Selamat pagi, siang, dan malam teman-teman. Setelah sekian lama wara wiri di forum ini akhirnya saya memberanikan diri untuk post sebuah cerita yang genrenya sangat saya sukai. cerita ini sepenuhnya fiksi. adapun mulustrasi hanya sebagai pemanis cerita ini jadi tolong di jaga agar tidak ada PK diantara kita. Karena ini masih cerita pertama saya, pastinya akan ada banyak sekali kesalahan dalam perangkaian kata, penulisan, serta hubungan antar partnya tapi saya akan mencoba membuat cerita ini semenarik mungkin untuk dibaca suhu-suhu semua. Jadi mohon dimaaf kan ya. PART 1 Annisa Febrianti
“Abi sayang.. udah jam 5, ayo bangun… Kita sholat subuh bareng” ucapku mengoyang bahu badan suamiku yang masih tertidur pulas. “Emmm.. iya yank sebentar lagi.. hzzzz” dengan mata masih tertutup suamiku menjawab pertanyaanku lalu kembali tertidur dengan lelapnya. “Ya udah umi sholat duluan yah. Sehabis sholat umi langsung ke pasar belanja untuk sarapan Abi ya. Muah” ucapku lalu berdiri beranjak keluar kamar. Namaku Annisa Febrianti biasa dipanggil Nisa, tahun ini usia ku 23 tahun. Usia yg tergolong muda untuk menjadi seorang istri. Sebenarnya banyak yang menanyakan kenapa aku menikah secepat ini. Kata orang-orang, parasku cantik dengan body yang menjadi dambaan bagi wanita lain. Kulitku putih kemerahan tinggi 160cm dengan berat 55kg, dadaku berukuran lumayan besar sehingga aku sering memakai pakaian longgar agar tidak terlalu keliatan berbentuk. Rambutku hitam lebat panjang di bawah bahu tp selalu kututupi dengan hijab apabila hendak keluar rumah. Kami tinggal di sebuah kota dengan udara sejuk yamg biasanya menjadi sasaran orang untuk berkuliah. Aku sendiri adalah tamatan dari universitas ternama dikota ini. Mas Farhan adalah seorang perantauan dari salah satu kota di pulau Sumatera. Dahulu kami bertemu saat kantornya mengadakan sebuah event di kampusku. Disitu kami bertemu, berteman, dan terus menjadi semakin dekat. Kami tidak sempat pacaran karena begitu aku tamat kuliah, ia langsung melamarku. Saat itu orang tuaku langsung menerima pinangan mas Farhan karena bagi mereka, pamali menolak sebuah lamaran dari lelaki yg sudah mumpuni. Dengan ajakan menikah dan desakan dari orang tua, akupun luluh mengiyakan ajakan menikah dari mas Farhan yang diakuinya saat itu, saking senangnya ia jadi tidak bisa tidur selama seminggu. Saat ini pernikahan kami memasuki tahun ke 2, kami belum dikaruniai seorang anak meski kami sudah mencoba berbagai cara, mungkin karena belum rejeki. Aku bekerja sebagai model dan digital marketing pada sebuah brand otomotif ternama dikota ku. hobiku adalah menonton film series detektif seperti detektif con*n atau film she*lock Holmes, detektif terkenal dari Inggris pada jamannya. Tak jarang semangatku meninggi ketika mendengar permasalahan orang terdekatku seperti rekan kerja atau tetangga sekitar. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku sih tp aku senang aja berlagak seperti detektif seperti tokoh kesukaan ku. Ok, cukup sekian perkenalan diriku. Hehe Saat ini aku sedang berjalan ke pasar yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, mungkin sekitar 10 menit berjalan kaki. Kenapa jalan? Hitung2 sebagai olahraga pagi agar tubuhku sehat dan energik. “Pagi neng Nisa. Pagi ini cakep tenan atuh” sapa Agus, seorang pemuda yang sering keliling komplek tempat tinggal kami untuk menjaga keamanan. “Pagi juga bang. Hehe” aku hanya menjawab singkat seperti yang biasa aku lakukan. Bukan karena dia hanya security, tp lebih menjaga marwahku sebagai istri dan wanita yang Sholehah. Akupun berjalan