Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada para netters yang telah memberikan tanggapan dan komentar atas cerita-ceritaku sebelumnya, dan akupun ingin memohon maaf karena tidak sempat membalas semua email.
Ini adalah cerita pengalamanku ketika aku baru saja menjadi mahasiswi, aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, disana aku berkenalan dengan Wenny. Mahasiswi seangkatanku juga, orangnya biasa-biasa saja. Dengan tinggi 165/50, rambut hitam sebahu, kulit putih, ceria, dan rada sedikit tomboy dalam penampilannya, karena Wenny berasal dari daerah, maka dia kost tidak jauh dari kampus.
Beberapa kali Wenny mengajakku untuk main ketempat kostnya, tetapi aku menolaknya dengan halus karena memang aku tidak sempat. Hingga siang hari itu seusai kuliah. Wenny kembali mengajakku untuk bermain ketempat kostnya, dan entah kenapa. Hari itu aku mengiyakan ajakan Wenny itu, mungkin karena akupun sedang bete di rumah dan kebetulan juga aku tidak membawa mobil. Sehingga rada malas juga pakai taxi, kamipun berjalan dari kampus ke tempat kost Wenny. Tidak jauh sih. Tapi harus melewati gang-gang sempit.
Akhirnya kami tiba ditempat kost Wenny, menurutku tempatnya tidak terlalu bagus karena hanya merupakan bangunan semi permanen. Terdiri dari beberapa kamar kost. Dan kamar Wenny terletak dilantai dua bersama 3 kamar lainnya, tidak terlalu besar kamar Wenny itu. Dan di dalam kamar hanya ada sebuah ranjang yang cukup untuk 2 orang. Sebuah lemari pakaian, meja belajar, TV 14 inch, dan ada dvd serta stereo kaset, dan sebuah kipas angin yang ketika dinyalakan. Cukup berisik suaranya.
Setiba di dalam kamar Wenny, akupun langsung duduk di tepian ranjang.
“Sorry Mbak. Kamarku berantakan” seru Wenny sembari membuka lemari pakaiannya.
“Ah. Lumayan juga Wen. Cuman rada panas yaa” jawabku.
“Memang. Panas banget.” sahut Wenny.
“Sorry.. Aku ganti baju dulu yaa” sambungnya lagi.
Lalu Wenny membelakangiku. Melepas t-shirtnya. Lalu celana jeansnya. Tampak bra dan CD Wenny yang berwarna hitam itu. Lalu Wenny melepas branya. Sehingga aku dapat melihat punggung Wenny yang mulus itu. Lalu ia mengenakan dasternya. Warna merah dengan motif bunga, tanpa lengan tapi cukup pendek menurutku. Karena ketika Wenny membungkuk untuk mengambil bra-nya yang terjatuh dilantai. Tampak celana dalam Wenny dari belakang, kemudian Wenny menarik kursi dan duduk dihadapanku. Dengan kedua kaki diangkat ketepian kursinya dan dalam posisi mengangkang, sehingga kelihatan jelas celana dalamnya itu, aku hanya tersenyum saja melihat itu.
“Sorry yaa.. Aku duduk begini” seru Wenny.
“Kita kan sama-sama cewek.” sambungnya lagi.
“Enggak apa-apa kok wen” sahutku, lalu mataku tertuju ke sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja belajar Wenny.
“Foto siapa tuh wen?” seruku, lalu Wenny mengambil bingkai foto itu dan menyerahkan padaku.
“Cowokku” sahutnya.
Aku memperhatikan foto cowok Wenny itu, tidak terlalu ganteng. Bahkan rada berumur, lalu.
“Namanya siapa wen?” tanyaku.
“Mas Eko”
“Berapa umurnya?”
“30 tahun..” sahut Wenny.
“Kerja?”
“Iya. Pegawai negeri”
“Sudah lama kamu jalan sama dia?”
“Baru satu tahun”
“Tinggal dimana.?”
“Enggak jauh kok”
“Sering dong dia main ke sini?”
“Mhmm. Seringlah” sahut Wenny.
Akupun tersenyum sembari mengembalikan foto itu pada Wenny, tiba-tiba.. tok.. tok.. tok.. ada yang mengetuk pintu kamar.
“Wah umur panjang nih orang..” seru Wenny.
Lalu ia bangkit berdiri dan membukakan pintu, tampak seorang pria berdiri di ambang pintu. Ternyata dia adalah cowok Wenny itu.
