Alkisah, jaman dahulu ada milis berbasis yahoogroups yang berisikan cerita-cerita sex. Milis tersebut sekarang sudah hilang dengan hilangnya yahoogroups, namun ada beberapa cerita yang tersimpan namun sayang hanya disimpan di laptop.
PESONA KOTA “Y” Aku adalah seorang “computer engineer” yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Y. Sesampai distasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas. Aku menurunkan tas koperku didepan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. “Ada apa gerangan ?” dalam hati aku bertanya. Rasa ingin tau ku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan….. wowww… betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan …. ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness. Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “mau fitness juga mas ?”, aku mencoba berbalik badan…. ya ampun !!! seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum. “Waaahhhhhh senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. “Ohhhh….. tidak!!!, hanya lihat-lihat aja” jawabku. “Mas…. dari Jakarta ?” wanita tersebut kembali bertanya. “iya… saya sedang tugas kesini, dan kebetulan saya menginap dihotel ini, anda sendiri sedang apa disini ?” aku memberanikan diri balik bertanya. “Sebanarnya aku kesini mau fitness, tapi sudah full…. jadi aku merubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness”. Kesunyian memmecahkan pembicaraan kami sejenak…. dan “oh, ya.. Bambang namaku.. kamu siapa ?” aku mencoba berkenalan. “namaku Vina… aku juga orang Jakarta, aku kuliah disini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Vina. “Kalau begitu kita sama-sama aja ke kolam renang” aku coba mengajak. “Emang Mas Bambang mau berenang juga” tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah… “gawat !!!!aku kan enggak bisa berenang yachhh….” pikirku dalam hati. “oh, tidak.. tidak !! kamu aja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan” jawabku sambil memanggil pelayan. “oke dech kalau begitu… Vina sekalian minta minuman berenergi boleh enggak..?”, langsung aku jawab “boleh-boleh… mau berapa botol ?”, byuuurrrr Vina menjatuhkan badannya ke kolam “aku pesan satu botol saja yach…” jawab Vina manja dari dalam kolam. Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.. glek.. glek.. satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. “Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah sex yang tinggi” aku mengira-ngira. “Mas Bambang berapa lama disini ?” tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya dikursi malas disampingku. “Enggak lama kok, hanya 2 hari” jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat. Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi. “Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja” aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan keatas sehingga dengan bebas bulu keteknya menari-nari tertiup angin. “Boleh dech…” jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku. “Mas… nanti malam aku boleh kesini enggak ? karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?” tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. “Boleh.. datang aja” jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening.. dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya. “Jangan mas… aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda. “Ting tong… ting tong… ting tong…” tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka….. wuuaaahhhh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH didadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan. “Mau mengajak jalan kemana yach…? Kalau kedisco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta” dalam hati aku bertanya-tanya. “Silakan masuk….. aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi” jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih. Blaakkkk !!! pintu kamar aku tutup dan …… terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai… aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputusasaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat…. kulanjutkan belaianku menyusuri pundak… “ohhh mas…” jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai disiang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri dimalam pertama. Dengan lembut aku hujamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka… Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan……. ting..!! aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai. Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada dihadapanku siap aku mangsa. “Ahhhhh….. ouuhhh…. masssssss…. beri aku kepuasan..” terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH Vina yang yang tipis berwarna putih. Woooowwwwww… indah sekali buah dada Vina yang menonjol kedepan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu. “ooouuuhhhhh… Massss… isap.. isap dong Masss…” pinta Vina memelas. Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan isapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan adikku yang bersembunyi dibalik handuk, sepertinya adikku pun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan keseluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku dipunggung Vina sampai kepantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya kebelakang dengan otomatis dadanya membusung kedepan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. “Terus massss..ouuggghhhhh… yang keras isapnya masss…” Vina memaksa. Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga ditengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku dihadapan vagina Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohhh….. honey…. please go on….. ouuuuhhhhh…. sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel ditubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lobang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat. Ssssttttttt…….. sluuupppppp……. eeehhhhmmmmmmm…. “ohhh… Vina betapa sempitnya vaginamu” pikirku yang terus membengkek dan menjilati klitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu, “uuggghhhh……. oooouuuuuhhhhh… eeehhhhmmm…” Vina mendesah dan….. ssseeerrrrr…… cairan madzi membanjiri vagina yang membuatku semakin mudah meluncurkan rudal scudku untuk menembus Vigina Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitar klitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku kedalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas… bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. “Oooohhhhh… honey masukin cepat adiknya” pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya kebelakang dengan kaki mengangkang. Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima rudal scudku dari belakang. Sleeebbbbbb…….. adikku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan. “Oooouuuuuuhhhhhhhhh…… nikmat sekali maaassss… terus perlahan maasss…. accchhhhkkkkkk…. jangan berhenti maassss….” Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri kekanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti adikku yang keluar masuk Vagina Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya. “Oouuuggggghhhhhhhh…… accchhhkkkkkkkk…. yang cepat… yang keras…. masss… masss… ooouuuggghhhhh… maaaaasssssssss….!!!!!!” seerrrrrrrr… terasa basah mengguyur adikku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep… clep… vagina Vina mulai becek, Vina mengeluarkan adikku dan…. slupppppp… sluuupppppp… ssstttttt… Vina langsung melahap adikku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji adikku hingga lobang anus yang membuatku mengelinjang kegelian. Setelah puas memainkan adikkuku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarik aku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang adikku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik adikku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut… namun tidak mengecilkan semangat adikkku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi als bath tab. Vina kembali menjilati adikku… selangkanganku dan tidak kalah pentingnya anuskupun dijilatinya kembali. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada pas di depan vagina Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada dibawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi – sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam. “Oooouuuhhhhh…. maaassss….. masukin sayang…. aku udah enggak tahan nich…” Vina mengeluh minta dimasukin. Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku dibawah. Denagn posisi berjongkok Vina lansung menangkap adikku dan menuntunnya masuk kedalam lobangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleeeebbbbbbb… sleeeeeebbbbbbbb… perlahan Vina menaik turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku liat mata Vina merem melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. “aahhhhh… accchhhhh… oooouuuuucchhhhhhhh… massssss… enak sekali, kamu hebat masssss… bisa bikin aku puas…. oouuuhhhh ..!!!!!… accchhhh ….!!!!… uuuhhhhhh… baru kali ini aku merasakan kepuasan… oooouuuuggggghhhhh …!!!!” Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.. bleb.. yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan adikku dengan Vagina Vina. “Masss… aku mau keluar lagi… kita keluarin sama-sama yach say..?” pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung. “Uuuugggghhhh… honey… aku mau keluar… ayo sayang.. lebih cepat, lebih cepat lagi sayang… ooouuggghhhhh…!!!!!!” aku mendengus. “Oooouuuuhhh… aaaccckkkkkkhhhhhh…!!!!!” Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. cret.. cret.. cret… cret… cairan maniku membasahai lobang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak adikku yang masih mendarat di lobang Vina dipijit dengan keras oleh vagina Vina yang kembang kempis seperti anus ayam… kata orang itulah yang namanya empot ayam. “Terima kasih ya mas… sudah memberi kepuasan kepada Vina” ucapan Vina membisik ditelingaku dan Vina langsung terkulai lemas diatas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma true love nya pun tetap melekat ditubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang didalam bath tab. “Kalau airnya enggak dibuang bisa masuk angin aku… apalagi dalam keadaan capek begini” pikirku dalam hati. Dan kamipun tertidur lelap sampai pagi didalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota “Y”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan sex dari suaminya, karena rudal scud suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke vagina Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali rudal scud suami Vina menyelam ke dalam Vagina Vina. “Pantes… vagina Vina sempit seperti perawan” pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota “Y” aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.
NANI GADISKU DARI KAMPUNG Kala itu aku numpang kost dirumah temanku yang sudah berkeluarga, sedang seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga dirumah itu, sebagai pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja. Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah mengenal cewek secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum ortuku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan. Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar backround kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri. Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang di-buru2. Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura perhatian ke hal yang lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu dirumah . Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain dirumah, dan hingga pada suatu pagi ketika itu gadis itu sedang menyapu kamarku yang kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membongkok, aduhhh rupanya perhatianku yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar terhidang didepanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada rendah. Dengan tidak buang kesempatan aku nikmati keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku. Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak reflekku, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut tiba-tiba, maka aku bimbing dia kekamarnya dengan tetap merintih memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blosenya. Tetapi tiba-2 saat menggosok lagi-2 dia mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya dan sambil mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang rintihanya, sambil aku masih urut perutnya. Kepanikanku mulai hilang dan perhatianku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-2 tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup diantara buah-2 itu sambil memetik-metik putingnya. Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan didalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. ” eehh … mas .. geliii.. tapi enak, aahhh .. eehmm aduuuhh enak mass..” Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar kedadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku. Tanpa buang waktu, mulutkupun aku enduskan kelehernya dan selanjutnya mulut kami saling mencari bibir-bibir untuk saling mengemot dan saling menjulurkan lidah bergantian untuk saling dikemot-kemot penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rock bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya. Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku aku teperanjat, ” Eiitt, Nina ini udah jam delapan , aku harus berangkat kerja wahh aku terlambat” kataku. Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata ” Entar aku berangkat dan aku segera kembali , hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana ??”. “He.. eh, mas entar kita terusin lagi ya. mas, tapi janji lho, ehh tapi mas ?”. “Kenapa Nan ….” tanyaku, ” Mas kemotin dulu dong nenenku, ntar boleh berangkat”. Achh lagi-lagi kenikmatanyang tak bisa ditunda pikirku, dengan terpaksa aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah (melon) dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di hampir kedua buah dadanya sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas pelukan yang seolah kerinduan yang selama ini lama terpendam. Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat terima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja. Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-2 dari belakang Nina sigadis itu sudah dibelakang mendekapku dan ohh, menakjubkan rupanya dari tadi dia aku tinggalkan tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu dikamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging diselangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan Buah (melon) dadanya yang lembut dan torehan puting susunya didadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-2 sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut bibir lidah saling mengemot. Lama kami pada posisi bediri ” eehhh … mmaaaas eeehh eeegh enaak sayang nggg …, terusss, terusss ,,,, geliii… egghhhh eenaak ” erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya. Kegairahan pagi itu kami lanjutkan dilantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali dilantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu. Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah (melon) dada, penis, puting dan satu hal selama ini obsessiku adalah keinginan yang terpendam adalah kenikmatan untuk mengemot puting bila melihat buah (melon) dada gadis/wanita yang demikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kali. ” Mass sayang terruss kemot pentilku,,, mmaasss gelii, geeliii, … eehm mas enak.. terus jilatinn pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..”. Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan peniskupun juga semakin menegang sambil aku gesek-2-kan ke tonjolan daging diselangkangan Nina. Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasakan basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang padahal penisku sendiri tidak mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tangan ku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik ” A’aaa ehh jangan dulu mas enggak tahan gelinya”. Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas Buah (melon) dadanya sambil memilin-milin putingnya ” Mass ..,,,he’eh begitu kemotin pentilku terussusuku diremass-re’eemas ,,,, e’eeenak eeh … ehghhm …. yangg geli….”. Penisku terus aku gesek-2kan dicelah selangkangan Nina, ” eeh,,eehh … eehh . eehh . eeheh . eh”. Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya.” Mas… tarik CD-ku dan pelorotkan punyamu”, sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-deg-an aku tarik pelan-pelan CD-Nani yang masih dalam keadaan terlentang semantara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya keatas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantat sambil terus aku menarik perlahan-lahan dengan saling berpandang-pandang mata serta senyum-2 nya yang nakal maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-2 halus sedikit keriting dan bllaaasss lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan. “Nin.. kenapa sih” tanyaku nakal, ” Apanya … mas” sautnya sambil senyum, ” Kalau dikemot-kemot teteknya sama pentilnya tadi”. ” Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi enak iih geli”.” Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi” tanyaku, ” Enak.. mas, rasanya pingin terus, kalu udah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-2 sama mulut mas.Terus di memekku jadi ikut-2an geli enyut-2an sampai aku eeghh.. hemmm gimana yach bergidik. hhmmmm” akunya. ” Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?” tanyaku penasaran.”Iiiih … mas nakal, ya ..pingin lagi dong”, sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas. “Kalau adik mas rasanya gimana tuh kalau kau pegang-pegang gini ?, geli nggak?” keingin-tahuannya juga. ” Sama enak rasanya, pengin terus dielus-2 sama Nina terus, geli eh-eh.eh” dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya. “kalau ininya dipegang-pegang gini gimana mas?” sambil dia pegang dan raba-2 buah pelirku. ” Yah nikmat juga” tegasku sambil aku elus-2 pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. “Eh.. mas tadi aku tipu, pura-2 sakit, abis mas kelihatannya cuek saja” sambil dia senyum nakal menggoda. Berengsek juga nih cewek batinku, nekat juga ngerjain aku. “Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya mas ?” tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang tetap juga tegang, ” Kita kelonan terus saja seminggu ini biar siang atau malem”. Kebetulan kerjaku selama ini sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda ” Terus nanti kalau kelonan terus mas nanti nggak ada yang nyediain makan dong”. “yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina ntar kenyang”. Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata ” Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng”. Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia terlentang dilantai dan aku mulai menindihnya “Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehhh …m eghhhmm… aduuuh… enak mas di memekku .. geli rasanya teruusss eeghhh … eghh”. Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kali. ” eehh .. eennak … aahhhh .. aahhhh uuuhhhgguuughhhguuuhh … ehhehh” saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya. Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku kelubang memeknya. Maka sementara aku tahan walupun peniskupun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilat lubang clitorisnya, kembali dia terpekik agak bersuara ” Aaahhhuuuughh huuu. hu.. egghh aduh ,,, eggh enak, aduhhh aku gimana nih mass aahhhh aku nggak kuat, masss … mas.. eghh.. egh hhgeehh… mas.” sambil dia aku perhatikan pantat, paha , perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak ” hehehggheh ahhh … ehhhehhh… huhhh,,, mass …. aku .. akuuu rasanya … eghhh” dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarrr penisku menantang tegak “Mas masukkan mas.. eeghheghh” dan dia angkat kakinya sambil terlentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasukki clitorisnya. “Mas.. kocok mas-eghh mas yang dalam… kocok terus selangkanganku aduhh eghhh mas enakk” Sambil kakiku aku tekuk sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan aku amblaskan penisku kelubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. “Eehhgehhg … terussss. terusss mas … maaass enak kocok terus aduuh rasanya aku enggak kuat mass ada yang keluar eghh..eeeghhh.eehhgg aduu masss …” “ahhgg-agh… Nani aku aduh egghh Nani rasanya memekmu ngemot eghhh eehhmm… enak… terus sedot” ” Mass enak … sekali enak… dalam sekali .aahh Aduh… hhhaghhhhah Masa aku mauu.kkeluar “. “Aku juga Nan… ahhhgh aku udah mau keluar.. ahggghhah” Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu merasa dia terlepas dari penisku dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil dtangannya menggosok lubang clitorisnya di timpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya ” cppokklep.. plekk.. clepk.. clkek.. cslckek” bunyi mulutnya mengemot menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih. Ahhh Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore baru bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama yang sebelumnya kami masak air untuk mandi bersama. Itulah pengalaman pertama kali aku menikmati hubungan sex dengan seorang ganis kampung Nani. Saat mandi bareng ini ada keasyikan yang akan saya ceritakan berikutnya.
