Part 1: Berawal dari pengakuan istri saya di suatu malam beberapa hari lalu. Cerita ini ejawantah dari thread saya di room gambar. https://www.duduk123.com/threads/pengakuan-yang-bikin-deg2-crot.1394845/ Saya dan keluarga tinggal di sebuah kompleks perumahan menengah di daerah Surabaya pinggiran barat. Mau beli di Citraland, ketinggian segalanya hahahaha… Walaupun ini kompleks sudah lama ada, tapi masih banyak kavling yang kosong, bahkan rumah yang sudah berdiri pun banyak yang ditinggal kosong. Saya tinggal di cluster yang posisinya di depan tapi bukan di sekitar boulevardnya. Agak pinggir dan sepi, suasana lumayan adem. Deretan cluster saya ini terdiri dari 20 rumah, dengan tembok yang menjulang di bagian belakang dan samping. Gambarannya di cluster saya ini tiap rumah tidak beradu tembok dengan rumah tetangga, masih ada sisa tanah lumayan lah daripada lumanyun. Saya bertetangga dengan keluarga yang hanya terdiri dari suami istri. Si suami merupakan pensiunan aparatur Negara, sedangkan istrinya ibu rumah tangga. Usia mereka terpaut jauh, dari hasil obrolan dengan si bapak, selisih usia mereka sekitar 15 tahun. Pantesan saya lihat istrinya kok muda dan terlihat tidak jauh usianya dari saya. Bisa nih kapan2 di apa2in hehehehe… Di belakang rumah kami ini masih berupa tanah kosong dengan tumbuhan semak belukar dan pohon pisang (bisa jadi sarang kuntilanak nih). Kejadian ini berawal beberapa hari lalu, ketika istri si Bapak pension ini pulang kampong ke Jawa Tengah. Otomatis si bapak ini home alone lah. Kegiatan orang pensiunan bersih-bersih rumah, pekarangan, ngopi dan main HP di teras. Owh iya, di rumah saya dan si bapak ini, depannya belum ada pagar pembatas dengan jalan kompleks. Eh malah iklan property ya hehehe… Hal-hal tersebut diatas membuat si bapak yang selalu ada di rumah menjadi terbiasa berinteraksi langsung dengan istri saya. Kejadian berikut dari cerita istri saya. Hari Pertama POV Fitri (istri) Hari kedua PPKM, istri Pak Huda (tetangga sebelah) pulang ke Semarang nengok orang tuanya yang sakit parah. Pak Huda ini tidak ikut karena tidak bisa melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan umum. Sedangkan dengan mobil sendiri belum mendapat sopir untuk luar kota. Pagi itu aku lihat pak Huda membersihkan pekarangan depan seperti biasa. Aku yang beberapa hari tidak membersihkan pekarangan berniat ikutan juga karena ada temannya. Kebetulan masakan pun sudah tinggal nunggu mateng aja. Hari itu aku masak pepes ikan lumayan banyak karena mama datang dan masak dibantu adik bungsu yang notabene nya adalah istri kedua suami. Nah bingungkan? Setelah masakan matang kami sarapan, suami sarapan dibawa ke kantor. Selesai sarapan mama dan si bungsu pulang ke rumah nya yang di kontrakan suami di cluster sebelah. Anak2 ikut “tantenya” ke rumahnya karena ada neneknya datang. Singkat kata, aku bersih-bersih pekarangan depan yang lumayan kotor oleh daun. Si bapak ini lihat saya bersih-bersih sendiri. Lalu menghampiri dan menawarkan bantuan, aku pun dengan senang menerima tawaran tersebut hehehe… Setengah jam kemudian selesailah acara bersih-bersih pekarangan. Aku kemudian menawarkan kopi kepada si bapak, dan mempersilahkan ke rumah sebagai ucapan terimakasih. Awal nya si bapak ini ragu-ragu. Katanya tidak enak dilihat tetangga. Padahal lo tetangga depan rumah kosong samping kiri rumah dengan tembok menjulang ke angkasa. Pekarangan depan rumahku adalah tanaman buat pagar hijau, ide suami. Setelah agak memaksa akhirnya si bapak mau juga aku ajak ke rumah, dan duduk di teras depan. Kemudian aku siapin kopi dan cemilan. Saat lihat meja makan, aku menebak pasti si bapak belum sarapan. Kan home alone. Saat aku tanya sudah sarapan atau belum, benar si bapak belum sarapan. Saya ajak si bapak ke meja makan buat sarapan. Ketika akan saya tinggalkan ke ruangan lain, si bapak mencegah saya pergi. Bilangnya: “temenin