“Hai Mas..” sambut Wenny manja sembari memeluk dan mengecup bibir Mas Eko
“Mas.. Kenalin temanku. Nia” seru Wenny.
Akupun mengulurkan tanganku dan dijabat erat oleh Mas Eko, rada risih juga sih. Karena tampak tatapan mata Mas Eko yang tajam..
“Eko..” sahutnya.
Lalu kami pun mengobrol bertiga di dalam kamar itu, Eko dan Wenny duduk di tepian ranjang sementara aku duduk dikursi, dan ternyata Mas Eko itu enak diajak ngobrol. Orangnya humoris, cukup wibawa hanya saja matanya selalu mencuri-curi pandang ke arahku, cuman yang membuat aku merasa risih. Melihat tingkah laku mereka. Karena tidak jarang Mas Eko dalam candanya memegang paha dan mencolek buah dada Wenny, sementara Wenny hanya mengeliat saja tanpa usaha mencegahnya, bahkan ketika Wenny sedang membungkuk untuk mengambil handuk yang terjatuh dilantai. dengan seenaknya Mas Eko mengulurkan tangannya memegang selangkangan Wenny dari belakang.
“Auuh..” jerit Wenny.
Tetapi dia membiarkan tangan Mas Eko itu meraba selangkangannya dari belakang, lalu Wenny membalikkan tubuhnya dan.
“Nakal yaa Mas. enggak enak tuh dilihat Mbak Nia..” seru Wenny manja.
“Hehehe.” Mas Eko hanya cengegesan saja.
“Oh iya. Mau pada minum apa nih?” seru Wenny.
“Seperti biasalah” sahut Mas Eko.
“Mbak Nia.. Mau minum apa?” tawar Wenny.
“Mhmm.. Teh botol aja deh” sahutku.
Lalu Wenny keluar kamar. Mungkin mau memesan minum, kini tinggal aku dan Mas Eko dalam kamar itu. Mas Eko memandangiku terus. Dan aku merasa risih dipandangin demikian.
“Sudah punya pacar belum?” tanyanya tiba-tiba.
“Belum Mas..” sahutku polos.
“Kok cantik-cantik gini belum punya pacar” serunya lagi.
“Belum kepikiran Mas” sahutku diplomasi.
Lalu Wenny masuk kembali ke dalam kamar, dia membawa minumanku, dan dua botol bir yang ternyata untuk Mas Eko, gilaa. siang-siang panas gini minum bir. pikirku.
Lalu kami mengobrol lagi. Dan setelah kusadari 2 botol bir itu telah habis.. Bahkan Mas Eko memesan lagi. Hingga aku lihat sudah lima botol tergeletak dilantai, bukan itu aja. Aku pun melihat Wenny ikut-ikutan juga minum bir itu. Kini Mas Eko tambah berani. Ia tidak sungkan-sungkan menepuk pahaku atau bahuku jika sedang ngobrol, sementara Wenny cuek saja melihat itu.
Menjelang sore. suasana dalam kamar itu menjadi semakin gerah bagiku, selain udara yang memang panas. tingkah laku Mas Eko dan Wenny semakin di luar kontrol saja. Mereka tidak sungkan-sungkan berciuman di hadapanku. Bahkan dalam candanya beberapa kali Mas Eko meremas-remas buah dada Wenny sementara Wenny membiarkan itu semua. Bahkan dia semakin bersikap menantang.
“Mentang-mentang ada Mbak Nia. Beraninya hanya begitu saja” seru Wenny.
Merasa ditantang demikian. tiba-tiba Mas Eko menerkam tubuh Wenny sehingga tubuh Wenny berada dibawahnya. Lalu dengan ganas Mas Eko menciumi bibir dan leher Wenny, Wenny hanya cekikikan saja. Sementara aku. Aku merasa semakin gerah saja, apalagi ketika tangan Mas Eko dengan leluasanya meraba-raba paha Wenny hingga kepangkal pahanya.
“Ooohh.. Mas.. Uuhh..” rintih Wenny.
Akupun memalingkan wajahku. melihat ketempat lain. Risih.. Tapi aku penasaran.
“Aahh. Oohh” rintih Wenny lagi.
Akupun segera melirik dan yaa. ampunn.. Tampak Mas Eko telah melorotkan daster Wenny sehingga kelihatanlah kedua buah dada Wenny itu yang langsung diciumi dengan ganas oleh Mas Eko. Gilaa.. Apa yang mereka perbuat. Sementara aku hanya duduk menonton saja. Melihat keganasan Mas Eko dan mendengar rintihan-rintihan Wenny. Akupun mulai terangsang.
