Kalina Perkenalkan namaku Kalina. Aku adalah seorang wanita berusia 25 tahun berstatus janda tanpa anak. Aku telah menyandang status tersebut sejak empat tahun yang lalu, akibat konflik berlarut-larut yang tidak terselesaikan dengan mantan suamiku. Sejak menikah di usia 19 tahun memang kehidupan kami terasa hambar, ya kami memang dijodohkan oleh orang tua. Mungkin benar kata orang dulu kalau cinta akan tumbuh pelan-pelan lewat kebersamaan, namun parahnya mantan suamiku ini bertabiat buruk. Ia seorang yang suka ringan tangan kalau marah, juga tidak pernah memberiku nafkah, karena dia seorang pengangguran. Secara umum, ia bukan laki-laki yang bertanggung jawab.*Pada akhirnya, ia pun menceraikanku, setelah aku mendapatinya berselingkuh dengan seorang waria…ya, transeksual, gila memang sampai aku tidak habis pikir. Kegagalan berumah tangga yang kualami akibat perceraian itu membuatku mengalami depresi selama beberapa bulan, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus bangkit. Lewat seorang kenalan aku bekerja menjadi sekretaris seorang petinggi partai politik bernama Pak Sutan, umurnya dua kali lebih umurku, di mataku dan di mata kebanyakan orang juga kukira, ia adalah pria tertampan di dunia (lain) dengan mulut lebar mirip kodok dan kumis tipis di atas bibir sensualnya itu,*membuat para betina gemes ingin menciumnya, maksud saya para kodok betina gitu loh. Omong-omong kodok, konon menurut desas-desus nih, orang tuanya Pak Sutan ini memang penggemar berat masakan dari olahan kodok, pokoknya setiap hari kodok itu menu wajib di meja makan. Karena itulah anak-anak mereka, Pak Sutan dan saudara-saudarinya, kulihat di foto keluarga, semuanya mirip dengan kodok, kalau tidak mulutnya lebar, ya matanya belo banget, juga ada yang hobynya makan serangga, mungkin ini kali ya yang disebut karma, gak tau deh, bukan urusanku itu sih, aku sih cuma tau gaji dari kerja dan bonus jalan terus. Lagian ini disini kan aku mau menuturkan cerita seruku, bukan cerita kodok. Oke kembali ke laptop…belum genap sebulan aku bekerja padanya, Pak Sutan sudah berani pegang-pegang dan merayuku dan ujungnya berakhir di ranjang, hal ini sudah kuduga sebelumnya karena beliau memang terkenal sebagai penjahat kelamin. Aku pun saat itu menerimanya tanpa penolakan, mantan suamiku bukanlah pria pertama yang pernah menjamah tubuhku. Waktu kuliah di akademi sekretaris dulu aku pernah melakukannya dengan dua pria lain, yang salah satunya adalah mantan cinta pertamaku yang mengambil keperawananku. Aku tidak lagi memandang seks sebagai sesuatu yang tabu, terlebih setelah mendapati mantan suamiku berselingkuh, menangnya cuma cowok doang yang bisa selingkuh apa? Dari Pak Sutan inilah aku mulai mengenal aliran seks sado masochist, yaitu kepuasan lewat penyiksaan, ia suka sekali memecutiku dan meneteskan lilin ke tubuhku ketika bercinta, terkadang sebaliknya akulah yang disuruhnya menjadi master yang menyuruhnya melakukan hal aneh-aneh. Lebih jauh lagi, Pak Sutan juga seorang yang punya kecenderungan seksual agak miring, yaitu scat atau memakan kotoran manusia untuk kenikmatan seksual, namun untuk ini aku tidak akan menceritakannya di sini, karena terlalu ekstrim, bisa-bisa malah disensor blog/ forum tempat aku mengeposkan ceritaku ini. Karir politik Pak Sutan yang semakin menanjak mengantarnya ke kursi empuk di gedung DPR, ya, ia akhirnya berhasil menjadi anggota dewan. Aku pun sedikit banyak memiliki andil dalam keberhasilannya itu, beberapa kali aku menggunakan tubuhku sebagai alat lobi/ gratifikasi seks untuk menggaet kolega-kolega politik lainnya. Teman-teman Pak Sutan di sini pun perilaku seksualnya tidak jauh beda, pesta seks dan tukar-menukar istri/pacar itu lumrah terjadi. ######################## Sore itu aku telah menunggu di apartemen Pak Sutan siap untuk melayaninya. Tak lama bel pun berbunyi, aku membukakan pintu dan mendapati atasanku itu datang dengan dua koleganya di partai yang juga tidak asing lagi bagiku, mereka adalah Pak Ruhut dan Pak Pohan. Aku kaget sekali, karena saat Pak Sutan sms memintaku bersiap menjadi slave, dia tidak bilang akan bawa teman. Malu sekali karena aku saat hanya mengenakan ‘seragam’ slave yaitu g-string kulit hitam dan bh kulit hitam yang sangat minim, hanya menutupi putingku saja. Di belakangnya turut dua koleganya itu. Aku berusaha keras menahan tawa melihat penampilan Pak Ruhut malam itu yang memakai lingerie seksi warna pink dengan pita merah motif polkadot ala Minie Mouse di kepalanya, batangnya nampak jelas di balik celana dalam wanita yang dipakainya itu, Pak Ruhut memang seorang pengidap transfetish-isme atau kesukaan memakai pakaian lawan jenis, tentu saja hal ini tidak diketahui oleh publik, hanya kita-kita saja ‘orang dalam’ yang tahu. Sementara Pak Pohan saat itu memakai pakaian latex yang biasa dipakai untuk BDSM, ia memakai topeng seperti algojo dan celana dalam yang cuma mentutupi selangkangan dan belahan pantatnya saja. Pak Sutan, segera menutup dan mengunci pintu apartemen. Kedua temannya, Pak Ruhut dan Pak Pohan tak lepas menelusuri setiap detil tubuhku sambil tersenyum penuh arti sampai aku jengah. “Hehehe…Lin penampilan kamu benar-benar ngeri-ngeri sedap ya malam ini” kata Pak Sutan sambil langsung membuka lemari bound, dan mengambil beberapa alat penyiksaan. Ia memerintahkanku berlutut, mereka lalu mengepung diriku, Pak Sutan di sebelah kanan dan Pak Ruhut di sebelah kiri. Aku meraba-raba selangkangan mereka yang sudah mengeras. Kupeloroti celana dalam wanita Pak Ruhut ke bawah sehingga penisnya yang berkutil di kepalanya menyembul ke luar dan segera kukocok dengan tanganku. Pak Sutan membuka sendiri resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang agak bengkok itu. Kini aku sibuk melayani dua penis, secara bergantian aku mengocok dan mengoral kedua benda itu. Sementara dari belakang, Pak Pohan memecuti punggungku dengan cambuk. Uuuhh..sensasi perih di punggungku ini menambah nafsuku sehingga aku semakin bersemangat memainkan kedua penis itu. “Wadowww….!” tiba-tiba saja Pak Ruhut menjerit dengan tubuh tersentak, “bangsat…kenapa pula kau pecut pantatku, sakit tau!” bentaknya pada Pak Pohan “Hehehe…sabar bro, gak sengaja, terlalu semangat sih!” Pak Pohan cengengesan. “Hei….jangan ribut dong, ngerusak suasana aja, dasar ikan salmon kau!” bentak Pak Sutan. “Apa pula kau, dasar ikan pari!” balas Pak Ruhut tak mau kalah. “Eh…apa kau ikan cucut!” “Ikan hiu kau, dasar!” “Ikan tongkol!!” “Kau ikan paus….apaan kau!!” Pusing aku, mereka bertiga mulai ribut nih. “Dasar gurita kau!” “He…jangan sembarangan kau, gurita itu kan untuk….!” “Eeehh…udah dong bapak-bapak yang terhormat!” aku menenangkan mereka sebelum menyebut lebih banyak lagi nama ikan, “kalau berantem terus, Lina mending pergi aja ah!” aku berdiri berbalik badan berlagak hendak pergi. Pak Sutan “Eh…Lin…Lin maaf, kita ga ribut lagi deh!” Pak Sutan meraih lenganku memintaku kembali, “Ayo kalian sini, minta maaf sama sekretarisku ini!” “Ehehehe…maafin abang ya Lin, abis tuh orang sih masa mecut pantat abang hehehe!” kata Pak Ruhut, “yuk sekarang kita main lagi yuk!” “Iya Lin yuk main lagi, bapak gak kasar lagi deh!” timpal Pak Pohan. Setelah dibujuk-bujuk, aku pun akhirnya mau meneruskan permainan ini. Kini Pak Sutan membuka pintu balkon dan menyuruhku berdiri di sana, ia merentangkan