“Rio.. Kamu dimana? Aku lagi bete nih” suara lusi dari telfon genggam yang menghentikan sejenak film yang baru saja kuputar dari laptopku setelah belum lama kubuka mata untuk menyambut mentari pagi. “aku dirumah, kenapa?” jawabku sekenanya saja karena agak kesal dia menggangguku menonton film “aku mau cerita nih” jawab lusi “yaudah cerita aja” jawabku dengan menolehkan wajah ke arah jam tangan yang menunjukkan pukul 8.30. “Masih pagi banget nih” celetukku dalam hati. “sini sih kerumahku” jawabnya berusaha mengganggu hari liburku yang sebenarnya ingin kuhabiskan dirumah “males, kamulah yang kerumahku” ajakku agar aku tidak meninggalkan rumah dengan nada yang sedikit memaksa dia berkata “ih kok gitu sih, sini lah” “males, kalo kamu mau cerita kesini, kalo enggak yaudah gapapa” jawabku untuk tetap berada dirumah “yaudah aku kesana deh, tunggu yah” jawabnya dengan sedikit terpaksa “yaudah serah” jawabku sebelum menekan tombol untuk mengakhiri pembicaraan ditelfon itu dihari yang cerah ini seorang wanita cantik bernama Lusiana Pratiwi atau yang biasa kupanggil lusi memarkir mobil pabrikan jerman itu didepan pagar rumahku, aku yang masih berdiri didepan pagar yang baru saja kubuka masih terdiam melihat pesona tubuhnya yang cukup membuat kekaguman bagi para pria normal sepertiku. “Rio Hadi Prasetyo, 7 juli 1990” aku yang sedang mengunci pintu rumahku melihat dia yang sedang membaca sebuah ukuran kayu yang bertuliskan Nama dan tanggal lahirku. “orang rumah mana?” tanya lusi padaku yang sedang berjalan menuju kamarku untuk melanjutkan aktivitasku dengan komputer jinjingku dikamar. “kalo udah bete jalannya juga mereka balik kok” jawabku sambil melanjutkan langkahku menuju kamar. “Rioooo…..” panggil lusi yang sedang berdiri dipintu kamarku dengan melanjutkan langkahnya menuju tempat tidurku. “apa?” jawabku didepan layar laptopku. “jutek banget sih dari tadi pagi” protesnya. “iya” jawabku yang sebenarnya kesal dengan dia yang hanya menjadikanku wadah untuk semua masalahnya. “puk” sebuah lemparan botol handbody yang berasal dari tas yang dibawa lusi yang aku rasakan dibagian belakang leherku. “dasar ngeselin” celetuknya. merasa tidak aku hiraukan dia berteriak menyebut namaku “RIO!”. dengan mengangkat tangan aku berkata ” HADIR” “yaudah sih cerita aja” sambungku karena melihat ekspresi kesal dari wajahnya. “Males ah kalo kamu gitu” jawabnya dengan memandang sinis ke arahku. “yaudah kamu mau cerita apa lusi?” tanyaku melembut dengan melangkahkan kaki lalu duduk didepannya yang sedang duduk ditempat tidurku. “jangan jutek sih” protesnya terhadapku. “iya, lusi kenapa?” tanyaku dengan lembut. “aku habis kelai sama dia” dengan menaikkan lengan baju kirinya dan menunjukkan luka lebam dilengannya. aku yang sudah mengerti kalau dia sedang ada masalah dengan pacarnya berkata “terus?”. “tuh kan jutek lagi, tau ah udah, bete disini, kesel!” jawabnya sedikit ngambek. “loh lanjutin dulu lah kamu cerita, aku kan gak tau apa apa masalahmu ama dia, gimana mau kasih saran ke kamu coba?” jawabku. “iyadeh iya, jadi aku ngeliat foto cewek di handphonenya, awalnya aku biasa aja sih walau aku sempet simpen foto itu di handphone aku buat jaga-jaga aja siapa tau dia boongin aku, tapi lama kelamaan aku denger dari temen aku dia jalan ama cewe lain, aku tunjukin foto cewe itu ke temen aku, dan kata temen aku bener kalo cowo aku jalan ama orang yang persis dengan foto yang aku tunjukkin” lalu dia mengambil hp dan menunjukkan foto gadis