PAGI DI ITALY Nama saya Vivian, umur 25 tahun, kulit putih bersih dan bentuk badan yang penuh lekuk (dada 36B, pinggang 28, pinggul 36,5 inch). Saya bekerja sendiri, mengelola pabrik garment keluarga dan orang tua saya sekarang tinggal di Singapore. Saya tinggal bebas seorangan di sebuah apartment di daerah Jakarta Barat. Saya selalu merasa saya agak beda sebagai wanita yang lahir di bumi Timur ini karena saya sangat menikmati sex semenjak pengalaman pertamaku. Saya banyak membaca buku-buku erotic dan selalu terbuka untuk mencobanya. Bagi saya, sex adalah kesenangan yang ingin saya dapatkan setiap saat saya lagi mood. Sex juga bagi saya tidak mesti dengan suami atau hanya pacar saja.. Kalau lagi kosong, saya suka ke café-café yang bertebaran di ibukota ini sambil mencari-cari. siapa tahu ada lelaki ganteng yang bisa menolong saya memuaskan nafsu yang besar ini. Saya baru kenal erick sekitar 3 bulan di O’reylis café dan baru saja tidur pertama kali dengannya awal bulan Juli ini. Penalaman pertama dengannya sangat mengesankan karena ternyata Erick juga sangat liar di tempat tidur, saya seperti bertemu pasangan yang serasi untuk pertama kali. dan dia juga dapat bertahan cukup lama, malam itu saya tiga kali orgasme. hmmm not bad at all right. Dan bagi Erick, malam itu dia mendapat ‘the best blow-job ever’. saya tidak keberatan sama sekali dengan oral sex dan I think I’m quite good in that particular area. Erick seorang pengusaha, ia mengimport sepatu dan tas dari Italy dan Spanyol. Kebetulan Week-end kemarin erick ada bisnis meeting di Italy, jadi saya di ajak juga olehnya kesana. Kami tiba di Italy jam 11.30 malam waktu setempat dan karena berjam-jam di atas pesawat plus perbedaan waktu jadi kami berdua langsung tergeletak di tempat tidur, kecapekan. Pagi itu saya bangun lebih dulu dari Erick. Saya suka memandang wajah nya yang sedang tidur, begitu tenang tapi tetap macho. Erick punya badan yang kekar, kulit agak kecoklatan, tapi yang paling saya suka dari wajahnya yaitu rambut disekitar rahangnya, hmmm. saya mulai mengelus rahangnya, terus ke leher dan dadanya (Oya, kita kebiasaan tidur telanjang), sesudah itu tangan saya mulai turun ke daerah pangkal pahanya dan mengelus ‘captain’-nya yang lembut terkulai. Puas dengan tubuhnya, saya bangun dan pergi ke kamar mandi. Saya sedang menggosok badan saya dengan busa bersabun ketika saya merasakan kehadiran erick dibelakang tubuh saya. “Ow Erick, what a surprise” kata saya, sambil saya bisa merasakan ‘captain’nya menjadi keras pas di atas belahan pantat saya yang putih dan bulat. Mungkin karena pemandangan itu juga dia menjadi sangat terangsang. Erick sering bilang bahwa pantat sayalah bagian terindah dari tubuh saya, putih, bulat dan nungging-menantang katanya. Kemudian Erick mengambil busa dari tangan saya dan mulai menggosok badan saya. ‘Shh, santai saja, saya mau mandiin kamu” katanya. Kemudian Erick mulai menyabunin saya, seluruh tubuh mulai dari leher, terus ke dada saya.. dengan gerakan memutar Erick menggosokkan busa itu ke kedua bukit saya perlahan. Putting saya langsung mengeras dan berwarna merah jambu kecoklatan tanda saya mulai terangsang, mata saya tertutup menikmatinya kemudian saya merasa bibir Erick sudah mengulum bibir saya dan kita saling berpagutan dengan hot-nya. Saya ambil busa itu dari tangan Erick kemudian gantian saya yang menggosok seluruh tubuhnya. Karena saya sudah terangsang, vagina saya terasa panas, cepat-cepat kita bilas tubuh kami berdua kemudian saya menjilati putting erick. Lidah saya bergerak memutari putingnya dan setelah keras, saya gigit perlahan sehingga terdengar erangan Erick. Perlahan sambil dibawah pancuran saya berlutut di depan ‘captain’nya dan mulai menjilati kepalanya, saya gerakkan lidah saya mendorong lobang di kepala anu-nya agak cepat sampai dia mengerang antara geli dan nikmat lalu saya masukkan semua anunya didalam mulut saya dan saya hisap dengan gerakan cepat. Erick sangat suka kalau saya hisap anunya dengan cepat dan kuat “Oh, Viv.. You are soooooo good. keep suckin’ it babe. fast. hard. Oh babe you’re the best!” kalau erick sudah mengerang segitu dahsyat, perlahan saya pelan kan gerakan lidah dan sedotan saya. saya jilati lagi kepala anunya lalu saya kejutkan dengan sekali isapan yang dalam dan keras lalu saya berdiri. Saya angkat kaki sebelah saya ke atas pinggangnya lalu saya pegang anunya dan arahkan kedalam vagina saya yang sudah basah dari tadi.. Mulanya agak susah masuk karena vagina saya agak sempit tapi Erick terus menggoyangkan pinggulnya maju-mundur sehingga bash kuyup vagina saya lalu ‘blesh. masuklah semua ‘captain’ erick kedalam vagina saya sambil Erick menggangkat kedua kaki saya ketas pinggulnya. Aduh, enaaaak sekali rasanya bercinta dengan anu yang besar. Oh erick. it’s sooo good ah.. ah.. goyang terus sayang , yang dalam sayang. aduh besar deh, enak ‘yang. lagi. lagi” begitu lah .kita saling bergerak naik turun. saya tak mampu menguasai perasaan nikmat didada sehingga erangan kenikmatan terus terdengar dari mulut saya. “terus ‘yang, terus . hampir . oh, hampir, lagi. lagi. oh, coming, coming babe, keep moving .. yeah, oh.. oh. OHHH.” satu jeritan dahsyat saya lontarkan karena orgasme yang begitu intens dari Erick. sementara Erick tidak sedikit pun melambatkan goyangan pinggulnya tapi makin cepat kami berdua bergerak, saya tahu badan Erick sudah mulai bergetar nikmat. Desah Erick, “tunggu sebentar lagi sayang, oh, I’m almost come. oh, oh, babe lick me. ohm.. ohm. yes, yes, .. Is it good sayang? Tanya saya sambil terus menjilati daerah -daerah sensual Erick, sementara Erick agak menunduk mencari puncak bukit saya sesudah dia dapatkan dia hisap dan gigit dengan gemas. lalu desah nya kemudian, “coming babe, coming ,.. coming.”,lalu saya merasa aliran hangat didalam vagina saya, erick sudah selesai juga. Oh ya saya lupa bilang bahwa kami sangat berisik kalu bercinta. apakah mungkin karena kita berdua cukup ahli dan sama buasnya???. kami lalu merampungkan kegiatan kami, membilas lalu saling mengelap badan dengan handuk. “tok. tok. oh, sarapan datang, Erick memakai baju mandinya lalu keluar membukakan pintu, saya dengar dia bilang ‘grazie..” lalu pintu ditutup, saya keluar bugil dan langsung disambut dengan ciuman erick yang hangat, kita berciuman lumayan lama. “untuk our great quickie this morning” . buat yang lain, cara ini sungguh hebat untuk memulai hari yang segar.. Coba deh kapan-kapan….
Pacar Gue by Taslim Gua punya pacar namanya Tia (bukan nama sebenarnya). Pada hari Minggu malem dia telepon ke rumah gue bilangin kalo besok (Senin, 7 Juni 1999) gue diminta untuk nemenin dia nyoblos di dekat rumahnya. Sehabis nyoblos gue diajak ke rumahnya untuk nonton film. Waktu itu gue nggak tau film apa, tapi gua nurut aja. Sesudah nyampe di rumahnya dia mengajak gue ke kamarnya, lalu dia memasang filmnya. Sesudah dipasang filmnya, dia menawarkan gue minum, ya gue mau aja. Wah, gua liat di TV-nya ternyata blue film. Langsung aja kontol gua terangsang untuk bermain seks dengannya, melihat buah dadanya yang 38 B. Busyet deh, yang ngeliat pasti langsung horny dech ! Gua nonton tu film sampe abis, enggak taunya sudah sore. Gua udah janji sama nyokap gue untuk nemenin belanja. Waktu gua mo keluar dari kamar, dia langsung mencium gua dan tangan kirinya memegang kontol gua sambil diremas-remas. Melihat situasi tersebut langsung aja gua mencari buah dadanya dan kuremes-remes dengan gemas. Sambil meremas-remas, gua mencari kancing bajunya dan mulai mencopoti satu persatu sehingga muncul juga buah dadanya yang besar yang masih dibungkus BH. Gua kesulitan mencari kancing BH-nya, tapi ia menuntun tanganku ke kancing BH-nya lalu gua langsung copotin tuh BH yang mengganggu operasi tanganku.Setelah BH merah muda itu copot gua melihat sepasang gumpalan daging yang sangat besar dengan puting berwarna merah muda, gua mulai menghisap, mengulum, dan menyedoti dadanya. Waktu itu gua seperti bayi yang kekuangan ASI dari ibunya. Setelah puas merambah buah dadanya, dia membuka baju dan celana panjang yang gua gunakan lalu ia menurunkan celana dalam gue, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruh gue duduk. Ia menyodorkan payudaranya ke mulut gue dan gue menerimanya. Gue lumat payudara yang kenyal itu dengan mulut gue, sedangkan lidah gue yang menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi menggiurkan. Gue hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja. Tia semakin memeluk gue dengan erat. “Ouuuhhh….. Tas….. Ouuuhhhh!” “Ouuuhhh… Ouuhh…..” Tia menjerit kecil tatkala lidah gua mulai menjilati kemaluannya dan kemudian masuk menyusuri liang vagina Tia. Gua menjilat-jilat bagian dalam “daerah terlarang” yang mulai basah itu. Tia menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang menempel pada kewanitaan Tia itu. Lalu Tia berdua berbuat serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu saja di atas kasur. Gua tanya sama Tia, “Tia, kamu masih perawan nggak ?” Dia mengangguk dengan perlahan gua langsung mengarahkan kontolku ke vaginanya, masih seret sih tapi aku tak gentar ingin memperawani Tia. Setelah gua coba 3 kali baru kontol gua amblas semuanya ke dalam vaginanya. Kami bergoyang semakin cepat dan semakin cepat.. sampai akhirnya kami berdua berteriak sama-sama ketika air maniku muncrat banyak sekali di dalam liang vagina Tia yang juga mencapai orgasmenya. Malam itu kami melakukannya tiga kali. Dan sejak itu setiap ada kesempatan. Satu hal lain yang kuperoleh dari pengalaman itu. Ternyata aku sekarang pandai memainkan cewek-cewek berdasarkan suka. Karena kemudian Tia memperkenalkan aku dengan teman-temannya juga haus sex dan kami bermain bersama-sama tergantung temen-temen ceweknya Tia itu. Kadang-kadang kita main bertiga atau berempat bahkan pernah berdelapan. Itulah pengalaman SEX ku dengan pacarku.