tanganku di pagar balkon dan mengikatnya, sehingga aku berdiri menungging. Kakiku yang menggunakan heels bertali-tali dibuka agak lebar. Sehingga pantatku terekspos lengkap dengan vagina dan dubur yang rapat berwarna merah kecoklatan. Dadaku menggantung masih tertutup belt kulit. “Aduh jurus aneh apaan lagi nih?” tanyaku dalam hati. Pak Sutan memasangkan jepitan berantai di ujung kedua putingku, di ujung lain itu adalah jepitan vibrator yang dipasang menjepit daging klitorisku. Ia kemudian mengolesi duburku dengan lotion kemudian memasang gag khusus di sana. Gag itu awalnya seperti dildo kecil, kemudian ia mensettingnya, sehingga menyerupai silinder silicon, diameternya terus menerus ditambah. Aku merasa dinding anusku seperti ditarik, meregang perlahan, membuka seperti silinder. ” Ahhhhhhh sakit…” aku menggeliat dan berteriak mohon ampun agar Pak Sutan berhenti melebarkan diameter gag itu. *Apartement Pak Sutan yang terletak di lantai 26 ini memang belum ramai penghuninya, ia sengaja memilih lantai yang tinggi agar leluasa “bermain” gila dengan para wanita. Security dan privasi di apartemen ini sangat terjaga. Karena itu teriakanku hanya tertelan bising suara jalanan. Pak Sutan akhirnya berhenti. Kemudian ia menyalakan jepit vibrator di klitorisku. Ahhhh…. Sensasi getarannya membuatku mulai mendesah-desah. Tiba-tiba silinder di duburku mengecil diameternya, kemudian membesar lagi perlahan, begitu terus. Sensasi yg aneh..aku menggeliat-geliat antara enak dan sakit jika diameter gag di posisi maksimum. Aku mulai merintih-rintih minta disenggamai “Ahhh.. tuan… please entotin Lina dong….mmhhhh.. Fuck me.. Ahhh..” desahku Agak lama aku dibiarkan merintih dan menggeliat-geliat, mereka bertiga melihat reaksiku sambil tertawa-tawa mesum. Lalu mereka bangkit dari sofa menghampiriku, penis mereka sudah tegang semua, siap mengaduk-aduk vagina dan anusku. Astaga.. milik Pak Sutan sudah benar-benar ereksi maksimal, ukurannya sebesar lengan bayi, hasil terapi ke Mak Erot dengan biaya mahal, sekali terapi nambah sesenti bisa habis puluhan juta. Menurut cerita Pak Sutan padaku tadinya penisnya itu cuma segede crayon setelah beberapa kali terapi barulah bisa mencapai hasil itu, jadi silakan banyangkan sendiri sudah berapa ratus juta beliau habiskan untuk penisnya saja. Darimana uangnya? Jangan khawatir karena dari….ehh…udah ah ga enak ngomongin atasan apalagi buka rahasianya. Oke pembaca, kita kembali ke topik aja ya! Pak Sutan menjambak rambutku, dan memasukkan paksa penisnya yang panjang dan berurat ke mulutku. *”Sedot yang enak Lin pake sedotan mautmu itu loh!” perintahnya, ia lalu memajumundurkan pantatnya dengan cepat. Sementara di bawah sana, Pak Pohan tengah mensetting diameter gag hingga ukuran maksimal, sampai aku menggeliat kesakitan, namun cengkeramannya di pinggangku menahan gerakanku. Kemudian Pak Pohan membuka vaginaku dan mendorong penisnya ke dalam dinding lubangku yang rapat. “Ummm..mmmphhh” jeritku tertahan. Rasa perih menderaku karena vaginaku terasa semakin sempit akibat gag di duburku meregang maksimum. Keduanya menggenjotku bersamaan dengan kecepatan tinggi. Pak Sutan menambahkan sebuah dildo yang dirojok-rojokkan ke dalam vaginaku sampai mentok. “Ahhh… Mmhh.. Mmmhhh…” rasanya sakit tapi ada getaran luar biasa di dalam sana Selama beberapa saat kedua alat bantu seks itu mendera kedua lubangku di bawah sana. Mereka nampaknya sangat puas melihat ekspresiku saat tersiksa. Tetesan lilin dan pecutan menambah derita birahi itu, aku sampai keringatan menahan sensasi nikmat bercampur sakit itu. “UUUggghhh” tiba-tiba aku melenguh, ternyata Pak Ruhut menarik lepas gag di duburku lalu memasukan penisnya ke liang belakangku. Pak Pohan menghentikan sejenak genjotannya di vaginaku saat perlahan rekannya itu membuka belahan pantatku dan mulai menyetubuhiku dari belakang. Terasa penis Pak Pohan yang semakin membesar di vaginaku “Oooohhhh Pak, enak….iyah…enak…” ceracauku. Pak Ruhut mencengkeram pantatku dan menghujamkan penisnya semakin dalam sampai aku terdongak menahan sakit karenanya. *Dua penis kini menghajar kedua lubangku dengan gagahnya, yang sedikit melegakan adalah Pak Sutan kini telah melepaskan penisnya dari mulutku sehingga aku lebih dapat bernafas dan mengambil udara serta menceracau sejadi-jadinya merasakan deraan sensual ini. Atasanku itu kini berdiri sambil menetes-neteskan lilin ke punggungku, tetesan-tetesan cairan merah panas itu pun memberikan sensasi panas sebelum mengeras di permukaan punggungku. Pak Ruhut semakin kegilaan, pantatku ditampari sekencang-kencangnya sampai merah, ceracau dan makian pun meluncur dari mulut pria itu. PLAKKK…PLAKKKK… suara itu bersahutan di antara desahan, jerit kesakitan, teriakan kenikmatan.Semakin cepat…dan cepat…sampai ia menarik penisnya dan menyemprotkan spermanya di punggungku. Pak Pohan yang sejak tadi menggenjot vaginaku kini menggantikan posisi Pak Ruhut di duburku. Ia menggenjotku dengan kasar, gesekan dinding duburku dan penisnya terasa perih dan panas, sekaligus nikmat. Tangannya mengocok vaginaku dengan cepat. Membuatku melayang dan kembali kini Pak Sutan memasukkan penisnya ke mulutku sehingga kini aku dalam posisi doggy dengan lubang dubur dan mulut dijejali penis. Hisapanku terhadap penis Pak Sutan semakin tak karuan sehingga tak sampai sepuluh menit, ia pun memuntahkan spermanya di wajahku. Tinggal Pak Pohan yang seperti banteng liar, menyodok-nyodok duburku, menjambak rambutku sampai kepalaku terdongak ke belakang. Meremas payudarakuku dengan kasar. “Ahhh…aahhhh…sakit Pak!!” aku menjerit-jerit tak karuan, orgasmeku entah yang ke berapa mulai kembali menerpa, terasa kedutan otot duburku yang meremas penis Pak Pohan. “RRRRggggghhhhh…” Pak Pohan menggeram dan mencabut penisnya, spermanya ditembakkan dari luar ke arah pantatku. *Lendir orgasmeku mengalir perlahan di pahaku. Punggung dan pantatku penuh ceceran sperma dan tetesan lilin yang telah mengeras. Pak Sutan melepaskanku dan memintaku mandi “Mandi bersih biar seger….tunggu sesi selanjutnya…” katanya. *######################## Sungguh melelahkan sekali permainan hardcore tadi itu. Aku merasa segar dan kepenatanku berkurang setelah merendam tubuhku di bathtub, aroma bubblenya juga wangi menetralisir bau sperma yang tadi mendominasi. Sambil berendam aku melihat-lihat tabletku, kubuka twit**ter untuk sekedar memantau, beberapa PM masuk ke inbox dan segera kubuka. Bah…aku harus menghapusi pesan-pesan dari orang tak dikenal yang iseng sekedar ingin kenalan, beberapa di antaranya juga berisi email mesum. Aku tidak punya waktu melayani yang ginian karena sudah cukup sibuk dengan kerjaanku. Dan bah…dia lagi…dia lagi..***k tau malu banget sih nih makhluk. Kubuka pesan dari @tiffkonak yang isinya gambar penis menegang dan pesan “Lin ini punya saya nih, mau ga nih kita kawin siri? Halal dan dijamin memuaskan,” Aku geleng-geleng kepala dan menghapus pesan itu. Akun satu ini tak lain adalah akun kloningan si menteri gaptek tapi disuruh ngurus internet itu, yah namanya juga partai koalisi ya bagi-bagi jatahlah. Berbeda sekali dengan akun twit**ter resminya yang dipenuhi kata-kata bijak dan tausyah bak orang paling suci, di akun ini justru ia memperlihatkan wujud aslinya. Suka upload gambar-gambar tidak senonoh, follow banyak sekali akun porno, dan suka menulis humor-humor cabul berselera rendah. Hanya segelintir orang yang mengetahui siapa sesungguhnya pemilik akun ini, termasuk aku salah satunya. Beberapa politikus lain pun memiliki akun kloningan sendiri untuk melakukan hal yang nakal-nakal yang tidak pantas diketahui publik.* Misalnya ini nih aku bacakan sebagian yang baru masuk untuk para pembaca deh.
