“Adri tolong bantu ibu ini hape ibu kok lemot banget ya?”
“Paling isinya juga penuh Bu, itu yang sering bikin lemot”
“Tolong liatin gimana biar gak lemot-lemot banget.”
Dengan ogah-ogahan aku kerjakan juga permintaan ibuku, karena masalahnya itu-itu saja. Entah dari mana idenya, tiba-tiba saja waktu bongkar-bongkar hape ibuku ternyata menemukan foto-foto selfie ibuku lagi telanjang. Gak tahu apakah dia lupa atau bagaimana kalau menyimpan foto-foto seperti itu tapi secepatnya aku arsip dan aku kirimkan ke hapeku. Setelah masalah hape ibuku selesai aku kembalikan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hari-hari berikutnya pun ibuku juga tidak bertanya apa-apa mengenai foto yang aneh-aneh.
“Gimana Bu, hapenya sudah agak mendingan dipakainya? Bener itu cuma penuh jadi beberapa file banyak aku hapus”
“Filenya penting gak itu kok dihapus?”
“Gak, cuma file-file penyimpanan sementara, mestinya sering-sering dibersihkan.”
“Ok thank you Dri.”
Iseng-iseng aku bikin akun situs kencan anonim lalu aku posting foto-foto ibuku yang paling bagus menurutku, tentu saja dengan mengaburkan segala petunjuk identitas termasuk wajah dll. Ternyata tanggapan dari netizen-netizen hidung belang atau memang yang benar-benar cari pasangan sangat positif. Mereka mengomentari kalau bodi ibuku masih sangat seksi untuk wanita di usianya. Foto-foto selfie ibuku tidak ada yang vulgar paling hanya tampak depan dan belakang dengan bantuan cermin. Banyak sekali permintaan untuk mengupload foto-foto lainnya tapi tentu saja aku gak punya. Lalu munculah akal sesat. Terus terang belum ada kepikiran untuk berbuat hal yang lebih jauh tapi setan rupanya membimbing ke arah sana.
Aku mengirimkan pesan pendek ke hape ibuku mengatakan seolah-olah sudah berhasil menghack hape ibuku. Selain informasi pribadi pesan tersebut juga mengatakan telah mendapatkan foto-foto pribadi ibuku. Lalu aku juga mengirimkan alamat akun kencan anonim melalui pesan tersebut. Tentu saja ibuku tidak tahu kalau yang mengirim pesan itu aku. Beberapa hari berikutnya sepertinya kelihatan kalau ibuku agak gelisah.
—-
Ibu Adri menjadi gelisah setelah menerima pesan misterius bahwa foto-foto telanjangnya telah bocor ke tangan hacker.
“Adri, ibu mau tanya, apa mungkin orang lain bisa dapatkan isi hape kita pakai internet?”
Adri tahu ibunya gelisah karena pesan anonim yang dia kirimkan.
“Bisa aja kalau gak sengaja ada program yang punya akses ke file-file terus ternyata mengirimkan ke internet.”
“Kalau sudah terkirim gitu apa bisa dihapus?”
“Susah Bu karena kita gak punya akses ke pusatnya. Memang kenapa Bu?” Aku tanya seolah tidak paham situasi yang terjadi.
“Ah gak apa-apa. Bahaya juga ya?”
“Iya Bu apalagi kalau itu info akun bank, pin identitas dll. Kalau bukan itu mungkin gak seberapa.”
Ibu Adri seperti menghembuskan napas lega, karena bukan info akun bank yang bocor, lalu foto-foto mana yang bocor ibu Adri penasaran juga. Lalu ibu ingat kalau dia menyimpan gambar-gambar telanjang dirinya untuk melihat progres dietnya.
Ketika di kamar sendirian akhirnya ibu mencoba membuka akun yang dikirim oleh si hacker. Rupanya untuk membuka akun tersebut harus sudah terdaftar. Sekarang ibu bingung bagaimana membuat akun.
—-
Di kamar aku sedang mengerjakan tugas kuliah lalu tiba-tiba ibu memanggilku.
“Nak, tolong ibu bikin akun baru bisa?”