Tuminah Nasibmu lah, Tuminah. Wajahmu sama sekali tidak cantik. Hidungmu pesek seperti jambu klutuk yang disumpalkan di atas mulutmu. Gigi atasmu tonggos, terlalu jauh keluar dari bibirmu yang tebal tidak karuan. Jidatmu menonjol tak proporsional dengan mukamu yang bulat dan gempal. Kedua matamu belo dan sama sekali tidak sedap dipandang mata. Pokoknya, nasibmu lah, Tuminah. Buruk muka, dan menjadi babu pula. Menjadi bagian dari masyarakat yang tercampakkan walau konon sangat diperlukan. Bekerja keras untuk gaji yang tidak seberapa. Sejak kecil kau telantar, karena toh kedua orangtuamu juga tak sanggup memberimu makanan yang cukup. Untung sajalah kau sekarang bekerja untuk tuan dan nyonya mudamu yang agak baik hati itu. Tuan Andi dan Nyonya Nita; masing-masing eksekutif muda yang sedang naik daun. Punya mobil dua, tidak ada anak, rumah cukup besar, dapur modern. Beruntunglah kau, Tuminah. Coba bandingkan dengan terakhir kali kau bekerja, di saudagar Tionghoa yang sedang bangkrut itu. Wah, jauh sekali bedanya. Tuan Andi gagah tampan. Nyonya Nita cantik menawan. Kamu …? Ah, kamu seperti kain dekil yang tersampir selalu di pundakmu. Mereka seperti sutra halus aneka warna. Kamu seperti gentong berlumut di pojok garasi itu. Mereka seperti patung marmer buatan Italia. Pokoknya, nasibmu lah, Tuminah. Bahkan Bang Miun, tukang sayur yang dulunya tukang ikan itu, tidak suka melihat wajahmu. Bang Miun lebih suka menggoda dan menjawil-jawil si Rukiah yang montok di seberang jalan itu. Atau mencubit-cubit pantat Inem yang memang bahenol itu. Bahkan sampai berebut dengan si Rohmat, supir tua yang matakeranjang itu. Tidak ada yang mau menggodamu, Tuminah. Kamu jelek dan tak menarik sama sekali. Mukamu itu, lah. Terlalu cepat menggugurkan selera laki-laki. Padahal badanmu bagus belaka. Sebagai wanita, yang sedang tumbuh dewasa, dan bekerja membanting tulang, maka tubuhmu terbentuk bagus seperti Nyonya Nita yang menghabiskan jutaan rupiah untuk ikut fitness. Dadamu kencang, karena memang gerakan-gerakan menyapu atau mencuci membuat otot-otot di sana selalu terlatih. Pinggulmu berisi, dan perutmu tak gembung seperti gadis-gadis manja yang kebanyakan makan hamburger itu. Tetapi kamu juga, sih! Pakaianmu selalu kedodoran, butut dan kehilangan warna aslinya. Tentu saja. Mana sanggup kamu beli pakaian seperti Ditha, adik wanita Nyonya Nita yang kuliah di perbankan itu. Beli jeans ketat? Atau kaos yang kependekan untuk memperlihatkan pusarmu? Jangan mimpi, lah, Tuminah. Nasibmu lah, Tuminah. Padahal sebagai manusia biasa kamu punya hasrat juga. Sudah kamu lewati masa pubertas dan menstruasimu teratur rapi. Ingin juga sekali-kali kamu punya pacar, bukan? Ingin berjalan-jalan seperti si Tinah yang katanya pacaran dengan kepala satpam kelurahan itu. Ingin joget dang-dut seperti teman-temanmu yang bekerja di pabrik panci dekat-dekat sini, bersama buruh-buruh pria yang kekar walau kerempeng itu. Tetapi siapa yang mau mengajakmu, Tuminah. Tidak ada. Belum apa-apa orang sudah melengoskan mukanya. Jadi, janganlah bermimpi tentang malam minggu yang romantis. Duduk saja kamu di depan televisi, menonton sinetron yang bintangnya cantik tampan belaka. Bahkan para babu di sinetron itu tidak ada yang sejelek kamu, Tuminah. Bahkan ada yang sangat seksi sehingga tuannya kepincut, lalu nyonyanya mengamuk. Kamu tak mungkin dilirik sekalipun oleh Tuan Andi. Aman-aman sajalah kamu di sini. Nyonyamu pun sangat sayang kepadamu. Duduk saja di depan televisi, malam-malam seperti ini, setelah rumah beres dan piring sisa hidangan malam sudah kering. Dan tuan nyonyamu di dalam kamar bergelut. Kamu mendengar samar-samar ranjang berderit, dan nyonyamu mengerang-erang. Itulah yang bisa kau lakukan, Tuminah, di malam minggu seperti ini. Mendengar jerit-jerit kecil nyonyamu, dan geraman tuanmu di penghujung kejadian. Lalu besoknya mencuci seprai yang di sana-sini ada bercak kering putih. Masuk saja ke kamarmu setelah televisi kehabisan acara. Duduk di dipanmu yang tak terlalu lebar. Terlentang belum bisa tidur karena kamu punya hasrat juga. Berguling-guling gelisah karena kamu mengenang adegan di suatu siang hari libur. Tuan nyonyamu bersebadan di kamar tamu menyangka kamu masih di pasar. Terkenang kamu melihat adegan yang begitu menggebu-gebu dan alamiah dan ….. kamu ingat juga adegan sapi bersebadan di kampung. Kamu ingat kambing adikmu di kampung disetubuhi oleh jantannya dari belakang. Tuan Andi juga suka main dari belakang. Kamu tidak bisa tidur. Lalu belajar meraba-raba tubuhmu sendiri. Meremas-remas tetekmu sendiri. Mengelus-elus pahamu sendiri. Menyelip-nyelipkan jarimu sendiri. Kamu suka begitu, Tuminah, walau wajahmu yang buruk tak pernah sedikit pun berubah cantik ketika sedang orgasme. Malah tambah mengerikan. Kamu bahkan melakukannya di kamar mandi setelah selesai mencuci. Rumah sepi dan kamu ingin sekali memasukkan sesuatu sambil berjongkok. Menjerit kecil sendirian karena sakit sedikit, tetapi lalu enaknya lebih banyak. Kamu masuk-masukkan jarimu, karena pernah kamu lihat pacar nona Ditha melakukannya di beranda. Kamu melihat terlalu banyak, Tuminah. Ah, kamu lakukan semuanya sendirian. Karena wajahmu terlalu jelek bahkan untuk si Dollah yang dungu itu. Ia membantumu menyabit rumput, lalu kamu coba-coba memikat dengan menyingkap rokmu pura-pura tak sengaja. Eh, Dollah malah menendang pantatmu karena sebal. Nasibmu lah, Tuminah, punya wajah buruk dan hasrat menggebu. Kamu tak bakal menarik minat lelaki normal, karena semua lelaki suka memandang keindahan ketika menyebadani wanita. Kecuali kalau lelaki itu buta … Hei, mengapa kamu juga berpikir begitu. Lelaki buta. Tukang pijat tunanetra. Itulah harapan satu-satunya bagimu, Tuminah. Pak Kadir … kamu memintanya datang di suatu siang ketika semua penghuni rumah sudah pergi. Kamu bilang bahwa tubuhmu pegal minta dipijat. Ting-tong! Pak Kadir menekan bel. Kamu tergopoh-gopoh karena keasyikan merapi-rapikan dirimu di kamar. Bodohnya, kamu Tuminah. Buat apa memakai bedak dan gincu segala, kalau lelaki yang datang itu buta! Buat apa memakai daster bekas nyonyamu yang tipis menerawang itu, kalau lelaki yang mendatangimu itu tak bisa melihat apa-apa. Ah, kamu cuma ingin berhayal saja sebagai Cinderella sehari ini; pak Kadir adalah pangeranmu. “Silakan masuk, Pak Kadir,” katamu gugup. “Langsung ke kamar saya saja. Tuan dan nyonya tidak ada.” Pak Kadir meraba-raba dengan tongkatnya, mengikuti langkahmu yang terlalu cepat. Nyaris saja guci indah di kamar tamu terterjang langkah lelaki buta itu. Awas, nanti kamu dimarahi nyonya, Tuminah. Kamu tidak sabar. Kamu tuntun Pak Kadir ke kamarmu. Lelaki tua itu tak punya kecurigaan apa-apa. Ia sudah memijat 1000 babu sebelumnya. No problem. Para babu itu memang memerlukan pijat relaksasi setelah bekerja seharian. Selama ini langganannya tak pernah mengeluh. Pak Kadir memang idola para babu yang sedang keletihan. Tuminah, Tuminah … kamu cuma bilang minta pijat seperti biasa. Kenapa kamu buka seluruh bajumu yang tadi kamu patut-patutkan di muka cermin? Pak Kadir mulanya biasa saja. Memijat dari sini ke sana, seperti ia memijat 1000 babu sebelumnya. Tetapi, kamu Tuminah … kamu yang mengatakan dengan suara parau, “Pijat di sini, Pak Kadir ….” “Lho ..lho .. lho!” Pak Kadir heran meraba bukit empuk kenyal halus mulus. Kamu, Tuminah …. kamu nakal dan menggelinjang-gelinjang kegelian. Tidak tertawa, melainkan terengah-engah, dan berkata, “Terus, Pak Kadir …. terus yang keras …” “Lho … lho … lho.” Pak Kadir terus menyatakan keheranan, tetapi terus meremas-remas pula. Istrinya yang tidak buta dan tambun itu juga suka diremas-remas seperti ini. Kamu memejamkan matamu, Tuminah …. lagakmu seperti bintang di film video yang kamu putar diam-diam ketika tuan nyonyamu kelupaan memasukkannya ke lemari. Kamu memang merasa keenakan, Tuminah. Pak Kadir tak bisa melihat wajahmu yang sama sekali tak sedap dipandang kalau sedang terangsang seperti itu. Mulutmu terbuka, tetapi gigimu yang tonggos itu mengganggu pemandangan. Hidungmu tidak bangir, dan lubangnya yang kempas-kempis itu menyebabkan tampangmu seperti kerbau saja. Tentu saja Pak Kadir tak tahu itu. Sehingga kamu beruntung, Tuminah. Kamu bisa merasakan tangan lelaki menjamah badanmu. Puting-puting susumu menegang dan kamu merasa sangat-sangat geli. Ingin menjerit, tetapi kamu masih punya malu juga, Tuminah. Tuminah … Tuminah … kamu makin nakal saja. Kamu singkapkan kedua pahamu, dan kamu paksa Pak Kadir meraba bagian terlarang (siapa yang melarang?) yang sudah agak basah itu. “Nak, Tumi ini mau gituan, toh!?” bisik Pak Kadir, padahal ia tak perlu berbisik karena tidak ada siapa-siapa di sana. Tuminah mengangguk. Bodohnya kamu, mana bisa ia melihat kamu mengangguk. Pak Kadir juga sebenarnya tak mau tahu jawaban. Ia sudah mengendurkan sarungnya, dan merangkak ke atas tubuhmu. “Pijat-pijat dulu, Pak Kadir ….” katamu Tuminah, sambil terengah-engah. “Oh, iya .. iya.” Pemijat profesionalmu sekarang jadi tampak dungu. Lalu kamu bawa jari-jarinya menelusup-nelusup. Kamu mengerang, mencontoh nyonyamu atau bintang film itu? Pak Kadir merasakan jari-jarinya basah dan lengket. Ia rajin sekali memutar-mutar dan menyodok-nyodok. Sialan kamu, Tuminah, membuat orang repot dengan kegairahan-kegairahanmu. Bagaimana kalau nanti istrinya memotong kuku Pak Kadir dan melihat bekas-bekas kewanitaanmu di situ? Kamu sekarang sedang menikmati terbang bebas menuju orgasme pertamamu di tangan lelaki, Tuminah. Hebat kamu, Tuminah. Walau buruk muka, tidak mau menyerah. Ingin mencapai cita-citamu yang sederhana, Tuminah. Pak Kadir sekarang juga terengah-engah. Ia belum pernah bertemu babu seperti kamu, Tuminah. Sudah 1000 babu, tidak satu pun yang minta disetubuhi. Ini rupanya hari keberuntungan Pak Kadir. Ia membuka sarungnya, dan terjadilah persetubuhan yang seperti kamu inginkan, Tuminah. Masuk lancar, berjalan sesuai rencana. Ah, tetapi kasihan Pak Kadir. Ia menggelosor setelah baru saja memasukkan kejantanannya tergesa-gesa. Kasihan kamu juga, Tuminah. “Gimana, sih … Pak!” Kamu memprotes. Pak Kadir nyengir saja salah tingkah. Kamu kesal sekali. Membayar dengan uang agak lusuh, kamu suruh lelaki malang itu pulang karena kamu ingin cepat-cepat membersihkan seprai yang basah oleh tumpahan birahi. “Besok saya datang lagi, deh …” kata Pak Kadir. “Tidak usah dibayar, deh …” Kamu tidak menjawab. Karena memang kamu ingin mencoba lagi. Kamu mengantar Pak Kadir ke gerbang, dan dia pergi setengah pincang. Dia sudah cukup renta, memang. Lalu keesokan harinya kalian mengulangi lagi upaya itu. Kali ini, lumayan buat kamu Tuminah. Pak Kadir bertahan lima menit sebelum menggelepar. Dia menyalahkan kamu. Katanya kamu terlalu sempit, Tuminah. Salahmu lagi, Tuminah. Nasibmu, punya wajah buruk dan kewanitaan yang sempit. Lelaki tak tahan berlama-lama di sana. Tidak setiap hari kamu bisa mengulangnya, Tuminah. Besok lusa hari Minggu, semua penghuni rumah ada untuk makan siang bersama keluarga besar. Kamu sibuk sekali hari itu, dan lupa pada hasrat gairahmu. Tetapi hari Rabu, kamu ulangi lagi upayamu. Lebih lumayan lagi kali ini, Pak Kadir bertahan 10 menit. Kamu untuk pertama kalinya merasakan enaknya berlama-lama di bawah tubuh lelaki. Memang belum sampai mengejang-kejang seperti di film-film itu. Belum sampai gatal, bahkan. Tetapi lumayanlah. Kamu masih terlalu sempit, Tuminah. Lalu kamu temukan tablet obat kuat di kamar tuan-nyonya. Oh, ini yang pernah kamu dengar dari pembantu di seberang jalan, tentang tuannya yang juga suka menelan obat sebelum bersebadan dengan istri keduanya, atau istri keempatnya, atau gundiknya. Kamu tidak terlalu cepat bisa membaca, tetapi dengan mengeja kamu bisa tahu nama obat itu. Iya … iya … sama dengan obat yang disebut-sebut “Pak Kadir, minum ini dulu sebelum main,” katamu sambil menyodorkan satu tablet dan satu gelas. Gila betul, kamu Tuminah. Pak Kadir menyetubuhimu satu jam penuh! Kamu pingsan karena keenakan. Sepraimu berantakan. Seluruh kamarmu berantakan, karena kamu jatuh ke lantai dan bersetubuh di sana seperti kambing, seperti sapi, seperti ayam. Kakimu yang berotot itu menerjang rak jemuran di kamarmu; jatuh bergelontangan. Seluruh daerah di sekitar selangkanganmu rasanya pedih, tetapi kamu tak peduli. Kamu terlalu keenakan, Tuminah. Sampai penuh keringat tubuhmu. Sampai licin lantai kamarmu. Pak Kadir ngos-ngosan lalu rubuh menimpa tubuhmu yang sintal. Kamu memang sudah pingsan lebih dulu. Kepalamu terasa ringan. Kamu berada di langit ketujuh, Tuminah. Bukan main!! Pak Kadir tidak berkutik lagi. Pak Kadir tidak bernafas lagi. Setelah sadar dari pingsan, kamu mendorong-dorong tubuhnya yang berat. Lelaki itu tak bergerak. Kamu berteriak panik. Celaka, Tuminah. Lelaki itu terkena serangan jantung. Celaka, Tuminah. Nasibmu, Tuminah. Wajahmu buruk. Kewanitaanmu terlalu sempit. Lelaki yang menyetubuhimu mati. Sekarang, telpon saja polisi, Tuminah!