@boss_pilando: 4some di Maladewa dgn 2 artis adik kakak, refreshing sejenak dari lumpur & pajak!! @kepala_jenggot: bangsat itu si engkoh, dasar pembelot!!! @engkoh_mnc: hehehe…gua udah cicipin 3 news presenternya, keluar juga ga rugi Retweet @kepala_jenggot: @engkoh_mnc he pengkhianat…u masih utang janji kasih gw icip2 bini lu, main pergi gitu aja!! Retweet @engkoh_mnc: EGP : @kepala_jenggot udah untung gw kasih pinjem si Joyce juga lu, bini gw bilang dia geli ama jenggot u! Retweet @mr_r: @engkoh_mnc new presenter? Siapa? Masih perawan? Pengen nyusu dong! Mau kolab bikin cerita ga nih??? @risatu: aduh…prihatin! prihatin!
Aku keluar dari akunku dan login ke akun kloninganku (emang cuma situ doang yang bisa punya kloningan?) lalu kuinvite si @tiffkonak itu ke beberapa twit**ter porno. Biasanya beliau pasti follow dengan akun kloningannya. Tapi belakangan akhirnya usahaku mengerjainya membuahkan hasil, mungkin ia sedang kebelet konak atau sibuk, ia akhirnya mem-follow sebuah akun twit**ter yang kukirim padanya, yaitu @toket_queen lewat akun resminya . Kurang dari sehari setelah gabung di @toket_queen , beliau sudah jadi bulan-bulanan di dunia maya, dan dijawab ngeles typikal orang partainya, “gak sengaja”. Setelah puas berendam, aku keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk diliit di tubuh, separuh belahan pantatku menyembul. Pak Sutan menangkapku dari belakang, diremasnya payudaraku dari pangkal hingga ujung putingnya dipelintir-pelintir. Leherku digigitnya perlahan-lahan. Handukku terjatuh ke lantai dan tubuhku terpampang telanjang. “Mmmmhhhhh…Bapak ah” desahku tertahan, remasan tangan Pak Sutan di dada dan pantatku membuatku merinding, “masa minta lagi, Lina capek nih!” “Main sama kamu Lin, ga ada bosennya deh…bikin hidup lebih hidup” katanya dekat telingaku Mulutnya yang seksi itu lalu melumat bibirku, memainkan lidahnya. Pandai sekali ia membuatku melayang di langit kenikmatan. Tangannya menguak vaginaku dan mengamblaskan penisnya. Aku pun disetubuhi dari belakang sambil berdiri. Uuuhhhh.. mmhh kepala penisnya keluar masuk dengan kecepatan sedang. *Aku sudah mulai basah. Pak Sutan menyuruhku berposisi doggie.. Ia menampari pantatku, PLAAKKK..Plakkk “Nah sekarang kita cobain yang satu ini yuk!” katanya, kemudian ia mengambil sebuah dildo silicon hitam panjang yang lalu ia rojokkan dalam-dalam ke vaginaku. Uffffttttt.. Ia kemudian mengaitkan rantai dari dildo itu ke paha, pinggang dan leherku. *Aku melihat Pak Ruhut yang masih memakai lingerie seksi dan pita Minie Mouse-nya diperlakukan sama denganku oleh Pak Pohan yang sedang menyodominya. Gak usah kuceritakan detil yah, ntar keyboardnya pada kotor kena muntahan deh. Lebih baik kembali ke diriku dan atasanku yang ‘ganteng’ ini. Pak Sutan *menaiki punggungku dan berusaha memasukkan penisnya ke dubur ku yang rapat. Aku memohon padanya untuk memberinya pelumas dulu. Untunglah Pak Sutan cukup berbaik hati, ia menusukan lotion berbentuk suntikan ke duburku, juga mengoleskannya di dinding luar. Setelahnya, barulah ia mendobrak lubang belakangku itu “Ahhh sakit Pak…” erangku dengan tubuh mengejang. Meskipun lubang-lubangku sering dipakai dengan berbagai alat dan penis ukuran besar, namun vagina dan duburku tetap sangat rapat, karena Pak Sutan selalu mengoleskan cream khusus dan memberiku obat untuk menjaganya tetap rapat seperti perawan. Beliau pun selalu menyelipkan bola vibrator khusus untuk “ditelan” vagina dan ass ku seluruhnya,fungsinya untuk melatih kontraksi otot kedua lubangku itu, dari luar hanya terlihat benang untuk menariknya keluar setelah selesai latihan. Ahhh…sodokan penisnya semakin cepat, srooooooottttt….Pak Sutan pun akhirnya menyemprotkan spermanya di dalam lubang duburku. Ia melemas menimpa tubuhku, tapi belum melepaskan penisnya, sehingga kamipun hanya bisa berbaring miring masih saling menancap dan terikat jadi satu. Hanya sebentar kami dibiarkan beristirahat. Pak Ruhut yang baru main pedang-pedangan dengan Pak Pohan menghampiriku dan *menempelkan penisnya di bibirku minta dijilati. Aku menjilatinya seperti anjing menjilati tulang. Penisnya mulai membesar seiring nafasnya yang memburu. Pak Ruhut lalu tiduran di karpet, ia menarik dildo “buntut” dari vaginaku dan memintaku untuk mengamblaskan penisnya ke dalam vaginaku. Tanpa disuruh lagi, aku pun naik ke selangkangan Pak Ruhut dan memasukkan penisnya perlahan ke vaginaku. Sempit dan penuh sekali rasanya, pria itu memintaku untuk menggenjot dan mengurut penisnya dengan otot vaginaku. *Ugghh…ughhh….otot-otot kukontraksikan, otomatis duburku bergerak mengurut juga. Penis Pak Ruhut di dalamnya mulai kurasakan mengeras dan membesar. Nafas-nafas berat dan lenguhan-lenguhan pun terdengar. Kami mendaki kenikmatan bersama. Pak Sutan yang beristrahat sebentar kini bangkit mendekati kami, ia berlutut di sebelahku dan meraih payudaraku dengan mulutnya yang lalu ia isap-isap dan remas dengan keras. HHhhh…nikmat sekali…terlebih Pak Ruhut semakin cepat menghentak-hentak pinggangnya di bawahku.* Ketiga pria itu sangat menikmati saat aku menggelepar nyaris pingsan kehabisan nafas, karena aku mengejang dan semua ototku berkontraksi mengurut-urut. Setiap kali itu juga aku hampir orgasme. *Pertempuran kali ini tidak terlalu lama memang, mungkin mereka juga sudah kehabisan tenaga. *Aku sendiri juga benar-benar berkelojotan menghadapi gempuran mereka. Tenggorokanku mengejang, duburku pun menjepit keras, vaginaku terkunci. *Ahhhhhhh….. Aku mendapatkan orgasme hebatku. Ahhhhhhhhh…. hampir bersamaan semua lubangku disemprot sperma diiringi raungan liar 3 laki-laki itu. Dan kami pun ambruk bersamaan.. ————- Pagi ini Pak Sutan menjemputku ke kantor. Tadi malam ia sudah memintaku untuk minum pencahar. Waktu aku membukakan pintu untuknya, Pak Sutan langsung menciumku dengan gencar, meremas-remas dadaku dan menyedot putingnya. Tidak banyak bicara, Ia membuka resleting celana panjangnya dan mengeluarkan penisnya. Ia menunggingkan aku di sofa, menguak rok pendek dan g-stringku, dan langsung menghajar vaginaku. Uhh…terasa perih sih… tapi aku berusaha menikmatinya. Pak Sutan memilin-milin klitorisku, mmmmhhh….nikmat sekali. Seperti ada aliran listrik mengejut-ngejut di tubuhku. Penis atasanku itu mendobrak cepat dan belum sempat aku mengimbangi, ia sudah memuntahkan spermanya di dalam vaginaku. *”Kau sudah minum pencahar Lin?” tanyanya *”Sudah Pak” *”Sudah bersih?” tanyanya sekali lagi *Ia mengambil dildo kaca bening di laci meja dapurku dan merojokkannya ke dalam lubang analku dalam-dalam. “Ahhhh..” Jeritku tertahan, Ia memutarnya di dalam lalu menariknya keluar. *”Masih kotor!” tegasnya *Ia bergegas mengambil enema dan selang air. Ia memintaku menungging di bath tub, dan menjolokkan ujung enema ke dalam anusku. Didorong nya terus, sampai aku memohon untuk berhenti karena terasa mentok. Ia memompakan air ke dalam analku sampai aku merasa mual. Kemudian selangnya dicabut dan aku harus mengeluarkan airnya. Begitu berulang-ulang sampai air yang keluar sudah bening. Aku mandi sekali lagi dan mengganti baju kerjaku.