“Akun apa Bu?” Aku ber
Lalu ibu menyebutkan nama situsnya. Aku pura-pura terkejut dan bilang itu semacam situs jodoh tapi jati diri kita disamarkan.
“Kenapa bikin akun beginian Bu?”
“Ah cuma biar bisa cerita ke teman-teman ibu katanya daripada ibu sendirian. Padahal ibu juga gak perlu.”
Begitu kilah ibu.
Akhirnya aku buatkan akun itu termasuk membuatkan e-mail dan nama samaran. Aku juga sengaja tidak melihat password ibu supaya ibu yakin akunnya rahasia.
“Nanti kalau lupa passwordnya Adri susah bantunya lho.”
“Gak apa-apa kalau lupa password ya gak ibu pakai.”
“Nanti kalau takut Adri intip akun ibu ini bisa dibikin private, siapa tahu. Mungkin ibu bisa dapat jodoh, cuma ya orang baik-baik biasanya gak pakai situs kaya gini.”
“Hush ngawur.”
Dan memang aku gak bisa intip isi postingan ibu yang diset private dengan begitu ibu tidak kuatir dengan privasinya. Aku penasaran dengan reaksi ibu setelah membuat akun tersebut.
—-
Ibu Adri baru berani membuka postingan yang dibuat oleh hacker dan terkejut melihat foto-foto telanjangnya ada di postingan tersebut. Hanya saja wajahnya dikaburkan begitu juga latar belakang atau apa yang bisa memberikan petunjuk ternya dikaburkan sehingga ibu merasa tidak ada yang akan mengenalinya di situ.
Satu-persatu postingan dibacanya. Hampir semua berkomentar jorok yang membuat ibu Adri merasa jijik walaupun terselip juga banyak pujian mengenai bentuk tubuhnya.
“Seksi banget, mulus juga, ini bodi favorit gw.”
“Walaupun dah berumur tapi mbaknya masih pinter jaga badan, salut (jempol jempol jempol).”
Walaupun pesan-pesan didominasi kata-kata ngeres.
“Ugh crot juga padahal cm liat fotonya, gimana aslinya…”
“Trims sama TS gw jadi ada bacol istimewa..”
“Sayang gak keliatan wajahnya, tapi pas gw ngentot sama bini yang kebayang malah mbak ini hue hue hue.”
Puluhan komentar yang membuat muak sekaligus panas dingin. Ditambah permintaan untuk foto-foto lainnya dari orang-orang yang mengatakan sebagai fan. Di salah satu postingan dengan tulisan “tribute buat foto mbak seksi” tampak foto yang diambil menampakkan salah satu foto telanjangnya diprint dalam ukuran besar, foto itu tampak berlumuran cairan kental yang bisa dipastikan sperma dan di bagian ujung terlihat penis yang berukuran cukup besar dalam keadaan tegang.
“Gw udah crot tapi kontol gw gak mau tidur lagi, luar biasa.”
Ibu Adri menelan ludah membaca itu semua. Lalu ada tumbnail kecil di bawah foto yang cukup besar dan terdapat tombol play. Ibu Adri menekan tombol play dan melihat seorang tengah mengocok penisnya yang berukuran besar yang sedang tegang. Dalam waktu beberapa detik penis itu berkedut sambil memuncratkan sperma yang cukup banyak. Tangan satunya terlihat seperti tengah mengusap-usap fotonya seolah sedang membelainya. Ibu Adri merasa badannya panas melihat itu semua sendirian di kamarnya. Tidak hanya satu yang mengirimkan foto dan video tribut beberapa user lainnya juga melakukannya tampak dari bentuk penis yang berbeda-beda. Melihat satu persatu video yang menimpali fotonya seolah banyak laki-laki berlomba menyetubuhinya. Ibu Adri belum pernah berpikir bahwa tubuhnya masih menarik banyak laki-laki.
Beberapa video memiliki kualitas bagus terang sehingga memperlihatkan bentuk penis yang jelas. Beberpa tampak lebih besar dari punya suaminya dulu. Kadang ibu kangen disentuh oleh laki-laki tapi menikah lagi juga banyak pertimbangannya. Pelan-pelan tangannya diselipkan ke balik CDnya dan mulai memainkan klitorisnya. Sekedar pelepasan ibu Adri beberapa kali melakukannya. Tapi kini sambil melihat video vulgar di mana obyek dari laki-laki yang tengah masturbasi adalah foto dirinya, sensasinya terasa berbeda. Ibu membayangkan sedang berhadapan dengan banyak laki-laki dengan beraneka bentuk penis tengah menyetubuhinya bergantian.
