Halo suhu-suhu semua. Udah lama banget ane gak ngepost cerita di sini hahah. Well, sebenernya baru ngepost satu cerita juga sih. Berbekal fantasi yang menggebu-gebu, ane izin upload cerita lagi ya. Btw, tokoh utama di cerita ini memiliki foot fetish, semoga suhu-suhu sekalian tidak masalah hahah satu lagi. Semua conversation di sini ceritanya pake bahasa inggris. Tapi ya biar gampang aja mari kita pakai bahasa Indonesia wkwkw KIMIACOT PRESENTS A FOOT FETISH STORY ADOPTED BY TIFFANY YOUNG (SNSD) EPISODE 1 EPISODE 2 Enjoy~
Tidak pernah terbayangkan dalam hidupku akan tinggal di salah satu kota paling maju di dunia dari segi ekonomi, industri, serta budaya. Yak, Seoul. Baru sekitar lima tahun yang lalu aku masih tinggal di sebuah panti asuhan di salah satu kota kecil di negara asalku, Indonesia. Lalu sebuah kejadian tidak terduga membawaku pergi dari sana, terbang ke negara yang asing. Seiring dengan itu, derajat hidupku berubah benar-benar drastis. Dulu, pulang sekolah aku sudah harus kembali lagi ke panti asuhan, melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, jarang sekali mendapat hiburan. Kita hanya boleh menonton tv saat weekend. Boro-boro punya telepon genggam, akses internet saja hanya bisa didapat saat di sekolah. Boro-boro pergi berlibur, rute harianku dan teman-teman selama setahun hanya sekolah dan panti. Sesekali saja kita pergi ke luar. Itu saja kalau ada yang memanggil untuk hajatan. Jajan? Jangan harap. Kita cuma makan apa yang sudah disediakan. Tidak pernah rasanya aku mendapat uang jajan. Kalaupun ada, itu harus dibagi dengan beberapa temen pantiku yang bersekolah di sekolah yang sama. Semenjak aku di Korsel, mommy ngasih aku uang jajan harian dengan jumlah yang gak aku percaya. Selain itu, aku disekolahkan di salah satu sekolah internasional terbaik di Seoul. Gak berhenti sampai di situ, mommy mendukung minat dan bakatku di bidang musik serta olahraga. Aku dimasukkan ke akademi sepak bola terbaik di kota, serta memberikanku kelas vocal langsung dari vocal coachnya SM, salah satu agensi terbesar di Korea Selatan. Dan yang tidak kusangka lagi….. apa yang ada di hadapanku. Kaki seksi yang tidak pernah aku bayangkan bisa aku elus, aku nikmati setiap jengkalnya. Mulai dari tumit sampai jari-jari indah terjamah oleh jari tangan dan lidahku. Sejak masih di Indo, aku memang tertarik dengan kaki wanita. Aku tidak tahu dari mana datangnya, tapi sejak kecil, aku selalu tertarik dengan kaki guruku di sekolah. Belum lagi pengasuh-pengasuh di panti. Ketika panti laki-laki dan perempuan bertemu di berbagai kesempatan, aku juga sibuk memerhatikan kaki mereka. Mostly yang lebih tua dari aku. Tapi, namanya masih bocah ya aku sekedar melihat aja. Aku sadar kemaluanku mengeras setiap aku melihat kaki wanita. Tapi, that’s it. Aku belum mengenal apa itu masturbasi. Barulah ketika aku pindah ke Korea, arus informasi cukup deras aku dapatkan. Akhirnya aku mengenal segala hal tentang bokep. Aku juga bisa eksplor fetishku. Aku tahu apa itu foot sucking, foot licking, foot worship, foot job. Bertahun-tahun aku hanya melampiaskannya dengan coli. Sebelum rezeki itu datang, seiring aku yang aku yang