Tiba-tiba Mas Eko menghentikan ciumannya lalu ia melepas daster Wenny itu. Dan menarik lepas celana dalam Wenny. Kini Wenny sudah benar-benar telanjang bulat.
“Sabar Mas.. Sabar. Ada Mbak Nia loh” rintih Wenny.
“Biarin” sahut Mas Eko sembari terus menciumi payudara Wenny, tampak Mas Eko mulai menciumi perut Wenny. Terus ke bawah dan akhirnya berhenti diantara kedua paha Wenny yang sudah terpentang lebar itu.
“Aahh. Oohh.” erang Wenny panjang sembari kedua tangannya meremas-remas kepala Mas Eko.
Merinding aku melihat adegan itu. Tapi diam-diam aku merasakan CD-ku mulai basah, beberapa kali aku menyedot teh botolku yang sebenarnya sudah habis itu, lalu tampak Mas Eko membuka kemejanya, singletnya, lalu celana panjangnya dan celana dalamnya. Sehingga tampak batang kemaluan Mas Eko yang sudah tegang mengeras itu. Lalu ia mengambil posisi diantara kedua paha Wenny.
“Ayo.. Mas.. Ayo.” desah Wenny dengan mata setengah terpejam.
“Aaakk. Ohh.” erang Wenny panjang.
Tampak Mas Eko kembali menindih tubuh Wenny, kini aku menjadi benar-benar salah tingkah. Tidak terbayangkan di depan mata kepalaku sendiri ada adegan begini. Jujur saja akupun mulai terangsang. Apalagi ketika melihat gerakan erotis pinggul Mas Eko yang naik turun itu. Sementara Wenny hanya mengeliat-ngliat dengan suara rintihan nikmat keluar dari mulutnya.
Aku sepertinya dianggap tidak ada oleh mereka. Gilaa. Aku ingin keluar dari kamar itu, tapi penasaran. Lalu tampak Mas Eko menyuruh Wenny untuk menungging. Dan dengan posisi dog style.. kembali Mas Eko memasukkan batang kemaluannya ke dalam vagina Wenny. Dari posisi ini aku dapat melihat batang kemaluan Mas Eko yang keluar-masuk liang kemaluan Wenny.
“Ooh. Terus.. Mas.. Teruss.. Ahh” erang Wenny, Mas Eko tampak bergerak seperti mesin saja enggak capek-capek. Sementara Wenny mengerang-ngerang keenakan. Ooohh. Pusing kepalaku melihat itu. Kemudian tampak Mas Eko menjilat jari telunjuknya sendiri dan. Ditusukkannya telunjuknya itu ke dalam lobang anus Wenny.
“Aaahh. Iyaa.. Iyaa.. Oohh” rintih Wenny lagi.
Beberapa kali aku menelan air liurku. Dan akupun mulai gelisah. tiba-tiba..
“Aaaghhkk.. Aku keluar.. Aku keluar maass” Wenny mengerang panjang. Tampak tubuh bergetar-getar.
“Cepat sekali kau keluar Wen.” seru Mas Eko sembari mencabut batang kemaluannya.
“Ooh.. Enak.. Mass.. Enak..” desis Wenny.
“Dimasukin ke sini yaa.” seru Mas Eko sembari mencobloskan telunjuknya dalam-dalam ke dalam lobang anus Wenny. Tampak tubuh Wenny tersentak kedepan.
“Sudah.. Mas.. sudah. jangan.” sahut Wenny sembari menjatuhkan tubuhnya telungkup, tampak batang kemaluan Mas Eko yang masih tegang menantang itu.
“Sama Mbak Nia aja Mass” seru Wenny lagi..
Apa.. Aku terkejut mendengar itu, sudah gila.. kawanku ini. Seruku dalam hati. Dan benar saja. Mas Eko menoleh ke arahku. Aku jadi salah tingkah.
“Hehehe. Ayo Nia. Ikutan”
Serunya sembari cengegesan. Aku hanya diam saja sembari berusaha menguasai diri. Lalu Mas Eko turun dari ranjang dan berjalan ke arahku. Berdegup keras jantungku.. Demi melihat batang kemaluan Mas Eko yang terayun-ayun.. Mendekat ke arahku.
“Tidak Mas. Terima kasih” sahutku sembari berusaha tersenyum.
