Namaku Yanti usia 46 tahun. Seorang Janda yang menjadi guru di SMP di Kota Bengawan. Aku selalu menggunakan hijab namun aku suka menggunakan pakaian yang ketat menggoda nafsu semua lelaki. Dengan tinggi 170 cm berat badan 75 kg dan BH ukuran 34C. Saat itu di gedung pernikahan suasana sudah malam dan lampu lampu mulai dimatikan satu persatu. Hujan turun sangat lebat. Membuat suasana semakin dingin. Aku berdiri di sudut ruangan yang masih lumayan ada cahaya nya. Tempat para sopir dan pekerja catering sibuk mengangkat perangkat makan yang digunakan di acara pernikahan tadi sore.
Aku menunggu jemputan dari anak sulungku. Dengan menggunakan baju kebaya dan hijab malam itu aku terlihat seksi. Setidaknya di acara pesta pernikahan tadi banyak mata memandang ke tubuh montokku. Lebih dari 2 jam sudah aku menunggu. Anak sulungku menelpon bahwa mobilnya mogok terjebak banjir di daerah pinggiran kota yang lain. Yang artinya gedung pertemuan ini akan di tutup. Aku putuskan untuk menggunakan jasa mobil online.
Namun sialnya mobil online yang aku pesan tidak mau menjemput di lokasi aku sekarang. Dengan alasan beresiko sudah malam dan hujan. Dengan langkah gontai aku menuju ke arah tempat parkir yang sangat luas dan remang-remang, hanya ada beberapa lampu saja. Aku menuju ke arah luar gedung pernikahan ini. Syukurlah saya melihat halte bus di luar dan berpikir setidaknya saya bisa keluar dari hujan ini. Akhirnya aku sampai di bawah halte bus dan berhenti untuk mengatur napas. Aku menunduk memandangi baju kebayaku yang basah kuyup, Jarik kebaya yang melilit bokongku juga basah dengan air yang menetes. Aku bisa merasakan air di wajahku merusak riasanku.
Sesuatu bergerak di belakangku dan aku melihat sekeliling mencoba melihat menembus kegelapan. Aku memicingkan mata dan tidak melihat apa pun di tengah hujan kecuali jalan dan pepohonan di seberang. Kilat menyambar di langit mengagetkanku dan aku terhuyung tepat pada waktunya hingga aku terjatuh ke samping. Aku jatuh lumayan keras di trotoar, mencoba mengatur napas, dan menoleh untuk melihat sekelilingku.
Melalui kegelapan aku bisa melihat wujud seorang pria bertubuh besar, tubuhnya yang berotot ditutupi kaos kutang putih dan celana jean-nya basah karena hujan. Ketakutan mulai mencengkeramku saat aku melihat mulutnya melengkung membentuk seringai jahat. Saya mulai berteriak bahkan mengetahui bahwa tidak ada seorang pun di sekitar yang mendengarkan saya.
Dia bergerak cepat ke arahku, meraih baju kebayaku yang basah dan merobeknya dengan sentakan keras. Putingku, terkena udara dingin, berdiri tegak di ujung Susuku yang 34D. Aku mencoba menutupinya dengan tanganku tapi dia hanya terkekeh dan menepisnya membiarkan Susuku memantul bebas. Selanjutnya tangannya tersentak dan meraih lingkar pinggang jarik kebayaku, lagi-lagi menariknya dengan mudah, merenggutnya dari tubuhku. Aku hanya menggunakan celana dalam model G-String dan seringai jahat di wajahnya semakin lebar saat dia menyadari hal ini.
“Sepertinya kamu sudah siap untukku ya, Ibu Cantik yang montok,” katanya dengan suara kasar.
Tubuhku menggigil tanpa sadar dan rasa takut mencengkeramku begitu kuat hingga memekku berkedut dengan sendirinya, air kencingku keluar dari memekku yang bergetar. Senyumannya menjadi semakin jahat dan dia menjambak rambutku, mendorong ke bagian belakang halte bus. Aku mengangkat tanganku untuk menguatkan diriku dan terlambat menyadari bahwa itulah yang dia inginkan.