tambah dewasa. Sudah hampir sebulan aku bisa menikmati kaki indah yang ada di hadapanku ini. Tidak terhitung berapa sperma yang sudah tertumpah di atasnya. Desahan demi desahan si pemilik kaki ini menjadi ‘lagu’ terindah yang ingin terus aku nikmati setiap malam. Tapi, bagaimana bisa aku sampai di titik ini? Akan aku ceritakan dengan singkat namun runtut. Semua bermula pada 2018. Saat itu usiaku masih 13. Aku dengar panti tempatku berada akan mendapatkan kunjungan dari sebuah stasiun televisi asing. Mereka tengah membuat konten tentang kunjungan idol Korea ke berbagai panti asuhan di seluruh dunia. Beberapa idol sudah berpartisipasi, mulai dari kunjungan ke panti asuhan di negara-negara Afrika, Asia Tengah, dan negara-negara dunia ketiga lainnya. Lalu di episode ke-48, mereka memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Aku tidak tahu bagaimana sistematika pemilihan panti asuhannya, namun panti tempatku tinggal ditunjuk. Sejak dua minggu sebelumnya, kami sudah bersiap. Pemilik panti juga sudah beberapa kali dikunjungi perwakilan stasiun tv itu untuk memberikan briefingnya. “Jadi le, nanti mereka akan shooting selama tiga hari di sini. Agendanya sebenarnya cuma melihat kegiatan keseharian kita. Lalu si artis bakal coba mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya. Caranya ya bisa bikin konser amal, atau apapun.” Kata sang pemilik panti, Pak Arman, memberikan kami arahan. “Kalian melakukan kegiatan seperti biasa saja. Tapi inget, harus tertib. Jangan ada yang berantem, jangan ada yang nakal. Buat yang sudah SMP ke atas, adik-adiknya dijaga biar enggak membuat masalah.” Singkat cerita, hari yang ditunggu tiba. Aku belum pernah mendengar nama idol ini sebelumnya. “Tiffany Young”. Katanya sih dari idol group terbesar di Korea, SNSD. Yah, gimana mau tau tentang idol korea, kalo ngomongin penyanyi sih kita tahunya cuma mentok-mentok Wali. Shooting hari pertama berjalan lancar. Tiffany-ssi ditemani beberapa manajer dan translator. Aku baru tahu belakangan kalau beliau lama tinggal di Amerika sehingga bahasa Inggrisnya cukup fasih. Meskipun begitu ya translator tetap perlu karena anak-anak serta pengurus panti tempatku tinggal sedikit sekali yang mengerti. Nah di sinilah aku bersinar. Selain foot fetish ya wkwk sejak kecil aku terkenal jago bahasa Inggris. Nilai bahasa inggrisku selalu lebih tinggi dibanding teman-teman tidak hanya di panti namun di sekolah. Oleh karena itu saat Tiffany-ssi dialog dengan pengurus panti, mereka berkata “Eh anak kami ada yang jago sekali bahasa Inggrisnya. Vino sini Vino.” Ya, Vino adalah namaku wkwk lupa kenalan ya dari tadi. “Arivino Saputra” nama lengkapku. “Halo nama saya Vino, Arivino Saputra. Saya sudah tinggal di sini sejak umur 5 atau 6 tahun. Terima kasih Ms. Tiffany sudah mengunjungi panti asuhan kami.” Kataku dalam bahasa Inggris. Tiffany-ssi kagum mendengarnya, begitu juga para crew televisi serta manajer-manajernya. Singkat cerita, dalam tiga hari tersebut aku menjadi anak panti asuhan paling dekat dengan Tiffany-ssi. Ia bertanya banyak hal kepadaku, mulai dari caranya aku bisa jago bahasa inggris, nilai-nilaiku di sekolah, sampai