Tinny, Pacar Sahabatku Tempat tempat kostku yang lalu aku sempat akrab dengan Asri anak dari ibu kost di situ. Hubungan akrab kita dianggap tidak layak oleh orang tua Asri, dan mereka meminta aku untuk tidak menemui Asri dan juga diminta untuk pindah tempat. Ijinkan untuk memperkenalkan diriku, namaku Tamara, yang udah akrab memanggilku Mara, atau mbak Mara. Usiaku 24, bekerja di pusat kesehatan di Jakarta. Tinggiku 163 cm, dengan tubuh atletis, kulit sawo matang, rambut hitam lurus sebahu panjang dikit lagi. Dadaku berukuran 36B dan nggak terlalu besar. Hobbyku antara lain, membaca, masak, dan ngobrol atau ketemu teman baru. Semua nama yang di sini telah saya rubah untuk menutupi identitas orang yang bersangkutan. Karena kesal disuruh pindah oleh ibu kostku yang menyangkut skandal (he… he… he………) Dengan anaknya, aku ceritakan ke bekas teman kerjaku Anton, yang kebetulan ketemu di mall dan kita makan siang barengan. Tapi aku nggak cerita ke dia tentang skandalku. Lima bulan yang lalu aku berpisah kerja dengan Anton, aku pindah ke klinik kesehatan dan dia masih di perusahaan Jepang tersebut. Dan dia juga cerita bahwa dia ketemu/berkenalan dengan anak perempuan yang sekarang jadi pacarnya ini dari internet dan setelah sekian lama hanya ketemu di internet, mereka memutuskan untuk jumpa darat, yang kemudian dilanjutkan dengan makan bersama atau ke cafe barengan, nonton dan lain-lain. Dan ternyata mereka cocok satu dengan yang lain dalam banyak hal juga. Dan waktu aku katakan bahwa aku sedang mencari tempat tinggal, dia menyambung bahwa dia juga sedang mencari tempat karena tempat dia yang sekarang akan dijual. Kurang lebih dua minggu setelah aku ceritakan itu, aku, Anton, dan Tinny selalu kelihatan bersama sama terus untuk mencari tempat untuk disewakan. Sampai pada akhirnya kita setuju dengan tempat di Kelapa Gading di belakang sporting club. Tiga kamar, dan dua tingkat. Sekarang aku telah tinggal di tempat itu bertiga selama tujuh bulan. Anton dan Tinny satu kamar, aku dapat kamar sendiri, dan satu kamar lagi untuk tamu, kalau ada yang datang, dan kamar belajar untuk waktu lainnya. Hubungan kita bertiga bisa dibilang cukup baik, sepulang dari kerja biasanya menyiapkan makan malam, atau pekerjaan rumah yang lain dan setelah makan malam biasanya, nonton TV/video/VCD, sambil ngobrol atau bikin kue ringan dengan Tinny. Anton biasanya pulang kerja sekitar jam 18:30, sedangkan aku dan Tinny biasanya pulang dengan beda waktu yang nggak terlalu banyak. Tinny juga sering berbagi rasa/masalah, baik mengenai hubungan mereka, atau kerjaan. Suatu hari aku mengambil libur, karena sudah lama aku tidak ambil, meskipun aku tidak ke mana-mana, tapi aku sedang kepingin santai di rumah saja, aku sudah siapkan beberapa buku yang aku hendak baca, dan juga film yang aku belum sempat nonton, dapat pinjaman VCD disk dari teman kantor, dan sekalian dikasih pinjam film orang dewasa juga. Hari pertama liburan aku bangun agak siang, jam 08:30 aku sudah bangun, dan masih bermalas-malasan di atas ranjang, dan aku ingat akan film orang dewasa, aku pasang di alat VCD kebetulan di kamarku, ada TV juga, jadi aku bisa nonton acara yang lain dengan yang di ruang tamu. Filmnya lumayan jelas gambarnya, dan waktu selesai dengan adegan pertama, telah membuat nafsu birahiku keluar. Waktu adegan kedua akan mulai aku sudah melepas daster tidurku (aku memang tidak mengenakan pakaian dalam kalau tidur) tangan kananku sedang mengesek memekku sedangkan tangan kiriku meremas-remas buah dadaku. Di pertengahan adegan kedua itu napsuku sudah tak terkendali. Dan pengen punya orgasme seperti yang di film itu. Aku buka laci meja samping tempat tidurku, aku punya batangan yang bisa bergetar, dan kalau aku masukkan ke memekku, atau digesekkan sambil bergetar di sekitar memekku rasanya enak sekali. Waktu aku temukan, aku berbaring lagi di ranjang sambil disangga beberapa bantal di punggungku supaya aku bisa menonton film lebih enak, dan aku kangkangkan kakiku supaya bisa lebih mudah untuk aku mengosok memekku. Suara di TV aku bikin nggak terlalu keras karena aku nggak mau si Anton atau Tinny tahu apa yang aku sedang lakukan. Sambil melihat adegan cowok yang sedang jilatin memeknya si cewek, aku mulai menghidupkan alat itu dan kuusap-usapkan di sekitar memekku, dan tangan satunya masih sibuk meremas remas dan memilin-milin buah dadaku. “Uuh…. Argh…… Ehn….. Ahh….” Itu yang keluar dari mulutku tapi masih aku tahan karena takut kalau kedengaran sampai di luar. Tiba tiba Tinny masuk dengan membawa tas dan beberapa majalah yang dipinjamnya untuk presentasi di kantor nya. “Eehh………!” teriaknya kecil melihat keadaanku yang sedang di atas ranjang. “Maaf Mara aku kira kamu sudah pergi kerja……” katanya sambil melirik ke arah TV ku, ditaruhnya tas dan majalahku itu, lalu cepat cepat keluar. Aku segera mengenakan dasterku lagi dan keluar kamarku menyusul Tinny. Kulihat dia sedang di belakang memasukkan pakaian kotornya ke dalam mesin cuci, kudekati dia dari belakang. “Sorry kalau tadi bikin kaget kamu, Tinn…….. Tolong ya…. Jangan cerita ama siapa-siapa atau ama Anton apa yang kamu lihat tadi, kalau kamu mau nonton, kita bisa lihat sama-sama,” kataku dari belakang dia. “Nggak apa-apa kok akunya aja yang norak nggak pernah lihat film seperti itu,” jawab Tinny. “Kamunya nggak kerja hari ini…..?” lanjutnya. “Nggak aku sedang ambil libur…… Mau nyantai sebentar di rumah, aku kirain kamunya udah pergi kerja,” jawabku. “Hari ini komputer di tempat kerja sedang diperbaharui, jadi percuma juga kalau masuk nggak ada yang dikerjakan, dan nanti sore aku harus telepon ke sono dulu untuk ngechek udah bisa masuk blon besoknya,” jawab Tinny. Setelah kejadian itu seharian aku di kamar terus segan untuk keluar, aku cuma dengarkan musik dan membaca buku, dan pintuku setengah terbuka, supaya nggak ada yang kaget lagi. Siangnya Tinny pergi ke mall untuk membeli keperluan di rumah. Besoknya Tinny sudah pergi kerja lagi, dan mumpung nggak ada orang di rumah aku bebas untuk nonton film orang dewasa itu tanpa ada yang ngganggu lagi. Itu kejadian sudah 5 minggu yang lalu, hubunganku dengan Tinny masih berlangsung biasa-biasa saja, dan kita masih berbagi rasa, dan sekarang dia malah lebih berani untuk terbuka dan menanyakan tentang masalah hubungan orang dewasa. Menurut dia, Anton sering ngajak dia untuk gituan, tapi dianya yang menolak, karena menurut dia rasanya nggak benar dan takut kalau ada rasa bersalah, belum lagi kalau sampai kecelakaan. Dan aku salut juga ama Anton yang mau ngertiin keadan ini, dan sama juga aku kaget jadi selama ini mereka tinggal satu kamar itu ternyata nggak sampai gituan. Suatu hari Anton bilang kalau dia sekarang kerjanya akan ngelembur dan pulangnya akan sampai jam 23:30 tiap hari Senin sampai Jumat, selama 6 bulan yang akan datang, atau sampai projectnya selesai. Kasihan juga ama Tinny nggak ada yang temanin ngobrol, jalan-jalan ke mal atau pergi ke cafe. Untungnya Tinny dan aku punya kesenangan dan hobby yang kurang lebih hampir sama, jadi kita bisa saling menemani. Mugkin karena bosan keluar rumah terus minggu yang lalu, maka malam ini kita di rumah saja sambil bikin makanan kecil, dan dengarkan lagu-lagu santai saja. Setelah itu kita duduk nonton VCD sambil menikmati masakan kita ditemanin dengan minuman beralkohol yang kebetulan masih ada di lemari es dan ngobrol santai saja. Tiba-tiba Tinny berkata, “Mara, kamu dulu punya film orang dewasa, pinjam lihat dong……..” Aku sampai kaget dan terbatuk-batuk tersedak minuman yang salah masuk. Aku ambil VCD itu dari tempat penyembunyiannya, dan aku pasang di alat VCD yang ada di ruang tamu. Mungkin karena pengaruh alkohol yang membuat kita masih santai saja ngobrol sambil nonton film gituan. Dan tanpa sadar tangan kiri saya masih memegang gelas, dan tangan kanan sudah turun ke selangkanganku dan mengeseknya pelan-pelan, dan kita mulai ngobrol tentang olah raga, dan ngencengin badan, aku sudah nggak konsentrasi ama yang diomongkan, karena mataku menuju ke TV dan tangan kananku mengesek selangkanganku. Tiba tiba si Tinny tanya ke aku, “Tangannya kok di bawah kenapa ?? Gatal ya………” katanya sambil tersenyum nakal. Tersentak kaget, aku tarik tanganku cepat-cepat. Dan, “Nggak apa apa kok, tangan apa ??” tanyaku balik, dan wajahku moga-moga masih kelihatan polos. Tinny nggak mau kalah dan sekarang duduk di sebelahku, ditegak habis isi gelas yang ada di tangan nya. “Iya nich……… Anuku kok jadi basah, waktu nonton adegan itu, dan kalau digaruk enak juga,” katanya sambil menaruh gelas yang sudah kosong itu di meja dan menaikkan dasternya sedikit, dan tangannya menggosok selangkangnya sendiri. Aku langsung aja kaget setengah mati, nggak biasanya Tinny ngomong seperti itu. Ini anak lagi teller kali aku pikir. Aku habiskan sekalian isi gelas ku dan pikiran iseng mulai keluar lalu aku perdekat dudukku ke dia, kuraba bagian belakang telinganya dan dengan tangan satunya aku belai buah dadanya, ternyata nggak pakai bh di balik dasternya. “He…….. Ehm……. Iya di situ, kalau diremas enak juga kok…….” katanya sambil tersenyum ke aku, buah dadanya lebih besar dari yang kelihatan, dan setelah saya perhatikan, si Tinny rupanya sudah naik berat badannya, dibandingkan dengan yang di foto, oleh Anton makannya lebih bergizi mungkin. Tangannya yang satu mengusap buah dadanya dan tangan satunya membelai rambutku dan mengusap pundakku juga. Tanganku sudah tidak di buah dadanya lagi, tapi sudah turun ke selangkangannya, mengusapnya perlahan dan aku garuk-garuk memeknya dari luar CD nya, aku lihat matanya sudah tertutup dan dari mulutnya terdengar suara, “Ehm……. Eh……. Ehm………” Dan terlihat dia tersenyum kecil dan keluar lesung pipinya, kelihatan manis sekali, tak heran jika Anton suka dengan dia. Karena aku juga ingin merasakan lebih dari itu, maka aku beranjak dari sofa, dan berlutut di depan Tinny. Aku singkapkan dasternya, tanganku masih mengelus-elus bukit kecil di selangkangannya yang mulai kelihatan ada bercak basahnya dan aku kecup pusarnya, tak ada reaksi baru, maka aku korek pusarnya dengan lidahku, dan Tinny pun mulai menggeliat liat. “Angkat pantatmu sedikit Tinn……” kataku sambil berusaha untuk menurunkan CD nya. Aku lihat di balik CD nya rambut kemaluannya tipis, tidak terlalu lebat, bibir memeknya kelihatan kemerahan, di antara bibir memeknya telah kelihatan ada lendir yang keluar, dan di atasnya aku lihat itilnya menonjol keluar. Aku pegang itilnya dengan jari telunjukku dan aku goyangkan perlahan, Tinny mulai mengerang, “Aarh……… Eehmm…… Aaahh…….” dengan suara tertahan, dan lendirnya pun keluar makin banyak lagi, dan mulai meleleh turun ke lubang pantatnya. Dengan tangan satunya aku olesi jariku dengan lendirnya, lalu aku masukkan jariku yang sudah basah itu ke lubang memeknya yang sekarang ini sudah banjir, dan keluar lagi lendir dari situ karena terdorong keluar oleh jariku. Buru-buru aku jilat cairan yang keluar itu dan jariku yang telah basah itu aku arahkan ke mulut Tinny, dia sudah tidak canggung lagi, dihisapnya jariku seperti sedang menghisap penis saja. Aku masukkan lagi jari itu ke memeknya dan aku suapkan ke dia lagi, rupanya dia ketagihan, dan sekarang dengan jarinya sendiri dimasukkan ke memeknya dan dijilatin sendiri. Dan lendir yang meleleh keluar aku jilat sekalian, sayang kalau terbuang percuma. Pantatnya mulai diangkat-angkat ketika aku masukkan lidahku ke memeknya, dan goyangannya makin menjadi-jadi ketika aku hisap itilnya, sehingga aku harus merangkul kedua pahanya dari depan, supaya hisapan itilnya tidak lepas. Waktu aku masukkan lidahku lagi ke lubang memeknya baru reda sedikit goyangannya. “Eeeehmmm………… Tadi enak hisapannya Mara, coba sini berdiri donk……” katanya sambil menuntun aku untuk berdiri. “Aku juga pengen lihat kamu punya dong……….. Mara………” kata dia dengan bersamanya dasterku disingkapkan olehnya, tanpa minta persetujuanku. “Lihat apa sih………?” tanyaku pura pura nggak ngerti. “Ini lho……… Punya kamu,” jawabnya sambil tangannya mengusap gundukan daging di selangkanganku, yang sudah basah dari tadi. Aku hanya diam saja menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia masih berdiri di hadapanku, tidak setinggi aku dan mulai jalan ke belakangku dan dikecupnya tengkukku dari belakang, dan tangannya mulai meraba