*** Pagi ini aku tidak ada jadwal kuliah, aku yang biasa bangun pagi sekali, kali ini aku terbangun sekitar jam delapan pagi, sinar matahari sudah mulai meninggi. Aku keluar kamar menuju ke arah dapur, sepi. “mungkin mama sudah berangkat kerja..” pikirku Secangkir kopi dan beberapa makanan untuk sarapan di meja makan terlihat telah siap sejak pagi. Aku dirumah ini hanya tinggal berdua sama mama, Ayah bekerja sebagai kontraktor proyek bangunan yang kadang hanya pulang dua minggu sekali atau kadang sebulan sekali apabila beliau sedang mengerjakan proyeknya diluar propinsi atau keluar pulau. Aku adalah anak pertama dikeluarga ini, dan saat ini aku sedang kuliah semester akhir. Adik perempuanku Siska, baru kelas 2 SMP, sekarang tinggal bersama nenek, ibu dari ayahku di kota Bany******, Karena nenek disana tinggal seorang diri, maka Siska lah yang diminta untuk menemaninya disana. Mamaku bekerja sebagai karyawan di sebuah bank swasta, yang berangkat pagi dan pulang pada sore hari. Kalau pagi dirumah hanya ada Bi inah, yang rumahnya tidak jauh dari tempat kami tinggal, beliau di beri kepercayaan penuh untuk mengurus rumah ini selama mama kerja. Bi Inah kesini pagi hari untuk memasak, menyiapkan makanan, mencuci baju, membersihkan rumah dan pada saat sore hari menjelang mama pulang kerja, Bi Inah kembali pulang kerumahnya. “Tidak kuliah Mas?” tiba – tiba bi Inah masuk dari pintu samping menuju dapur dengan membawa keranjang belanja berisi sayuran. “Eh, dari belanja Bi? Saya hari ini libur, Mama mana?” “Ibu sudah berangkat Mas, tadi sebelum berangkat sempat mengetuk pintu kamar Mas, tapi Masnya nggak bangun juga” “Itu kopinya sudah hampir dingin di meja makan” Lanjut bi Inah “hehe…abis begadang Bi semalam” sahutku sambil berjalan meninggalkan bi Inah yang bersiap untuk memasak di dapur. Aku mengambil secangkir kopi di meja makan, kunyalakan rokok dan menuju ke teras rumah. Kegiatan ini hampir setiap pagi aku lakukan, yaitu duduk – duduk diteras rumah sambil menikmati secangkir kopi dan merokok sebelum berangkat kuliah. Aku buka pintu ruang tamu sambil tangan kiriku membawa secagkir kopi, aku melihat tante Vita sedang berdiri didepan rumahnya, dengan menatap lantai dan tanah halaman seperti mencari sesuatu. Tante Vita pagi itu terlihat lebih segar dengan memakai daster terusan, rambutnya tergerai agak sedikit basah membuat pagi itu terlihat semakin cantik. Hatiku kembali berdesir teringat kejadian semalam yang dengan nekadnya aku meremas payudaranya dan hampir ketangkap basah sama pak RT. Pagi ini dia tampak lebih cantik dan sexy, entah keinginan untuk menyapa dan ngobrol dengannya datang begitu saja. Aku meletakkan cangkir kopiku di meja teras dan berjalan menghampiri tante Vita, dia masih mencari sesuatu di teras rumahnya. “Ada apa Te, ada yang bisa Rudi bantu?” suaraku membuat tante Vita agak sedikit terkejut karena tiba – tiba aku ada di sebelahnya “Eh, Mas rudi..,ini Mas, cincinku tiba – tiba tidak ada dijariku, apa jatuh ya semalam?” Jawab tante Vita sambil melihat – lihat kelantai teras. “Coba ingat – ingat lagi te, mungkin tertinggal disuatu tempat?” “Ah sudah lah, dari tadi belum ketemu,belum rejeki aku kali. Oh iya terima kasih ya mas semalam, sudah dibawain selimut juga” tante vita kini menatapku. bibir yang sexy itu tersenyum manis kepadaku “loh, tante kok tahu kalau aku yang membawa selimut?” Sahutku heran “Pak RT tadi pagi kesini, memastikan kalau aku baik – baik saja, dan beliau sudah