cita-cita. “Aku belum tahu ketika besar mau jadi apa. Yang jelas aku pengen banget sekolah di luar negeri, ms.” Jawabku ketika Tiffany-ssi bertanya apa cita-citaku. Saat itu adalah malam terakhir keberadaannya dan tim di panti asuhanku. “Kenapa pengen sekolah di luar negeri, sayang?” Tanyanya. “Aku merasa bakal terjebak di sini selamanya. Dan ketika ‘hanya’ berada di sini, aku merasa tidak mampu berkembang dengan baik dan tidak bisa mencapai potensi terbaikku. Tapi ya aku sadar itu cuman sekadar angan-angan aja. Sulit untuk bisa mencapainya.” Tiffany-ssi lantas memandangku dengan tatapan iba, lantas mengelus-elus rambutku. Aku juga jadi sedikit sendu. Tapi cuman bentar karena pandanganku teralihkan ke kakinya. Jujur sejak awal aku melihat Tiffany-ssi ini pandanganku enggak bisa lepas dari kakinya. Sumpah, ini kaki terbagus yang pernah aku liat. Malam itu dia menyilangkan kaki kiri di atas kaki kanannya, tanpa sepatu membuat jari-jari yang dikuteks warna hitam itu terlihat dengan jelas. Jarinya panjang dengan urat-urat tegas menyembul dari telapaknya. “Dek Vino…” Panggil Tiffany-ssi. “Belajar yang giat ya. Aku yakin suatu saat kamu bisa menggapai mimpimu. Aku yakin meskipun masih berada di sini, kamu bisa berkembang dengan baik.” Lantas ia pamit. Tapi tanpa aku sadar betul, kalimat ini keluar dari mulutku. “Ms. Tiffany, please adopt me” Aku sendiri juga kaget mendengarnya. Raut wajah Tiffany-ssi seolah lulus mendengar permintaanku. “Ah, i’d love too. Tapi ya gimana ya… enggak segampang itu.” Rautnya berubah dari luluh menjadi kebingungan. “Ms. Tiffany enggak harus selalu ada kok. Anggep aja investasi di aku. Nanti ketika aku sudah besar dan sudah lulus dari sekolah, aku ‘bayar’ semua kebaikannya ms. Tiffany” Kataku, “Hahaha aduhh masak anak kecil disamain sama investasi.” Obrolan kami ini berlangsung sampai sepuluh menit kemudian. Ia yang awalnya menganggapku main-main dan impulsif, mulai mampu mengukur keseriusanku. Ia lantas memberikan pertimbangan-pertimbangannya. Seperti apakah aku siap tinggal di negara yang cukup asing dengan kultur yang berbeda, bahasa yang berbeda pula. Apalagi kurikulum pelajarannya. “Yaudah aku coba konsultasikan dulu sama orang-orang di Korea ya. Nanti aku kabari.” Kalimat dari Tiffany-ssi menutup obrolan kami malam itu. Esoknya ia dan tim berpamitan. Jujur aku menangis melihatnya pergi. Satu bulan Dua bulan Tanpa kabar. Aku kira obrolan kami malam itu hanya semu belaka. Sampai tiba-tiba di sebuah siang Pak Arman memanggilku dan menceritakan kalau beliau mendapatkan panggilan dari Korea Selatan. Tiffany-ssi dengan berbagai macam pertimbangannya, akhirnya memutuskan untuk mengadopsiku. Dari sana, aku sibuk mempersiapkan segala macam dokumen mulai dari visa, paspor, dan lain-lain. 20 Desember 2018, aku berangkat ke Korea Selatan. ***
