“Aaahhh” desahku panjang saat penisku menyemprotkan sperma keluar membasahi lantai kamar mandi. Puas onani, aku melanjutkan kegiatan mandi lalu dengan segera berangkat menuju kampus. “Hai nat, tumben nih ga kesiangan” sapa teman sekelasku yang bernama sifa. “Iya dong, emang gaboleh?” Balasku lalu duduk di sebelah sifa. “Boleh kok boleh, jutek banget sih” Nada sifa masih terdengar menggodaku. “Bodo” jawabku ketus. Beberapa detik kemudian, dosen melangkah masuk ke dalam ruangan, perkuliahan pun di mulai. Setelah dua jam mengikuti perkuliahan… “Sif, ke kantin yuk” Ucapku berdiri dari tempat duduk. “Ah, aku lagi diet nat” Sifa menolak. “Yaudah sih temenin aku aja” Bujukku. Sifa sejenak terdiam, kemudian berdiri dan tersenyum kepadaku. “Yuk” ucapnya. Aku mengangguk, meraih tangan sifa dan mulai berjalan menuju kantin kampus. Di kantin kampus.. “Haahah, parah banget sih lu cit masih maba kok udah lu gituin” “Biarin, biar dia tau rasanya di anal hahaha” Suara obrolan keras dari pojokan kantin saat aku sedang makan di temani sifa. “Kok mereka berisik banget sih sif?” Keluhku pada sifa mendengar berisiknya suara obrolan sekelompok wanita yang berada di pojok kantin. “Biarin nat, mereka mah anak – anak tva” Balas sifa. “Hah? Maksudnya?” “Ih emang kamu gatau tva nat?” Aku menggelengkan kepala. “Ituloh, salah satu geng di kampus ini. Tuh liat, yang lagi berdiri pake celana putih ketat itu citra, dia ketuanya” lanjut sifa sambil melirik ke seorang wanita yang sedang berdiri di tengah gerombolan. “Oh” jawabku singkat. “Aku denger – denger dia bertitit juga loh nat, sama kayak kamu” balas sifa. Mendengar ucapan sifa, aku kembali memperhatikan citra. Kulitnya nampak putih tak tergores, wajahnya cantik terlihat jelas bahwa ia memiliki keturunan luar. “Kalian yang punya titit enak banget yah, jadi bisa nikmatin siapa aja” lanjut sifa. “Ah engga juga kok sif, kamu ga pernah ngerasain yang namanya ngaceng sih” balasku. “Loh emang kenapa?” Tanya sifa penasaran. “Ya sakit, ketahan gitu” jawabku. “Ohh” Sifa mengganggukan kepala. Aku dan sifa lanjut melahap makanan kami, lalu melangkah keluar dari kantin untuk segera kembali menuju ke kelas. Setibanya di kelas, aku duduk bersebelahan dengan sifa di barisan paling belakang. Entah setelah berapa lama tiba – tiba ada seorang wanita yang berjalan mendekatiku. “Eh, awas gua mau duduk di sini!” Ucapnya kepadaku. Aku hanya menatapnya, bingung dengan siapa wanita ini. “Awas kek ih!” Lanjut lagi, kini dengan meraih tanganku. “Ehm.. ga ada kursi lagi kak” ucapku, memanahan tarikan tangannya. “Yaudah lo duduk di luar kek gitu” Kini ia nampak sudah menyerah menarik tanganku. Tiba – tiba pintu kelas terbuka, terdengar suara.. “Heh, ada apa itu dibelakang?!” Tanya seorang dosen yang baru saja masuk kelas. “Eh…engga bu, ini bu..tempat duduk saya di ambil” ucap wanita yang berhada di hadapanku kepada dosen. Dosen itu melihat ke arahku.. “Engga bu, kakak ini yang tiba – tiba dateng dan pengerebut tempat duduk temen saya” Ucap sifa membelaku. Mendengar ucapan sifa, dosen segera menggelengkan kepalanya.. “Astaga andin! Kamu udah semester 5 masih aja ga pernah berubah ya!” Bentak dosen