anak lelaki bernama bagus itu terduduk di atas bangku panjang angkringan yang berada di ujung desa itu. segelas es teh yang berada di hadapannya sudah berkurang sepertiga isinya ketika seorang pembeli datang memasuki warung yang beratapkan terpal berwarna biru itu. penerangan yang berasal dari lampu teplok tidak menyulitkan anak itu untuk mengenali pembeli yang baru datang itu, yang tidak lain adalah temannya, yang bernama seno. “gus, kesini kok ndak ngajak ajak” “wong aku tadi ndak dari rumah” “lha trus darimana?” “tadi habis diajak lik aris ambil pasir” “oh gitu…. oiya mas susu ya” ~ kata seno pada sang penjual “panas opo es?” “es wae ndak usah ditambahi gula” “oke” dua buah tempe sudah ludes dilahapnya ketika pesanan es susunya datang. mereka kembali larut dalam obrolan soal pertandingan bola liga inggris semalam sambil sesekali mereka melihat layar smartphone mereka untuk sekedar melihat jam atau mengecek jika ada pesan yang masuk. pembicaraan mereka terhenti ketika pembeli lain datang ke warung angkringan itu, namun kali ini adalah sesosok wanita setengah baya yang juga tidak asing bagi bagus. “mas susu jahe dua ya” “nggih mbak” wanita itu mengalihkan perhatiannya ke arah bagus yang duduk tepat disamping dia berdiri. “gus, besok jangan lupa ya seperti biasa bantu bulik ke pasar” “nggih bulik” tak lama kemudian pesanan dua plastik susu jahe siap. “mpun mbak” “pinten?” “lima ribu mbak” “gus kamu makan apa aja? biar bulik bayarin sekalian” “ndak usah bulik” “bener?” “nggih bulik” “yaudah, ini mas uangnya, maturnuwun ya.” “iya mbak” “bulik duluan gus” “iya bulik” segera setelah wanita itu pergi suasana warung yang semula tenang menjadi riuh. “wah bagus cieeee cieee” “iyo iki bagus . . .kiuw kiuw” “opo tho?” “kamu itu ya gus ndak bagi bagi” “bagi opo tho?” “lha itu tadi mbak martini” “ah kamu itu dia itu bulikku” “iya tapi apa kamu ndak ada rasa gimana gitu” “iya wong sering diajak kemana mana gitu” “rasa apaan to” “kamu ini memang ndak tahu atau pura pura ndak tahu” “ah wis tho malah ndak jelas ngomongnya” “wahahaha” ************************************************************************** jam hp bagus menunjukkan pukul setengah satu dini hari ketika mas eko si penjual sego kucing mulai membereskan warungnya untuk tutup. bagus pun bersiap pulang setelah membayar semua pesanannya tadi. sementara seno sudah pulang duluan sejak jam sebelas tadi karena dicari orang tuanya. “mas eko duluan ya” “iyo gus, eh ati ati kalo lewat di deket pohon sawo” “ndak usah nakut nakutin mas” “wong dibilangin orang tua kok ndak percaya, hehehe” bagus segera melangkah pergi dari warung angkringan itu untuk pulang ke rumah. sendirian dia menembus gelapnya malam yang dihiasi langit berbintang. saat sampai di dekat pohon sawo besar di kebun kosong di jalan menuju rumahnya pikirannya melayang teringat kata kata mas eko tadi. bukan, bukan tentang pohon sawo itu. melainkan tentang bulik martini. ya sebenarnya bagus paham yang dimaksud oleh mas eko dan seno tadi. dia paham jika mereka menggodanya karena kedekatannya dengan bulik martini. wanita berumur 40 an itu adalah seorang janda. namun yang membuatnya selalu menjadi bahan perbincangan adalah fakta betapa menariknya bulik martini di mata para lelaki. oleh karena itu tidak heran banyak sekali lelaki di desanya yang tertarik pada buliknya itu, dari yang hanya berani menggoda sampai yang serius mendekatinya. dari lelaki beristri yang siap