buah dadaku, dan didekapnya kedua buah dadaku, bibirnya masih menjilat dan mengecup belakang tengkukku. Aku hanya menutup mataku, sambil menikmati apa yang dilakukannya. Tanpa memberi peringatan disusupkan tangannya ke dalam dasterku, dan dibukanya BH ku dan satu tangan mencari pentilku, dan tangan satunya mengesek memekku dari luar. Aku sudah nggak tahan lagi, maka aku lepas celana dalamku, dan duduk lagi di sofa, sedangkan Tinny sekarang sudah berlutut di depanku, diambilnya celana dalamku yang ada bercak lendir dari memekku, dan diciumnya. “Eeehhmmmmmm………… Baunya membuatku terangsang saja…….” katanya sambil mendekatkan mukanya ke memekku. Dijilatnya memekku dan jarinya pun ikut masuk ke situ, dan waktu dikeluarkan jarinya basah kuyup dengan lendirku, dan dijilatin jarinya, aku pun dapat bagian, telunjuk nya yang lentik aku hisap, seperti menghisap penis yang kecil. “Tinn…… Langsung saja ke sumbernya…….” kataku sambil membetulkan posisi dudukku. Dan lidah Tinny langsung memasukkan lidahnya ke lubang memekku, dijilatinya dinding samping memekku dan dengan tangannya yang satu dicarinya iti ku. “Mana sih……… Itilnya…. Kok nggak ketemu ?” tanya Tinny dari balik memekku, dan dengan satu tengan aku rekah rambut di memekku, supaya kelihatan lubangnya, dan dengan tangan satunya aku singkapkan bibir memekku. “Tuh…. Di atas lubang ini kelihatan nggak ada seperti pentil kecil ? Itulah itil ku.” “Oooooh………. Itu……..” jawab Tinny. Sekarang bukan lubang memekku yang jadi perhatiannya, tapi itilku dijilatnya perlahan, dan dihisapnya. Itu membuat aku kegelian, dan aku goyangkan pantatku, dan oleh Tinny ditekannya supaya jangan goyang terlalu banyak. Waktu Tinny sedang di bawah jilatin dan hisap itilku, tanganku sedang asik meremas-remas kedua buah dadaku, dan putingnya nggak ketinggalan aku pilin-pilin. Karena nggak tahan lagi maka aku ajak Tinny untuk berdiri, dan aku cium di bibirnya, ada rasa lendirku sedikit di situ, aku hisap bibir bawahnya, dan gigitan kecil di bibirnya, membuatnya gregetan, lidahnya masuk ke mulutku mencari lidahku, dan aku gunakan kesempatan ini untuk menangkap lidahnya dan aku hisap dengan perlahan dan waktu lidahku beradu dengan lidahnya seperti dua ular yang bertarung. Tangan Tinny tidak tinggal diam, meremas-remas buah dadaku bergantian, dan memekku juga digeseknya perlahan. Tanganku juga ikut meremas pantatnya yang padat itu, dan aku juga mencari lubang pantatnya, supaya aku bisa memainkannya juga. Karena nggak berhasil menemukan lubang pantatnya, maka aku lepaskan ciumanku dan aku ajak dia untuk ke sofa panjang. Aku turunkan retsleting dasternya, dan aku lepaskan dasternya, yang kemudian jatuh ke lantai, aku juga buru-buru membuka dasterku, kemudian berbaring berbaring di sofa, dan aku suruh dia untuk telungkup di atasku, supaya kita dapat melakukan 69. Lidahku langsung menuju ke lubang memeknya menjilatin dan menghisap lendirnya, kedua tanganku merangkul pantatnya, sekarang aku lebih leluasa untuk meremasnya juga. Jilatanku tidak berhenti sampai di situ saja, mulai aku kecup dan jilat kulit antara lubang pantat dan memeknya, yang membuatnya kegelian dan mengoyangkan pantatnya, memeknya pun disumpalkan ke mukaku, basahlah mukaku oleh lendir dari memeknya. Tinny juga tidak tinggal diam dalam waktu yang sama ditariknya bibir memekku supaya terbuka, dan dijilatinya itilku, dan lidahnya masuk ke dalam lubang memekku, dengan mulutku masih di memeknya Tinny aku hanya bisa mengeluarkan erangan seperti, “Eehh……… Eehmm……..” Dan ketika dihisapnya itilku aku hanya bisa mengeliat kegelian dan mengerang, “Aaaarrgh……..” Keenakan. Lendir dari memeknya aku oleskan ke lubang pantatnya, dan mulai aku masukkan jari telunjukku, lubang pantatnya masih perawan, dan agak sempit. “Tam, jangan donk…….. Sakit ……….. Ah……..” katanya sambil berusaha untuk menghindar. Dari sela sela memeknya aku jawab, “Nggak apa apa……… Ntar kalau udah terbiasa juga enak lho……… masukin aja jarinya kamu ke lubang pantatku, pelan pelan ya……….” Dan aku berasa jari Tinny mulai masuk, dan memekku masih dijilatinnya. Setelah kurang lebih 10 minit kita saling menjilat dan menghisap. “Tinn….. Stop berhenti sebentar aku ada ide………” kataku sambil aku tepuk pantatnya, dan aku suruh dia untuk turun dari atas tubuhku. “Sekalian tolong tuang minumnya, dan campurin ama itu Camparinya….” kataku sambil berjalan ke dapur, aku ambil dua pisang yang aku beli dari pasar kemarin. Dan waktu kembali, aku lihat Tinny sedang minum dari gelasnya dan tangan satunya sedang merapikan rambutnya. Lalu aku ambil satu pisang, nggak terlalu besar, tapi lurus nggak tahu itu pisang apa namanya. “Lapar ya……. Mara ??” tanyanya dari balik gelas. “Nggak terlalu kok………… Cuma ini makannya rada lain……..” jawabku sambil mendekat ke dia. Aku ambil gelas dari tangannya, untuk ditaruh di meja. Aku beri kecupan di bibirnya, tapi tangan Tinny menahan kepalaku dan bibirnya melumat bibirku, lidahnya kembali memangut lidahku, dan aku tangkap, dan hisap pelan-pelan, sambil tanganku mengusap memeknya, Tinny hanya bisa bersuara, “Uuh………… Aakh………..” saja. Dan aku suruh dia untuk duduk di sofa lagi, lalu aku berjongkok di depannya, dan aku buka bibir memeknya, dan aku jilatin perlahan memek bagian dalamnya, kakinya sudah nggak bisa diam dan diangkatnya kedua kakinya dan ditaruhnya di pundakku, satu tangan dia menahan kepalaku supaya menekan ke memeknya lagi, sedangkan tangan satunya meremas buah dadanya. Setelah beberapa saat, “Aku nggak bisa napass…….. Aah….. Jangan ditekan terus gitu donk………..” kataku sambil menarik kepalaku. “Sorry Mara……… Enak sih…….. Dijilatin di situnya……..” kata Tinny sambil nyengir. “Dengan ini akan lebih enak lagi………..” jawabku sambil menunjukan pisang yang sudah aku kupas itu. “Emangnya buat apaan……..?” tanya Tinny dengan muka yang lugu sekali. “Udah senderan saja……..” kataku sambil menaruhkan ujung pisang ke memeknya. Pertama-tama aku hanya menggesek-gesek ujung pisang itu saja, dan lendir yang keluar sudah agak banyak, lalu dengan perlahan aku masukkan pisang itu ke dalam memeknya, pertama hanya sedikit saja, 2 cm dan aku tarik lagi, aku keluar masukkan sepanjang 2 cm saja, lalu setelah beberapa saat aku masukkan lagi lebih dalam sampai 5-7 cm, dan aku kocok memeknya dengan pisang, aku lihat kalau dia keenakan dan mulai mengerang-erang, “Eeerhhh……….. Aakhhh………… Ehmmm………..” Dan tangannya masih meremas-remas buah dadanya sendiri. Pisangnya telahdi basahi dengan lendir yang keluar dari memeknya, untung pisang nya nggak terlalu matang, jadi nggak terlalu blepotan. Aku masih kocokin memeknya sambil aku hisap itilnya juga, lendir yang keluar banyak juga dan akhirnya keseluruhan pisang dapat masuk, dan dengan otot di memeknya Tinny bisa mendorongnya keluar lagi. Dengan lidahku aku dorong masuk lagi, itilnya masih aku gesek perlahan, dan dengan tangan satunya aku bantu dia untuk remas buah dadanya. Setelah agak lama ternyata pisangnya mulai agak lembek, dari pada dibuang, aku makan sedikit demi sedikit, sambil aku dorong keluar masuk juga, pisangnya manis, dan ada asin-asinnya juga. “Kok berhenti………..” tanya Tinny ketika pisangnya habis aku makan dan tidak ada lagi yang keluar masuk memek nya. “Habis ama aku, memek kamu makannya barengan ama aku tadi. Tapi ini ada timun kita bisa pakai barengan lagi,” kataku sambil aku berikan ketimun nyake dia. “Coba gantian kamunya yang makan timunnya,” kata Tinny. “Udah….. Kenyang makan kue tadi, dan juga pisang…..” jawabku. “Yang makan bukan yang di atas, aku mau suapin mulutmu yang di bawah…….” kata Tinny. Dan timunnya digosok biar bersih katanya. Aku bantu dia dengan duduk segera di sofa, dan aku buka selangkanganku, juga aku gosok memekku perlahan. Ketika Tinny sudah berjongkok di depanku, aku bungkukkan badanku dan kucium dia di bibirnya, dan aku cubit pentilnya, dia hanya bergelinjang kegelian, dan buah dadanya meloncat naik turun. Aku buka bibir memekku, lidah Tinny langsung masuk ke memekku, membuatku melonjak kaget, dan di gigit kecil pahaku bagian dalam, yang menambah kegelianku, dan aku berasa ada lendir yang keluar dari memekku, tangan satu saja yang memegang bibir memekku, sedangkan tangan satunya mulai meremas buah dadaku sendiri atau mengarahkan kepala Tinny ke posisi yang aku inginkan. Setelah beberapa saat aku suruh dia untuk memasukkan. “Aaahkkk…………. Eehhmmm…………. Pelan-pelan seperti aku tadi donk………” kataku sambil meremas bantalan kursi yang ada di samping ku……. Agak pegal juga karena sudah lama nggak aku masukin apa-apa di memekku itu. Sekarang memekku mulai dikocok dengan timun dan aku naikkan kakiku ke pundak Tinny biar lebih santai. “Tinn…… Jari kamu dibasahi dengan lendir yang dari memekku lalu masukin ke lubang pantatku donk……..” kataku dan tanganku masih sibuk meremas-remas buah dadaku. Waktu jari Tinny masuk ke lubang pantatku, berasa sakit sedikit, dan masih ada rasa pegal dari memekku. Setelah beberapa saat, “Tinn…… Aakhh……….. Too…. long di…… Ge… sek…… Itil……. Ku…… Aakhh……. Biar…. Enak…….. Gitu…… Uuhmm……..” kataku terbata-bata, dan tangan Tinny yang tadinya mengocok memekku dengan timun itu aku ambil alih, betul juga ketika tangan Tinny mulai mengosok itilku aku berasa pegal…….. Sekali di memekku dan rasanya seperti kepingin pipis aja. “Terus…. Mara….. Terus…….. Banyak keluar cairannya……” kata Tinny ketika orgasmeku telah tercapai. Dan rasanya capek juga. Akhirnya aku terkulai lemas sambil berpelukan. Aku kecup hidungnya, lalu turun ke bibirnya, dan lidah Tinny mulai masuk ke mulutku, lidahku pun menjilat bibirnya seperti anak kecil yang sedang menjilat ice cream, dan aku hisap bibir bawahnya dan bibir atasku dihisapnya juga. Kita punya tangan pun tidak tinggal diam, tangan Tinny ingin meremas buah dadaku tapi aku selalu menangkisnya, hanya berlagak jual mahal saja, begitu juga tanganku meskipun menangkis dia punya tapi, aku juga berusaha untuk meremas dia punya. Dan beberapa saat kemudian. Birahi kita sudah mulai terasa lagi dan, “Tinn….. Coba deh ambil timunnya tadi, eehh…… Yang itu saja deh…….. Kelihatanya lebih panjangan….” kataku sambil menunjuk timun yang masih ada di tas plastik. “Dibersihin dulu ya……… Mara…….” katanya sambil mengosok timun itu. Ketika sudah siap, aku panggil dia untuk masuk ke kamarku, aku telah pasang film orang dewasa lagi di VCD yang ada di kamarku. Lalu aku ajak dia untuk naik ke ranjangku. Sewaktu aku berbaring aku bilang ke Tinny untuk berbaring juga di ranjangku dan kaki kita saling mengapit, dengan arah yang berlawanan, sehingga memekku bergesekan dengan memeknya dia, dan dia lebih suka lagi ketika aku suruh dia untuk memegang kedua pergelangan kakiku dan begitu juga aku. Sekarang aku ada kontrol untuk kakinya dia dan bagaimana aku mau mengarahkan memek dia, begitu juga dia. Setelah beberapa saat memek kita saling bergesekan, dan punyaku mulai terasa basah, begitu juga punya Tinny. “Tadi ketimunnya mana ?? Mau di pakai nich……” tanyaku. Waktu aku terima timun itu aku gosok ke memeknya dia, supaya dapat lendirnya, dan juga yang ujung satunya aku gesek ke memekku. Setelah itu aku masukkan timun itu ke memekku, dan ujung satunya perlahan aku arahkan dan masukkan ke memek Tinny. “Aaakhh………….. Mara, sa….. kit……….. Ahhhh…………..” kata Tinny, ketika setengah dari timun itu masuk ke memeknya. Dan sekarang ketika aku goyang pinggulku dengan perlahan, aku berasa ketimunnya masih tertinggal dan kadang ikut juga, yang berarti keluar masuk dari memek Tinny juga. Tinny dan aku masih saling memegang pergelangan kaki kita, dan timunnya masih dikocok di memek kita masing-masing. Dan dengan otot yang ada di memek kita, aku dapat mendorong timunnya keluar dan diterima di memek Tinny, lalu dia mendorong balik ke memekku, sedangkan memek kita rapat menempel dan itil kita juga saling bergosokan, setelah beberapa saat, ada rasa pegal di memekku, dan juga seperti ingin kencing. “Aaahh…… Tinn…….. Pengen sampai ini klimaksnya………..” kataku sambil terus mengosok memekku ke memek Tinny. Dan tiba tiba, “Brrak……….” Suara pintu depan dibanting, aku langsung menengok ke jam dinding di kamarku, nggak terasa jam telah menunjukkan jam 23:14. “Jam segini kok Anton sudah pulang,” kataku ke Tinny. Saat itu Tinny dan aku masih dalam keadaan shock, karena Anton pulang lebih awal, dan yang lebih mengagetkan lagi