My Life in South Korea Seperti yang sudah aku jelaskan di atas, Tiffany-ssi menyekolahkan aku di sekolah terbaik. Fasilitas yang aku dapatkan juga premium. Di sana, aku tinggal di apartemen miliknya. Sudah lima tahun ia meninggalkan dorm fasilitas member SNSD dan membeli apartemen sendiri. Di sanalah aku tinggal dengannya. Akses internet juga bebas aku dapatkan. Namun ternyata itu jadi sebuah boomerang. Mulai dari ‘mengeras’nya kontolku melihat kakinya dan beberapa member snsd lain yang kerap mampir, aku mulai searching tentang foot fetish. Aku mengeksplornya hingga menemukan situs-situs yang menawarkan video footjob dan bokep pada umumnya. Jadilah sejak berumur 14 tahun, kegiatanku habis setiap malam sehabis belajar adalah menonton bokep dan melakukan masturbasi. Objek fantasiku? Beragam. Mulai dari teman-teman di sekolah, sampai teman-teman satu grupnya mommy (Sejak aku tinggal di Korea, aku memanggil Tiffany-ssi dengan sebutan mommy). Aku tidak pernah berfantasi tentang mommy karena aku sungkan. Meskipun beberapa kalo sempat sange karenanya, segera aku usir pikiranku. Namun semua berubah sejak kejadian di sebuah malam pada 2020. Sejak aku tinggal di apartemen mommy, aku kerap ditinggal di rumah sendirian berhari-hari karena jadwalnya yang padat. Namun akhir-akhir ini mommy kerap di rumah karena pandemi yang melanda membuat acara-acara hiburan dan modelling sedikit berkurang. Karena kondisi inilah aku jadi menyadari bahwa mommy telah memiliki pacar. Ya, untuk pertama kalinya mommy membawa pacar pulang dan mengenalkannya padaku. Ia bukan sesama idol, bukan pula selebriti melainkan warga negara Amerika yang bekerja di perusahaan manufacturing terbesar di Korea. Mr. Jamie namanya. Beliau kerap sekali berkunjung dan sering sekali membawakanku hadiah mulai dari album-album penyanyi korea dan internasional, sampai jersey bola klub-klub Amerika seperti jerseynya Kaka di Orlando City, serta Ibrahimovic dan Beckham di Los Angeles. Sejak di Korea memang aku mengembangkan minatku di bidang tarik suara dan sepak bola, Mommy dan Mr. Jamie paham betul akan hal itu dan sangat supportif. Namun siapa sangka karena Mr. Jamie, obsesiku terhadap mommy mulai muncul. Di hari itu aku cukup lelah karena di sore harinya ada match sepak bola. Aku yang berposisi sebagai CAM tentu dituntut harus menjadi pengatur ritme permainan. Makanya setiap selesai bertanding aku tidak pernah punya waktu untuk belajar, apalagi melakukan ritual. Pasti mandi, nonton youtube atau netflix sebentar, lalu tidur. Mommy sudah paham dengan hal itu sehingga tidak pernah menggangguku. Malam itu juga serupa. Aku sudah tertidur dari pukul 8. Sialnya aku terbangun di pukul 11 karena tiba-tiba saja kebelet pipis. Lantas aku ke kamar mandi yang ada di kamarku. Sebelum kembali tidur, iseng aku ingin keluar kamar dulu. Penasaran juga mommy sudah pulang belum karena katanya hari itu dia mau ke SM, ada meeting dengan direksi serta member-membernya. Sepertinya mulai ada wacana SNSD akan come back setelah bertahun-tahun. Saat aku keluar kamar, aku ke dapur dulu untuk menambah stock air mineral di kamar, lantas bergerak menuju kamar mommy. Pintunya terbuka sedikit. Anehnya, aku mendengar suara yang sering aku dengar di bokep-bokep, meskipun suara itu terdengar seperti ditahan. Ya, aku mendengar desahan tertahan dari kamar mommy. “Anjingg” Pikirku. Aku bingung harus merespon situasi itu seperti apa. Haruskah aku kembali ke kamar? Atau aku intip? Akhrinya kakiku membawaku ke depan pintu kamar mommy. Kamarnya