#2
Hari ini ada ada rapat dengan salah satu partai koalisi yang akan membicarakan hal-hal penting menyangkut pemilu 2014 nanti. Pak Sutan memintaku untuk memakai pakaian yang seksi, dengan dada rendah dan rok menggantung sejengkal di atas lutus sehingga memamerkan sepasang paha indahku. Biasanya sih kalau begini artinya ada acara nakal di kantor atau pulangnya nanti. Ketika berjalan di koridor, tak pelak aku pun menjadi pusat perhatian, aku melewati beberapa karyawan yang hanya berani melirik padaku. Sebagai sekretaris kesayangan petinggi partai, tidak ada yang berani mengusikku, walaupun mereka tau persis, bahwa aku bukan hanya sekretarisnya namun juga alat lobi dan budak seks. Aku masuk ke lift, di dalam lift ada Tono dan Yadi, petugas kebersihan di sini, seorang ibu-ibu gendut, Nia, seorang staff kantor partai, dan satu lagi adalah seorang pria setengah baya berkacamata dengan kumis dan jenggot, ia memakai seragam salah satu parpol koalisi kami. Lift berjalan ke atas, lewat lantai dua tiba-tiba…jgreg!! lampu padam dan lift berhenti bergerak. “Aaww…!” Nia menjerit kecil, ia panik memeluk lenganku. Aku juga kaget, tapi dapat segera menguasai diri kembali. “Jangan panik…jangan panik…bapak ibu, hanya gangguan kecil saja!” kataku seperti pramugari menenangkan penumpang, “Bang Yadi, tolong tekan tombol daruratnya, keliatan ga?” aku minta bantuan Yadi yang berdiri dekat tombol lift. “Udah Mbak, tapi gak tau alarmnya mati juga, kita tunggu aja!” balasnya. Semenit….dua menit….tiga menit….masih belum terjadi apa-apa, lift masih gelap dan belum menyala, Nia berpegangan makin erat pada lenganku, si pria dari parpol koalisi sedang komat-kamit membaca doa. “Bang coba pencet lagi tombolnya!” pintaku lagi. “Iya Mbak ini saya lagi pencet terus tapi belum ada respon” Dua menit kemudian, keadaan hening, tidak lagi setegang tadi, si pria itu sudah berhenti berdoa, tiba-tiba…. “Eeeeiii…kurang ajar….!!” jerit Nia. “Eeehh….setan ngepet….siapa sih kurang ajar bener!!” si ibu gendut marah. Belum tahu apa yang terjadi tiba-tiba saja aku merasakan pantatku diremas, tangan itu bahkan mencoba menyusup ke bawah rokku. Namun sebelum masuk aku langsung menepisnya keras, aku sempat meraih pergelangan tangannya namun dengan cepat ia menariknya, terlalu gelap untuk mengetahui siapa pelakunya. “Apa? apaan ?” terdengar suara si Tono. Sedang ricuh karena orang mesum di lift tiba-tiba lampu menyala dan lift kembali naik ke atas. “Heh…kalian ya….siapa tadi yang berani colek-colek pantat, pasti salah satu dari kalian” si ibu gendut menghardik dengan suara keras mengerikan pada dua petugas kebersihan itu “Ha…nggak Bu sumpeh, kita gak ngapa-apain kok dari tadi?” Yadi kebingungan “Iya pasti kalian siapa lagi coba?” Nia ikut-ikutan memojokkan mereka. “Bapak ini orangnya sopan dan religius lagi, mana mungkin beliau, pasti kalian! Hayo siapa? Ngaku!!” si ibu tambah marah, sampai seram aku melihatnya, bisa-bisa kedua pemuda tanggung ini bonyok di smack down olehnya. “Astaghfirulah…sabar…sabar Bu!” si pria dari parpol koalisi mencoba merelai, “kita selesaikan baik-baik bukan marah-marah gitu!…kalian! apa benar kalian pelakunya? Saya tidak tahu siapa orangnya, sekarang lebih baik minta maaf pada para wanita ini, itu dosa tahu, maksiat, berani-beraninya berbuat begitu pada wanita dalam saat seperti tadi…tapi asalkan kalian bertaubat, tidak ada kata terlambat!” “Sudah…sudah Pak…Bu…! saya sekretarisnya Pak Sutan, saya akan selesaikan masalah ini dengan mereka” kataku turun tangan, “Yadi….Tono…kalian berdua ikut saya!” kataku tegas. “Ahhh…jangan Mbak…ampun…iya kita minta maaf deh, kita ngaku….!” kata mereka ketakutan. Ting….pintu lift membuka…aku melotot menyuruh mereka jaga sikap dan mengajak mereka keluar. “Eh….Lin!!” Nia menarik lenganku. “Tenang, gua akan selesaikan kok!” “Mbak! Pokoknya segera adukan mereka ke ketua partai biar dipecat tau rasa tuh!!” sahut ibu gendut itu. Aku segera membawa mereka ke ruang kosong dekat situ. “Ampun Mbak…ampun, bener bukan kami!” kata mereka “Ssstt….iya saya juga tau bukan kalian kok!” kataku, “pelakunya si bandot munafik itu saya tau jelas, kalian sengaja saya pisahin supaya ga makin ribet masalahnya” Ya…aku memang tahu persis karena waktu menepis lengannya aku sempat menangkap pergelangan tangannya yang memakai pakaian lengan panjang, sementara kedua petugas kebersihan ini memakai kemeja lengan pendek. Kuceritakan pada mereka semua itu. “Oooh…jadi gitu yah, kurang asem bener si kambing bandot itu, awas nanti pulangnya kita gebukin rame-rame biar jadi sate!!” kata Tono emosian. “Hhhuuuhh…***ra-gara tuh orang kita ampir dihajar gorila betina!” timpal Yadi, “sok ngegurui kita pula, ngehe bener tuh orang!” “Saya tau orang itu bajingan, tapi kalian tolong tahan diri karena beliau itu mitra koalisi partai, kalau ada apa-apa kalian malah tambah gawat nanti!” aku berusaha menenangkan mereka yang mulai marah, aku berjanji akan mencoba mencari kesempatan untuk membalas perbuatan si mesum munafik itu demi mereka dan juga demi diriku sendiri. Akhirnya mereka tenang juga dan kini aku harus segera ke ruang rapat utama karena akan rapat akan segera dimulai. Aku langsung masuk ke ruangan rapat utama yang luas. Di dalam ruangan sudah ada para tokoh penting partai kami, sebut saja Pak Anas, sang ketua partai, Bu Angie yang juga salah satu petinggi partai yang meraih posisinya sekarang berkat kemampuannya merayu pria. Juga ada Pak Hasan, sesepuh partai kami yang mendapat jatah menteri di pemerintahan beserta istri mudanya, Bu Inggrid, yang terkenal genit dan memiliki hubungan gelap dengan anak Pak Hasan dari pernikahan sebelumnya. Kulihat juga Pak Luthfi, ketua salah partai yang berkoalisi dengan partai kami, ia ditemani tiga orang pria yang salah satunya kukenal waktu di lift tadi, si kambing mesum yang mencolek pantatku. Belakangan kuketahui namanya adalah Pak Arif, salah satu kader dari parpol koalisi. Selama hampir sejam, rapat berlangsung cukup serius dan terus terang…membosankan, banyak kata-kata munafik demi rakyat lah, demi umat lah, demi kemashlatan bersama lah, aku sih sudah sangat kenyang bahkan eneg mendengar semua itu. Bagiku mereka sebenarnya cuma mengutamakan uang, tahta, dan syahwat, hanya saja pintar-pintar mereka dibalut dengan kata-kata manis seperti yang sebelumnya kusebutkan itu. Namun bagaimanapun, aku sebagai sekretaris ya harus profesional juga, sepanjang rapat aku pun selalu mencatat apa yang harus kucatat. Oh ya, selama itu pula mata-mata nakal para pria yang hadir selalu mencuri-curi melihat ke arahku, terutama Pak Luthfi, si bangsat Pak Arif dan dua lainnya. Cuih….munafik, makiku dalam hati karena aku tahu mereka itu di luar paling terlihat sangat religius, terutama Pak Arif, ia begitu fasih bicara tentang moral dan agama, padahal kebusukannya baru saja kurasakan tadi. Di tengah rapat, aku tiba-tiba merasa ingin buang air kecil sehingga harus keluar sebentar ke toilet. Setelah selesai, ketika mau kembali ke ruang rapat, secara tidak sengaja aku melihat dari jendela yang sedikit terbuka, saat itu Pak Anas sedang berbicara, kulihat Pak Arif yang duduk agak pojok sedang sibuk dengan tabletnya. Kulihat lebih jelas ke arah tabletnya, busyet….ternyata di balik gayanya yang sibuk