tersebut dihadapanku. “cantik juga nih, siapa namanya?” jawabku melihat foto gadis tersebut. “ENGGAK!” teriak lusi. “Cantik aku lah daripada dia” sambungnya. “kalo cantik kamu mana mungkin cowomu jalan ama cewe lain” jawabku sekenanya. “IH DASAR!” jawabnya dengan memukul lenganku. “iyadeh Lusi paling cantik, paling sexy, paling modis, menurut ayah ibunya, iyakan?” jawabku sambil tertawa. “PLOK” sebuah tamparan yang tidak terlalu keras memang mendarat dipipiku. “ih ngambek” jawabku atas tamparannya. “tau ah bete, mau pulang” jawabnya kesal dengan berdiri mengambil tasnya. “yaudah hati-hati ya lusi, kalo ketemu pacarmu bilangin ya aku mau kenalan sama cewe yang tadi” jawabku dengan tertawa. sudah sampai didepan pintu kamarku dia berbalik dan berlari kecil kearahku sambil memukulku dengan tasnya dan berkata “ah ngeselin, dasar manusia paling ngeselin”. aku hanya melindungi wajahku dari pukulannya dan tidak berusaha menahannya. merasa sudah lelah memukulku dia kembali duduk dihadapanku dengan wajah kesal. “loh gajadi pulang?” tanyaku sambil tertawa. “NGESELIN!” teriaknya dengan tawa dan mengambil guling yang ada di tempat tidurku. puas dia memukuliku dengan guling kami terdiam sejenak. “biasanya orang rumahmu kalo jalan gapernah lama, kok ini lama?” lusi membuka obrolan. yap, Lusi memang sering berkunjung kerumahku, bahkan sudah kenal dekat dengan orang rumahku, walaupun dia kalau kesini tidak pernah sendirian seperti sekarang, biasanya dia datang dengan teman-teman lain untuk mengerjakan tugas ataupun hanya sekedar menghabiskan makanan ringan yang ada dirumahku. “terserah mereka lah” jawabku. “yaudah deh, nanya doang juga” jawabnya masih kesal. layar laptopku yang masih menyala dihampiri oleh lusi, dengan langkah kecil dihiasi ceracaunya yang pastinya sangat kesal denganku. “yee habis nonton bokep ya” celetuknya. sebelum dia datang memang aku sedang menonton film tersebut, saat dia datang, aku hanya mentutup program media playernya dan hanya meminimize folder tempat dimana film seperti itu terkumpul. “terserah dia lah mau ngapain dengan film seperti itu, kasian dia yang sedang ada masalah dengan pacarnya” umpatku yang terbaring ditempat tidur dalam hati. “kok kayaknya mereka asik banget sih ngelakuinnya” komentar dia yang sedang menikmati film tersebut. “kenapa emang? kepengen? sini nih dikasur kalo pengen” jawabku asal. “iy…. eh enggak, kamu mesum banget ah?” “wah bakalan seru nih” batinku berkata. lalu aku langkahkan kaki mendekatinya, berdiri dengan sedikit membungkuk melihat layar laptopku, tanganku aku sandarkan dibahunya, dagukupun kutaruh diatas kepalanya yang sedang asyik menonton film bokep tersebut. desahan demi desahan kenikmatan yang ada difilm itu telah membuat fikiran lusi dipenuhi hawa nafsu untuk melakukan kegiatan serupa, akupun begitu. tangan lusi mulai memegang tanganku yang ada dibahunya, aku yang sudah tidak dapat berfikir bahwa yang ada didepanku ini adalah temanku, yang ada dipikiranku adalah bagaimana cara agar melepaskan cairan yang ada dibalik kelaminku ini. “KAMU GAUSAH DEKAT-DEKAT AKU!” bentak lusi yang jual mahal, walaupun aku memperhatikan dia yang sangat penuh dengan nafsu yang terlihat dari ekspresi wajah dan gerak geriknya. aku yang juga sudah terbawa nafsu tanpa banyak berbicara, aku memutar kepalanya hingga berhadapan denganku, masih posisi berdiri dibelakangnya dengan sedikit terbungkuk, lidah dan bibir kami bertemu. merasa lelah dengan posisi seperti ini akupun