menjadikannya istri kedua sampai pemuda bau kencur yang hanya bisa diam diam memimpikannya. tak terkecuali bagus sendiri, sebagai seorang lelaki normal sudah tak terhitung berapa kali bagus harus membetulkan posisi celananya setiap bertemu bulik martini. tibalah bagus di depan halaman rumahnya. buru buru dia hilangkan pikiran kotor tentang buliknya itu. dia merasa tidak pantas berbuat kurang ajar seperti itu pada bulik martini yang sudah banyak membantunya selama ini, bahkan meskipun hanya dalam batas imajinasinya. namun tiba tiba langkahnya terhenti ketika mendengar suara berisik dari rumah buliknya. dia curiga dengan suara yang berasal dari rumah buliknya itu karena disana hanya ada bulik martini dan kedua anaknya yang masih kecil. bagus khawatir ada orang jahat yang mendatangi rumah buliknya terlebih posisi rumah mereka berada di ujung jalan aspal yang menuju area persawahan agak terpisah dari rumah lain oleh tanah kebun kosong yang ditanami pohon pisang dan singkong. bagus perlahan membelokkan langkahnya menuju rumah bulik martini. dia berjalan mengendap agar tidak terdengar langkah suaranya jika seandainya benar ada orang jahat disana. semakin bagus mendekat semakin jelas terdengar suara dari dalam rumah itu yang satunya bagus kenali sebagai suara bulik martini dan lainnya adalah suara laki laki. bagus semakin yakin sesuatu yang buruk tengah menimpa buliknya. dia memutuskan untuk mengintip dari balik jendela yang tidak sempurna tertutup tirainya. smartphone nya dia keluarkan dari kantong jaketnya untuk berjaga jaga jika sewaktu waktu harus memanggil teman temannya. dari balik kaca jendela dia bisa melihat dengan jelas seisi ruang tamu yang hanya diterangi lampu bolam 5 watt. namun apa yang dilihat bagus mengejutkannya. dia melihat buliknya dalam kondisi telanjang tengah duduk dipangkuan seorang laki laki yang juga tengah bertelanjang bulat. kaki buliknya mengangkang sementara lelaki dibelakangnya sibuk menghujamkan batang penisnya dalam lubang kewanitaan buliknya. *********************************************************************** bulik martini POV “akh akh akh akh” suara desahan memenuhi seisi ruang depan rumah. untungnya kedua anakku sudah tertidur lelap dari jam 9 tadi. jika tidak pasti mereka akan melihatku dalam keadaan seperti ini. tentu saja sebagai orang tua yang normal tidak menginginkan hal itu terjadi. tubuhku yang tidak tertutup sehelai benangpun terlihat mengkilap karena keringat yang membasahi sekujur tubuhku. nafasku berpacu seiring dengan sodokan penis yang memenuhi rongga vaginaku. “errhmmm ragh argh argh erghhh” suara desahan dan lenguhan terdengar bergetar karena tubuhku yang bergoncang goncang. rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan persetubuhan ini. sudah 3 kali aku mengalani orgasme setelah dikerjai oleh mas agus, lelaki yang sedang menikmati tubuhku ini. payudaraku yang berukuran besar bergoncang tak karuan karena gerakan persetubuhan kami. sesekali pentil payudaraku yang berwarna coklat menjadi sasaran pelintiran maupun tarikan jari jari nakal mas agus yang membuatnya semakin mengeras. tidak hanya itu sekujur kulit payudaraku juga terlihat memerah karena remasan tangan kasarnya. “akgggggghhh ehrnnnnnnnn” “mmmfffahhhhh akhhhhh” sudah hampir setengah jam aku terus digenjot rasanya aku hampir mendapat orgasme keempatku malam ini, begitu juga dengan mas agus yang juga hampir sampai. gerakannya semakin liar dan