“Ugh, oh yah…. kalian semua setubuhi aku.” Ibu berbisik pelan melepaskan gejolak birahinya.
Beberapa mengirimkan pesan ke thread meminta foto-foto yang lain bahkan ada yang memesan ingin dikirimi secara japri foto-foto yang tidak diedit. Tapi tentu saja itu semua diabaikan oleh Adri yang masih ingin melindungi identitas ibunya.
—-
Aku melihat bagaimana reaksi ibu dengan akun barunya. Tapi sepertinya ibu tidak pernah posting apa-apa di forum. Apakah ibu mengirimkan pesan pribadi aku juga gak tahu karena aku gak bisa membuka akun ibu.
Kadang aku mencoba meminta foto baru ke ibu dengan dalih menjaga kerahasiaan foto-fotonya dan ternyata mendapatkan balasan. Aku jadi semakin mengagumi tubuh ibuku walaupun belum terpikir untuk berbuat hal yang terlalu jauh.
Ibu sekarang kelihatan lebih memilih dalam berpakaian. Ibu juga terlihat membeli tripod baru untuk supaya lebih bebas berfoto selfie. Ide kurangajarku rupanya membuat ibu sadar akan penampilan dan masih banyak laki-laki yang menginginkannya. Aku sebenarnya tidak meminta foto-foto yang lebih aneh lagi. Cuma menyarankan pose-pose yang menurutku bagus dan masih bisa dilakukan oleh ibu sendirian. Tentu saja foto-foto tersebut aku edit dulu supaya menjaga identitas. Salah satu foto tampak ibu sedang duduk di lantai dengan kaki diletakkan di lantai dan satunya menekuk ke atas dengan tubuh menghadap kamera sehingga tampak bulu kemaluannya dan payudaranya, wajahnya mengahadap samping. Giliran aku yang tidak tenang sekarang penisku selalu mengeras melihat pose-pose ibu. Sepertinya ibu semakin terbiasa dengan selfie telanjang di kamarnya. Kadang kalau aku merasa tidak tahan aku mengocok penisku sambil melihat foto-foto ibu. Ibuku semakin kreatif dengan pose-posenya. Satu foto tampak ibu sedang mengangkang memperlihatkan bibir kewanitaannya yang tampak bersih terawat. Aku segera membuka celanaku dan mulai masturbasi sambil menatap dalam-dalam foto tersebut.
“Agh Bu, ibu cantik banget, seksi banget…” sambil aku menyemburkan spermaku. Teringat beberapa foto dan video bagaimana laki-laki di luar sana menjadikan foto-foto ibuku sebagai bahan coli sampai sperma mereka berhamburan.
Tapi aku tetap bersikap biasa bila ketemu ibu. Walaupun aku kasihan dengan ibu tapi aku sedikit bangga karena ibuku masih populer dan kini ibu juga semakin modis dalam berpakaian, mungkin imagenya mulai terbentuk sebagai model telanjang misterius.
—-
Suatu malam pintu kamarku diketuk oleh ibu
“Adri, ibu boleh minta tolong?”
“Ada apa Bu?”
Lalu ibu menceritakan bagaimana ketika hapenya dihack dan foto-fotonya diposting di internet dan kini bagaimana ibu jadi sering diminta mengirimkan foto-foto baru walaupun wajahnya diburamkan. Aku tersenyum dalam hati dan api neraka sepertinya sudah mengincarku. Semua seolah sudah begitu menggelisahkan bagi ibu tapi aku merasa masih di dalam kendali.
“Ibu minta kamu foto ibu telanjang ya? Sudut pandang yang diminta sekarang susah untuk ibu ambil sendiri pakai tripod dll.”
Aku terkejut karena aku tidak pernah meminta pose tersebut. Tentu saja ku menolak karena itu bukan dari permintaanku.