gelap, hanya ada penerangan dari lilin aromaterapi yang memang selalu mommy pasang setiap malam. Namun di tengah kegelapan itu aku bisa melihat Mr. Jamie sedang menindih mami. Keduanya tidak menggenakan satu helai pakaian pun. AKu lihat Mr. Jamie yang membelakangi pintu sedang bergerak naik turun di atas tubuh mami. Tangannya menutup mulut mommy sehingga tidak mengerang terlalu keras. Melihat pemandangan itu, kontolku mengeras tiba-tiba. Apalagi, mataku langsung berfokus melihat ke kaki mommy. Kakinya sedang ia lingkarkan di pinggul Mr. Jamie, aku bisa melihat telapaknya yang merah. “Seksi banget bangsaadd” Pikirku. Tidak menyia-nyiakan situasi tersebut, aku langsung menurunkan celanaku dan buru-buru coli. “Uhhh babe” Erang mommy tertahan, “Jangan keras-keras babe, nanti anakmu denger.” Jawab Mr. Jamie lalu menyumbat bibir mommy dengan bibirnya. “Kontolmu enakk bangettt babeee” Kata mommy setelah mereka selesai berciuman. Mr. Jamie tidak menjawab. “Ayooo keluarihnnn sayang mmhhhh, aku udah orgasme berkali kali iniii ahhh” Pinta mommy. “Kamu tahan lama banget sayangghhh” Lanjutnya. “Sekali lagi orgasme masih bisa kan Tif? Kita keluar bareng-bareng” Jawab Mr. Jamie. Saat itu aku yang menonton berharap Mr. Jamie menjilati kaki mommy, atau malah Mr. Jamie mengarahkan kaki mommy ke kontolnya dan mengeluarkannya di sana, seperti yang sering aku lihat di bokep. Namun tidak, semua standar. Mr. Jamie mengeluarkannya di dalam memek mommy. Seiring dengan teriakan panjang mommy “Ahhhhh fuckkkkk babeeee, anget banget di memekkuuuu” Lantas aku buru-buru pergi dan melanjutkan kegiatan coli di kamarku sendiri sembari memfantasikan mommy. “Anjinggg” Aku cuma bisa mengumpat dalam hati melihat situasi itu. “Kamu seksi banget mommyyyyyyy, desahanmuu arghhhh” Aku mempercepat kocokanku sembari membayangkan kaki mommy naik turun di kontolku. “Ahhhh mommyyy kakimu bagus bangett ahhhhh” bersamaan dengan itu aku tumpahkan spermaku di perutku sendiri. Saking sangenya, aku menembakkan 8 tetes sperma dengan salah satunya hampir mengenai mukaku sendiri. “Gilaa jauh banget crotnya” batinku. “Gilaa ini orgasmeku yang paling enak. Fakkk bayangin mommy enak banget.” Sejak itu, Mommy jadi bacol wajibku. *** Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian itu. Saat ini aku sudah duduk di kelas 2 SMA. Menjelang ujian kenaikan kelas, apalagi menjelang kelas 3 SMA, murid korea benar-benar belajar mati-matian. Seoul National University nmenjadi kampus yang diidam-idamkan hampir setiap murid yang optimis. Bagi yang pesimis? Yang penting bisa kuliah saja sudah oke. Karena aku bersekolah di sekolah internasional, sejak semester 2 kelas 2, hampir tidak ada waktu untuk kegiatan di luar belajar. Setelah sekolah selesai, akan ada pelajaran tambahan. Jika sekolah-sekolah lain mengirimkan muridnya ke akademi belajar, di sekolahku bimbel diselenggarakan di sekolah itu sendiri. Sehingga hampir setiap hari aku meninggalkan sekolah di atas jam 7. Belum lagi agenda les vocal yang aku lakukan tiga kali seminggu. Sebenarnya dulu mommy ingin menjadikanku trainee di SM, cuma aku memilih untuk tidak menjadi idol. Yaaa kalo bisa jadi penyanyi