menariknya menuju tempat tidur, tanpa banyak bicara kami berciuman kembali, merasa tidak puas dengan ciuman, aku turunkan kepalaku menuju dadanya yang cukup besar, aku tarik sedikit bajunya dari bawah berusaha melepaskan pengait bra yang digunakannya untuk mengeluarkan isinya, diapun menarik rambutku dan berkata “Nanti orang rumah datang”. “Tenang, mereka lagi diluar kota” jawabku untuk menenangkannya. “Kapan perginya? terus baliknya kapan?” tanya lusi yang takut kegiatan kami diketahui oleh orang tuaku. “udah dari kemarin sore, mereka pulang nanti malam, paling juga sampe rumah besok pagi” jawabku dengan melanjutkan aktivitasku dihadapan buah dadanya. “ahhh……” desahnya ketika isi dibalik branya kusedot. “terus rio…… terus….. enak.. ah…” jawabnya keenakan. iseng sedikit, akupun berhenti dan mengajaknya main tebak-tebakan, aku bertanya padanya “Pasti ini ukurannya 34B? eh salah” jawabku memastikan dengan melihat lagi buah dadanya yang cukup berisi. “ini bukan 34B, tapi 34C, iyakan?” jawabku menebak ukuran dadanya, dengan kaget dia menarik rambutku dan kepalaku didekatkan dengan kepalanya lalu dia berkata “Kok kamu tau?”. tanpa menjawab pertanyaannya aku menyapu kembali bibirnya dengan bibirku sambil tangan kananku bermain dengan ujung buah dadanya dan tangan kiriku menahan badanku, karena posisiku berada diatas lusi. “mmmmmmmhhhhhhh………..” suara desahan seperti itu terkadang muncul disela-sela kami berciuman, akupun merebahkan diri diseblah kanan lusi, tangan kiriku menyelinap dibelakang leher lusi dan bermain dada seblah kirinya, mulut kamu berciuman, dan tangan kananku berada dibalik celana lusi, cukup lama kami bermain diposisi seperti itu, desahan demi desahan keluar dari mulut kamu. “aahhhh.. aaahhhhh… aaaaaahhhhhh….” desah lusi ketika vaginanya kumasukkan jari tengahku “ahhh… ri.. o…. saa…..kiiittt…..” desah lusi yang menahan rasa sakit didampingi kenikmatan duniawi ketika jari tanganku mulai masuk lebih dalam ke liang vaginanya, sangat terasa sempit disana. lelah tanganku menahan celana lusi yang masih tertempel ditubuhnya, akupun berinisiatif untuk melepaskannya, saat aku ingin menarik celananya, tangan lusi menahan tanganku. “Aku masih perawan” mendengar omongan seperti itu aku menjadi sedikit berfikir kalau terjadi apa-apa dengan lusi, pastilah aku pelakunya, mengingat dari cerita lusi sendiri yang pernah bercerita bahwa orang tuanya sangat over protect oleh dirinya karena dia anak tunggal, bisa jadi omongannya lusi benar, dan juga sudah lama aku berteman dengan lusi dan terkadang lusi sedikit canggung untuk berkomunikasi dengan orang lain, membuktikan bahwa dia jarang berinteraksi dengan orang banyak. terlepas dari semua itu, kami tetap melanjutkan kegiatan tersebut, sudah tidak ada benang yang menutupi tubuh kami. melihat kelaminku lusi berkata “kamu harus masukin itu ke vagina aku sekarang” dengan nafsu yang tinggi lusi menarikku untuk segera memasukkan penisku ke liang kenikmatan miliknya. akupun melawannya ketika dia berusaha memasukkan batang penisku ke liang vaginanya, kembali aku memainkan vaginanya dengan tangan, aku ingin melebarkan dulu vaginanya agar penisku dapat masuk dengan mudah ke vagina perawannya dengan tanganku, terus aku mainkan liang vaginanya “rio… te…russs…… ah….. rio…..ah….. ak..u….. mau.. di.. masukkin…..terus…” ceracau lusi. aku menambah tenagaku untuk memainkan liang vaginanya, membuat semakin aktif bermain diliang tersebut. “ahh…. rio… teruss…. enaaakkk…… ahhh…. enak