“Jangan dikasih Bu, nanti semakin dikasih mintanya tambah yang aneh-aneh.”
“Tolong Nak, kalau tidak ibu kirim maka foto-foto yang sebelumnya akan dibuka editannya.”
Rupanya beberapa user forum tersebut berhasil mengetahui akun ibu dan mengirimkan japri yang sebenarnya bisa diacuhkan. Karena semuanya aku yang kendalikan tapi ini mulai kacau.
“Tidak perlu Bu cepat atau lambat mungkin akan terbuka semuanya tapi itu juga bukan salah Ibu.”
Aku masih berusaha mengendalikan situasi. Walaupun demikian ibu masih saja memohon-mohon. Akhirnya aku punya beberapa jalan keluar yang perlu dicoba. Akhirnya aku sanggupi mengambil gambar ibu telanjang. Jantungku serasa berdebar-debar kuat karena walaupun selalu melihat foto-foto telanjang ibuku tapi kini aku berhadapan langsung dengan ibuku.
Akhirnya kami memilih tempat yang cukup terang dan lapang tapi masih bisa disamarkan. Ibu dengan agak malu-malu melepaskan bajunya di depan anaknya. Walaupun sudah sering berfoto telanjang dan fotonya kini dinikmati sejagat internet tetapi berpose di depan anaknya memberikan sensasi yang berbeda. Masih terasa canggung dan malu-malu. Pose yang diminta memang sulit karena harus dari bawah menempel lantai dengan sudut pengambilan yang sensual memperlihatkan kaki ibu supaya terlihat jenjang dan nampak kewanitaannya. Aku mengambil moto beberapa kali sambil menelan ludah dan memposisikan penisku yang mengeras supaya tidak terlihat. Beberapa foto kuambil sangat dekat dengan posisi sulit sehingga ibu perlu berpegangan pada badanku untuk menyeimbangkan diri. Wajahku sangat dekat dengan payudara ibu supaya tanganku bisa memposisikan kamera. Demikian aku tidak sempat memposisikan penisku sehingga sepertinya terlihat oleh ibu. Ibu pasti melihat tonjolan di balik celanaku yang menunjukkan penisku tengah mengeras.
Selesai sesi foto ibu meminta maaf karena membuatku dalam posisi tidak nyaman. Sebenarnya aku menikmati sesi fotografinya tapi penasaran siapa yang meminta foto ibu secara japri dan bagaimana menyiasatinya. Akhirnya aku editkan foto-foto ibu supaya yang dikirimkan oleh ibu adalah foto-foto minim identitas. Ibu ikut melihat ketika aku mengedit fotonya dan bagaimana aku selama mengedit memandangi pose-pose telanjangnya.
“Kamu gak apa-apa liat ibumu telanjang Nak?”
“Sebenarnya agak gak enak juga Bu, gimana juga Ibu sendiri”
“Gak merasa gimana gitu ke ibu?”
“Ada adalah namanya juga laki-laki tapi semua kan ada batasnya.”
Ketika mengedit aku konsentrasi ke pekerjaanku sehingga aku tidak ereksi.
Pekerjaan editing selesai aku kasihkan file hasil editing ke ibu dan meminta file aslinya dihapus dari hape ibu agar tidak terkirim. File asli ada di komputerku sehingga aman. Untung ibu tidak merasa teknik editanku sama dengan yang selama ini muncul di postingan.
“Foto-foto aslinya ada di komputermu Dri?”
“Ya Bu, nanti Adri hapus deh.” kataku setengah berbohong.
“Kalau kamu mau simpan saja nak anggap hadiah dari Ibu.” kata ibu sambil tersenyum penuh arti.
Malam itu aku masturbasi beberapa kali setelah sesi foto-foto dengan ibu yang berpose telanjang. Foto-foto di komputerku dan bayangan ibuku bercampur menjadi objek coli. Beberapa kalai aku terbangun dan bernjut dengan masturbasi ditemani foto-foto ibuku.
“Oh ibu yang cantik, aku cinta padamu..”
“Bu, terimalah ini Bu, aku sayang ibu…” sambil aku menyemburkan sperma yang semakin menipis karena terlalu sering aku keluarkan malam itu.