adalah pintu kamarku masih terbuka lebar. “Tinny……… Mara………” teriak Anton, dan ketika sampai di depan pintuku, Anton menengok ke kamarku, Tinny dan aku belum sempat untuk bersembunyi atau menutupi badan kita, memek kita masih saling menempel, dan timunnya masih di dalam. Dan ketika Anton melihat apa yang sedang kita lakukan. Mukanya menjadi merah, dan tertengun sebentar, begitu juga kita yang di kamar, hanya diam mematung. Kemudian, “Kok….. Nggak ngajak ajak aku sih………..” katanya sambil tersenyum ke kita, dan pergi menuju ruang tengah. Kita yang dari tadi mematung, aku cubit paha Tinny. “Gimana……. Tuch ketahuan ama cowok loe………” tanyaku sambil pelan-pelan melepaskan timun yang masih ada di memek kita. “Kamu gimana ……….?? Mau nggak dia ikutan………..” tanya Tinny balik. “Malu ahh…………. Ama dia, kan dia bekas teman kerjaku……..” jawabku sambil memakai kaos, seadanya, dan aku lemparkan sarungku ke Tinny. “Nggak apa-apalah………. Kan sekarang udah nggak kerja bareng ini……… Atau takut dilaporin ke Nady……..??” jawab Tinny sambil memakai sarungku di pinggangnya saja, dan dibiarkannya dadanya bergelajutan dengan bebas. “Sialan ini anak…….. Diam-diam menghanyutkan juga……..” pikirku dalam hati. Aku lihat Anton sedang membelakangiku, dan Tinny sedang berbicara dengan dia. “Kamu gila ya……… Ama Tamara gituan……………. Kalau sama aku nggak mau, kalau ama Mara mau…….” kata Anton sambil menuangkan air jeruk ke gelasnya, aku menguping pembicaraan mereka. “Nggak……….. Tadi habis bikin makanan kecil dan ngobrol sambil minum dari botolnya kamu, dan aku rasanya dekat ama Tamara, dan aku sedang napsu juga, udah lama nggak marturbasi, dan kamunya sibuk ama kerjaan, yang di rumah temanin aku cuma Tamara,” sahut Tinny. “Kita juga udah lama nggak maen dengan aku………..” lanjut Tinny dengan manja, dan dirangkulnya Anton dari belakang, aku bisa melihat tangan Tinny mengusap dada Anton, dan tangan satunya lagi mulai turun ke bagian bawah, mencari retsleting celananya. “Gila……. Tinny ngajakin Anton maen bareng nggak minta pertimbanganku dulu maen ngajak aja………… rupanya air tenang menghanyutkan juga……… Ini anak,” pikirku. Aku lihat baju kerja Anton udah terlepas di lantai, mereka masih ciuman, dan sekali kali kedengaran Tinny ketawa kecil. Karena lama mereka sibuk sendiri, aku pikir nggak jadi, lalu aku yang udah keburu basah tapi nggak di teruskan, ya….. Udahlah…… Maen sendiri juga bisa, pikirku. Lalu aku masuk ke kamarku, kututup pintunya dan keluarkan mainanku yang berbentuk seperti peluru, dan bisa bergetar itu. Aku nyalakan dan aku goreskan perlahan ke memek, dan sekitar itilku. Aku ambil bantal dan aku cepit di pahaku, tanganku yang satu sibuk meremas, dan memilin putingku, sedang asik-asiknya maenan sendiri, tiba-tiba aku dikagetkan dengan, “Tok..tok..tok..!!” Cukup keras. “Mara…… Mara…… Kamu belum tidur….. Kan,” suara Tinny dari luar. Sebelum sempat aku berdiri untuk membukakan pintu, dia udah nyelonong masuk, aku lupa kunci pintunya. “Tadi timunnya belum dibuang kan ??” tanya Tinny sambil jalan menuju sisi ranjang sebelah satunya mencari timun yang kita pakai tadi, aku taruh di atas tas plastik. “Si Anton gimana…….?? Kok nggak ama dia ??” tanyaku sambil melepaskan bantal yang aku kepit. “Tuh….. Dia di situ mau ikutan ……… Katanya……..” jawab Tinny sambil menunjuk ke pintu, aku kaget sekali, dan berusaha mencari apa saja untuk menutupi tubuhku yang bugil itu. Ketika aku lihat Anton, berdiri di pintu telanjang bulat dengan penisnya setengah berdiri. “Eh……….. Eloe gila mau bertigaan……?” tanyaku. “Aku hisap dia punya dan kita pakai timunnya itu lagi………” jawab Tinny. “Kenapa pakai timun segala……? Kan udah ada Anton punya…….” tanyaku kembali sembari menengok ke arah pintu, dan melihat Anton masih senyum-senyum saja. “Kita kan…. Belum nikah…… Jadi aku yang nggak mau gituan……..” jawab Tinny sambil mendekat, dan berusaha untuk mencium aku, dan tangannya menarik selimut yang aku pakai untuk menutupi tubuhku. “Aah………… Udahlah……. Aku juga lagi kepengen gituan,” pikirku jadi menyerahlah aku dengan rencana Tinny. “Udah……….. Masuk sini Ton, nanti nyamuknya yang masuk,” kataku ke Anton sambil bergeser memberi tempat ke Tinny. Kita kembali ke posisi sebelumnya, cuman bedanya aku yang di tempat tidur bagian kepala, dan Tinny di bagian kakinya, dan aku baru mengerti ketika Anton berdiri di bagian kaki ranjang dan Tinny mulai menghisap penis Anton. Sedangkan aku dan Tinny, masih saling menggesek kita punya memek dan kemudian dimasukin dengan ketimun yang tadi lagi. Karena tangan Tinny sedang sibuk dengan penis Anton, maka cuman aku yang pegang pergelangan kaki Tinny, sehingga aku bisa atur gesekan memek kita. Setelah beberapa lama karena bosan dengan posisi yang ini lagi maka aku lepaskan timun di memekku, dan aku kocokin memek Tinny dengan timun itu, Lalu aku juga ambil mainanku yang seperti peluru itu, dan aku masukan ke memek Tinny sebagai ganti timun itu. Ketika aku nyalakan, dan mulai bergetar, “Aakhh………… Aakhhh………. Uhmmmm………… Apaan itu sih Mara??” tanya Tinny masih memegangi penis Anton. “Enak nggak……..?” jawab aku. Sebelum Tinny sempat jawab tangan Anton sudah memalingkan kepala Tinny untuk mengihisap penisnya lagi. Aku lihat memek Tinny keluar lendirnya lagi, sayang kalau kebuang maka aku jilatin juga lendir yang keluar. Sewaktu aku tarik mainanku itu keluar aku bisa lihat sudah berlumuran lendir dari memek Tinny. Dua jariku sekarang masuk ke memeknya dan meraup lendir yang ada di sana, lalu aku oleskan ke lubang pantat Tinny, sekalian aku masukkan satu jari ke lubang pantatnya. Mainanku kembali aku masukkan lagi ke memeknya Tinny. “Marr……. ra…… Jangan donk…….. Sakit aahhhh………..” kata Tinny dengan mulutnya masih ada kepala penis Anton. Anton rupanya suka melihat ceweknya dibegitukan dia sahutin, “Sakit atau sakit………… Hhhemm………?” “Nggak apa apa Tinn…….. Ntar kan jadi enak juga…….” kataku lagi, sambil terus kocokin lubang pantat Tinny dengan jariku, pertama-tama cuman satu jari yang aku masukkan, setelah agak lama, aku berasa lubang pantatnya sudah agak melebar, lalu aku masukkan satu jari lagi. Selagi aku kocokin lubang pantat, dan goyang-goyangin mainanku di memek Tinny, “Mara……… Sinian donk…….. Memeknya kamu jadi aku bisa jilatin…..” kata Anton, dan aku lihat mata Tinny melotot ke Anton, tanda cemburu. “Aaaakkhhh………….. Aduh…… Aduh……… Ya……….. Sudah, ya……….. Sudah kalau nggak boleh……… Aduh….. Sakit kan……” teriak Anton, sambil berusaha untuk melepaskan biji pelirnya dari mulut Tinny, rupanya waktu dengar permintaan Anton, biji pelirnya dikunyah habis oleh Tinny. Setelah agak lama aku kocokin lubang pantat Tinny, sekarang sudah agak melebar ototnya, lalu aku masukan mainanku yang seperti peluru itu di lubang pantatnya dan aku nyalakan supaya bergetar, dan aku masukkan timun tadi ke memeknya, dengan perlahan aku masukan juga ujung timun satunya ke memekku dan kaki kita saling menyilang seperti tadi lagi, tapi kali ini dengan mainanku yang bergetar ada di lubang pantat Tinny. Aku pegang ke dua pergelangan kaki Tinny, sehingga aku bisa atur gerakan dan gesekan memekku, waktu aku tusukan timun itu ke arah belakang Tinny aku merasakan getaran mainanku dari pantat Tinny membuat aku geli juga. Dan ketika aku dorong lagi, “Aakhh………. Mara di situ enak tuh…….. Lagi donk……. Dorongnya…..” kata Tinny sambil menjilatin kepala penis Anton. Aku tarik pergelangan kaki Tinny agak ke belakang sedikit, supaya aku menekan timunnya bisa lebih mantap. Dan kali ini aku dorong masuk, sampai timunnya ketelan habis antara memekku dan Tinny, aku rasakan juga itilku bergesekan di paha Tinny begitu juga itil Tinny di pahaku. “Tinn……. Goyangnya jangan maju mundur, biar itilku bergesekan dengan kamu ………… Aakhh………… Iya begitu aahh…………. Aku mau sampai nich…… Orgasmenya………..” kataku ke Tinny ketika dia merubah goyangannya. “Aaahh…………… Aku juga………. Mara…………” kata Tinny. “Tinn……….. Pelirnya diremas pelan-pelan nanti kita bisa keluarnya bareng-bareng………..” kata Anton nggak mau kalah. Tangan Anton meraih buah dada Tinny dan meremasnya, juga aku lihat putingnya juga nggak ketinggalan dipilinnya juga. Setelah itu aku nggak kelihatan apa-apa lagi, yang aku dengar hanya teriakan Tinny, “Aakhh…………. Aahhh…………… Uukhhh………….. Aduh……… Aakhh…………” Dan menggesek memekku dengan keras, kakinya juga meronta ronta berusaha untuk melepaskan genggamanku, dan itu membuat aku mencapai klimaksku juga, timun yang berada di memekku, juga ikut bergetar karena mainanku yang bergetar di lubang pantat Tinny, getarannya merambat ke timun, dan ketika Tinny mendorongnya ke memekku ternyata menyentuh daerah sensitive yang ada di memekku, yang orang-orang sering bilang G-spot. Memekku juga aku gesekkan Tinny juga untuk mengimbanginya. Karena G-spotku di senggol dengan timun itu terus terasa pegalnya, dan jadi pengen pipis juga. Dan aku berasa seperti ada yang keluar dari memekku, yang ternyata lendirku. Setelah itu tak lama kemudian, teriakan Anton mulai terdengar, “Aakhh……….. Aaakhh………. Tinn………. I… ya……… Di situ……… Tinn……….. Aakhh………….” Setelah beberapa saat nggak ada yang bersuara, dan yang terdengar hanyalah…….. napas kita yang terengah engah. Ketika aku buka mataku, terlihat sperma Anton tersebar ke muka, dan buah dada Tinny, Anton tergeletak di sisi ranjangku menindih satu tangan Tinny, yang masih meremas dan menarik seprei ranjangku. Tinny masih mengenggam penis Anton, dan kepala penis Anton masih di muka Tinny. Dan aku sendiri masih di posisi terlentang dengan memekku dan Tinny menempel dengan timun masih di dalamnya. Dan di bawah memekku terlihat ada bercak lendirku dan Tinny di serpraiku. Setelah semua selesai dengan klimaksnya, dan berusaha untuk bangun, perlahan aku lepaskan timun yang berada di memekku dan beringsut untuk berdiri dari ranjangku, dan Anton malah bukannya berdiri tapi mendekati memek Tinny untuk kemudian menjilatin lendir yang keluar dari situ. Aku pergi ke kamar mandi dan mandi sekalian biar bersih, dan segar, waktu aku lihat jam dinding ternyata sudah jam 01:17, waduh……. Pikirku udah malam juga ini…….. Dan ketika aku masuk ke kamar, aku lihat si Anton masih jilatin memek Tinny, dan Tinny rupanya keenakan, mulai meremas remas buah dadanya. “Eehh……….. Udah malam…… Ya…… Sana pada pulang ke kamar …… Masa aku disuruh nonton aja……” kataku menyuruh mereka berhenti, kalau tidak bisa sampai pagi nich…… “Sini kalau mau ikutan aku jilatin sekalian juga boleh,” kata Anton, dan diikutin dengan “Aduh………. Ya….. Ya…. Nggak lagi deh……. Ampun…..” teriak Anton, karena tangan Tinny mencubit dada Anton. Aku buka lemariku untuk mengambil seprei baru. “Tinn…… Tolong bantuin dong pasang sepreinya……..” mintaku sebelum Tinny keluar kamarku. “Tuh……. Kamu mau juga gituan ama si Anton….” kataku sembari memasukkan sisi seprei ke bawah ranjang. “Kan…… Nggak sampai gituan…….. Kan cuma kocokin anunya, dan bikin keluar saja………. Kalau itu sih sering………… Kita juga kadang gantian…….. yang kepingin tinggal minta aja…..” jawab Tinny sambil membetulkan sisi ranjang ke arah aku. “Kalau gitu boleh donk aku pinjam sebentar kalau lagi kepengen…….” kataku sambil tersenyum. Lalu dicengkramnya perutku sehingga handuk yang melilit badan lepas. “Eh…………. Itu punyaku ya…….. Nggak ada yang namanya pinjam-pinjaman……… Awas lho…….. Kalau sampai aku tahu…….” jawab Tinny sambil tersenyum juga. Tapi apa maksudnya di balik senyuman itu ?? Sebagai teman yang tinggal bareng aku nggak akan menghianati si Tinny, apa lagi kita sama-sama wanitanya, dan aku juga nggak mau jika punya pacar ada yang minjam. Sekarang kita lebih bebas tinggalnya karena aku kalau kepingin gituan, aku bisa masturbasi di luar tanpa takut ketahuan, dan begitu juga Tinny dan Anton, karena kita tahu bahwa kita sudah dewasa, dan dapat mengerti/memaklumi hal-hal seperti itu. Kadang-kadang ketika sampai di rumah, dan mereka sedang sibuk sendiri tanpa mengenakan pakaian, atau hanya seorang saja, aku hanya senyum ke mereka, atau aku berbisik, “Eh……. Ada tamu tuch…… Yang benar dong…..!!” Dan kontan aja mereka pada kabur ke kamar, dan setelah beberapa saat ada yang marah-marah dari kamar, “Sialan………… Si Tamara sedang keluar isengnya…….. Tuch…… Kita kerjain aja yuk……..” Dan kalau aku lupa kunci pintu kamarku, mereka udah masuk dan akunya yang gantian dipaksain untuk menuruti kehendak mereka.