“Aahh. Ayolah” seru Mas Eko.
Sembari mengarahkan batang kemaluannya ke mukaku. Gilaa. Jujur.. saat itu aku masih virgin. Belum pernah disentuh laki-laki. Dan kini.. dihadapanku tampak batang kemaluan Mas Eko yang besar itu dan. adegan tadi. membuat pikiranku kacau. Tiba-tiba Mas Eko memegang kepalaku dan menekan kepalaku ke arah batang kemaluannya sehingga tubuhku rada membungkuk kedepan. Haa. Gilaa. Tapi. Segera saja tercium aroma batang kemaluan Mas Eko itu bercampur dengan aroma vagina Wenny. Aku hanya diam saja ketika kepala penis Mas Eko menyentuh pipiku. Lalu Mas Eko menggosok-gosokan kepala penisnya itu ke bibirku. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi disisi lain akupun ingin. Oohh. Tanpa sadar aku menjulurkan lidahku hingga menyentuh ujung batang kemaluan Mas Eko.. Aahh.. Terasa asin.
“Yaa.. Betul Nia.. Jilatin. Yaa.. Begitu.” seru Mas Eko.
Ketika aku mulai menjilati kepala batang kemaluannya. Lalu.
“Buka mulut kamu Nia. Hisap.. Hisapin Nia..” seru Mas Eko lagi.
Entah kenapa aku menurut saja. Akupun membuka mulutku dan membiarkan batang kemaluan Mas Eko masuk. Tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa setelah itu.
“Dikulum.. Nia.. Dikulum..” seru Mas Eko lagi.
Akupun menurut. Kukulum batang kemaluan Mas Eko itu. Dan itu membuat Mas Eko kekenakan.
“Aahh.. Yaa.. Begitu..” erangnya.
Dan perlahan-lahan dia mengerakkan pinggulnya maju mundur. Sehingga batang kemaluannya pun keluar-masuk mulutku. Lama kelamaan. Akupun mulai menikmati itu. Dan membiarkan tangan Mas Eko menarik t-shirtku hingga terlepas. Lalu ia melepas bra ku dan melemparnya. Sehingga tampak payudaraku yang segera diremas-remas oleh kedua tangan Mas Eko. Kini aku menjadi pasrah.. Dan seperti robot saja aku menurut ketika disuruh berdiri dan Mas Eko melepas celana jeansku. Lalu melorotkan celana dalamku. Hingga akhirnya aku berdiri sama-sama bugil di hadapan Mas Eko. Lalu Mas Eko segera melumat bibirku. Aku pun membiarkan lidah Mas Eko menari-nari di dalam mulutku..
“Ooh.. Aahh..” aku mendesah nikmat. Membiarkan Mas Eko menciumi dan menjilati leherku dan terus turun ke dada dan aku mengigil hebat ketika kedua puting payudaraku dihisap-hisap oleh Mas Eko bergantian.
“Ooh.. Aakk.” desisku, aku mengelinjang ketika terasa telapak tangan Mas Eko menyentuh vaginaku. Dan dengan lembutnya mengosok-gosok clitorisku.
“Ooh.. Mas.. Oohh.. Aahh” desisku, terasa benar kemaluanku sudah banjir. Tapi.
“Aaakk..” aku menjerit sakit ketika Mas Eko menusukan jarinya ke dalam liang vaginaku..
“Kamu masih perawan yaa” seru Mas Eko.
“Ngkk.. Iya.. Nggkk.. Iya Mas..” sahutku pelan, tampak Mas Eko tersenyum lalu.
“Nggkk.. Oohh..”
Bergetar tubuhku ketika jari-jari Mas Eko mempermainkan clitorisku lagi. Akupun memejamkan mataku merasakan nikmat, lalu Mas Eko membimbingku ke arah ranjang. Tampak di atas ranjang tubuh Wenny yang telanjang. telungkup diatas ranjang. Aku tidak tahu apakah Wenny tertidur atau tidak.
Aku menurut saja ketika Mas Eko menyuruhku menungging. Sementara dia duduk berlutut dibelakang bokongku. Aku menanti dengan tegang. Ketika..
“Aak.. Ohh..” terasa lidah Mas Eko menyapu vaginaku, akupun hanya bisa menggelinjang keenakan.
Baru kali ini aku merasakan vaginaku di oral oleh seorang laki-laki, cukup lama lidah Mas Eko mempermainkan klitorisku. Ohh. Nikmat sekali. Tubuhku tersentak. ketika terasa lidah Mas Eko menari-nari diatas anusku.