cerita kok ke aku, ayo masuk dulu mas, kita ngobrol dulu didalam” tangan tante vita langsung menyamber tanganku dan ditariknya masuk ke ruang tamu, aku seperti kerbau dicocok hidungnya, hanya pasrah mengikuti langkahnya tanpa berkata apapun..Aku duduk di sofa ruang tamunya dengan gugup. “mas Rudi mau dibuatin kopi?” tanya tante Vita “Eh, anu te..aku sudah dibuatin bi Inah tadi, belum aku minum, tuh masih ada di meja teras.” “udah gak papa mas, sekali – kali ya ngopi disini..please..?” nada suaranya agak sedikit manja membuat aku tak kuasa untuk menolaknya. “emmm…oke deh te..” tante vita langsung pergi meninggalkanku diruang tamu menuju ruang belakang. Aku perhatikan tubuh tante vita dari belakang yang memakai daster terusan itu, oh..sangat sexy sekali, pantatnya terlihat bulat bergeol saat dia melangkah, membuat pikiran kotorku muncul lagi, andai aku bisa meremasnya. Ditengah pikiran musemku saat melihat tante vita, pagi ini kurasakan ada sesuatu yang tidak biasa padanya. Sikap tante vita pagi ini terasa lain, biasanya jarang sekali dia ngobrol denganku, kalau sudah ngobrol pun seperlunya saja, hanya bertegur sapa saja apabila tidak sengaja berpapasan di jalan. Setauku tante Vita selama tinggal disini, orangnya tertutup. Akan tetapi lain dengan pagi ini, dia terlihat sangat ceria dan cara bicaranyapun terlihat sangat lepas denganku. “Mas Rudi tidak kuliah” suaranya mengagetkan lamunanku, tante vita sudah kembali keruang tamu dengan membawa dua cangkir kopi ditangannya “Aku libur te hari ini” “Maaf ya mas semalam sudah membuat mas Rudi, Pak RT dan pak Iwan jadi kerepotan karena aku” tante Vita meletakkan cangkir kopi itu di meja dengan menunduk, sempat terlihat belahan payudaranya di sela kerah dasternya yang rendah, penisku kembali menggeliat. tante duduk tepat disampingku “Mari silahkan diminum mas..” tante Vita mempersilahkan “Tante juga tidak kerja hari ini?” tanyaku sambil mengambil cangkir kopi yang ada dimeja “Lagi ambil cuti mas, Badanku capek semua pagi ini.” “Em…tante sering mabuk ya?” Mendengar pertanyaanku, tante vita menghela nafas panjang. “Semua ini sejak pria bangsat itu yang menghianati aku mas, aku mulai mengenal minum disaat aku kesepian” Kini mata tante vita terlihat berkaca – kaca, “Maksud tante, suami tante?” lanjutku Tante Vita mengangguk pelan. “Mama mas Rudi sudah bercerita banyak ya tentang aku?” Aku hanya menjawab dengan anggukan Tante Vita sedikit menggeser posisi duduknya semakin merapat ke badanku dan kemudian kepalanya tiba – tiba menyender di bahuku kananku. Kini bibir sexynya sangat dekat sekali dengan bibirku, dan rambutnya yang masih agak basah tercium wangi sampho membuat birahiku semakin naik. Aku sangat kaget dengan perlakuan tante Vita ini, tapi aku tetap tidak berani berbuat lebih, kedua tanganku masih terpangku di atas pahaku. “Udah ah, jangan bahas dia lagi, males aku mas” terlihat tangan tante mengusap matanya “Iya te..maaf…” melihat itu, kini aku mulai semakin berani. Tangan kananku merangkul pinggulnya dari belakang, dia tidak ada respon sama sekali, kepalanya tetap bersandar di bahuku. “Tante semalam habis kerja lembur sampai dini hari?” tanyaku “Aku pulang kerja langsung ke pesta di acara ulang tahun temanku, disana aku minum terlalu banyak sampai ahirnya aku mabuk berat dan tertidur, tau – tau sudah di rumah, dan sialan aku ditaruh gitu aja diteras rumah ” “kalau tidak ada mas Rudi dan Pak RT, mungkin semalam bisa kaku kedinginan aku mas..” sambungnya