mencatat dia sedang menonton klip bokep di alatnya itu. Posisi duduknya memang strategis, tidak ada orang di ruangan itu yang bisa melihat ke arah tab-nya, namun dari posisiku di luar aku dapat melihat jelas. Bokepnya harcore pula adegan seorang wanita digangbang banyak pria, weleh…weleh…dasar munak, sayang BB-ku sedang di charge di kantor bawah jadi tidak bisa mengabadikannya. “Mbak….Mbak Kalina…!!” suara orang memanggilku dari belakang sehingga akupun menengok, ternyata Pak Kardi, salah satu petugas kebersihan sedang menghampiriku sambil membawa sesuatu, “ini Mbak saya nemuin di toilet bawah, mungkin punya salah satu bapak atau ibu di dalam” “Ohh…iya coba saya tanya, kebetulan saya mau ke dalam juga” kataku sambil menerima ponsel tersebut, “makasih yah Pak” Aku lihat di layarnya nampak ada missed call sebanyak 25 kali dari orang yang sama, tertulis namanya ‘Nyi Pelet’. Aku pun masuk kembali ke ruang rapat lalu melakukan sedikit interupsi yaitu menanyakan apakah ada yang kehilangan ponsel di tanganku ini. “Wah…itu punya saya!” Pak Arif menyahut dari kursinya Aku pun segera berjalan ke arahnya dan menyerahkan ponsel itu. “Ini Pak, benar punya Bapak? Tadi petugas kebersihan menemukannya di toilet” “Alhamdulilah, ternyata masih ada orang jujur di dunia ini, maklum lah udah tua, jadi suka lupa hehehe…” ia mengulurkan tangan hendak mengambil ponsel itu dariku, “makasih yah Mbak!” Tepat saat akan kuserahkan, benda itu bergetar tanpa suara, nampak nama ‘Nyi Pelet’ kembali muncul di layar, berarti ini adalah kali ke-26 ia menghubungi. “Eh ada yang masuk nih Pak!” kataku. “Waduh” ekspresi Pak Arif terlihat agak tegang melihat nama itu, “Pak…maaf saya permisi sebentar, istri saya telepon” katanya pada Pak Luthfi yang hanya mengangguk. Pak Arif langsung buru-buru keluar ruangan dengan agak cemas, “Ya…asalamualaikum umi!” sahutnya masih terdengar sebelum menghilang di balik pintu. Jadi itu istrinya, pikirku sambil menuju ke kursiku dan kembali duduk, walah-walah…kok di hape namanya ditulis ‘Nyi Pelet’ dan sudah 26 kali ia menghubungi tanpa diangkat, agaknya ini horror yang sesungguhnya deh. Belum lima menit aku duduk, Pak Sutan meminta tolong padaku untuk mengambil sebuah folder dokumen di kantornya di bawah. Segera aku melaksanakan perintahnya, saat hendak menuju lift, aku mendengar suara Pak Arif sedang bicara di koridor yang agak sepi. Penasaran, aku mencari sudut yang pas untuk nguping pembicaraannya. “Tapi…tapi kan umi, sore ini abi ada silaturahmi dengan partai koalisi kita” katanya pada si ‘Nyi Pelet’ itu. Lalu terlihat ia menjauhkan ponselnya sejengkal dari telinganya, agaknya orang di telepon itu berteriak ngamuk “Ba…ba…baik umi, abi pulang, abi pulang abis ini” jawabnya terbata-bata. Kembali ia menjauhkan ponsel itu dari telinganya setelah menjawab. Wah…wah…kelihatannya pulang rumah bakal dihajar babak-belur oleh istrinya Pak Arif ini. “Hhhhhh…sial!” pria itu ngedumel sambil menyentakkan kaki ke lantai setelah pembicaraan selesai, kulihat wajahnya tegang dan pucat seperti habis bertemu hantu, ya iyalah mana ada yang lebih seram dari Nyi Pelet, eh…istri yang sudah miscal sebanyak itu? Sadako, Kuntilanak, Sundel Bolong, semua lewat…. Aku menutup mulut menahan tawa, rasain lu, ternyata pria takut istri juga lu, hihihihi…..Kurapatkan tubuhku ke arah tembok saat Pak Arif berbalik hendak kembali ke ruang rapat agar kehadiranku tidak diketahuinya. Setelah itu barulah aku ke lift untuk menuju lantai bawah. Setelah itu Pak Arif terlihat lemas dan tidak bersemangat di ruang rapat. Seusai rapat pun ia dengan berat hati menyatakan bahwa tidak bisa hadir dalam acara malam ini karena ada urusan keluarga. Karma Pak Arif masih berlanjut tiga bulan kemudian ketika rapat paripurna di parlemen. Rapat yang membosankan membuatku ingin jalan-jalan supaya tidak terlalu sumpek. Dari balkon yang dipenuhi para wartawan yang sibuk meliput aku melihat Pak Arif tengah duduk di kursinya dalam posisi wuenak sambil sibuk dengan tabletnya. Aku berpikir apakah ia sedang nonton bokep lagi seperti dulu itu, aku tentu tidak bisa melihat karena jauh. Hhhmmm..aku jadi ada akal, mungkin untuk membalasnya juga, dari posisi yang kurasa bisa melihat apa yang dilakukan pria itu, kulihat dua wartawan sedang terkantuk-kantuk meliput jalannya sidang yang membosankan itu. “Mas…Mas…kalau mau dapet berita besar coba arahin kamera ke situ tuh!” kataku menunjuk ke arah posisi Pak Arif. “Hah, ada apa emangnya Mbak di sana?” si kameramen penasaran dan mengarahkan kameranya ke arah yang kutunjuk. Sebuah senyum mengembang di wajahnya, “Hehehe…ini baru beda, gila juga nih orang, pake tablet loh nontonnya, Man…sini Man lihat!” dia memanggil rekannya. “Weleh….sempat-sempatnya nih orang!” sahut rekannya yang dipanggil Man, “syuting terus Di, fokus ke situ, bakal heboh nih!” “Hihihi…apa kata saya…boleh saya liat juga Mas?” tanyaku “Boleh nih, kok Mbak bisa tau sih?” tanya si kameramen. “Bapak yang satu itu bukan pertama kalinya saya pergokin ngebokep Mas, makanya saya tau juga!” aku melihat lewat kamera yang dizoom, dan sesuai dugaan, Pak Arif sedang menonton bokep di tabletnya yang agak diturunkan ke bawah meja. Hanya dalam hitungan jam, berita itu sudah tersiar sore harinya ke seluruh tanah air dan menjadi bahan tertawaan dan hujatan masyarakat luas. Beberapa hari kemudian, Pak Arif yang posisinya sudah skak mat akhirnya mengundurkan diri sebagai anggota dewan. Aku, Nia, Yadi dan Tono langsung tertawa terbahak-bahak mendengar berita itu, puas deh, akhirnya dendam kami terbalaskan juga. Oke deh cukup sekian sekilat infonya, sekarang kita kembali lagi ke rapat koalisi. Pak Sutan mendekatiku saat rapat terlihat akan usai. Ia berbicara pelan padaku tentang apa yang harus kulakukan berikutnya. Aku tersenyum nakal dan mengangguk, lalu aku pun keluar dari ruang rapat ke mobilku untuk meninggalkan kantor. Rencana siang ini adalah mereka semua akan dijamu di rumah Pak Sutan dan aku akan terlebih dulu ke sana untuk mempersiapkan segalanya. Setibanya di sana, aku disambut pembantu rumahnya membukakan gerbang. Mereka semua sudah mengenalku dan aku pun sudah tidak asing dengan tempat ini. Ini adalah tempat biasa beliau menjamu tamunya, bukan tempat tinggal keluarganya. Aku segera ke kamar mandi membersihkan diri. Setelahnya hanya dengan memakai kimono aku menuju ke dapur. Saat itu, dari jendela, aku melihat beberapa mobil telah memasuki halaman rumah mewah ini. Di ruangan itu telah menunggu beberapa orang pria dengan pakaian tukang masak. Seseorang yang adalah chef-nya memintaku untuk telanjang dan berbaring di meja dorong panjang yang telah disediakan. Setelah itu mereka bekerja dengan cekatan menata potongan-potongan daging serta sayuran di atas tubuh telanjangku. Ada sensasi geli dan dingin ketika daging-daging mentah itu bersentuhan dengan kulitku, lalu vaginaku ditancapkan mulut botol wine. Bukan pertama kalinya aku menjadi sashimi girl, aku sudah pernah beberapa kali melakukannya dalam event khusus yang diadakan oleh atasanku itu. Demikian juga para koki itu sepertinya sudah biasa menyajikan hidangan nyeleneh seperti ini sehingga mereka pun bekerja profesional walaupun di depan seorang wanita telanjang. Setelah selesai tubuhku ditutup kain putih bersih hingga sebatas leher. “Tok tok tok” ketukan di pintu terdengar, seorang koki