“Oohh.” geli tapi nikmat. Apalagi ketika ujung lidahnya ditusuk-tusukkan ke dalam anusku. Aku hanya bisa meremas-remas sprei saja menahan nikmat, aku menoleh ke arah Wenny.. Tampak dia diam saja. Rupanya Wenny sedang tertidur. tiba-tiba aku merasakan kepala batang kemaluan Mas Eko digosok-gosok ke vaginaku. Akupun sadar..
“Jangan.. Mas.. Jangan dimasukin.” seruku.
“Hehehe. O iya.. Kamu kan masih perawan..” seru Mas Eko.
Tiba-tiba Mas Eko turun dari ranjang dan menuju ke lemari pakaian Wenny, aku tetap dalam posisi menungging. Tampak olehku Mas Eko mengambil sebuah botol.. Dan menuangkan cairan dari dalam botol dan dilumurinya ke seluruh batang kemaluannya itu. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Mas Eko. Lalu dia kembali mengambil posisi di belakang pantatku. Terasa ada cairan dingin. Melumuri anusku. Lalu terasa jari Mas Eko mengolesi cairan itu disekitar anusku.. Dan.
“Aakk.. Oohh”
Aku tersentak kaget ketika Mas Eko mencobloskan jarinya ke dalam duburku. Terasa risih.. Geli. Tapi nikmat. Kini aku sadar kalau Mas Eko mau menyodomi aku. Aku tidak tahu bagaimana rasanya. Tetapi kalau melihat dalam film bokep. Kayaknya nikmat juga. Akupun menanti dengan tegang. Terasa Mas Eko memasukkan satu jarinya. Terus dua jari.
Aku merasa geli. Tapi sedikit mules juga.. Ketika jari-jari Mas Eko mencolok-colok anusku. Lalu Mas Eko mulai menempelkan ujung batang kemaluannya ke anusku.. Dan menekan secara perlahan-lahan.
“Oooh. Nggkk. Aaakk.” aku merintih karena terasa nyeri di sekitar anusku itu.
“Stopp.. Stopp. Mass.. Sakit.” erangku.
Mas Eko segera menghentikan gerakannya. Lalu ia menyuruh kedua tanganku ke belakang untuk membuka belahan pantatku. Aku menurutinya. Dan terasa batang kemaluan Mas Eko mendesak perlahan ke dalam anusku. Aku hanya meringis menahan nyeri dan panas di sekitar anusku.
“Tenang Nia.. Tenang. Jangan tegang.” seru Mas Eko, akupun melemaskan otot-otot anusku.
Lalu. Bless. Aku merasakan batang kemaluan Mas Eko menerobos masuk ke dalam. Ooohh. Terasa ada sesuatu yang masuk hingga ke dalam perutku. Dan seketika aku merasa mules. Ketika Mas Eko mulai menarik perlahan-lahan batang kemaluannya dan menekan lagi.
“Ooh. sudah.. Mas.. sudah muless.. Nihh..” rintihku.
Tetapi Mas Eko tidak menghiraukan rintihanku itu. Semakin lama dia semakin cepat mengerak-gerakkan batang kemaluannya keluar masuk lobang pantatku. Aku hanya meringis saja tidak merasakan nikmat. Tapi mules. Tiba-tiba Wenny terbangun.. Rupanya ia terganggu. Karena goyangan ranjangnya. Ia menoleh padaku dan tersenyum.
“Mbak Nia. Enak kan Mbak.” serunya, aku tidak menjawab tapi hanya bisa meringis saja. Lalu Wenny duduk berlutut disampingku.
“Ayoo.. Mas.. Keluarin.. Mas.” seru Wenny.
Gilaa. Wenny malah mensupport cowoknya untuk menyodomi aku di hadapannya. Mendapat support dari Wenny, Mas Eko semakin mempercepat gerakkannya. Lalu..
“Aku mau Mass.” seru Wenny manja.
“Aahh.. Ngkk.. Nungging sana.” seru Mas Eko.
Lalu Wenny menungging di sampingku. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Mas Eko terhadap Wenny. Sebab tampak wajah Wenny meringis-ringis keenakan sementara Mas Eko masih terus memompa batang kemaluannya di dalam anusku. Pegal juga tanganku ke belakang. Lalu aku meluruskan kedua tanganku ke depan menahan tubuhku. Sehingga posisiku merangkak. Kini aku mulai merasakan nikmat. Dan rasa mules itu sudah mulai berkurang, dalam hatiku. Luar biasa Mas Eko ini. Belum keluar-keluar juga. Lalu ia menghentikan gerakannya dan mencabut batang kemaluannya dari anusku. Ooohh. Lalu Mas Eko bergeser dan.