korea syukur, kalo enggak yaa menempuh jalur akademis aja. Mommy apakabar? Baik. Wkwkw. Mommy baru selesai dari rangkaian promosi single comebacknya SNSD, Forever 1. Gila aku bisa gila melihat semua konten2 Forever 1nya SNSD. Mommy dan teman-temannya seksi banget astagaaaaa. Kalau aku bandingkan dengan MV mereka sebelum2nya, jauh banget. Sekarang semuanya sudah lebih matang. Kegiatan coliku menjadi lebih rajin sejak mommy dan teman2nya merilis Forever 1 karena astaga aku gak kuat menahan keseksian mereka hahah. Dan ya, aku masih rajin juga memfantasikan mommy sejak malam itu. Bahkan ketika mommy enggak di rumah, aku kerap menggunakan sepatunya sebagai objek fantasiku. Sepatu favoritku adalah stiletto hitam miliknya. Gilaa bisa keluar banyak banget aku kalau coli sambil smelling that shoes. Gak cuma smelling, aku jilat2 seluruh sepatunya sembari membayangkan itu kakinya mommy. Enggak ketinggalan aku jepitkan dua sepatu itu dikontolku. Tidak terhitung sudah berapa banyak sperma yang aku tumpahkan di sepatu itu. Apakah aku pernah berpikiran untuk melakukannya di kaki mommy langsung? Sering. Tapi untungnya aku masih bisa menahannya. Hampir suatu malam aku sedang sange-sangenya dan mommy lagi tidur di kamar sebelah. Hampir saja aku nekat ke kamarnya dan coli di dekat kakinya. Untung saja aku buru-buru menghapus pikiran itu dan melampiaskannya sembari menonton video candidnya mommy yang aku ambil diam-diam. Ya, aku anak angkat kurang ajar. Aku sering sekali merekam kakinya mommy diam-diam dan video-video itu aku jadikan objek masturbasiku. Tapi lagi-lagi, ada sebuah momen yang kemudian merubah hidupku. Aku, anak angkat dari Indonesia, bisa mencicipi tubuh dan kaki mommyku sendiri. Seorang Tiffany Young. Idola jutaan pria dan wanita. Sosok yang aku rasa cuma bisa dibacolkan oleh pria2 mesum di luar sana. Semuanya berangkat dari kesalahan kecilku. Hari itu setelah bosan belajar di sekolah dan di rumah, aku mencoba menghibur diriku dengan menonton bokep dan coli, mumpung mommy enggak di rumah. Lagi ada jadwal latian buat tournya SNSD katanya. Seperti biasa aku melampiaskan di sepatu mommy favoritku. Karena terlalu lelah, aku lupa mengembalikannya ke rak sepatu mommy dan langsung tertidur. “Dek, dek Vino?” Suara mommy mengagetkanku. “Hah ada apa mommy?” Jawabku setengah tersadar. Ketika nyawa sudah hampir terkumpul sepenuhnya, aku menyadari “Gawat sepatu mommy masih di sini!” Aku buru-buru bangun dan melihat wajah kebingungannya mommy. “Mommy tadi mau naruh vitamin di kamarmu, tapi kok…. ada sepatu mommy di tempat tidurmu.” Duarrrrrrr. Aku bingung harus gimana fak. Aku coba mencari alasan-alasan yang bisa aku sebutkan, tapi buntu. “Dek?” Tanya mommy lagi sembari duduk di tempat tidurku. “Sepatu mommy kenapa di sini?” Dengan perasaan penuh bersalah aku memutuskan untuk jujur aja ke mommy. Yaa meskipun terlintas dalam pikiranku bahwa aku akan diusir dari rumah dan hidup luntang lantung di Seoul. Kemungkinan terburuknya… dipulangkan ke Indo aja gak papa deh, daripada berurusan sama polisi. “Itu…. aku suka sama sepatunya mommy” “Hah? Suka gimana?” “Ya suka aja mommy… sepatunya seksi” Bangsadnya aku, kontolku