banget……..” “ah…. rio… ak..u m..auuu… pi…pp…ahhhhh…. mau pipis…..ah….” semakin cepat aku memainkan vaginanya. “rio!” “iya, lusi kenapa?” “enak…ah….pipis…ah….ah….” ceracaunya sambil menarik-narik rambutku. ——————————————————————————————————————————— UPDATED Lusi pun akhirnya mengeluarkan cairan vagina nya dengan nikmat dan tangannya masih menarik-narik rambutku “kalo mau ngentot, ngentot aja, jangan jambak orang, sakit bego” Lusi pun melepaskan jambakannya dan melihat kontolku yang masih berdiri tegak “ah enak banget rio, udahan ya aku cape” wah enak bange nih bocah dalam hatiku Perlahan pipinya mulai ku elus dan memberikan sedikit ciuman di bibirnya Langsung saja aku berbaring di seblahnya dan tentu tidak lepas dari mencumbu dan menggerayangi bagian tubuhnya Sedikit permainan tanganku yang memaksanya untuk duduk di atas perutku “Women on top” dalam hatiku, ah betapa nikmatnya posisi seperti ini, aku bisa diam tiduran dengan memandang buah dada yang naik turun serta goyangan dan jepitan kelamin lusi yang sungguh nikmat Masih dengan posisi yang sama yang merupakan posisi favoritku dan mendengar desahan seorang sahabatku ini “goyangmu kurang mantap lus” “kan baru ini aku ngerasain sex, harusnya kamu ajarin aku” “yaudah terus goyang aja, kalo udah kebiasa ntar kamu pinter ndiri” “ngarep banget kamu bakalan ginian terus sama aku” “paling juga kamu yang minta nambah lagi besok” “sok kecakepan dasar” celetuknya sambil mengocok kontolku dengan memeknya Genjotan dan keringat serta desahan sudah menjadi satu Akupun akhirnya merasakan penisku sedikit berkedut, ah sial aku tidak bisa membuat perawan ini merasakan kenikmatan kembali “ahhh…. lusi aku mau keluar” “keluarin aja dimulut aku” jawabnya polos “ini sayang isap semua, telan habis ahh..” aku yang dalam posisi tidur melihatnya menunduk dan menjilati penisku “ahh sayang aku keluar, jilat habis sayang ahh… telan” kulihat lusi menjilat kontolku penuh nafsu walau tak ditelan olehnya karena aku lihat dia merasa sedikit jijik Mandi bareng? Tidak, aku membiarkannya membersihkan diri terlebih dahulu, aku masih sedikit lemas setelah memperawani lusi Setelah keluar dari kamar mandi dengan telanjang lusi langsung memakai pakaiannya kembali, akupun bergegas membersihkan diri didalam kamar mandi Setelah aku keluar dan memakai kembali pakaianku, kembali aku bersantai dikasurku dengan menatap lusi yang sedang menyisir rambutnya didepan cermin “mau langsung balik, ini duitnya” akupun langsung berjalan ke meja tempat lusi menyisir rambutnya, karena memang dompetku ada disana “aku bukan lonte bangsat” tiba-tiba sisir yang ia gunakan itu mengarah ke badanku, kuambil sisir itu dan menghampirinya sambil sedikit mencium kepalanya “oh iya? jadi ikhlas nih aku dikasih gratisan” “bodo amat ah, sana jauh-jauh” jawab lusi dengan sedikit kesal “ya udah” jawabku singkat dengan kembali ke kasurku Tiba-tiba dia mendekatiku dan tidur disampingku Aku berusaha untuk tidak menghiraukannya, dan diapun melayangkan pelukan ke tubuhku “cewe gatel peluk-peluk” celetukku berusaha sok ngambek karena habis dijutekin “biarin ah” jawabnya dengan aku membalas pelukannya “rio, kamu perawanin aku” “siapa yang mancing? Mana ada kucing yang nolak whiskas” “ntar kalo aku hamil gimana?” “rejeki, jangan ditolak” “ih, emang kamu gak malu kalo hamilin aku? Kita kan temenan dan pertemanan kita selama ini biasa aja” “biasa aja tapi ngasih perawan juga” “ih kan maksud aku gak gitu, kan aneh kalo diliat orang