membukakan pintu. Pak Sutan muncul dari sana, “Gimana? Sudah siap semuanya?” tanyanya “Beres Pak, tinggal menunggu perintah kapan disajikan!” sahut si chef. Pak Sutan menghampiriku “Kamu siap Lin?” tanyanya “Siap Pak kapan saja kok!” jawabku tersenyum. “Hehehe…kamu memang sekretaris saya yang hebat” pujinya, “baik kita jumpa lagi di ruang tengah!” Meja ini pun didorong menuju ruang tengah tempat jamuan berlangsung, jantungku berdebar-debar menanti pesta liar itu. Begitu memasuki ruangan dan kain dibuka, semua mata menatap tak berkedip ke arahku, ke arah tubuh bugilku yang hanya tertutup oleh potongan-potongan daging dan sayur. *”Wow… Pak Sutan.. luar biasa. kreatif sekali makanannya ini!” aku mendengar Pak Luthfi berkata pada Pak Sutan. ‘Ayo…ayo…silakan dimakan, ini halal kok dan saya sarankan makannya ambil langsung pakai mulut supaya lebih afdol!” sahut Pak Sutan mempersilakan para tamunya memulai acara gila ini. Hap…seseorang menyambar daging di dadaku, orang itu adalah salah seorang yang bersama Pak Luthfi, kalau tidak salah bernama Pak Ahmad, yang berkacamata dan berjenggot tipis itu. “Wuihhh…mantapks dagingnya huehehehe…!” kata Pak Ahmad memuji. Pak Andi menjadi orang kedua yang menyambar daging dari puncak payudaraku dengan mulutnya, kumisnya terasa menggelitik kulitku memberikan sensasi geli. Disusul pula pria lain mendaratkan mulutnya pada tubuhku untuk mengambil potongan sashimi, selain itu juga terasa tangan-tangan lainnya mulai meraba-raba tubuh mulusku, meremasi payudara atau memencet-mencet putingku. Pesta terus berjalan, pembicaraan lalu dilanjutkan dengan pembicaraan politik, gerayangan terhadap tubuhku makin liar, selain mengambil dengan mulut mereka juga menyempatkan diri menjilati tubuhku. Terasa wine di vaginaku dicabut. “Silahkan dicoba, wine ini memang enak disajikan hangat kuku.. Dihangatkan dengan cara khusus..” kelakar Pak Sutan lalu terdengarlah gelak tawa orang seruangan, “kalau yang ini, jangan khawatir kontaminasi. Penghangatnya saya sendiri yang mencuci bersih..” lanjutnya dan plop…botol itu pun terlepas dari vaginaku “dan satu lagi, jangan kuatir elastisitas lubang penghangatnya berkurang. Dijamin mengalahkan perawan.. silahkan dicoba, satu jari saja!” Tidak perlu menunggu lama, sebuah jari sudah masuk ke vaginaku dan satu jari lainnya masuk ke duburku. Kubuka mata melihat sejenak, ternyata* pemilik tangan itu adalah pak Nazarudin, sang bendahara umum partai. “Remas Lin!!! ” terdengar perintah Pak Sutan, “lakukan seperti biasa, kasih liat jurus maut kamu memuaskan pria pada mereka” ia berkata pelan dekat telingaku, yang kurespon dengan anggukan kepala *Aku meremas jari-jari Pak Nazarudin *dengan kekuatan otot vagina dan duburku. “Luar biasa remasannya. Ini baru satu jari..” pria berdarah Pakistan itu berdecak kagum memuji keahlianku. Lalu jari-jarinya disodok-sodokkan di kedua lubangku. Aku melenguh nikmat, vaginaku basah dan mulai menengang. *Apalagi remasan keras di payudaraku semakin intens dan sapuan lidah kasar di puting disertai gigitan. Aku tidak tau pasti ada berapa orang di ruangan ini, kuperkirakan ada lebih dari selusin suara-suara yang bergantian, aku menyapukan pandanganku ke ruangan ini, ada beberapa wajah baru, namun kebanyakan aku sudah mengenalnya. Saat itu juga kulihat Pak Ruhut yang kali ini mengenakan kostum Sailor Moon lengkap dengan wig pirangnya, di balik rok mininya ia juga tidak memakai celana dalam sehingga penisnya yang menggantung itu jelas terlihat. Ia menghampiri diriku kemudian mencaplok sepotong daging di dadaku lalu sambil mengunyah, ia menempelkan penisnya ke bibirku. Tanpa diperintah lagi, aku mengulumnya dan menghisap-hisap dengan penuh nafsu. Terasa juga vaginaku dimasuki kepala penis, tapi terasa besar sekali hingga meregang. *”Ummmm” teriakku tertahan Milik Pak Nazarudin begitu besar sehingga lubang vaginaku seperti dipenetrasi paksa. Ohhhh…sensasi nyerinya sungguh terasa sehingga aku tak tahan untuk mengerang, namun si empunya penis tidak peduli, malah mendorongnya tanpa ampun. Dan langsung menggenjotku cepat. *Perihhh dan klitorisku terasa terbakar… namun aku berusaha menikmatinya saja. Liang kenikmatanku ia sodoki tanpa ampun. Aku menggeliat geliat dan mendesah di tengah kenikmatan, derai tawa terdengar. Mereka sangat menikmati tontongan mesum ini, dan kuberitahu, yang semacam ini sudah biasa. Mulut dan vaginaku terisi penuh melayani dua pria ini dan srooootttt…penis Pak Nazarudin ejakulasi di vaginaku. Duh…padahal baru juga lima menit menggenjot, payah banget sih masa cuma lima menit saja? Gaya selangit dan penis gede ternyata tak menjamin perkasa, seperti yang satu ini, belum apa-apa sudah crot. Penis itu sudah menyusut begitu ditarik keluar dari vaginaku, aku benar-benar tanggung dibuatnya, kukira si Paki ini perkasa padahal cuma tahan segitu saja. dan tak lama, penis Pak Ruhut* di mulutku juga menyemprotkan lahar panas. Aku menelannya habis, karena itu tugasku sebagai budak seks. Sementara situasi di ruangan ini juga semakin panas saja, yang lain juga sudah berbaur dalam kegilaan. Di sofa, Pak Sutan yang sedang menikmati remasan dan rabaan tangan Bu Angie di selangkangannya, ia mulai melakukan aksi balik, tangannya meremas-remas dada wanita itu dari luar pakaiannya, lalu didekapnya Bu Angie dan mulutnya yang mirip kodok itu melumat bibir Bu Angie sehingga mereka pun terlibat percumbuan penuh nafsu sambil saling raba tubuh masing-masing. Di sofa lain, Pak Anas, si ketua partai, melakukan hal yang sama kepada Bu Inggrid, mulutnya melumat bibir wanita itu dengan penuh nafsu, kedua tangannya beraksi melucuti pakaian atasnya yang dilanjut dengan membuka branya. Kedua payudara Bu Inggrid yang montok itu pun menyembul dengan indahnya, kedua putingnya yang berwarna kemerahan telah mencuat tegang. Dengan terburu-buru Pak Anas memnyerbu kedua payudara itu, kenyotan dan remasan penuh nafsu menyerbu kedua gunung kembar Bu Inggrid diselingi dengan pilinan-pilinan di kedua putingnya. “Ihh…Pak ketua nakal ahhh…gigitnya jangan keras-keras gitu dong ahaahh!!” Bu Inggrid mendesah manja penuh gairah. “Saya akan bikin kamu klepek-klepek kepuasan Grid, kalau kamu gak puas, silakan gantung saya di Monas!” kelakar Pak Anas meremas payudara Bu Inggrid dengan gemas. Gilanya aksi itu berlangsung di depan Pak Hasan, suami wanita itu. Pak Hasan sendiri tidak kalah gila, di depan sofa itu di atas permadani ia sedang asyik menjilati vagina Bu Tere, salah seorang anggota dewan dari partai kami yang dulunya adalah seorang penyanyi. Ia tidak sendirian mengejai wanita itu, ada juga Pak Luthfi yang telah telanjang sehingga memperlihatkan tubuhnya yang gendut kaya sapi sedang menikmati penisnya dioral oleh Bu Tere dan tangan Bu Tere yang satunya juga sedang sibuk mengocok-ngocok penis Pak Pohan yang tangannya bergeriya menggerayangi tubuh mulus wanita itu. Salah seorang kader partainya Pak Luthfi yang tadi mendampinginya, seorang pria cepak dengan jenggot tipis di dagunya, yang kuketahui bernama Pak Mahfudz turut bergabung dengan Pak Sutan dan Bu Angie. Ia sudah telanjang, di punggungnya ada tatoo sapi, maksudnya mungkin supaya terlihat lebih macho dan garang, tapi karena gambarnya lebih mirip logo susu Dancow malah bikin yang melihat jadi ilfil, dan penisnya sudah menegang tegak. Pria itu berjongkok di antara selangkangan Bu