“Eeeeeeeeegggggghhhhhhhzzzzzzz …….. “ aku mendesis-desis dan merintih saat Pria perkasa itu meremas remas susuku seperti sedang meremas adonan kue. “Tolong sshhhh jangan” aku memohon sambil mendesah.
“aaaampuuuuuun …… Paaaaak…….. “aku mengerang saat Pria perkasa itu menarik pentil susuku dengan kasar.
“aduuugghh … aduuugghh … aaaampuuuuuun …… Paaaaak…….. “aku mengerang makin keras saat Pria perkasa itu mengkombinasi gerakannya antara meremas dan memompa susu ku, kadang sesekali sambil ditarik pentil susuku.
“Mohon ampun kok sambil mendesah sih Ibu Montok” katanya dengan suara yang seolah mengejek aku.
Dengan tiba tiba Pria perkasa itu menghentikan aktivitas tangannya di susuku. Aku yang mulai dilanda birahi sedikit kecewa. “Mari ikut aku Ibu Montok. Kasihan kamu kalau disini terlalu dingin dan tidak enak tempatnya” kata Pria perkasa itu.
Entah sebuah kalimat yang membuat aku dilemma. Antara lanjut atau melarikan diri. Namun insting birahiku mengalahkan logika yang ada. Aku menganggukan kepala, seolah menuruti kemauan Pria perkasa itu. Digandeng nya tanganku melewati gelapnya malam dan gerimis hujan menuju Gedung Pernikahan yang tadi aku tinggalkan. Dalam perrjalanan digenggam tanganku seolah aku ini Istrinya. “Mesra sekali nih Bapak ini” gumamku dalam hati. Tidak terasa kami sudah ada di rumah kecil yang berada di belakang Gedung Pernikahan. Pria perkasa itu membuka pintu rumah nya dan mempersilahkan aku masuk.
Baju dan jarik kebayaku sangat basah oleh air hujan. Pria perkasa itu menuju kamar mandi membiarkan aku sendirian di dalam kamarnya. Tidak lama kemudia Pria perkasa itu menyerahkan handuk dan jarik kebaya dari dalam lemari. “Ganti baju dan jarik kebayamu itu Ibu Cantik. Nanti kamu masuk angin” perintanya padaku dengan suara yang serak macho. “Iya terima kasih” aku menjawab sambil melangkah ke arah kamar mandi.
Setelah aku membilas sedikit tubuhku dengan air kamar mandi aku keluar menggunakan jarik kebaya pemberian pria perkasa itu. Baju kebaya aku bentangkan di tali yang ada di kamar mandi. Biar kering nantinya. Aku sendiri merasa aneh dengan diriku sendiri, kenapa malah menurut ikut ke rumah pria perkasa itu. Aku melarikan diri waktu di halte tadi kan harusnya bisa. Agh memaang insting nafsuku memang membuat aku bodoh. Saat aku keluar dari kamar mandi aku terkejut dan shock melihat pemandangan yang ada di depanku. Pria perkasa itu sudah telanjang tanpa ada kain yang menutupi tubuhnya. Kontolnya terlihat jelas olehku. Begitu panjang gede gagah perkasa. Berurat keras dan berwarna kecokelat cokelatan. Lemas rasa nya kaki ini untuk melangkah.
“Sini Ibu montok, istirahat dulu di tempat tidur ini sambil menunggu hujan reda. Nanti aku antar pulang?” Pria perkasa itu berkata membuat aku tersadar dan kulihat Pria perkasa mengulurkan tangannya untuk meraih tanganku.
“Iya terima kasih? aku menjawab dengan perasaan yang campur aduk.
“Tiduran aja Ibu Montok. Selonjorkan kakinya kesini…” kembali Pria perkasa itu menyuruhku. Lagi lagi aku nurut saja ketika dia perintah. “Ibu montok jangan tegang, jangan takut sama saya ya. Saya akan buat Ibu montok rileks” Pria perkasa itu kembali memberikan arahan padaku. Pentil susuku masih menegang. Susuku juga kurasakan semakin gede padat saat ini. Akhirnya aku tidur telentang di ranjang tidurnya. Pria perkasa itu duduk bersimpuh di sampingku.