Suatu hari di satu cafe aku bertemu dengan 2 orang abg yabg montok banget. Dina dan Ana. Dina saat itu memakai halter neck ketat dan rok mini, sehingga toketnya yang besar makin membusung. Ana memakai kaos ketat dengan belahan yang rendah sehingga toketnya yang juga besar mengintip keluar, dan celana ketat. Beberapa pria tampak melihat dengan bernafsu kepada kami. Kutraktir Dina dan Ana makan, setelah itu aku mengajak jalan. “Wow.., mobilnya keren banget oom. Sama kaya orangnya” kata Dina setelah kami sampai di mobilnya. Dinapun duduk di nyarsi depan disebelahnya, sedang Ana duduk di bangnya belakang. Tak lama kamipun meluncur meninggalkan cafe tersebut. Kuelus2 paha mulus Dina yang tersingkap karena rok mininya naik ke atas. Sesekali kulirik lewat kaca spion ke Ana yang sedang duduk dibelakang. Ana tau bahwa aku memperhatikannya, dia hanya tersenyum tersipu. Dina minta dibelikan pakaian, dan itu aku OK saja . Ana pun kebagian juga kubelikan celana jeans. Selesai belanja kuajak mereka santai di apartment. Dina meng OK kan saja ajakanku. Tak lama kami sudah sampai di apartment. Kita turun ke basement, parkir mobil dan menuju lift. Aku langsung memijit lantai apartment dan lift meluncur ke atas. Apartmentnya type studio sehingga hanya ada satu ruang yang multi fungsi, kamar mandi dan pantri yang merangkap dapur. Aku merebahkan diri di ranjang. Ana duduk di kursi di pojok ruang. Sementara Dina pergi ke kamar mandi. Ketika muncul kembali, Dina hanya berbalut handuk kemudian ikut rebahan diranjang bersamaku. Kulingkarkan tanganku pada pundak Dina dan mengelus-elus nya. Tak lama aku mulai menciumi bibir Dina sambil meraba-raba toket Dina. “An.. Sini donk..” ajak Dina. Ana masih duduk termanggu saja di kursi melihat semua ini. Dina pun menciumku penuh napsu. Kubuka belitan handuk sehingga Dina langsung bertelanjang bulat. Langsung kuciumi dan kujilatii toket Dina dengan rakus. Kuhisap hisap pentil Dina. Ana yang mulai terangsang melihat Dina sedang kugumuli. Jariku meraba bibir no nok Dina yang dipenuhi dengan jembut yang lebat. Dinapun melenguh nikmat ketika jariku menemukan i tilnya. Sementara itu, toket Dina masih terus kujilati dan kuemut pentilnya. Dina yang sudah sangat bernafsu kemudian berbalik menindih tubuhku. Dengan cepat dia melucuti kancing kemejaku. Dihisapnya pentilku, sementara tangannya melucuti celanaku. “Dina buka dulu ya oom” katanya sambil bangkit duduk dan membuka seluruh pakaianku. Aku tinggal berCD, dan tampak kon tolku mencuat keluar tak mampu tertampung didalam CD. “An.. Sini deh.. kon tol si oom gede banget, panjang lagi” kata Dina sambil mengelus-elus kon tolku dari balik CDku. Dinapun kemudian membuka CD ku, dan kon tolku yang sudah ngaceng keras tampak berdiri tegak dihadapannya. “Gila.. Gede banget.. Bikin Dina nafsu..” kata Dina sambil menundukkan kepalanya mulai menjilati dan kemudian mengulum kon tolku. Ana sudah terangsang melihat adegan ini dan nyaraba-raba toketnya sendiri. “An.. Bantuin gue dong..” kata Dina sambil terus menghisap kon tolku sementara aku mengelus- elus rambut Dina yang panjang itu. Kadang tanganku berpindah ke toket Dina yang sekal dan mempermainkan pentilnya. “Din.. Enak banget Din..” desahku, Dina terus menjilati kon tolku. Ana sudah tak bisa lagi menahan nafsunya melihat Dina sedang mengulum kon tolku. Ana bangkit dari kursi dan berjalan kearah ranjang. Ana merebahkan badannya di sampingku. Langsung kurengkuh wajahnya dan kuciumi dengan penuh napsu. Tangankupun bergerilya membuka halter neck ketatnya. Kemudian dengan gemas kuremas toketnya. “Iih oom.