melalui bang Agus dengan melparkan senyum indah yang membuatnya semakin semangat menjaga komplek kami. Selama di pasar, berinteraksi dengan banyak orang, tidak jarang ada bapak2 yang suka sok kenal sok dekat, sksd ya namanya.. dengan mengajakku ngobrol. Agar tidak dibilang sombong, aku tentu meladeni siapapun yg mengajakku ngobrol tp hanya ku balasan seadanya saja. Setelah aku membeli sayur dan belanjaan lainnya, aku segera pulang kerumah memasak sarapan untuk suami sekalian menyiapkan bekal yang akan dibawanya ke kantor. “Sayang hari ini pulang jam berapa? Ntar sore Rani, teman kuliah dulu akan berkunjung kemari.. boleh yank?” Tanyaku ke mas Farhan setelah tiba2 aku teringat bahwa semalam Rani berencana menemuiku hari ini karena ingin membicarakan sebuah hal penting. “Rani? Kalau cewek ya datang aja yank. Tp kalau cowok, apalagi cuma sendiri, gak enak nanti diliat tetangga. Jd kalau bisa jangan yank” jawab suamiku sambil mengunyah makanan di mulutnya. “Kalau teman cowokku pasti gak kubolehin datang apalagi kalo cuma sendirian yank. Eh, ayang takut ya istrinya yg cantik jelita ini diapa-apain sama org lain? Hayoo ngaku hehehe” ucap ku seloro sambil memijit pundak suamiku yang sedang makan “Hehe iya pasti umi.. umi kan cantik. Pasti org2 yg liat umi gampang terpikat. Kalo terpikat bisa2 malah jd napsu dan usil kayak gini ke umi” ucapnya sambil mencolek dadaku yg membuat aku kaget dan langsung mencubitnya. “Nakal ih. Mau pergi kerja pun sempat-sempatnya usil gini ke umi. ” Ucapku sambil memeluk lengannya. Suamiku pun kembali tersenyum lalu melanjutkan makannya dengan lahap. Semoga pekerjaan suamiku ini lancar dan berkah. Itulah doa yang kupanjatkan dalam hati setiap pagi sebelum suamiku pergi bekerja. “Mas berangkat ya umi sayang. Muaah” ucap suamiku menyodorkan tangan untuk kusalim dan kukecup. “Hati2 dalam perjalanan sayang. Love u” balasku sambil mengecup tangan lalu kedua pipinya. “Love u too Nisa” balasnya sambil mengecup keningku mesra. Ya tuhan semoga kebahagiaan ini berlangsung selamanya. Ucapku dalam hati sambil melambaikan tangan melihat suamiku pergi dengan menggunakan mobil kesayangannya. Jam 13.00 “Tok tok tok” Terdengar suara ketukan pintu. Aku yang sedang tiduran di kamarpun segera beranjak dari tempat tidurku membukakan pintu yang aku yakin tamu tersebut adalah Rani temanku. “Assalamualaikum Nisa.. maaf ya tiba2 aku datang” ucap Rani seketika aku membuka pintu. “Waalaikumsalam Rani.. hehe iya gapapa kok. Kamu kenapa kok mukanya sedih begitu? Yuk masuk duduk dulu, biar ku buatkan teh hangat” ucapku mengajak Rani masuk. Dari mimik wajahnya dapat kulihat Rani sedang ketakutan seperti sedang dilanda teror batin. “Ini ran. Tehnya diminum dulu.. biar mukanya Segaran dikit. Kalo jutek gitu ntar cantiknya hilang loh.” Ucapku agar temanku ini lebih ceria. “Ah kamu niss bisa aja.. tp makasih ya” Rani mengambil teh yg aku berikan lalu meminumnya beberapa teguk. “Jadi gimana ran? Kenapa kamu kelihatan kusut banget. Cerita aja samanaku. InsyaAllah aku bisa berikan solusi dan bisa sedikit membantumu ran” ucapku duduk disampingnya mengambil tangannya lalu mengelus halus tangan dari temanku yg sedang gundah ini.. Rani pun mulai menangis seraya menatap kearahku. “A..Aku mau minta tolong nis. Aku di ancam sama orang yang gak dikenal. Aku takut. Hiks…. Nisa kan orangnya pintar dan suka serial detektif. Makanya aku datang ke Nisa berharap Nisa bisa nolongin aku.. hiksss” ujar Rani mulai membuka percakapan tentang masalah yg dialaminya. “Iya ran.. InsyaAllah aku bisa bantu. Tp kamu harus cerita detail