malah mengeras di situasi seperti ini fak. Diikuti napasku yang mulai berat. Bukan karena takut tapi mulai sange. Anjinggg. “Trus, kok sampai d tempat tidurmu emangnya kamu apain?” Aku tidak bisa menebak ekspresi wajah mama. Marah? Atau biasa aja? Atau penasaran. Trus sejauh apa aku harus jujur? Aku diam lama. “Gak papa jujur aja sama mommy dek.” Katanya, kali ini dengan nada suara yang kalem dan menenangkan. Apakah ini jebakan? Pikirku. “Aku… ciumin dan jilat-jilat Mom.” Jawabku ragu-ragu tapi anjir kontolku semakin mengeras. “Hah?” Mommy kaget. “Kamu apain? ciumin? jilat?” Tanyanya mencoba memastikan tidak salah denger. “Iya…” “Kok… gitu?” “Sebenernya aku punya foot fetish mom. Aku suka banget sama kaki cewek dan gak terkecuali kaki mommy.” Aku mengaku. “Foot fetish?? Kamu…. suka sama kaki?” Tanyanya memastikan lagi. “Iya… mom.” Iya lalu menyecarku dengan berbagai pertanyaan. Mulai dari “Sejak kapan?” “Kok bisa?” “Kamu gak melakukan tindakan-tindakan mesum tanpa concern kan?” Semuanya aku jawab sembari menahan sange. Anjir anak bangsad aku ini. Masak having this conversation with my step mom turn me on. “Terus kamu udah pernah ngapain aja sama kaki cewek?” “Belum pernah mom…” jawabku. “Kamu belum pernah pacaran?” Tanyanya. “Belum…” “Yaudah mommy gak masalh kamu gituin sepatu mommy, tapi besok lagi jangan ya. Pesan mommy meskipun kamu punya fetish itu, jangan lakuin hal-hal yang merugikan orang lain ya.” Beliau menasihatiku. “Kamu coba cari pacar deh. Mommy gak masalah kok kalo kamu mau lakuin itu sama pacarmu. Mau di sini juga gak papa. Asal sama-sama mau, dan jangan sampe hamil.” Aku enggak terlalu fokus mendengarnya. Sumpah udah sange banget aku. “Dengerin mommy gak Vinoo?” Tanyanya. “I..iya mom.’ “Yaudah mommy tidur dulu. Sana lanjutin tidur. Besok sekolah kan?” Tunggu tunggu. Gak bisa nih aku udah sange banget. Ini saatnya nekat. Aku gak bisa nahan. “Mom… bantuin adek dong…” Karena punya sister complex, aku suka ketika mommy manggil aku adek haha “Hah? Bantuin apaan.” “Punya adek keras banget. Bantuin lemesin.” Aku siap dengan segala resiko. Mungkin aku bakal ditambar. Itu paling mending, bisa-bisa besok pagi aku udah berakhir di kantor polisi. Tapi mommy ternyata tidak sebar-bar itu. “Astaga Vinoo.” Jawabnya. Fakk aku deg2an. Bakal marah atau enggak? Tapi aku yang dikuasai nafsu sih berharapnya Mommy mau. “Mommy harus gimana… Jangan aneh-aneh deh..” Lampu hijau kah???? “Aku pengen masturb sambil liat kakinya mommy…” Jawabku ngos-ngosan karena dipenuhi nafsa. “Hah!! Jangan astaga aku mommymu loh.” “Plis mommy…. mommy gak perlu ngapa-ngapain. Aku cuman butuh liatin kaki mommy aja…” “Astaga Vino.. nafasmu udah berat banget gitu. Sange banget ya kamu?” “Iyaa mom please.” “Mommy gak harus ngapa-ngapain nih?” Katanya, masih ragu-ragu. “Iya mom biar aku liatin kakinya mommy ajaa.” “Mmm… kamu segitu sukanya ya sama kaki mommy?” Ia masih ragu-ragu. Tapi pertanyaan-pertanyaan itu justru membuatku tambah sange. “Iyaaa mom plisss.” “Duh gimana ya…” “Yaudah deh.. Cuman liatin aja kan.” “Seriusan Mom?” “Iya udah. Tapi janji ya cuman liatin aja.” “Iyaaa mom.” Aku langsung buru-buru membuka celanaku. “Mommy