Kini tangan tante Vita meraih tangan kiriku, posisi kepalanya tetap bersandar dibahuku dan kini dia sedikit mendongak keatas, matanya memandang sayu kearah mataku, “Sudah, tidak usah terima kasih begitu te..aku juga gak sengaja terbangun setelah ada sebuah suara mobil berhenti di depan rumah tante.” Ucapku “Terima Kasih ya mas..” Tante vita mengadah ke atas, mata kami bertemu tiba tiba . Dengan kondisi seperti itu, aku semakin berani medekatkan wajahku ke wajah tante Vita. Bibir kami sekarang hanya berjarak hanya beberapa senti dan nyaris bersetuhan, dengusan nafas tante Vita aku rasakan semakin berat. Kita masih saling berpandangan, sampai pada akhirnya tante Vita menutup matanya dan membuka sedikit bibirnya, aku tahu maksudnya. Tanpa membuang waktu aku kecup bibir sexynya yang selama ini hanya bisa kubayangkan. Awalnya hanya kukecup pelan, tapi entah siapa yang memulai sekarang kita saling lumat dan saling adu lidah, posisi kita masih tetap tidak berubah. Sesaat kemudian, aku lepaskan ciuman itu. “Eh, maaf te,,aku lancang..” suaraku bergetar sambil masih seakan tidak percaya apa yang telah kami lakukan. “Mas Rudi belum tuntas kan semalam?” ucap tante Vita sambil tersenyum menggoda sambil mengarahkan tanganku ke payudaranya, “ Deg…” Jantungku seakan mau berhenti, berarti semalam yang aku lakukan tante vita tidak tidur? “em…eee,anu,te…maksud tante? “ tanyaku dengan gugup, “Iya Mas, aku sebenarnya tersadar, dan aku tahu itu adalah mas Rudi, akan tetapi mata ku berat sekali untuk kubuka, jujur aku juga sudah lama menginginkan ini dari Mas Rudi, Ayo tuntaskan keinginanmu sayang..” Aku semakin kaget mendengar pernyataan tante Vita, sekarang panggilannya ke aku menjadi kata “sayang.” Belum sempat aku mengatakan sesuatu, kini bibir tante vita sudah melumat kembali bibir ku, kita kembali berciuman. Kini tanganku sudah berada diatas payudaranya, aku remas dengan gemas meskipun masih diluar dasternya.. ”Aaaah……Ehmmmmmmm,” yang terdengar hanya erangan tertahan dari mulutnya diringi suara kecupan yang terdengar dibibir kami. Sambil masih berciuman, kini tangan tante Vita sudah mulai meremas – remas kontolku dari diluar celana, membuat kontolku semakin tegang dan semakin sakit karena terjepit didalam celana dalamku. “Aku buka ya sayang” dengan senyum dan tatapan nakal nya, seakan dia mengerti posisiku, dengan sekejap celana pendek dan cd ku sudah terlepas, aku sendiri melepas kaos oblong yang aku pakai. kontolku kini sudah berdiri tegak dengan bebas. Tante Vita sedikit terbelalak setelah melihat kontolku, “ooh…besar sekali sayang…sudah lama aku tidak merasakan ini?” tangannya membelai dan mengurut lembut batang penisku, tak lama kemudian dia mulai mendekatkan bibirnya dan mengecupnya, perlahan dikulumnya. “aaaah…..” tak sadar aku mulai medesah saat bibirnya mulai mengulum batang penisku, sangat terasa lidahnya menyapu mengusap – usap kepala penisku dengan lembut, biji pelirku pun tak terlewat untuk di jilatinya dengan gemas yang mebuat aku semakin mendesah keenakan. “Bibir sexy yang selama ini aku idamkan..” ucapku dalam hati Setelah sekitar 10 menit tante mengerjai penisku, dia berdiri dan membuka daster, bra dan celana dalamnya, kini kita berdua sudah sama sama telanjang. Aku tertegun melihat tubuh tante Vita, payudara yang indah dengan puting menjulang berwarna merah kecoklatan, pantat yang besar dan bulat, bagian perut bawah terlihat bekas sayatan operasi cesar tetap tidak merubah bentuk