Angie, lalu tangannya masuk ke dalam rok wanita itu, sekejab kemudian ia menarik keluar lagi tangannya beserta celana dalam merah Bu Angie yang di tengahnya bergambar apel Washington. Bu Angie menggerakkan kakinya membantu pria cepak itu meloloskan celana dalamnya. Pak Mahfudz mengangkat kaki kanan Bu Angie dan ia naikkan ke sofa sehingga vagina wanita itu terlihat dengan jelas dimatanya, belahan bibir vaginanya yang bak bibir merah itu sungguh mengundang selera setiap pria yang memandangnya. Dengan penuh nafsu bibir vagina tersebut ia kuakkan sehingga kelentitnya yang masih tersembunyi mulai nampak sedikit, tanpa menunggu waktu lagi Pak Mahfudz mulai menyeruput vagina Bu Angie kuat-kuat seperti menyeruput kopi, akibatnya Bu Angie pun melenguh panjang menerima hisapan kuat itu. Bu Angie, janda beranak satu yang juga mantan ratu kecantikan ini memang tergolong binal, entah sudah berapa banyak pria yang pernah bercinta dengannya, kabarnya dulu ia memenangkan kontes setelah beberapa hari sebelumnya mengunjungi salah satu juri dan juga bos pemilik stasiun TV penyelenggara kontes tersebut. Konon, almarhum suaminya juga meninggal gara-gara shock setelah mengetahui istrinya itu pernah tidur dengan banyak sekali pria untuk menggolkan lobi-lobi politiknya. Setelah menaklukkan Pak Ruhut dan Pak Nazarudin aku buru-buru ke toilet dulu untuk membersihkan diri dari bekas-bekas daging mentah, ludah dan sperma supaya lebih segar. Setelah membersihkan diri, aku keluar dan melewati sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka, terdengar lenguhan pria dari dalam sana. Aku melihat di atas ranjang, dua orang kader partai kami, Mas Roy, yang mengaku ahli IT paling pintar itu, sedang menyodomi Pak Farhat, si pengacara yang suka asal bicara. Mereka memang biseks bahkan cenderung penyuka sesama jenis. Pak Farhat bahkan punya identitas lain yaitu Mbak Farah kalau sedang jadi wanita. Pada waktu-waktu tertentu di sela-sela pekerjaan (ga jelas)nya, ia sering terlihat mangkal di taman lawang, lihat saja waria gemuk yang suka pake wig pink ala Lady Gaga, stoking jaring norak dan menyandang tas jinjing Hermes (abal-abal beli di Tanah Abang) dengan gantungan kunci pocong. Kalau sedang menjadi Mbak Farah, jangan coba-coba memanggilnya dengan Pak Farhat, karena ia pasti akan ngamuk dengan suara ngebas dan melemparkan sepatu haknya, lalu ia akan ngomel-ngomel gak karuan di twit**ternya @farah_abbas_cong. Sementara Mas Roy memangnya hombreng sejati, pernikahannya hanya sandiwara belaka gara-gara dulu dijodohkan orang tua. Kalau lawatan ke luar negeri, yang pertama dicari olehnya adalah klub-klub gay terkenal, ia suka nongkrong di tempat-tempat seperti itu dengan memakai kaos ketat hitam tanpa lengan dan anting di telinga kanan.Sementara istrinya ia bebaskan mencari kepuasan dengan para gigolo muda dan ganteng. “Uhhh…enak Roy, sumpah pocong…kontollu enak banget!” erang Pak Farhat. Mereka sepertinya tenang-tenang saja melihat diriku di depan pintu memergoki mereka, Mas Roy bahkan tersenyum padaku sambil terus menggenjot dubur Pak Farhat. Aku pun berlalu membiarkan mereka meneruskan main pedang-pedangan. Di kamar lain, aku melihat Bu Melinda, seorang kader partai kami juga, yang dulunya seorang artis, dalam keadaan terikat kedua tangannya terangkat ke atas, mulutnya tersumpal sebuah gag ball. Pak Ahmad, orang separtainya Pak Luthfi sedang memecuti tubuhnya dengan ikat pinggang kulit. Bekas pecutan memerah dan tetesan lilin telah menghiasi tubuh telanjang Bu Melinda. Ctarrrr…. Ctarrrr..* Uhhhh.. payudara dan perutnya kembali dipecuti oleh Pak Ahmad. Bu Melinda menatap sayu ke arahku, Pak Ahmad yang menyadari kehadiranku juga menoleh ke arah pintu sambil tersenyum mesum. “Halo Lin, sini!” panggilnya, “ikutan yuk, biar rame!” “Eeerr….saya…” Belum sempat aku mengiyakan, tubuhku sudah didorong seseorang dari belakang sehingga masuk ke kamar. Pria yang mendorongku adalah Pak Hadi, salah seorang petinggi partai, juga ikut bersamanya Pak Juki yang tampangnya culun berkacamata tapi hidung belang itu. Mereka berdua sudah telanjang dengan penis mengacung tegak siap menembak ke arahku. “Ayo Lin, kita main rame-rame hehehe” sahut Pak Hadi, si tua bangka mesum itu. Mereka membaringkan tubuhku di ranjang dan mulai menggerayanginya. Pak Hadi mengenyoti payudaraku dan menggerayangi tubuhku. Sementara Pak Juki berlutut di sebelah kepalaku dan menjejali mulutku dengan penisnya yang tidak terlalu besar. Ia memintaku menjilati bola dan lubang pantatnya. Aku merasa jijik dan tidak mau. *”Ayo dong Lin, kalau jadi sekretaris diajak ngeseks aneh-aneh itu udah risiko!” kata Pak Juki. Akhirnya dengan terpaksa aku menjilati lubang pantat itu. Tak lama dubur ku terisi lagi dan juga lubang vaginaku oleh jari-jari Pak Hadi *Ctaaaarr..ctarrrr….aku melirik ke samping, nampak cambukan Pak Ahmad terus menghajar kulit Bu Melinda. “Eeemmhhh….” wanita itu mengaduh tertahan karena mulutnya tersumbat gag ball, tubuhnya penuh keringat dan matanya meneteskan air mata. “Pak Ahmad gimana? Enak kan mainnya? Kami memang hadiahkan asset terbaik partai kami sebagai tanda koalisi dengan partai anda” sahut Pak Juki pada Pak Ahmad. “Ini memang hadiah terbaik Pak…sangat memuaskan, sebagai balasan, nanti saya akan persembahkan istri saya untuk kalian cicipi juga, pokoknya mantapks!” kata Pak Ahmad puas “Oh, istri anda yang penyanyi dangdut itu?” tanya Pak Juki meyakinkan “Yup…asyik loh sedotannya, nanti anda rasakan saja sendiri!” katanya seraya mengayunkan sabuknya lagi ke arah punggung Bu Melinda. “Mmmhhhh…!” kembali Bu Melinda meringis menahan sakit merasakan sabetan pada punggungnya. Tak lama setelah mereka menjilat dan menggerayangi tubuhku plus oral seks. Aku diikat dengan tangan ke atas bersebelahan dengan Bu Melinda. Tiga orang pria memasuki kamar ini sehingga semakin ramai saja di sini. Astaga…. kacau nian keadaannya kali ini, lubangku dipenuhi penis yang besar-besar. Banyak tangan yang menggerayangi tubuhku dan meremas-remas susuku. Sesekali aku juga menjadi sasaran cambukan Pak Ahmad bersama Bu Melinda. Aku tidak bisa melihat siapa yang sedang menggenjot vagina dan duburku saking sibuknya. Mereka selalu terbahak setiap kali kami menggeliat sakit ataupun menggeliat karena orgasme. Cairanku dihisap habis oleh mereka, sedangkan aku harus menelan semua sperma mereka. Para pria itu bagaikan serigala lapar memangsaku dan Bu Melinda, entah berapa orang yang menyetubuhiku. Pertempuran sengit ini berlangsung cukup lama. Aku sudah setengah sadar ketika orang terakhir menyemburkan spermanya ke wajahku, aku melihatnya samar-samar orang itu adalah Pak Luthfi, spermanya sudah tidak banyak dan sangat encer, mungkin sudah terkuras pada ronde-ronde sebelumnya. Aku dan Bu Melinda terbaring lemas di ranjang dengan tubuh bermandikan sperma dan peluh, nafas kami juga sudah terputus-putus. Ketika terbangun, di luar sana sudah gelap dan jam menunjukkan pukul tujuh malam lebih. Bu Melinda sudah tidak ada lagi di sebelahku, Pak Sutan mengatakan ia sudah pulang lebih dulu dan acara gila tadi sudah selesai. “Terima kasih atas partisipasinya meramaikan acara Lin…kamu memuaskan semua orang hari ini” katanya Ia lalu menyodorkan segelas air dan memintaku mandi. Tak lupa ia menyuntikkan cream khusus untuk mengembalikan elastisitas vagina dan