—-
Besok paginya Ibu Adri menemukan CD kotor anaknya di antara cucian dan kelihatan banyak bercak-bercak sperma kering. Ibu Adri tahu anaknya tentu telah melampiaskan nafsunya setelah melihat dirinya telanjang.
—–
Besoknya Ibuku datang lagi dengan hebohnya mengatakan setelah ia mengirimkan foto-fotonya ternyata yang mengaku si hacker marah-marah karena fotonya diedit.
“Gawat Dri, dia minta foto tanpa editan, bagaimana?”
“Sudah Bu tidak usah dituruti.”
“Dia minta foto tanpa editan kalau tidak maka wajah ibu akan disebar.”
“Sekarang minta apa lagi dia?”
“Dia menginginkan ibu berpose dengan ada penisnya. Dan tanpa editan. Paling gak dia minta 20 foto.”
“Tidak usah digubris Bu. Kita gertak saja untuk membuka foto-foto lainnya.”
“Jangan Dri ibu tidak mau wajah ibu muncul dan orang jadi tahu.” Ibu begitu ketakutan identitasnya dalam foto-foto telanjangnya selama ini terbuka. Padahal itu semua akal-akalanku tapi kini ada orang yang mencoba mengambil keuntungan.
“Baik tanpa editan cuma kalau sama penis ya nanti kita ambil tanpa harus mengedit.”
“Iya Dri, ini pose-pose yang diminta oleh orang itu.”
1. Menghadap kamera dengan kelihatan , payudara, kemaluan dan penis. Ibu membuka seluruh pakaiannya, pengalaman sebelumnya membuat ibuku tidak canggung lagi melakukannya. Aku hanya membuka celana saja sementara baju aku angkat. Kamera aku set timer. Penisku benar-benar mengeras ketika mendekati wajah ibu, ibu agak salah tingkah melihat penisku yang mengeras. Dan untuk keperluan pose beberapa kali ibu memegang penisku dan itu membuatku beberapa kali terkejut. Untuk menghindari editing aku meminta ibu untuk menutup mukanya dengan kertas seolang-olah memakai topeng.
2. Berikutnya Ibu berlutut menghadap penisku menggenggam dengan kedua tangan mendekatkan ke wajahnya. Tanganku memegang kepala ibu sambil jari-jariku berusaha menutupi wajahnya. Genggaman ibu benar-benar merangsang seluruh sarafku.
3. Kemudian permintaannya adalah ibu berdiri mengangkang sambil penisku menyembul dari belakang di antara selangkangannya. Pose ini agak susah karena aku lebih tinggi dari ibu sehingga harus agak jongkok walaupun demikian beberapa beberapa kali penisku menyentuh kewanitaan ibu. Beberapa kali kami harus menahan posisi sehingga penisku bergesekan dengan selangkangan ibu. Penisku terasa sangat keras, cairan bening kental mulai menetes dari ujung penisku. Beberapa kali tangan ibu menyentuh penisku dan terkena cairan precum ku.
4. Posisi berikutnya hampir sama dengan sebelumnya hanya saja kami lakukan sambil rebahan menyamping . Tanganku berpegangan pada pinggul ibu dan tetap berusaha agar wajah ibuku tidak terfoto, selama wajah kami tidak muncul jelas orang itu tidak bisa apa-apa. Penisku aku selipkan di antara pangkal paha ibu menempel ke kewanitaannya. Kadang dalam pose kaki ibu merapat sehingga penisku terhimpit pahanya, rasanya aku jadi sangat terangsang hampir seperti keluar. Reflek aku dorong pinggulku ke depan dan penisku menggesek bibir kemaluan ibu. Precum ku semakin banyak penisku semakin keras, hal itu dirasakan oleh ibu.
“Ugh Dri penismu keras banget, geli kalau kalau kena punya ibu.”
“Ah maaf Bu, Iya itu keras-keras sendiri.”
“Gak apa-apa sepertinya repot kalo pakai foto-foto. Kalau dari video apa bisa dipilih buat foto?”
“Bisa Bu, bagaimana?”