ORAL DI KANTOR Saya adalah penggemar berat site cerita-cerita seru ini, and untuk mas wiri eggh… , keliru maksudnya mas Wiro semoga sukses selalu. Setiap pagi sebelum memulai pekerjaan kantor sehari-hari maka yang kulakukan adalah membuka site ccs untuk di down load, kemudian siang sewaktu jam istirahat baru aku baca semuanya. Sebelumnya gambaran mengenai diri saya adalah seorang pegawai kantor swasta yang berada di kota Buaya dengan tinggi badan 169 cm umur 27 th kulit sawo matang ( abis orang jawa siiih. ) dan maaf kalau tulisan saya kurang bagus karena baru pertama kali menulis dan mengarang selama hidup ( bukan wartawan,he.. he… ). Kejadian ini kira-kira pada bulan Juli 1998 tepatnya di ruang kantorku. Aku mempunyai teman kantor, namanya Lisa sedikit gambaran tentang Lisa ini , keturunan chinese dengan tinggi 165 berat 55 kg , jadi sepintas kelihatan agak semook tapi sexy banget , apalagi kalau lihat bokongnya wuiiih pasti ke bayang-bayang dehh… . Kebetulan Lisa ini orangnya baik banget sama aku, setiap dia pergi dari luar kota maupun dari luar negeri pasti dia bawa oleh-oleh buatku. Sebetulnya aku tidak punya perasaan macam-macam sama Lisa, tapi berhubung keadaan , situasi mendukung maka terjadilah perselingkuhanku dengannya. Lisa minta tolong sama aku untuk diajarkan mengirim e-mail untuk kekasihnya yang ada di luar negeri,dan aku bilang ” ok nanti aku ajarin setelah jam pulang kantor di ruanganku ” dan Lisa jawab ” ok nanti kalau sudah jam pulang aku menuju ruanganmu ..” Sekitar jam 17:15 Lisa sudah datang diruanganku , kebetulan (kebetulan terus ) seisi ruanganku sudah pada pulang semua. Aku duduk di kursi sambil mengahadap ke Computer , sedangkan Lisa ada disebelah kiriku dengan seksama dia memperhatikan apa yang kuajarkan. Tangan kananku ada pada mouse sedangkan tangan kiri kuletakkan di paha kiriku. Lisa memepetkan badannya untuk melihat apa yang ada di layar monitor tanpa sengaja paha kanannya tersentuh tangan kiriku. Sebetulnya waktu itu aku tidak punya perasaan apa-apa , karena aku pikir kita teman baik dan Lisa orangnya juga baik sekali. Setelah bersentuhan kulirik pahanya yang putih mulus dan terasa gentaloku menyesakkan celana katunku. Lumayan juga aku mengajari Lisa untuk send & receive e-mail jam telah menunjukkan pk 18:00 , seluruh karyawan kantor sudah pada pulang semua tinggal aku berdua dengan si Lisa. Maka kuberanikan untuk menyentuh paha putih yang muluuus itu dengan sangat perlahaaan sekali, aku takut kalau Lisa nanti marah bisa gawat soalnya namanya juga teman. eh eh ternyata si Lisa diam saja dan pura – pura tanya bagaimana cara membuka home page yang di internet. Aku gembira setengah mati karena kusangka dia pasti marah atau paling enggak negur aku karena berani menyentuh pahanya yang putih. Sekitar 2 menit aku elus – elus pahanya terus kunaikkan jari-jariku sedikit demi sedikit keatas menuju pangkal pahanya and Lisa mulai merem sambil tanganya merangkul pundakku sambil tetap berdiri disebelahku , akupun masih tetap duduk pura- pura memandangi layar monitor , karena bagaimanapun baru kali aku melakukan perselingkuhan. Ujung jari tengahku menyentuh pangkal paha dan merasakan sekumpulan rambut hitam yang agak lembab dan masih di tutupi oleh celana dalam, Lisa mendesah sambil mengucapkan ‘ mas Ton kok kamu lakukan padaku ?? …. ” Apakah kamu belum pernah melakukan yang seperti ini ???, kalau memang belum pernah aku akan stop dan tidak akan melakukan ini padamu ..” dan aku juga minta maaf apa yang telah kuperbuat padamu ..” Ternyata Lisa diam aja matanya merem lagi sambil mendesah , sementara aku berkata tadi jari tengahku sudah melewati celah celana dalamnya sehingga menyentuh bibir kemaluannya. Kuteruskan tanganku bergeriya dan ku gesek-gesekkan di clitorisnya, kira – kira 15 menit aku bermain lubang & bibir kemaluannya , sambil setengah sadar diberkata”aduh…geliii.., geliii.. mas Tooon…” tanpa kusadari tangan dan celana dalam Lisa sudah basah berlendir, tangannya rapat memegang pundakku dan mulut kami telah beradu, sambil saling mengulum , Keadaan masih seperti semula aku duduk sedangkan Lisa setengah membungkukkan badannya dengan lidah saling menari , mendesah tanpa rasa canggung lagi sementara tanganku masih bergerilya di lubang kemaluannya. Tangan kanannya kubimbing kearah celana katunku dan kubuka resleting celana dan juga celana dalam sebatas paha , maka tersembulah burungku keluar dengan berdiri tegak siap untuk diapain aja ( pokoknya jangan di potong ). Kusuruh Lisa untuk memegang plus mengelus- elus burungku secara perlahan, sementara aku sudah napsu buanget kuraih celana dalamnya dan kutarik rok span kantornya keatas ( di perut ) kududukan di meja hadapanku kubuka kancing bajunya kuraih juga tali pengait BH nya maka sudah lengkaplah yang ada di depan hidungku ini, sambil tetap kukulum mulutnya hingga turun ke leher kujilati semuanya sampai pada akhirnya ke puncak gunung kembarnya , Lisa mengerang keenakkan . Tangan Lisa tetap meremas dan mengelus burungku. setelah agak lama aku menyusu, lalu kubisikan kepadanya ” Lisa bagaimana kalau burung ku masuk ke sangkarnya ..? ” . ” Lisa belum pernah melakukannya mas Toonn., Lisa takut … Oh ternyata si Lisa ini masih virgin , belum pernah kemaluannya dimasukin oleh benda tumpul. Memang aku punya prinsip melakukan asal suka sama suka dan tidak merusak masa depan seseorang dan lagi aku masih takut untuk melangkah lebih jauh . Tapi berhubung aku sudah nggak ku-ku ( kuat ) maka kusuruh Lisa untuk mengulum burungku, kuturunkan Lisa dari atas meja dan jongkok di bawah meja sambil kubimbing mulutnya untuk mengulum burungku. Pertama-tama dia agak ragu-ragu karena menurut pengakuannya belum pernah Lisa melakukan ORAL. Kukatakan padanya bahwa nggak apa-apa asal air maninya jangan di telan. Akhirnya dengan perlahan bibirnya mengecup ujung dari burungku dan dengan sangat berhati – hati dimasukkannya burungku ke dalam mulutnya. Kusuruh ia bervariasi untuk menjilati batang kemaluan dari ujung lubang kemaluan sampai buah pelirku . Kira – kira 15 menit Lisa mengulum burungku sambil kupegang kepalanya dan kadang ku pelintir pentil susunya. Setelah 15 menit aku merasa ada yang mau keluar dari mulut burungku. Aku berkata ” Lis… aku sudah mau keluaaarrr… ” Dia lepas mulutnya dari burungku dan aku suruh dia ngocok burungku, maka muncratlah air maniku membasahi buah dada dan perutnya, aku mendesah keenakan ” sshh……” , sambil bersandar di kursi saking enaknya. Setelah itu Lisa berdiri dan membenahi BH dan CD nya dan baju serta rok spannya walaupun sudah agak awut-awutan. Pada waktu itu jam telah menunjukkan pk 20:10, aku menawarkan jasa untuk mengantarnya sambil mengucapkan terima kasih dan tak lupa ku remas bongkahan pantatnya yang sexy. Kuantar Lisa pulang dengan mobilku dengan hati dan rasa yang puas sekali, yang kebetulan rumah nya tidak begitu jauh dari kantor dan satu arah dengan aku menuju pulang. Demikianlah kisahku dengan Lisa , hubunganku terus berlanjut tapi hanya sebatas oral and oral aja kami lakukan di kantor juga dimobil terkadang juga chek in di hotel ,tapi tidak sampai lebih dari itu karena aku tidak mau merusak masa depannya dan juga aku belum pernah bersetubuh dengan perempuan lain selain istriku. Lisa juga senang dengan apa yang kulakukan padanya , walaupun sebenarnya kita tidak punya rasa saling cinta hanya saja iseng belaka tapi mempunyai makna yang uuuueeeenaakk tenaaan….. and bebas penyakit.