gimana nih duduknya?” Aku lantas turun dari kasur, duduk di lantai. “Mommy duduk di pinggiran kasur, kakinya di kebawahin, disilangin mom…” Mommy Tiffany lantas menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri, “Gini?” “Iyaa mom. aku mulai ya mom.” “Lumayan besar juga punya kamu Vino.” Komentar mommy. Aku mulai mengocok kontolku dengan cepat. Gila sange banget. “Ahhh mommyyy” Desahku berulang kali. “Kamu bener-bener obsessed sama kakinya mommy ya.” Aku tidak menjawab dan terus mengocok kontolku. Di depanku Tiffany Young, idol besar Korea sedang melihatku coli sembari menyerahkan kakinya untuk aku pandangi. Hari itu, kuteksnya berwarna merah. Memperindah jari-jari panjangnya dan telapaknya yang juga berwarna merah. “Mom… mainin kakinya dong. uhhh” “Mainin gimanaa?” Tanyanya. “Digoyang-goyanin mom…” Ia lantas menggoyangkan kaki kanannya. “Gini?” “Iyaaa mommm uhhh seksi banget.” Jawabku sembari melanjutkan coli dan memainkan putingku sendiri. “Ih itu ngapain putingnya disentuh-sentuh sendiri” Komentar mommy. “Biar tambah enakkhhh momm” Aku mempercepat kocokanku. “Enak banget yaa?” Tanyanya. “Sampe merek melek dan desah keenakan gitu.” “Iyaaa momm enakkk uhhh” “Mom… boleh gak sih aku jilatin kakinya mommy” “Heh, jangan. Tadi kan udah janji.” “Iyadeh…” Jawabku agak kecewa. “Sini mommy bantu pake kata-kata aja. Biar cepet keluar.” Katanya tersenyum. Belum sempet aku respon, mommy sudah mulai. “Ayoo adek Vino, cepetin kocokannya.” “Kamu selama ini cuman bisa fantasiin kaki mommy kan? Nih mommy sama kakinya mommy udah di depanmu langsung” “Gimana rasanya? Enak kan?” “Ayoo keluarin.” ANJINGGGG Seorang tiffany young, mommy angkatkuuu. Gak terbayangkan kalau beliau bakal kasih aku jerk off instruction. “Ayoo sinii liat kakinya mommy. Kaki yang mommy rajin rawat…” “Kaki yang difantasiin orang-orang foot fetish kayak kamu di seluruh dunia” “Kamu beruntung dek vino bisa coli langsung di depan kaki yang cuman bisa difantasiin banyak orang” “AHH MOMMYYY” “ADEK MAU KELUARHHH” “Iyaa sini keluarin di kaki mommy siniii, keluarin sambil liat kaki mommy…. Kamu udah lama pengen kan…” “Keluariinnn Dek Vinooo” CROTT. Spermaku tumbah cukup banyak di kakinya mommy. “Ahhhh keluarrrr mommyyyyyy” “Banyak banget Vinoo” Komentar Mommy setelah menjerit kaget. “Mommy… enak bangettt” “Enak banget yaa? Sampe ngos-ngosan gitu” “Iya mom… ini coli terenakku.” “Ambilin tisuuu Vinoo. Mommy mau ngelap kaki nih. Lengket banget kena spermamu.” Ia lantas mengelap kakinya. Anjirr seksi banget melihat kaki seorang Tiffany Young dipenuhi spermaku, dan dia melapnya pakai tissu. “Vino… jangan bilang siapa-siapa ya?” Kata mommy. “Iya… mom. Vino janji.” “Good boy.” “Mom… besok-besok Vino boleh gini lagi ga?” “Hmm.. gimana ya?” Ia terlihat berpikir dengan gestur menggoda. “Plis boleh yaa?” pintaku. “Iyadeh. Tapi kamu jangan aneh-aneh ya. Jangan sampe berbuat mesum ke orang lain.” “Iya mom. Adek janji.” *** Begitulah awal mula seorang Tiffany Young, mommy angkatnya Vino, membantu Vino melampiaskan fetishnya. Apakah Vino bisa dapat lebih? Bagaimana member SNSD lain? Apakah Vino cukup beruntung untuk dilampiaskan oleh mereka? Stay tune~