“Pakai mode video saja nanti kita potong-potong”
Akhirnya kamera diset mode video dan kami kembali mengikuti pose-pose yang diminta. Kini ibu harus menungging menyamping kamera sementara penisku harus menyusup dari belakang. Aku hanya menempelkan penisku ke perut ibu dari belakang di antara dua pahanya. Kami harus menahan posisi supaya hasil potongannya nanti bagus. Oleh karena itu kaki ibu bergantian antara kiri kanan de depan atau belakang. Penisku jadi tergesek-gesek oleh paha ibu. Precumku keluar lagi karena reflek aku menegangkan penisku akibat rangsangan itu. Precumku mengenai paha ibu. Ibu memundurkan pantatnya supaya menempel ke badanku. Tangannya menahan kepala penisku dan tentu saja terkena precum ku. Disentuh begitu seolah seperti tak tertahankan tekanan dari dasar penisku.
Ibuku kini rebahan ke sisi menghadap kamera sementara kaki kanan diletakkan di atas pahaku dengan posisi tertekuk di. Aku bersimpuh meletakkan penisku di atas kewanitaannya sambil aku memeganggi kaki kirinya yang diluruskan keatas. Ibu semakin sering mengelus penisku yang sudah sangat keras. Buah zakarku bergesekan dengan bibir kemaluan ibuku. Membuatnya semakin basah. Beberapa kali ibu menghembuskan napasnya yang berat. Ujung penisku bergesekan dengan bagian bawah perut ibu di antara usapan tangannya.
“Aagh.. tinggal dikit lagi sabar ya sayang… egh…”
Aku hanya mengangguk mendengar panggilan sayang dari ibu kepadaku.
Ibu membaca lagi daftar permintaan pose dan menyuruhku rebahan menjauhi kamera. Lalu ibu duduk bersimpuh di bawah perutku dekat pangkal penis dengan lututnya di lantai. Karena mode video maka tidak perlu lagi mengatur pose. Bibir kemaluan ibu bergesekan dengan pangkal penisku. Sementara tangannya masih mengelus batangnya. Ibu sesekali berpaling dari kamera supaya nanti ada yang tidak kelihatan wajah.
Ibu bergantian antara menggesekkan kewanitaannya dan pahanya menjepit penisku. Apakah seperti ini rasanya bersetubuh? Kulit halus paha ibuku betul-betul membangkitkan rangsangan birahiku. Badanku terasa panas dan napasku menjadi tersengal.
“Bu Adri sudah tidak tahan Bu… ah hahh”
“Sabar sayang masih ada beberapa pose lagi…uuuh.”
Kami berganti posisi lagi kini aku rebahan menyamping kamera. Ibu duduk di pangkal penisku menghadap ke arahku. Beberapa kali kami membetulkan pose sehingga penisku dan kewanitaan ibu bergesekan. Punya ibu sudah basah banget terasa di batang semakin licin. Penisku beberapa kali menegang seolah hendak memuntahkan muatan yang terpendam. Beberapa kali pula secara refleks aku memajukan pinggulku menerima rangsangan dari gesekan paha ibu.
“Ini yang terakhir sayang.. hah hah…” napas ibu semakin tersengal.
Ibu menyuruhku berdiri, sementara ibu rebahan dengan kedua kakinya diangkat. Aku disuruh menyelipkan penisku di antara pahanya menekan kewanitaannya. Posisinya tidak memungkinkan aku menopang tubuhku dengan kaki atau lututku. Yang bisa kupakai untuk menopang adalah tanganku. Badanku menekan kaki ibu sampai penisku menekan bibir kemaluannya beserta klitorisnya. Kami menahan agar tidak bergerak tapi tetap saja ada gerakan sedikit saling bergesekan dan itu tidak terhindarkan.
“Sayang tolong ibu yang terakhir ya…”
Ibu menekan penisku pada bibir kemaluan dan klitorisnya.
“Ibu tinggal dikit lagi sepertinya mau dapat, tekan-tekan sedikit ya…? Kamu pasti nanggung juga kan?”