“Aaakk.. Oohh.. Uuuhh.” Wenny mengerang, rupanya gantian Mas Eko memasukan batang kemaluannya ke dalam vagina Wenny. Tampak tubuh Wenny bergunjang-gunjang mengikuti irama gerakan Mas Eko. Sementara aku masih tetap dalam posisiku. Karena terasa nikmat tangan Mas Eko yang terus mengosok-gosok clitorisku. Tanpa kusadari tubuhku sudah bermandi peluh. Demikian juga dengan Wenny. Terdengar nafas Wenny yang semakin memburu.. Dan akhirnya.
“Aaarrgghh. Aaahh.” Mas Eko mengerang panjang. Rupanya dia sudah mencapai klimaks dan menyemburkan air maninya di dalam vagina Wenny setelah itu Wenny segera rubuh telungkup disampingku. Aku.. Aku belum mencapai klimaks. Apalagi permainan tangan Mas Eko di clitorisku mendadak berhenti. Dan diapun rubuh menindih tubuh Wenny dari belakang. Kini aku yang kelabakan.
Akupun telentang di samping mereka berdua. Masih terasa nyeri di anusku. Tapi aku tidak peduli karena sudah kepalang. Akupun bermasturbasi dengan tanganku. Ooh.. Ahh. Aku merintih-rintih sendiri. Semakin cepat jari-jariku mengosok-gosok clitorisku. Sementara tangan kiriku meremas-remas payudaraku sendiri. Ohh. Aahh.. Nnggkk. Mas Eko. Menoleh padaku.. Dan dia tersenyum melihat aku yang sedang bermasturbasi itu.
Aku tidak peduli. Bahkan aku tambah bergairah dilihat oleh Mas Eko. Dengan mata setengah terpejam aku menoleh pada Mas Eko. Dalam hati aku mengharapkan bantuan Mas Eko. Rupanya Mas Eko mengerti. Lalu dia mencium payudaraku sebelah kanan dan lidahnya mempermainkan puting payudaraku itu. Oohh. Uuuhh.. Aaahh. Tubuhku mengelinjang dan bergetar hebat. Ketika aku mancapai klimaks. Oohh. Rintihku dan kedua pahaku kurapatkan erat. Dan telapak tanganku seketika basah oleh cairan vaginaku, seketika tubuhku menjadi lemas.
“Ooh.. Terima kasih.. Mas” seruku pelan dengan nafas memburu, Mas Eko tersenyum saja dan akhirnya aku tertidur.
Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur. Ketika terbangun.. Tampak hari sudah gelap, aku menoleh ke samping, tampak Mas Eko sudah tidak ada. Rupanya dia sudah pergi, dan aku hanya melihat Wenny yang masih tertidur disampingku. Masih dalam keadaan telanjang sama sepertiku.
Aku berusaha turun dari ranjang. Aaakk.. Terasa nyeri di sekitar anusku. Lalu aku mengambil handuk dan mengelap tubuhku yang bermandikan keringat itu. Ketika aku menyalakan lampu. Wenny pun terbangun.
“Baru bangun Mbak..” serunya.
“Iya.. Mas Eko kemana?” tanyaku.
“Pasti sudah pulang tuh” sahut Wenny.
“Wen..”
“Mhmm”
“Apa yang terjadi tadi. Kamu enggak marah?” tanyaku.
“Enggak kok Mbak. Mbak Nia enggak marah kan?” tanyanya balik.
Aku hanya diam saja. Tampak Wenny tersenyum. Akupun ikut tersenyum. Sejak kejadian itu, aku sering main ketempat kost Wenny. Dan beberapa kali kami main bertiga, karena Mas Eko. Aku jadi benar-benar bisa menikmati anal sex. Aku salut pada Mas Eko yang tidak mau memperawaniku.
Hingga akhirnya di semester 2.. Wenny harus berhenti kuliah dan kembali ke daerah asalnya. Dan Mas Eko akhirnya menjadi pacarku. Ternyata Mas Eko seorang maniac sex. Dan apa saja yang kami lakukan berdua. Nanti akan aku ceritakan dalam ceritaku selanjutnya.