saya makan mbak”. Aku pun bilang: “iya pak, saya ganti baju dulu ya pak, soalnya kotor tadi bersih2”. Aku pun masuk kamar, bukannya ganti baju tapi mandi juga hehehe… (kamar mandi ada di dalam). Selesai mandi dan ganti baju aku keluar kamar menuju meja makan. Disitu aku lihat si bapak agak melongo dan bengong kayak ada yang aneh di diriku. Aku pun tersadar, rupanya bajuku yang bikin si bapak begitu. Aku Cuma pakai baju terusan pendek tanpa lengan, leher agak rendah. Sewaktu ganti baju tadi aku benar-benar lupa kalau ada si bapak di dalam rumahku, aku seenaknya aja memakai baju yang emang biasa aku pakai di dalam rumah. Masya Allah benar-benar lupa, tapi dah terlanjur duduk didepan si bapak, ya sudahlah. Rejeki si bapak. Selesai si bapak makan, saya beres-beres meja makan dan niatnya mencuci yang ada di tempat cucian piring. Eh si bapak malah bangkit dan membantu aku beres-beres. Aku sudah cegah tapi si bapak tetap dengan niatnya tadi. Ya sudah lah, kebetulan lagi hehehehe… Cuci piring pun dibantu si bapak. Nah saat cuci piring ini entah sengaja atau tidak tangan si bapak kadang nyenggol badanku, karena kita berdirinya sebelahan. Akupun sadar si bapak ini kadang melirik ke tubuhku terutama dada yang emang agak terbuka dikit. Selesai cuci piring kami pindah ke ruang depan, sambil bawa kopi si bapak. Malah jadilah kami ngobrol-ngobrol lama. Si bapak ini malah curhat soal rumah tangganya ke aku. Waduh, jadi ga enak lah. Dia bilang istrinya masih kayak ABG sering main kemana-mana, reuni ketemuan dengan teman sekolah. Kadang sampai nginep di Batu atau Pacet. Dan si bapak juga mulai keluar sungutnya dengan gombalan-gombalan khas pria kepada wanita hehehe… B:” mbak Fitri ini sama mas Dimas selisih berapa umurnya? Kok kayaknya masih muda” F:” selisih 5 tahun pak, kelihatan tua banget ya” B:”ndak lah, berarti 35 ya mbak, kan mas Dimas 40 tuh” (si Bapak tau usia suami karena dia sekretaris RT) F:”iya sekitar itu pak” B:”tapi kok penampilan dan penampakannya ga beda jauh dengan mbak Laila, dia kan blm ada 25 ya?” Laila adalah si adik bungsu yang jadi istri kedua, pas jadi istri kedua suami statusnya janda, usia 22 tahun. F:”alah bapak ngrayu nih, ya jelas jauh lah pak dengan Laila” B:”eh beneran kok, tapi kayaknya mas Dimas lengket ke mbak Fitri ya?” F:”kok bisa lihat gitu darimana pak?” B:”hhhmmmm…. Bapak lihat sih dari body mbak Fitri ini pinter muasin mas Dimas” Gubrak! Akhirnya si bapak keluar tanduknya hehehe… Aku pun senyum-senyum saja mendengar gombalan si bapak. Ternyata orangnya agak nakal juga kelihatannya. Obrolan pun terus berlanjut mulai dari soal keluarga, pekerjaam, lingkungan, sampai soal jatah menjatah suami-istri. Tampaknya si bapak ini kurang terpenuhi kebutuhan biologisnya oleh sang istri. Tapi aku pun tak maulah jadi sarang pelampiasan si bapak. Lama kelamaan si bapak duduknya geser ke sampingku. Dia mau coba-coba rupanya hehehe… Pasti karena terbawa suasana, jadi nya ada niatan. Aku sudah nyiapin benteng pertahanan lapis tujuh. Ngobrol kami jadi berjarak sangat dekat, sesekali si bapak mencolek lengan ataupun pahaku, karena emang pahaku kesingkap kalau duduk. Mudah-mudahan si bapak tidak tau kalau aku tidak pakai CD. Makin lama, si bapak ini jago ngrayu dan ngegombal juga, pantesan bisa dapat istri usianya jauh lebih muda. Kami ngobrol kayak orang sudah kenal lama dan akrab. Aku berpikiran, kenapa ga dinakalin sedikit aja nih si bapak. Aku pun sesekali dalam ngobrol pegang tangan dan paha si bapak, sengaja hehehe… Makin kesini si bapak makin berani, duduknya sudah mepet ke tubuh ku. Sudah kayak bapak-anak aja hehehe… Akupun sedikit ladenin biar dia penasaran juga. Tapi terus terang aku tidak berani menatap mata nya, karena aku tahu senjata playboy macam si bapak ini kayak suamiku, senjatanya ada di mata mereka. Aroma tubuh si bapak ini lumayan wangilah untuk lelaki, dah aku pastikan ini bapak macam