memarahi wanita yang berada di hadapanku, yang ternyata bernama andin. “Eh…engga bu… “Ah kamu selalu banyak alesan, udah kamu keluar aja sana, cari kelas lain, gausah ikut kelas saya” bu dosen memotong ucapan andin. “Tapi bu… “Udah keluar kamu sekarang, saya udah males ngajarin kamu kalo setiap semester selalu ga lulus” potong bo dosen lagi. Andin tampak menyerah, ia mulai melangkah namun sesaat sempat melihat ke arah ku dan sifa. “Awas lo ya!” Ucap andin mengancam. Aku dan sifa hanya terdiam mendengar ancaman andin, hingga akhirnya ia sudah berada di luar kelas, dosen segera memulai perkuliahan. 2 jam kemudian. “Sif, ke kostan ku dulu yuk” ajakku kepada sifa sambil mengedipkan satu mataku. “Ah lain kali aja deh nat, masih perih gara – gara kemarin” tolak sifa. “Yah, aku sendirian dong” keluhku. Tiba – tiba sifa mendekatkan wajahnya dengan kupingku. “Besok kamu boleh entotin aku seharian deh, gimana?” Bisik sifa. Sifa kembali memundurkan wajahnya dan tersenyum kepadaku. “Bener yah?!” Tanyaku semangat. Sifa hanya mengangguk, lalu berdiri dan melangkah pergi sambil terus tersenyum kepadaku. “Duh, jadi ngaceng deh” keluhku dalam hati merasakan penisku mulai mengeras. Tak ingin lama – lama menghayal, aku segera bangkit lalu pulang menuju kostanku. Setibanya di kostan, aku segera mandi lalu menjalankan aktivitas keseharianku. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Aku meraih hpku yang dari tadi ku colok dengan kabel casan di meja belajarku, rupanya ada pesan dari dari sifa. Aku membukanya, ternyata sifa mengirimkanku sebuah video. Mataku terbuka lebar saat memutar video rekaman dari sifa. Sifa, di dalam sebuah ruangan, sedang berbaring telanjang menindih seorang wanita yang dengan semangat mengenjot vagina sifa. Sedangkan di atas tubuh sifa, terdapat wanita lain yang sepertinya sedang menusuk lubang anus sifa, juga mulut sifa yang tanpa ampun di sodok oleh penis membuat air ludahnya terus menetes keluar. “Hahahha emang enak di sodok tiga titit!” Ucap seorang wanita dari balik layar. Tubuh sifa terus terpental akibat sodokan di dua lubang selangkangannya, namun anehnya sifa terlihat tak melawan, ia justru memeluk paha yang berada di depannya, menariknya mendekat agar penis yang menyodok mulutnya semakin terdorong ke dalam. “Gimana sif? Enak ga?” Tanya pemegang kamera. Kamera di dekatkan ke arah wajah sifa yang nampak sudah berwarna merah akibat sodokan di mulutnya.. ‘oghhhh….oghhh…oghhh’ Sifa tak menjawab, hanya terdengar suara bagaimana mulutnya terus di bombardir oleh penis tersebut. “Hahahah mangkanya jangan nyari masalah sama anak BD” ucap wanita yang memegang kamera. Tiba – tiba kamera berbarik arah, menunjukan siapa wanita yang memegang kemera tersebut. “Hai natasya, siap – siap yah ngerasain nikmatnya titit aku hihi” ucapnya dengan nada sok imut, andin. Video berhenti. Jantungku berdebar, memikirkan bagaimana nasib sifa saat ini. “Kak, jangan macem – macem dong” pesan yang ku kirim kepada sifa. Namun ternyata sama sekali tak ada balasan darinya, bahkan hingga jam 10 malam, aku mulai merasa ngantuk dan akhirnya harus tertidur walau perasaan khawatir masih terus menghantui diriku..