cepat menandakan dia hampir sampai. “akh ehmmm aku mau keluar arggh mas” “akhk … aku juga dik akhhhh sssshhhhh ehhm keluarin erhhmmm dimana?” “diluuar mas, aku belom mau hamil akh akh” “akh aku sudah pengen punya anak darimu ehhmmm” “akh sabar mas akh nikahi aku dulu baru nanti kita bisa punya anak” “tapi akhhh ehhh…” “akh tolong mas kalo sampai aku hamil duluan bisa panjang masalahnya nanti” “akhhhhh ya sudahh ehmmmn kalo begitu aku keluarin dimulutmu yahhh” “akh iyyya haaaaaakkk” segera kubuka mulutku lebar lebar agar penis mas agus mudah masuk untuk menuntaskan ejakulasinya. “akh aku keluar” “creeeettt creeetttt creeeettt” cairan sperma panas menyembur dalam mulutku tiada henti. aku sampai kewalahan menampung bibit bibit sperma mas agus dalam mulutku. “ughkkk akhhhhh slreeeppppp” “enak to?” “iya mas, banyak banget” “hahaha yo mesti, wong lelaki perkasa santennya harus banyak hahaha” “lha opo mas agus ndak pernah ngocok po?” “ngapain ngocok kalo mas agus punya kamu” ~ jawab mas agus sambil mengusap janggutku lembut “yaudah mas sini biar aku bersihin” “ya harus to, wong sudah susah aku kumpulin ndak boleh ada yang kebuang” aku kembali menunduk ke arah selangkangan mas agus, membersihkan sisa sisa sperma yang menempel di batang penisnya. ******************************************************************************** nafas bagus memburu akibat menyaksikan adegan persetubuhan buliknya secara langsung tadi. tangannya sedari tadi mengelus elus selangkangannya yang menggembung akibat batang kemaluannya yang mengeras dari balik celananya. hp yang sejak dari tadi dipegangnya tidak pernah dipakai untuk memanggil bantuan namun justru dia pakai untuk mengabadikan adegan persetubuhan tadi. pikirannya kalut tidak bisa berpikir jernih akibat mrnyaksikan persetubuhan buliknya, disatu sisi dia senang bisa menyaksikan adegan langka iti secara langsung namun di sisi lain dia tidak habis pikir buliknya bisa berbuat sebinal itu. apa yang dia saksikan dari buliknya bertolak belakang dari apa yang dia ketahui selama ini. dia tidak menyangka buliknya yang selalu bertutur kata sopan dan baik padanya ternyata bisa berubah liar ketika sedang berhubungan seks. terlebih lelaki yang asing bagi agus itu bukanlah suami sah buliknya, karena statusnya adalah seorang janda. setelah beberapa saat mematung setelah mengintip dari balik jendela, agus kembali mendengar suara. dia kembali mencoba mengintip apa yang selanjutnya terjadi. ternyata tamu laki laki asing itu sedang mengenakan pakaiannya kembali. sementara bulik martini hanya melilitkan kain sarung sebatas dada. namun kain sarung itu tidak mampu menyembunyikan belahan dada dan paha mulus yang selama ini selalu tertutup oleh pakaian yang dikenakan buliknya. bagus kembali mendapat suguhan tubuh mulus buliknya yang cukup terbuka meskipun tidak telanjang bulat seperti sebelumnya. sang tamu melihat keadaan luar dari balik jendela depan sebelum mengeluarkan motor bebek astrea grand yang dimasukkan dalam rumah.bulik martini mengantar kepulangan lelaki itu sampai depan pintu hanya dengan memakai sarung yang melilit tubuhnya. lelaki itu menghidupkan mesin motornya dan segera pergi meninggalkan rumah bulik martini menghindari jalan masuk desa dan lebih memilih melewati jalan tanah tengah sawah. tanpa menyalakan lampu sama sekali meskipun keadaan sangat gelap, lelaki itu nekat menembus terjalnya jalan tanah berlumpur yang tadi sore diguyur hujan.