buaya juga. Makin panas obrolan si bapak, yang tampaknya emang haus soal biologis. Melihat aku seperti mau menerkam saja. Tapi untuk nekad, dia mungkin masih takut dan ragu. Untuk manasin si bapak, sesekali dan sesering mungkin aku pura-pura mbenerin baju, entah lubang leher yang aku sengaja turunin, atau kaki yang aku silangkan hingga pahaku kemana-mana. Aku sekilas lihat, jakun si bapak naik turun lihat pemandangan tanggung ini. Hingga saat disuatu momen si bapak curhat serius tentang istrinya yang dia rasa punya Pria Idaman Lain. Wajah mesum si bapak berubah menjadi wajah sedih. Dan pecah lah tangisan sang buaya eh si bapak. Akupun berusaha menghibur si Bapak sebisa mungkin, karena kelihatannya dia curhat sepenuh hati mengeluarkan segala bebannya. Entah disengaja atau tidak, si bapak nangisnya sambil agak bersender ke bahu ku. Mau gak mau lenganku nyambut si bapak. Aku berpikir ini bisa saja akal-akalan si bapak agar bisa menyentuhku. Tapi biarlah, tampaknya dia benar-benar butuh tempat melampiaskan bebannya. Mau tak mau kami berposisi berpelukan akhirnya. Duh kan harusnya cewek yang dipeluk kalo pas nangis, ini kok kebalik. Kami berpelukan tanpa berkata apa-apa, hanya isak tangis si bapak yang kedengeran. Si bapak meluk aku lumayan erat, mana bajuku serba agak terbuka gini. Aku peluk si bapak seperlunya, sambil aku elus-elus punggungnya. Beberapa saat isaknya mereda, pelan-pelan pelukannya yang erat mulai mengendor. Aku merasakan si bapak ini tangannya malah meraba-raba punggungku. Mau gerak mundur, ketahan sandaran sofa di belakangku. Pelan-pelan aku lepaskan pelukanku ke si bapak. Dia pun melepaskan pelukannya, dan memegang kedua bahuku. Disini aku merasa terkena jebak, karena dia bisa langsung menatap mataku yang dari tadi aku hindarin. Sambil memegang kedua bahuku dengan kedua tangannya, dia berkata “maaf ya mbak bapak terbawa suasana dan tidak sopan”. Eh setelah ngomong gitu, si bapak majukan wajahnya dan ngecup bibirku. Reflek aku mundur, sengaja biar ga dikira gampangan. B:”eh maaf mbak, bapak kebablasan” Dalam hati aku ini mah dia sengaja, dasar buaya darat. Tapi sebenarnya aku agak tertantang dengan permainan si bapak. Setelah situasi normal kembali, si bapak minta maaf lagi karena peristiwa tadi. Beberapa saat kemudian si bapak minta pamit. Untuk mencairkan suasana, aku bilang ke si bapak kalau bapak butuh apa-apa kemari saja, jika belum ada makan kesini saja pak. Si bapak mengiyakan perkataan aku. Terakhir dia bilang “ Mas Dimas beruntung banget ya, istrinya dua, cantik, dan sexy semua”. Setelah itu si bapak beranjak pulang ke rumahnya. Aku pun segera masuk rumah, sebenarnya deg-degan juga dengan peristiwa tadi, antara penasaran dan harap-harap cemas. Yang lebih deg-degan lagi adalah menceritakan peristiwa ini ke suami. Pastinya di awal akan sok marah-marah, tanya macam2 sepanjang malam, dan pastinya kalo dah cemburu mainnya dilama-lamain. POV Saya Malam hari saat mau tidur, niatnya saya emang tidur dan ga minta jatah. Saat ngobrol, istri membuat pengakuan tentang peristiwa dengan si bapak sebelah rumah. Saya tanya detil sedetilnya, segamblangnya, serincinya. Hingga akhirnya jadilah tulisan diatas. Saya yang sudah lama tidak ada niatan cuckold maupun exhib, malah muncul kembali keinginan tersebut. Saat pengakuan istri, yang terjadi adalah ngaceng yang tak tertahankan. Bukan emosi yang meledak ledak, tapi lahar panas yang mau muncrat hehehe… Akhirnya agar interogasi berjalan secara jujur, terbuka, dan ringan, saya lancarkan serangan ke seluruh tubuh istri dengan ciuman, rabaan, jilatan, dan tusukan konti. Alhasil semua pengakuannya adalah jujur hahahaha… Saat dia sudah jujur dengan pengakuannya, istri melakukan serangan balik yang cukup frontal yang membuat saya kewalahan. Part 2 adalah hari kedua, nunggu waktu longgar nulisnya lagi Maaf belepotan nulisnya, semoga berkenan Part 5 (PENUTUPAN)