Rahasia Pertama [episode I] Aku terpaksa ceritakan ini karena aku ingin mengetahui apakah ada orang lain yang mengalami hal yang sama, entah pria atau wanita. Aku berharap kita bisa saling tukar pengalaman. Karena aku tidak bisa bercerita secara enak, ya… pokoknya seperti itulah kisahnya.. Namaku Dino M Tandi, Aku adalah seorang suami dan memiliki 2 orang anak, aku sangat sayang kepada mereka. Sebagai pimpinan di suatu perusahaan ternama di Indonesia, aku memiliki banyak bawahan termasuk operator telepon kantor. Kebetulan, aku ikut memilih dan menentukan si Tina, nama operator telepon itu agar dipekerjakan di kantorku. Dia berkulit cerah, berambut sepundak, dan aku tahu giginya kurang sempurna ketika dia pertama kali tersenyum padaku saat wawancara. Tetapi, itu tidak mengurangi kecantikannya. Sudah 6 bulan sejak dia bekerja di tempatku, tanpa terasa, aku sering mendengar suaranya lewat telepon setiap kali aku minta tolong dia untuk menyambungkan telepon ke luar, atau meminta tolong untuk mengirimkan atau menerima fax. Lama-lama kedengaran suara itu sangat indah didengar. “Tin, tolong sambungkan ke 4343949, dengan pak Joko, ya ..” kataku suatu hari saat meminta dia menyambungkan telepon ke partner kerja di BCA. Dia selalu menjawab dengan suara yang aku suka, “Oya, baik pak..” dan ditutupnya telepon. Demikian terus setiap hari… Suatu ketika… Dia datang pagi sekali, kebetulan aku sudah ada di kantor, bersiap untuk menandatangani berkas-berkas di meja. Ruangku, yang selalu membuat aku bisa mengamati dia dari jauh, membantu aku untuk bisa mengetahui apa yang dia lakukan. Saat itu, dia berbenah diri mengeluarkan alat kosmetik berkaca dan mulai membetulkan rias wajahnya yang terkena debu saat berangkat kantor, mungkin. Saat itu, dia mengenakan baju cream terang sehingga kelihatan BHnya yang berwarna putih bertali kecil. Bawahnya, dia memakai rok dengan belahan tidak terlalu tinggi. Sungguh cantik kelihatannya. Rambutnya yang membuat perasaanku menjadi berdegub, dia mulai menyisir rambutnya…Dia betulkan tali BHnya dan tangannya menarik-narik bentuk BHnya mungkin dirasa tak enak dipakainya, membuat aku semakin deg-degan.. Dan, ketika dia sadar aku perhatikan, dia segera tersenyum malu dan menggigit bibir bawahnya, aku terpaksa membalas senyumannya, dan berlagak serius dan tidak memperhatikannya. Wah! aku berharap, dia tahu bahwa aku memang sedang memperhatikannya… Suatu hari, aku panggil dia untuk mengirimkan fax dan sekaligus mengetik artikel untuk bahan promosi. “Ya pak ?” dia datang ke ruang kerjakua. “Oya, duduk saja” kataku. Saat itu, dia memakai baju dengan motif kembang kecil, kain bajunya sangat transparan sehingga aku bisa lihat dia memakai BH berwarna putih. Ukurannya ? saat itu aku tidak tahu..tapi nantinya aku tahu. Kulit lehernya yang putih bersih, membuat aku ingin terus melihat ke bawah lehernya. Sekali-kali, aku melihat bagian itu dan berusaha tidak membuat ia tahu, semoga berhasil. Dia tersenyum cerah kepadaku. “Aku ada artikel, coba kamu lihat dulu” aku suruh dia untuk lebih maju untuk melihat artikel itu. Tanpa sengaja, aku melihat belahan bajunya yang atas dan memperlihatkan belahan kecil buah dadanya yang putih itu. Dia sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang melihat buah dadanya. Terus saja dia membaca artikel itu dan aku melihat buah dadanya, pikiranku sudah kemana-mana, kontolku sudah mulai mengeras. “Tolong itu ketikkan, saya tunggu hari ini, dan ini tolong difax ke Kantor Pusat, ada yang kamu tanyakan ?” kataku, membuat kondisi tetap formal, agar dia tidak menyadari tindakanku. “Nggak pak, nanti segera saya ketik dan fax ini, ada yang lain, pak ?” Dia tegak kembali, dan tersenyum lagi. Sejak itu, aku menjadi terus menerus ingin memperhatikannya. Perasaanku menjadi gelisah saat aku lama tidak melihatnya. Wah gawat nih! Aku selalu membayangkan buah dadanya yang putih itu suatu saat bisa kuelus… Pada bulan Desember, hujan lebat, saat kantorku sangat sibuk dan membuat aku kerja lembur, aku harus pulang malam. Saat itu, aku tidak tahu bahwa Tina, belum juga pulang. Ternyata ia belum dijemput oleh pacarnya. Aku pergi ke Toilet, untuk cuci muka, dan mampir ke dapur. Eh! Tina ada di sana sedang membuat teh. “Lho, Tina kok belum pulang ? sudah jam 8 malam kan ?” aku coba untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku sangat tidak menyadari bahwa aku berjumpa dia saat itu di tempat yang jarang sekali dikunjungi orang, dapur. “Ehh… iya, pak Dino.. mmm saya belum dijemput, mungkin gara-gara hujan ini.. jadinya telat..” sambutnya malu-malu..”Ooo..pacarmu ya ?” pancingku..”Hhehehemm” dia malu menjawabnya. “Wah aku juga mau tuh, kalo dibuatin Kopi, bisa ?” aku coba lagi membuat bahan percakapan.. mumpung ada kesempatan.”Oya, pak saya buatkan..” Dia langsung membuka lemari, tetapi dia tampak kesulitan mendapatkan kopinya. Belahan di paha kanannya terbuka lebar saat dia jongkok dan meraih sesuatu di dalam lemari. Putih sekali…Lengannya yang putih mulus langsung terbuka dan memperlihatkan bulu ketiaknya yang halus.. merangsangku..untuk mendekatinya. “Ada ?” tanyaku. Aku duduk di kursi sebelahnya, aku perlihatkan muka yang lelah. “Sebentar pak, pasti ada…cape pak ?” tanyanya. “Ah.. biasaaa…tiap hari juga begini.. tapi kalo sudah minum kopi, hilang dah..” Ternyata, kopinya sudah habis. Dan untuk membuat dia tetap berjasa untukku, aku bilang “Ah sudahlah, teh saja nggak apa-apa” “Tapi pak, tehnya juga habis, ini tadi yang terakhir, wah..gimana nih ya ..” dia sangat kuatir aku kecewa.. bingung sekali. “Ooo hohoh…wah, nggak apa-apa lah..mmm.. gimana kalo tehmu kita minum sama-sama ? nggak usah malu, aku yang minta kok..ya”, “O, buat bapak aja lah itu.. saya gampang minum air putih saja..” aku nggak kalah “Eeii.. ini kan punyamu.. ayo”. Akhirnya, dia mengalah juga. Bajunya sudah tidak rapi lagi, banyak belahan kancing yang terbuka karena tekukan badan saat mencari kopi untukku tadi, membuat aku bisa melihat kulitnya yang putih.. mulus… Kami duduk di meja dapur. Aku minum sedikit, dia minum juga sedikit. Dia tampak sudah merasa bahwa aku tertarik kepadanya. Beberapa kali dia menahan senyumnya, malu. Hujan di luar malah bertambah lebat… “Ayo temani aku ke ruang kerjaku, kamu bisa belajar komputer di sana”. “Oya, wah nggak ngganggu nih ?”..Aku dan dia langsung menuju ke ruang kerja. Kantor sudah sepi, hanya satpam ada di luar. Karena sudah gelap, banyak lampu dimatikan, aku coba bimbing dia dengan memegang pinggangnya maju. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku sediakan dia kursi dan laptopku untuk dia gunakan. Aku buka internet dengan site perusahaanku. Dia manggut-manggut ketika aku jelaskan tentang internet. Dan aku tidak sengaja membuka hot site, karena sudah ada di history. Dia langsung ketawa “Hei.. bapak ini, hayo..ini juga ada di internet toh?..” tanyanya lucu. Lama-lama, pandangannya lain ke monitor laptop yang menampilkan gambar laki-laki muda sedang mengulum buah dada seorang gadis dan tangannya mengelus memek gadis itu. “Tapi, aku punya yang lebih bagus dari ini, Tin..” “Dia kaget mendengar kata-kataku tadi. Aku langsung stelkan VCD porno yang kebetulan menggambarkan situasi yang sama antara aku dengan Tina. Situasi di ruangan kantor. Adegan demi adegan membuatku terangsang meski aku sudah pernah melihatnya. Aku melihat buah dada Tina naik turun karena nafasnya yang sudah tidak beraturan lagi. Aku pura-pura biasa saja, aku tidak ingin merusak konsentrasi Tina melihat VCD itu. Dia beberapa kali menelan ludah. Aku dekati dia dari samping kiri agak ke belakang. Tanganku memegang pundaknya, perlahan.. tanpa membuatnya terkejut. “Kamu pernah melihat film seperti ini, Tin ? tanyaku “Ah.. belum pak” jawabnya agak berbisik. Suara “ahhhh…ahhh….mmemmmm..yyeaaa.. fuck me please..” dari speaker laptopku menjadikan suasana tambah panas. kontolku sedari tadi sudah bangun, dan sakit karena terhambat celanaku. Tanganku yang sudah berada di pundaknya, kini menuruni lengannya yang berlengan baju pendek dan tipis. Aku naik-turunkan jempolku dengan halus dan pelan sekali. Dia bereaksi dengan membetulkan duduknya. Adegan hot saat itu adalah gadis yang tadi sudah berada di atas meja dan memeknya sedang dicium dan dijilati clitorisnya. “Uhhhhh..yesss…. againnnn…Ahhhh” suara di laptopku semakin menjadi-jadi. Hujan di luar menjadi-jadi juga. Tiba-tiba terdengar suara pager milik Tina. Dia buru-buru melihat isinya, ternyata Pacarnya tidak dapat m enjemput karena kendaraanya mogok terkena banjir. Dia menjadi bingung sekali. “Lho, kan ada saya, nanti saya antar kamu ke rumah…” dan aku langsung bilang “Nggaaakk, ngapain mesti repot ?” saat dia bilang tidak ingin merepotkan aku. Akhirnya, dia menuruti saranku. Wah! konsentrasiku buyar nih! kontolku tidur kembali. Aku lihat, wajah Tina sangat lain. Saat itu, ada hal yang ingin disampaikan tetapi dia tidak berani. Aku beranikan untuk mengetahuinya…Tanganku aku letakkan di telinganya dan menyibakkan rambutnya ke belakang. Terus begitu, dan akhirnya ke alisnya. Dia tampak diam saja, dan sesekali menoleh ke wajahku dengan agak malu. Aku yakin sekali, dia menyukai perlakuanku padanya. Karena itu, aku lanjutkan dengan mendekatkan mukaku ke wajahnya. Aku elus pipinya, dan aku tempelkan hidungku ke pipinya, membuat hembusan nafasku mengenai wajahnya… “Paakk..” katanya berbisik sambil agak memejamkan matanya, tetapi, dia menjauhkan wajahnya lagi. Suara di laptopku “Come on babe… i’m cumming…deeper more deeper…” tampaknya membuat suasana menjadi lain. “Tin, boleh aku cium kamu ?” tanyaku nekat. Tanpa menunggu jawabannya, aku dekati wajahnya dan aku cium bibirnya yang kering karena suasana tegang saat melihat film itu. “Mhmemmm.. pak, saya..mau pullmshmm” kata-katanya tidak dapat dilanjutkan, karena aku sudah mengulum lidahnya. Aku lingkarkan lenganku ke pundaknya, dan aku putar kursinya menghadap ke kiri. Tangan kiriku, sekarang menyentuh kancing baju depan dan membuka satu kancingnya. Dengan telunjuk, aku elus buah dadanya yang halus itu perlahan-lahan. Aku tidak ingin dia ketakutan. Perlahan-lahan sekali aku elus buah dadanya, tanpa membuka BHnya. Matanya merem melek, aku ingin tertawa tetapi aku tahan. Aku paham bahwa saat itu dia setuju dengan perlakuanku. Sekarang aku putar jempolku ke arah puting kirinya, “hhhhehhhh..mmehhhmmm” Dadanya agak membusung.. Aku putar jempolku ke arah puting kanannya, “ahhhhh, pak Dino..ssshshsmm” Aku terus saja mengulum lidahnya, dan dia sudah menyambut ciumanku, bersemangat. Kedua putingnya terasa keras, menonjol di BHnya yang tipis itu. “Pakk…” bisiknya lagi..”Tin..aku sudah lama ingin menciummu…” kataku untuk memancing dia berterus terang. Tangan kiriku, membuka kancing teratas, sehingga BHnya terlihat selurunya. “Jangan..pakk.malu…” bisiknya. Aku teruskan dengan menarik tali BH di lengannya menurun, kiri dan kanan..”Ohhhh pakk.” Dia melihat dirinya sendiri, dan dia sempatkan melihat adegan di VCD sekarang sedang memperlihatkan ke dua orang tadi sedang dalam posisi 69. “Ahhhhh…ohhhhh …mshmsmsmshmmm yesss” suara di laptop membuat aku semakin terangsang. kontolku sudah tegang lagi sekarang. Dan ternyata aku baru tahu, bahwa roknya memiliki resleting di depan panjang ke bawah. Aku coba untuk membukanya, tanganku dipegang oleh Tina keras. Dia mencabut ciumanku. “Pak… jangan pak..” “OK, Tin, aku antar kau ke toilet..ayo” kataku tersenyum tanpa membuat dia bersalah. Langsung dia mengancing baju dan mengikutiku dari belakang. Dia tak tahu maksudku tapi dia ikut saja. Dia mengira bahwa ini sudah berakhir dan dia akan pulang. Sesampai di toilet, aku ikuti dia masuk. Di depan cermin, aku rangkul dia dan mengulangi adegan mesra di ruangan kerjaku, dan sekarang dia tahu apa yang aku lakukan, karena kami berada di depan cermin. “Paakk, saya malu” saat aku lepas seluruh kancing bajunya, dan aku lepaskan. BHnya, aku lepas dari belakang. Aku ciumi buah dadanya, sampai putingnya, keduanya…. “Ohhhhhmm…pakkk.. saya..hhmmmmmm” tangannya memegang kepalaku, dan menekannya ke arah buah dadanya. Matanya merem, dan melihat adegan kami lewat cermin. Akhirnya, aku lepas roknya tanpa kesulitan, sekarang dia hanya memakai celana dalam, serta sepatu berhak 3 cm. Dia memalingkan badannya membelakangi cermin, untuk mengatasi malunya. Dari belakang, bokong Tina tampak merangsang ditutup celana dalam warna hitam berenda. “Pak, kenapa pak Dino melakukan ini ? nanti ibu bagaimana ?..”dia mencoba mengingatkanku pada istriku.”Kenapa ibu ? aku sangat kangen pada kamu” aku mulai menciumi putingnya, membuat dia membusungkan dadanya..”hohhh hhhhmm hhmhhm…” dia tidak dapat menahan suaranya.. Tangan kananku mendorongnya menuju wash table yang terbuat dari beton dan panjang itu. Tanganku mulai menelusuri jembutnya yang terasa basah itu. “Paaaaak…” bisiknya..Mukanya sudah lain, dia sangat merangsang sekali saat itu. Aku turunkan celana dalamnya menuju lutut dan aku turunkan dengan kakiku. Sekarang dia telanjang bulat! Di hadapanku! Aku tidak sangka, akan menelanjangi dia seperti ini! Tangannya kubimbing menuju ke kontolku yang sudah keras. Aku masih memakai baju lengkap. Aku angkat dia duduk di atas wash table dan aku merendahkan kepalaku untuk bisa mencium memeknya. Aku lihat, bulunya tipis agak kemerahan.. rambutnya basah karena rangsanganku. Tangannya menyangga tubuhnya ke belakang dan wajahnya mendongak ke atas. Aku duduk pada lutut dan aku mulai menghisap memeknya yang sangat basah itu. Lidahku mencari clitorisnya, dan ketika ketemu, aku hisap dan elus-elus ke atas-bawah. Tangan Tina langsung menangkap kepalaku dan menjambak rambutku. “Auhhhmmmm…paakkk…” …”Rasanya gimana Tin…” …”paakk..saya maluuu..” tapi pinggulnya sekarang mengayun-ayun ke depan dan belakang, seirama dengan elusan lidahku. Berarti, dia sudah bisa menikmati! 5 menit aku jilat, elus, hisap clitorisnya, akhirnya kedua kakinya mengejang lurus dan tangannya menekan kepalaku keras masuk ke dalam memeknya. Sampai-sampai hidungku basah semua! Kini kutahu dia sedang orgasme.. panjang sekali! 1 menit setelah dia mengatur nafasnya, aku memutuskan untuk tidak melanjutkannya, karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku kuatir, dia ditunggu oleh orang di rumahnya. Aku langsung membantu dia mengenakan bajunya dan dia sangat malu kepadaku. Untuk membuat dia tidak malu “Tin, aku suka kepadamu, dan kamu jangan malu kepadaku, biar kamu gak malu lagi, sekarang kamu bisa lihat kontolku dan cium juga” aku keluarkan kontolku yang masih tegang berukuran 20 cm. “Pak!, malah malu saya pak!” ..tetapi akhirnya dia mau menciumnya hanya sebentar dan tersenyum malu lagi. Akhirnya aku antar di pulang. Di jalan, kami tidak dapat berbicara apa-apa…..Aku juga tidak ingin perasaannya kacau. Bersambung : epidode 2