ke aku biar aku tau pokok permasalahannya ran.. bisa?” Ucapku meyakinkannya “Seminggu lalu ada chat dari anonim masuk ke wa aku nis. Aku buka ternyata isinya foto-foto sexy ku. Aku takut niss” ucapnya gemetaran sambil menunjukkan layar hp nya. Di layar tampak sebagian foto yang menjadi bahan ancaman serta chat dengan si pelaku. “Eh kok bisa? Gimana bisa dia dapetin foto2 itu ran? Terus… Apa yg dia minta darimu?” Tanyaku “Aku gak tau dia dapat darimana Nissa. Dia ngancam aku make foto itu nis. Awalnya dia cuma minta tebusan 1juta terus dia janji bakal hapus fotoku. Tp dia bohong Nissa. Setelah aku kirim 1jt dia tetap ingin aku temuin dia.” Ujar Rani menatap wajah cantik Annisa. Seketika otakku berusaha mencari langkah apa yg harus dilakukan oleh Rani. Aku gak mau Rani kenapa-kenapa nantinya. Tapi jika mau menemukan pelakunya, Rani harus menemui nya. “Gimana kalo kamu temui aja ran. Utk jaga-jaga nanti aku ikutin diam2. Kalo aku rasa kamu dalam bahaya, aku akan bertindak ran” ujarku “Emang harus ya nis? Tp kamu janji ya jangan ninggalin waktu aku ketemuan sama dia?” Ucap Rani dengan wajah memelas “Iyah Rani sayang.. kamu jgn kwahatir ya” balasku meyakinkannya. *Ting…. Hp Rani berbunyi. Mata kami berdua langsung mengarah kearah sumber suara. Rani dengan sigap segera membuka pesan yg masuk. #hari Minggu nanti di lapangan Saday*na pukul 20.00. Pakai gamis ketat tapi tetap berkerudung. Kata kuncinya adalah BAHAN CANDANYA KAMU. Kamu harus nurut ke setiap orang yang mengatakan kalimat itu# Setelah membaca pesan tersebut mata Rani langsung berkaca-kaca. “Gimana ini niss? Aku makin takut” ucapnya sendu “Yakin lah ran. Aku pasti bantu kamu. Setiap orang yg dekatin kamu akan aku tandai dan aku cari siapa pelaku sebenarnya. Aku yakin ran si pelaku adalah salah satu yang akan mengucapkan kalimat itu ke kamu nantinya” ucapku dengan penuh keyakinan “Aku serahin urusan ini ke kamu ya Nisa. Aku akan ke tempat yang dia alamatkan ” ucap rani. ” nanti aku akan datang lebih cepat supaya bisa mantau kamu ran.. tenang aja yah” ucapku. Setelahnya Rani pun pamit pulang. Aku mengantarnya sampai depan gerbang. Saat hendak menutup gerbang, seorang lelaki yang mengenakan jaket ojol pun datang. “Atas nama Mba Annisa? Ada paket dari sho*ee” ucapnya memberikan sebuah paket berukuran 20cm x 20cm yang bisa kutebak isinya adalah kardigan yg 3 hari lalu aku pesan. “tanda tangan disini dan boleh mba nya saya foto sebagai tanda bukti paket telah diterima?” Ucapnya menyodorkan sebuah pena. “Iya bang.” Jawabku seraya menghampirinya lalu menandatangani form yang ia berikan. Bukan tidak tahu, aku menyadari saat menuliskan tanda tangan, si abang kurir sengaja mendekatkan wajahnya kearahku lalu diam-diam mengendus. “Mas ini udah aku tandatangani” ucapku mengagetkannya. “Aku bau ya bang sampe abangnya ngendus2 gitu ke aku?” Tanyaku penasaran “E eh gak gt mba. Malah aku rasa si mba nya harum bgt. Saya langsung suka dgn aroma mba nya hehe” jawabnya cengengesan. “Jadi mba kalo boleh foto terima paketnya, kita selfie ya. Biar lebih terbukti paketnya udah mba terima lgsg dari saya hehe” sambung si Abang kurir dengan wajah berharap “Eh harus gitu ya bang? Tp ya udah deh.” Ucapku mengiyakan permintaan nya. Si Abang kurir segera mengambil hp lalu membuka kameranya. “Sini mba.. pose pertama mba angkat paketnya sebatas dada ya” dia mengarahkan pose yg hrs aku lakukan lalu *Cekrek* *cekrek*. 