perutnya, bulu – bulu halus yang sangat terawat diatas vaginanya membuat dia kelihatan semakin sempurna. “Suaminya benar – benar buta kali ya, istri seperti ini di campakkan begitu saja” ucapku dalam hati “Kita kekamar saja sayang..” tante vita meraih tanganku menggandengya dengan manja menuju kamarnya. Sesampai dikamarnya, tante Vita langsung duduk di atas ranjang, aku masih berdiri terpaku di pinggir ranjang, masih antara percaya tidak percaya, wanita yang selama ini hanya bisa aku bayangkan kini sudah telanjang bulat nyata didepanku. Tante Vita membuka kedua pahanya dengan menekuk kedua lututnya keatas, vaginanya yang ditumbuhi bulu halus kini terlihat jelas olehku, dengan cairan yang hampir menetes diantara lubang vaginanya menandakan dia sudah sangat terangsang. “Ayo Sayang, kenapa diam saja disitu..” rengek manja tante Vita Aku melangkah mendekat, lalu jongkok di antara selakangannya yang sudah terbuka lebar. Kudekatkan wajahku diantara selakangannya, aku julurkan lidahku mengarah ke daging kecil yang ada diantara kedia bibir atas vaginanya yang mulai membengkak, aku jilat pelan. Tangan kiriku menggapai payudaranya, aku pilin putingnya sambil sesekali aku remas pelan. “aaaaaah…..mas rudi..enak banget mas..oooh..terus sayang….” Tante vita mulai mendesah, sesaat kemudian kedua tangannya meraih kepalaku, ditekannya kedalam selakangannya seakan menyuruhkan untuk menciumi lebih dalam, membuatku tidak bisa bernapas karenanya. Kini aku jilati semua bagian vaginanya kadang sesekali kumasukkan ujung lidahku ke liangnya, dia semakin meracau tidak karuan dan tangannya semakin menjambak – jambak rambutku, tubuhnya mengeliat tidak beraturan seperti cacing kepanasan, terkadang kedua pahanya menjepit kepalaku. “terus sayang…ooohhhhh….aku sudah lama tidak merasakan ini sayang..aaahhh..terussss sayang,,lebih cepaat” Beberapa saat kemudian, terasa pinggulnya sedikit terangkat dan cairan yang keluar dari lubang vaginanya berasa semakin deras sekali di mulutku, “aaaaaah……maaas rudi…” nafasnya tersengal dan terlihat matanya tertutup, pegangan tangannya dikepalaku kini mulai dilepaskan, dia telah mencapai puncak orgasmenya. Setelah nafasnya kembali teratur, badanku ditariknya keatas, kini tubuhku menindih tubuh tante vita. “terima kasih ya sayang…kamu pinter banget sih, aku sampek lemes begini, sering ML ya sama pacarnya” ucap tante vita manja.. “Kamu suka sayang?” ucapku sambil tersenyum, mata kami saling berpandangan,Tante vita menggangguk dengan senyum manja. Kita kembali berciuman dengan posisi aku diatas menindih tubuhnya. Ujung penisku kini sudah tepat berada didepan lubang vaginanya, sambil berciuman aku maju mundurkan pinggulku, sehingga terjadi gesekan antara ujung kepala panisku dengan lubang vaginanya yang sudah sangat basah, nafas tante vita kembali terasa berat, setelah itu tangan kirinya memegang batang penisku untuk diarahkan kelubang vaginanya… “Aku udah gak tahan sayang..ayo masukin” tante vita kembali mendesah Aku dorong dengan tidak sabar, terasa kepala penisku mulai masuk ke lubang vaginanya, terasa sangat sempit walaupun sudah sangat basah. “aaaah….pelan sayang, aku sudah lama tidak ngentot..” lenguh tante vita yang kini mulai mendekapku lebih erat. Aku dorong lagi lebih dalam,”bless…” aku lirik kebawah, kontolku sudah amblas masuk sepenuhnya kedalam memeknya membuat tante vita semakin mendesah, “aaaah……”. Aku biarkan sesaat, terasa dinding rahimnya seperti memijat mijat batang penisku, sempit