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya. Aku tak menghiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BHnya yang kekecilan untuk menampung toketnya yang besar. Kuhisap pentilnya dengan gemas. “Ahh.. Ahh” erangnya ketika pentilnya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. “Enak oom.. Ahh” erangnya. “Emut pentilnya oom..” pintanya. Erangannya semakin menjadi. “Sstt.. Hah.. Sstt.. Hah ” Ana kembali mendesis. Sementara itu Dina masih sibuk menjilati dan mengulum kon tolku. Terkadang dihisapnya juga biji pelerku. Sementara itu tangannya tampak sibuk meremas-remas toketnya sendiri. Setelah aku puas menikmati toketnya, Ana kudorong sedikit ke arah selangkanganku. “Nih An.” kata Dina sambil mengeluarkan kon tolku dari mulutnya. Dipegangnya batang kon tolku, Ana gemas melihatnya.”Ih.. oom, gede banget..”. “Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?” “Belum oom.. Punya cowok Ana nggak sebesar ini.” jawabnya. “Arghh.. Enak An.” erangku ketika Ana mulai mengulum kepala kon tolku. Dijilatinya lubang kencingku dan kemudian dikulumnya kon tolku dengan bernafsu. Sementara itu batang kon tolku dikocoknya sambil sesekali diremas perlahan biji pelernya. Aku keenakan ketika Ana mengeluar masukkan kon tolku dengan mulutnya. Aku mengusap-usap rambutnya dengan gemas. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku. Saat Ana menghisap kon tolnya, kepalanya maju mundur, toketnya pun bergoyang. Dengan gemas kuremas toketnya. “An.., jepit pakai toketmu” pintaku. Ana langsung meletakkan kon tolku di belahan toketnya, dan kemudian aku mengenjot kon tolku diantara toketnya. “Enak banget sshh..” Aku seperti tak kuasa menahan rasa nikmat itu. Setelah beberapa lama, aku menyodorkan kembali kon tolku ke mulutnya. Ana menyambutnya dengan penuh nafsu. Setelah beberapa lama, diberikannya kembali kon tolku pada Dina. Dengan sigap, Dinapun kembali menghisapi kon tol ku lagi. Demikian berlangsung terus menerus. Secara bergantian Ana dan Dina menghisap kon tolku. Ana kemudian berdiri dan melepas sisa pakaiannya. Aku terbelalak melihat no noknya yang juga berjembut cukup lebat. Ana menaiki tubuhku dan mengarahkan kon tolku ke no noknya. Ana menurunkan tubuhnya dan kon tolku mulai menerobos no noknya yang sempit. “Ooh.. Besar banget nih kon tolnya oom.. Ahh..” desahnya ketika kon tolku telah berhasil memasuki no nok nya. “Tapi enak khan..” tanya Dina menggoda “Iya sih.. Aduh.. Oh.. Sstt..Hah.. Hah..” erangnya lagi ketika Aku mulai menggenjot no noknya. Tanganku memegang pinggangnya sambil terus mengenjot no noknya. Sementara Dina berpindah kesampingku dan menyodorkan toketnya ke mulutku. Aku segera menjilati toket Dina. “Oom.. Gimana oom.. Enak khan ngen totin Ana?” tanya Dina menggoda. Ana masih meliuk-liukan tubuhnya. Aku pun terus menggenjot no noknya dari bawah, sambil sesekali tanganku meremas toketnya yang berayun-ayun menggemaskan. Setelah bosan dengan posisi itu, aku membalikkan tubuhnya sehingga aku berada diatas. Kugenjot kon tolku keluar masuk no noknya sambil menciumi wajahnya. “Ehmm.. Sstt.. oom.. Enak.. Ohh. kon tol oom gede banget, no nok Ana sampe sesek rasanya oom, gesekan kon tol oom terasa banget di no nok Ana. Mau deh Ana dien tot oom tiap malam,” Ana melenguh keenakkan. “Ayo isap pentil oom” perintahku. Anapun kemudian menghisap pentilnya sementara aku terus menggenjot no noknya. Tak lama tubuhnya mengejang, dan Ana mengerang dan menggelinjang ketika nyampe. Terasa no noknya berkedut2. “An, enak banget, kon tol oom seperti sedang diemut, nikmat banget rasanya, luar biasa empotan no nok kamu”. Karena masih ada Dina yang harus digarap, Aku menarik kon tolku dari no noknya, dan aku segera menciumi Dina yang berada di sebelahku. Dina kusuruh menungging membelakangiku. Dengan gaya doggy style Aku mengen toti Dina dari belakang. “Aduh.. oom.. kuat banget.. Ohh..” erang Dina ketika kuenjot no noknya. Ana lemas berbaring di ranjang menyaksikan Aku ngen tot dengan Dina. “Gila.. no nokmu enak banget Din..” kataku. Tanganku memegang pinggul Dina, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Dina pun menjerit nikmat. Toketnya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan. Bosan dengan posisi ini, Aku kemudian duduk di kursi. Dina lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan kon tolku ke dalam no noknya. Kusibakkan rambutnya yang panjang dan menciumi leher Dina. Sementara itu tubuh Dina bergerak naik turun. Tanganku sibuk meremas toketnya. “Ahh.. Ahh.. Ahh..” erang Dina seirama dengan goyangan badannya diatas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisap Dina. Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuh Dina agak ke belakang, sehingga dapat menghisap toketnya. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali pentil Dina kujilati. Erangan Dina semakin keras terdengar, membuat Ana menjadi kembali bernapsu. Setelah Aku selesai menikmati toket ranumnya, kembali Dina mengenjot tubuhnya naik turun dengan liar. Binal banget kelihatannya. Cukup lama aku menikmati perngen totan dengan Dina di atas kursi. Lalu aku berdiri, dan kembali berciuman dengan Dina. sambil dengan gemas meremas dan menghisap toket Dina. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kurebahkan Dina di atas ranjang. Aku kemudian mengarahkan kon tolku kembali ke dalam no nok Dina. “Ahh..” erang Dina kembali ketika kon tolku kembali menyesaki no noknya. Langsung Dina kuenjot dengan ganas. Erangan nikmat mereka berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Dina menggelengkan kepalanya ke kanan kekiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang. “Oom.. Dina hampir sampai oom.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku. Tampak dia telah nyampe. Aku menghentikan enjotanku sebentar, dan Dina pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kulihat butir keringat mengalir di wajah Dina. Toketnya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Aku kembali menggemasi toket Dina dengan bernafsu. Aku mulai lagi mengenjot no nok Dina sambil sesekali meremas toketnya yang bergoyang seirama enjotanku. Aku terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk no nok Dina sampai akhirnya ngecretlah pejuku di dalam no nok Dina. Dina terkapar karena kenikmatan dan lemas. Aku menghampiri Ana yang masih terkapar di ranjang. Aku mulai menciuminya sambil mengusap-usap paha Ana, dan kemudian mengilik no noknya dengan jemariku. “Ehmm..” erangnya saat i tilnya kuusap-usap dengan gemas. Erangannya terhenti Aku menciumnya dengan penuh napsu. Tanganku meremas2 toketnya yang besar menantang. “Oom kuat banget sih , baru ngecret dengan Dina sudah mau ngen tot lagi dengan Ana” ucapnya lirih. “Iya habis oom pengen diempot no nok kamu sampe ngecret. Tadi kan belum ngecret, itu juga udah nikmat banget rasanya. Apalagi kalo sampe ngecret” bisikku. Desahnya kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas pentilnya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar nya hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat. “Gantian dong An” bisikku ketika aku sudah puas menikmati toketnya yang ranum. Kami pun kembali berciuman sementara tangannya meremas kon tolku yang mulai membengkak. Ana pun kemudian mendekatkan wajahnya ke kon tolku, dan mulutnya mulai mengulum kon tolku. Sambil menghisap kon tolku, Ana mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatnya. “Ihh… Dina juga pengen dong..”, kata Dina sambil menggeser ke arahku. “Ya ayo” kataku sambil mengelus-elus rambut Ana yang masih menghisap kon tolnya. Dina pun langsung kuciumi. Lidah kami saling bertaut, sementara Ana masih sibuk menikmati kon tolku. Setelah puas berciuman, aku mencabut kon tolku dari mulutnya. “Ayo Din” kata ku sambil sedikit menekan kepala Dina agar mendekat ke kon tolku. “Iya..” kata Dina sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya. “Ahh.. Yes..” desahku saat Dina memasukkan kon tolku ke dalam mulutnya. Dina menghisap kon tolku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Nikmat sekali rasanya. Cukup lama juga Dina menikmati kon tolku. Sementara itu