“Adri juga sepertinya mau dapat juga Bu…”
“Iya sayang cuma tekan-tekan aja.. oh enak sayang… Habis ini ibu gak akan ngasih foto buat kumpulan terkutuk itu…”
Aku sambil bertumpu pada tanganku menekankan penisku ke bibir kemaluan dan klitoris ibu semoga ibu cepat dapat klimaks. Aku juga merasa sedikit lagi. Aku melakukan seperti pas masturbasi pakai guling atau bantal dengan ditekan-tekan agak keras biasanya bisa muncrat dan terpuaskan. Aku menekan-nekan kewanitaan ibu sambil badanku ditahan oleh kedua kakinya. Dada dan perutku merasakan kemulusan betis dan pahanya. Ibu memegangi batang penisku supaya tetap bergesekan dengan kewanitaannya.
“Iya sayang terus sayang oh enak banget walaupun masih nanggung.”
“Hah hah hah….” aku hanya membalas dengan menggenjot pinggulku agar irama tekanannya semakin cepat. Ibu juga semakin cepat menggoyang pinggulnya menandakan tubuhnya sudah dikuasai kenikmatan seksual. Kami sudah seperti orang bersetubuh.
“Sayang berhenti sebentar….” ibu menatapku, pandangannya seperti menghiba. Pelan-pelan tangannya yang menekan penisku kini membimbing kepalanya ke vaginanya. Lalu memajukan pinggulnya pelan-pelan kepala penisku menemukan jalan masuknya.
“Bu, apa pun yang terjadi aku tetap sayang ibu… Aku tetap akan menghormatimu Bu..”
“Oh sayangku….” Ibu membalas dengan mencium bibirku. Kami berciuman dengan ganas. Dan penisku semakin dalam masuk ke vaginanya. Mata ibu terpejam kepalanya terkulai ke belakang. Tangannya satu masih tergantung di leherku. Badan ibu gemetar rupanya ibu sudah mendapatkan orgasmenya.
“Terimakasih sayang” ucap ibuku sambil memandangku. “Sekarang puaskan dirimu, ibu kasihan kalau kamu menahannya…”
“Oh ibu….” Aku membenamkan mukaku ke belahan dadanya dan mulai menggenjot, menyetubuhi ibu.
“Hebat kamu sayang sudah memuaskan ibu, ohhhh sepertinya ibu juga mau dapat lagi.”
Aku berkaca-kaca antara kenikmatan yang kurasakan dan penyesalan dari apa yang telah aku mulai. Setelah ibu orgasme yang kedua kali, aku masih bisa bertahan terus menggenjot tubuh ibuku.
“Oh ibu sayang, aku cinta ibu….”
“Sayang panggil nama Ibu sayang….”
“Arsih…oh Arsih cintaku… kekasihku…”
“Ya sayangku terus terus….”
Akhirnya pertahananku runtuh, penisku beberapa saat seolah membesar dan itu membuat ibuku orgasme lagi untuk ketiga kalinya. Kami berciuman, badan ibu gemetar sampai ke kaki-kakinya yang terhimpit antara tubuhnya dan tubuhku. Aku menyemprotkan sperma banyak sekali di dalam. Sperma itu melambangkan curahan perasaanku pada ibuku sekarang. Irama semprotannya seirama ciuman kami. Sampai akhirnya gelombang klimaks kami mereda. Menyisakan dua tubuh yang berkeringat.
Kami masih saling membelai.
“Ibu gak akan peduli lagi dengan permintaan terkutuk itu. Cukup kali ini saja ibu membuatmu bingung dan bimbang.”
“Tapi Ardi senang bisa memuaskan ibu, mungkin sekarang ibu merasa lebih enteng setelah sekian lama.”
“Kalau kita mau lagi bukan karena paksaan orang lain, tapi untuk membangun cinta kita. Ibu ingin bercinta bukan sekedar ngewe.”
Kami berpelukan dan baru sadar bahwa selama ini persetubuhan kami masih terekam. Rekaman itu tentu saja tidak kami hapus. Aku dan ibu melihat-lihat rekaman itu kalau sedang ingin bercinta sehingga kami melakukannya dengan sepenuh hati dan kemesraan.
Ibu tetap tidak tahu kalau aku adalah pencetus foto-fotonya muncul di internet. Dan orang anonim yang meminta ibu untuk menambah foto-fotonya juga tidak diketahui. Kami tidak peduli karena identitas ibu pasti tidak akan tersebar dan kini kami memiliki status hubungan baru.