dan hangat. ‘Aaah…memek kamu enak banget sayang…” lenguhku. Aku mulai memaju mundurkan pinggulku perlahan, tante vita mendesah. “Terus sayang,, kontolmu juga enak banget…” kini posisi kedua kaki tante vita melingkar di pinggulku. Semakin cepat aku menggenjotnya, semakin keras tante vita mendesah.. “emm….aaah….enaaaak banget sayang….ooohh,,,terusssss sayanggg….” tante vita kini sudah seperti kesetanan, kadang tak sengaja kuku tangannya mencekeram di punggunggku disaat aku mempercepat genjotanku.. Lima belas menit diposisi ini, tante vita menyuruhku berhenti, dia melepaskan pelukannya, lalu dia berganti posisi nungging seperti orang sujud dengan paha agak terbuka tepat dihadapanku, terlihat pantat yang besar dan bulat membuat aku semakin bernafsu. Tak menunggu lama, kuarahkan kontolku masuk kedalam liang vaginanya yang telah siap menyambut batang penisku lagi, dan ku genjot dari belakang lagi dari tempo pelan sampai semakin cepat. “aaaah…posisi begini memekmu terasa lebih sempit sayang….” desahku “oooh….eemmm….aaah” tante vita hanya medesah Sekitar sepuluh menit aku maju mundurkan penisku kedalam vaginanya, aku merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari lubang penisku. “Aku mau keluar sayang…aaaah.” aku semakin mempercepat genjotanku, .crot…crot…terasa spermaku menyembur didalam memeknya di iringi dengan kedutan – kedutan dinding rahimnya.. “aaaah…enak sekali sayang…aku sudah lama merindukan ini…” suara tante vita diantara desahannya Aku cabut panisku, sebagian cairan spermaku keluar mengalir dari lubang itu. Aku rebahkan tubuhku disampingnya. Kini kami berdua berpelukan dengan manja dengan keadaan masih sama – sama telanjang. Kepala tante Vita bersandar di bahuku dengan posisi berbaring, aku pun membelai manja rambutnya..ahh, kita seperti sepasang kekasih saat ini.. “terima kasih ya sayang,,ternyata kamu luar biasa, sudah sering ML ya sama pacarnya” pertanyaan ini diulang lagi “Aku tidak punya pacar te, dan baru dua kali ini ML..hehehe..” Jawabku “Bohong banget, se cakep mas ini tidak punya pacar” pelukannya berasa semakin erat “Kenapa sih, gak bilang kalau ingin pegang tetek aku mas? pakai nunggu aku gak sadar segala? Kan lebih enak kalau pegangnya pas aku sadar” ucap tante vita disela – sela kita saling berpelukan manja sambil tersenyum, aku gemas sekali dibuatnya “Emangnya boleh gitu, aku langsung pegang tetek kamu?” sambil aku cubit hidungnya…dia tertawa membuat aku semakin gemas. Kita kembali berciuman dengan panasnya. Tak terasa empat kali hari itu aku menyetubuhi tante vita, sampai aku benar – benar lemas dibuatnya… Setahun berlalu, selama itulah kami selalu melepaskan birahi selagi ada kesempatan, baik itu dirumah tante vita, dirumahku di saat rumah lagi sepi, kadang juga kita menginap dihotel. Tante Vita selalu melayaniku kapan saja di saat aku menginginkannya. Tapi sejujurnya, aku tidak ada perasaan apapun dengannya, aku hanya anggap tante vita ini adalah tempat melampiaskan nafsuku dan begitupun sebaliknya, tante vita sendiri membutuhkannya disela kesepiannya. Sampai suatu ketika, kabar dari tempat kerja tante vita yang membuatku merasa kehilangan. Tante Vita dipindah tugaskan lagi ke kota asalnya, jadi kecil kemungkinan untuk kita bertemu, karena kotaku dan tempat tante vita sangatlah jauh, bisa 8-9 jam kalau ditempuh dengan mobil. Malam terahir sebelum tante vita pulang, kita menginap dihotel, entah berapa kali kita melepas birahi sebagai salam perpisahan.