duburku. ######################## “Duduk di sana dan buatkan surat perjanjian, draftnya sudah saya simpan di sini!” perintah Pak Sutan menyerahkan sebuah flashdisk berbentuk penis padaku Saat itu di balik blazer dan rok spanku, aku hanya memakai pakaian dalam latex dan gstring kulit hitam, sementara di dalamnya ia memasangkan rantai kalung di leherku. Rantai ini memiliki rantai-rantai kecil yang banyak dengan penjepit-penjepit vibrator di ujungnya. Penjepit itu dipasangkan di puting dan sekeliling payudaraku, jadi aku seperti menggunakan bra rantai. Di kursi yang ditunjuk, sudah terpasang dua buah dildo tegak berdiri. Pak Sutan berdiri di samping meja melihatku memasukan dildo itu ke dalam vagina dan duburku. “Ahhh… ini terlalu panjang Pak, sakit jika saya duduki ” kataku dengan memelas. “Masih baru jadi belum licin, lakukan aja seperti yang saya ajarkan Lin, hirup nafas panjang lalu masukan dildo itu perlahan, tubuh mu sudah disiapkan untuk menerima dildo dan penis sepanjang dan sebesar apapun itu” perintah Pak Sutan, “rasanya pasti ngeri-ngeri sedap kok hehehe…” Seperti dihipnotis, aku melakukannya, dan mencoba dengan gerakan mengebor untuk memasukan dildo-dildo itu. Atasanku itu tersenyum melihatnya. Setelah berhasil memasukkan benda itu….rrttttt…..Pak Sutan menghidupkan remote dildo itu dan mereka bergerak meliuk-liuk di dalam dubur ku dengan gerakan memutar namun tidak beraturan. Aku menggelinjang merasakan uliran dildo-dildo ini. “Konsentrasi, lakukan latihan otot-otot mu agar kembali kencang sambil ketik surat perjanjian ini sampai selesai. Kami makan dulu, lalu kami akan kembali, dan ini sudah harus selesai. Jelas?” bisik Pak Sutan lagi “Baik Pak!..” jawabku dengan patuh Pak Sutan memberikan jempolnya, lalu berjalan ke sisi ruangannya yang lain “Bapak-bapak, selagi surat perjanjian nya dibuat, kita makan siang dulu di ya.. nanti setelah semua selesai kami akan menjamu anda-anda semua dengan acara khusus di tempat saya, ya, nanti setelah penandatanganan surat perjanjian kita” Terdengar suara tawa dan bincang-bincang sesaat. Lalu muncullah orang yang tak asing lagi yang wajahnya sering muncul di berbagai media, ketua salah satu partai besar di tanah air. Dia adalah Pak Abu, yang wajahnya begitu menawan, setiap melihatnya mengingatkanku pada kuda-kuda jantan di Ragunan, ia ditemani oleh beberapa pembesar partainya, kulihat Pak Agung yang hidungnya mirip tomat (gemes deh pengen mencet…toott…), Pak Idrus yang item pahit (lebih manisan dakocan), Pak Yahya yang dulu suka bawain acara kuiz dan bergaya koboy dengan lagu country-nya, dan beberapa lainnya yang aku tidak hafal namanya. Mereka melihat padaku yang sedang “duduk” sambil menghadapi meja kaca dengan laptop di atasnya. Aku sedang menggeliat-geliat tertahan. Pak Abu bertanya pada atasanku ” kenapa dia Pak?” “Angkat sedikit pantatmu Lin! Biar Pak Abu melihat apa yang terjadi di bawah sana” kata Pak Sutan tegas Aku mengangkat sedikit pantatku, dan terlihatlah dua dildo pink tertancap di alas kursi sedang mengebor kedua lubangku. “Wow…hebat!” kata Pak Abu. “kursi ini sangat seksi untuk sekretaris ya… hahahhaa” tertawalah mereka terpingkal-pingkal “Beli di mana tuh Pak Sutan?” tanya Pak Agung, “saya juga mau dong buat sekretaris saya, biar makin hot dia” “Saya juga Pak, lumayan buat main-main sama sekretaris atau para news presenter di stasiun TV saya kalau berani ngomong tentang lumpur, hahaha….” kata Pak Abu. “Hahaha…beres bapak-bapak, nanti saya kasih tau tempat belinya,” kata Pak Sutan, “eh…omong-omong news presenter, bagi-bagi dikit dong Pak Abu, kan di tempat anda cakep-cakep tuh, saya juga pengen icip-icip nih!” “Boleh, bisa diatur kok, gimana nanti di partynya saya ajak para news presenter untuk lebih mempererat silaturahmi!” kata Pak Abu “mempererat silaturahmi….hihihi, bisa aja memperhalus kata-kata si muka kuda ini!” tawaku dalam hati. “Hahaha…” Pak Sutan tertawa lebar membuat mukanya semakin ‘tampan’ saja, “baiklah sekarang kita makan siang saja dulu” ia membukakan pintu. “Eittt….Pak Yahya lagi ngapain hayo!” kata Pak Sutan memergoki Pak Yahya yang coba-coba mencari kesempatan meremas pahaku, aku sih rela-rela saja, soalnya beliau yang paling ganteng (dalam arti sesungguhnya) dibanding yang lainnya. “Hahha…iseng Pak Sutan, anda juga sih punya sekretaris seksi gini bikin ga nahan!” “Kalau Pak Yahya suka sama Kalina, bagaimana kalau saya memberi anda tebakan, kalau menjawab benar, Kalina akan menemani anda secara pribadi selama tiga malam, bagaimana Lin?” kamu setuju?” tanya Pak Sutan. “Siap aja Pak saya sih!” jawabku tersenyum manis, asyik juga kok pasti dapat tip yang gede-gede kalau menemani para kolega atasanku ini. (mereka dapet duitnya darimana, itu sih tanyakan pada rumput yang bergoyang) “Gimana Pak Yahya? Deal or no deal?” Pak Sutan mengulurkan tangan mengajaknya bersalaman. “Baik…deal dong, masa deal lah…saya terima deh, apa nih tebakannya?” Pak Yahya menerima uluran tangan atasanku. “Gampang…sekretaris saya ini pakai BH gak?” Tiba-tiba saja semua mata memandang ke arah dadaku menebak-nebak, walau terbiasa dengan tatapan liar pria, namun ditatap banyak mata sekaligus untuk bahan tebakan kok agak risih juga yah rasanya. “Hhhmmm…ngga pakai!” jawab Pak Yahya setelah beberapa saat mengamat-amatiku “Anda yakin?” tanya Pak Sutan “Fifty-fifty!” “Anda tidak ingin mencoba ask the audience?” tanya atasanku lagi. “Hhhmmm….” Pak Yahya jadi agak ragu, “boleh deh, bagaimana nih bapak-bapak? Pakai atau tidak?” “Yang memilih tidak angkat tangan anda hayo!” sahut Pak Sutan. Yang mengangkat tangan kulihat lebih banyak dari sisanya, termasuk Pak Abu. “Nah gimana Pak Yahya?” tanya atasanku yang ‘ganteng’ itu. “Oke karena rekan-rekan saya mayoritas menjawab tidak, demikian juga keyakinan saya, maka saya putuskan tidak deh!” “Baiklah, Lin coba kamu perlihatkan!” sahut Pak Sutan, “…..ternyata survey membuktikan….” Aku membuka blazerku dan memperlihatkan payudaraku yang terbungkus bra berantai pemberian Pak Sutan. Kembali semua mata menatap ke dadaku dan bra uniknya. “waduh….gone…gone…gone…” Pak Yahya kecewa karena tebakannya meleset. “Haha..***papa Pak Yahya, tenang aja, Kalina juga akan meramaikan acara nanti malam kok!” Pak Sutan menenangkan, “Yuk sekarang kita makan aja dulu yah! Oh iya Lin….” ia menoleh ke arahku sebelum keluar ruangan, “nanti malam katanya Mbak Anissa mau hadir di pestanya, gak tau jadi atau nggak nya, pokoknya kamu urus segalanya sebaik mungkin oke!” “Siap Pak” jawabku tegas. Akhirnya dengan selesainya acara kuiz ‘Who Wants to be Pervert’, mereka pun meninggalkan ruangan ini. Tinggal aku dengan suara dildo yang terus mengebor dan menggesek dinding vaginaku. Ahhh… aku harus meremasnya dengan otot-ototku, aku harus membuat ototku mengencang lagi, dan.. aku juga harus mengetik. Untuk acara nanti malam, menjamu rekan koalisi dari partai Pak Abu sepertinya aku akan ekstra sibuk, terutama karena kemungkinan datangnya Mbak Anissa. Memang sih dia bukan petinggi maupun kader partai, hanya menantunya dewan pembina partai, tapi dia mempunyai posisi yang sangat penting dan hubungan yang sangat erat dengan penguasa negeri ini, jadi segalanya harus dipersiapkan sebaik mungkin. Uuhhh…aku segera menyelesaikan tugas mengetikku lalu segera makan siang dan istirahat yang cukup nih…. to be continued….(maybe yes…maybe no)
By: Kalin