kedua orang tuaku, “Saya menangkap basah anakmu yang sedang masturbasi di kamarnya, itu sangat menjijikkan!” Aku bisa mendengar dia berkata seperti itu dalam mimpi. Satu-satunya hal baik yang saat ini aku miliki adalah, bahwa ia tidak tahu aku sedang memikirkannya ketika semalam sedang masturbasi.
Bersambung