2 foto telah d jepret olehnya. Lalu ia membuka kamera depan. Ia memintaku berdiri di sampingnya. Paketku diambilnya diletak di lengannya seolah2 sedang ia rangkul. “Mba berdiri disni” ucapnya menunjuk agar aku berdiri tepat d sampingnya. Akupun memposisikan diri disebelahnya. Cukup rapat agar kamera depannya dapat memotret kami berdua. Tanpa kusadari, karena posisi yang seperti ini, siku tangan si Abang kurir yg sedang memegang paketku menyentuh bagian payudara kananku. “Mba kurang rapat lg. Belum keliatan d kamera” pintanya membuatku harus lebih merapatkan badanku lg kearahnya. Alhasil siku tangannya pun menjadi lebih menekan payudara kananku. “sudah ya.. 1.. 2.. 3.. *cekrek*.. sekali lagi ya mba” ucapnya sambil sedikit menggerakkan sikunya sedikit kekiri bagian payudara ku. Saat ini siku tangannya tepat berada di antara payudaraku. Dia pasti lagi cari-cari kesempatan ni Ucapku dalam hati. “Sekarang 1 pose lagi ya mba.” Dia menurunkan paketku ke lantai lalu kembali menempatkan lengannya diantara kedua payudaraku. *Cekrek* *cekrek* 2 foto diambilnya. Foto yg kalo ini diambilnya tidak tampak seperti foto kurir menyerahkan paket namun seperti sepasang kekasih yang sedang berselfie ria. *Makasih ya mba.. mba nya udah cantik.. harum.. baik .. itunya besar lagi. Haha” ucapnya kegirangan seperti baru memenangkan hadiah. Ia pun menuju sepeda motornya menutup keranjang barang lalu menaikinya. “Itunya apa y bang?” Tanyaku. Si abg kurir pun menghidupkan motornya. Bukannya langsung pergi, ia kembali menjalankan motornya menghampiriku yg sedang berdiri tepat d gerbang. “Gemesin banget tau si mba nya.. masa gak tau.. ini loh.. muah” ucapnya tiba-tiba meremas payudara kananku lalu menariknya. “Hmppph… Eh… Bang ngapain… Jangan kurang aj…. Hmpppphhh” sebelum menyelesaikan kalimatku, ia memperkuat remasannya lalu mencium payudaraku yg ia tarik. “HmppSakiittt..” darahku langsung berdesir akibat perlakuan kurang ajarnya terhadapku. Ditambah lagi ini adalah jalan umum yang sering dilalui kendaraan. Bagaimana kalo ada orang lain yang melihat? “Makasih ya suguhannya nya mba cantik.dadah” ucapnya dengan senyum lalu pergi meninggalkanku. “Kenapa td aku tidak bisa berteriak atau langsung menepis tangannya ya? Duh.. maafin umi, Abi.. payudara istrimu telah d sentuh oleh laki-laki lain.” Ucapku dalam hati sambil menutup gerbang lalu buru-buru masuk ke dalam rumah. “Jangan sampai terulang lagi. Aku harus lebih hati2 terhadap ojol atau kurir yg datang. Yg td biarlah. Rejeki bagi dia bisa menyentuh payudara empukku” ucapku sambil meraba payudara kanan yg td d remas oleh Abang kurir. Skip Waktu sudah pukul 10 malam. Dikamar, Aku tengah menyenderkan diri di pelukan suamiku. “Abi sayang…menurut Abi, umi menarik gak?” Tanyak spontan mengingat kejadian tadi. “Tumben umi nanya gitu? Jawabnya sambil mengelus rambutku. “Iss Abi… Jawab aja udah. Kok ini malah nanya balik.. sebel deh” rengekku mencubit perutnya “Aih umi.. istriku ini pastilah menarik. Cantik. Manis. Manja lagi.. liat aja nih sekarang.” Jawab suami ku. “Iya yah? Hihi.. pantes banyak yg naksir sama umi ya bi..” tanyaku melanjutkan “Biar aja banyak yg naksir kamu sayang.. tp hati kamu kan cuma utk Abi” balas suamiku lembut sambil mengecupku “Bisa aja ah si Abi.. bener ya gapapa istri Abi ini byk yg naksir. Oia Abi.. ada yg mau omongin” ucapku menengadahkan pandangan ke arah wajahnya “Apa sayang?” Jawabnya singkat “Sabtu ini umi ijin ke lapangan Saday*na ya Abi. Teman umi, Rani minta umi bantuin dia” ucapku. lalu akupun memberikan penjelasan lebih lanjut ke suami ku agar suamiku paham dan mengizinkan ku. “Yaudah sayang hati2 ya disana. Kalo ada apa2 segera telpon Abi” kata suamiku. “Ya sayangku” balasku. Kami pun tertidur. Bersambung​