Ana kembali menyodorkan toketnya ke Aku. Setelah beberapa lama menghisap toketnya, aku kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kon tolku lagi. Dia mencium biji pelerku, sementara Dina masih sibuk mengulum kon tolku. “Nih gantian An..” katanya sambil menyorongkan kon tolku ke Ana yang berada di dekatnya. Ana pun dengan sigap kembali mengemut kon tolku. Sementara itu, kali ini gantian Dina yang menjilati dan menciumi biji pelerku. Aku mengelus-elus kepala Ana dan Dina yang sedang mengemut kon tolku. Aku sudah ingin ngen tot lagi dengan Ana. Ana kusuruh duduk membelakangiku di pangkuanku. Dia mengarahkan kon tolku kedalam no noknya. “Ah..” desahnya ketika kon tolku kembali menyesaki no noknya. Ana kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Dina pun tak tinggal diam, aku diciuminya ketika Ana sedang mengenjot kon tolku dalam jepitan no noknya. Sambil menciumi Dina, tanganku memainkan i tilnya. “Ah.. Terus oom.. Ana mau nyampe..” desahnya. Semakin cepat Aku mengusap i tilnya, sedangkan tubuhnya pun semakin cepat menggenjot kon tolku. “Ahh..” erangnya nikmat saat Ana nyampe. Tubuhnya mengejang dan kemudian ternyalai lemas diatas pangkuanku. Kembali terasa no noknya berkedut2 dengan keras. Setelah reda kedutan no noknya, kon tolku kucabut dari no noknya, masih ngaceng keras dan berlumuran cairan no nok nya. Ana kutelentangkan dan segera Aku menaiki tubuhnya. Paha Ana sudah mengangkang lebar. Aku tidak langsung memasukkan kon tolku kedalam no noknya, tetapi kugesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir no noknya hingga menyentuh i tilnya. “Oom.. Aduuhh.. Aduuhh oom! Sshh.. Mmppffhh.. Ayo oom.. Masukin aja.. Nggak tahann..” Ana menjerit-jerit tanpa malu. “Udah nggak tahan ya.. An, cepat banget sudah napsu lagi..” jawabku. Tiba-tiba aku langsung menekan sekuat tenaga. Ana sama sekali tak menyangka akan hal itu, sehingga kon tolku langsung melesak ke dalam no noknya. kon tolku kembali menyesaki no noknya yang sempit itu. Aku mulai mengenjotkan kon tolku naik turun dengan teratur sehingga menggesek seluruh lubang no noknya. Ana turut mengimbanginya, pinggulnya berputar penuh irama. Bergerak patah- patah, kemudian berputar lagi. Efeknya luar biasa, kedutan no noknya kembali terasa. “An, nikmat banget deh empotan no nok kamu”, kataku terengah. Ana semakin bergairah, pinggulnya terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot no noknya. “Akkhh.. An..Eennaakkhh.., hebaathh.. Uugghh..” erangku berulang-ulang. Aku semakin kuat meremas2 dan memilin2 pentilnya dan bibirku terus menyapu seluruh wajahnya hingga ke leher, sambil semakin mempercepat irama enjotanku. Ana berusaha mengimbangi keluar masuknya kon tolku didalam no noknya dengan goyangan pantatnya. Aku berusaha keras untuk bertahan, agar tidak ngecret sebelum Ana nyampe lagi. kon tolku terus mengaduk2 no noknya semakin cepat lagi. no noknya terasa makin berkedut, kedua ujung pentilnya semakin keras, mencuat berdiri tegak. Langsung pentilnya kusedot kuat2 kemudian kujilati dengan penuh nafsu. “Oom..! Lebih cepat lagi doonng..!” teriaknya sambil menekan pantatnya kuat2 agar kon tolku lebih masuk ke no noknya. Beberapa detik kemudian tubuhnya bergetar hebat, diiringi dengan cairan hangat menyembur dari no noknya. Bersamaan dengan itu, tubuhku pun bergetar keras yang diiringi semprotan pejuku ke dalam no noknya. Ana pun mengerang tertahan. Ana langsung memeluk tubuhnya erat-erat, dengan penuh perasaan Aku membalas pelukannya sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kakinya melingkar di sekitar pinggangku, sementara bibirku terus menghujani sekujur wajah dan lehernya dengan ciuman. Ana masih bisa merasakan kedutan no noknya. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan di kamar mandi. Ana dan Dina belum pernah merasakan sedemikian nikmatnya dien tot lelaki dan Aku juga puas banget ngen tot dengan mereka.