lain, kita temenan gini kok bisa sampe hamil” “ribet banget sama omongan orang, hamil ya hamil aja” “yaudahdeh, selalu cuek sama omongan orang ya kamu” “itu tau, yaudah” “tapi kan aku gak bisa kayak gitu” “yaudah mau di apain lagi kalo hamil, toh emang kesalahan kita kan, yaudah” “iya deh” Karena lelah kami pun tidur bersama dikamarku, tidak terasa sudah pukul 16.00 dan handphone ku berdering bunyi handphone itu membuat kami berdua bangun, setelah aku mengambil handphone ku, ternyata deringnya sudah berhenti, aku lihat ada 3 panggilan tidak terjawab “siapa yang nelfon” kata lusi “eh udah bangun juga” jawabku dan langsung mencium keningnya “roy, aku lupa hari ini aku ada janji latihan di studio bareng dia jam 5” lanjutku Aku memang sedang menyukai EDM dan beberapa bulan belakangan aku aktif sebagai disc jockey “kan belum mulai, kenapa dia udah nelfonin?” tanya lusi Tiba-tiba handphone ku kembali berdering, roy kembali menelfonku “bukain pagar, dari tadi ditelfonin gak diangkat, lagi enak sama lusi ya? Mumpung rumah sepi” omongnya di telfon Ya jelas saja roy mengetahui ada lusi di dalam, karena lusi juga teman kami dan tentu rou mengetahui kendaraan lusi “bacot” balasku singkat dengan langsung menutup telfon dan langsung menuju gerbang Sesampai di gerbang aku melihat roy seperti berdiri menunggu seperti sedang ingin merampok rumahku saja “enak banget sama lusi ya? Berapa ronde?” celetuk roy “gak jadi kubukain nih” “eh jangan, malah ngambek” jawab roy “yaudah diem” jawabku dengan membuka pagar dan menyuruhnya masuk “orang rumah mana? tumben sepi” “iya pada keluar kota” jawabku sembari jalan ke ruang tamu “enak dong ya? Gimana lusi? Berapa ronde tadi?” Tiba-tiba lusi keluar dari kamar dan menghampiri kami “halo roy, apa kabar?” tanya lusi kepada roy “basi lus, haha, lu habis enak banget apa tadi sama rio, kucel banget gitu mukanya” “yee orang gak ngapa-ngapain juga” “iyasih bener, lu bedua enak-enak juga gak mungkin cerita ya” “bego roy” jawabku Kami bertiga pun bergegas menuju studio, gak mungkin aku meninggalkan lusi dirumah dan lusipun belum mau pulang serta memilih untuk ikut bersama kami menuju studio dengan mobilnya Sesampainya di studio kami bersiap untuk latihan Ditengah latihan roy tiba-tiba keluar dengan alasan lapar dan ingin makan sebentar Aku melanjutkan latihanku sendiri dan tiba-tiba lusi menghampiriku dan memeluk dari belakang, aku yang tidak bisa berkonsentrasi penuh berbalik badan dan mencoba menegurnya agar jangan menggangguku, kondisi studio memang tertutup rapat dan tidak dapat dilihat dari luar apapun kegiatan yang dilakukan di dalam Lusi pun berusaha menggodaku dengan memegang kelaminku dan membuka celanaku Oh fantasiku sedikit tersalurkan, yaitu bercumbu ditempat yang cukup high risk Akupun membalas perlakuan lusi, sedikit aku naikkan bajunya dan memainkan buah dadanya, terlihat lusi sedikit menikmati permainanku, aku yang sudah on tidak ingin berlama-lama karena takut keburu ada yang masuk Dengan sedikit usaha, kami melakukan dogy style, nikmatnya posisi ini dengan kondisi high risk “ahh… sayang…” desah lusi yang sedang dilanda kenikmatan Merasa kurang nyaman dengan posisi ini, lusi membuka celananya dan langsung menindihku dengan posisi WOT “lus, genjot terus sayang…..” dan lusipun langsung melahap bibirku Betapa nikmatnya ngentot dengan kondisi seperti ini “ah sayang aku mau pipis”celetuk lusi yang sudah sedikit lagi untuk mencapai orgasmenya Akupun mengganti posisi kami dengan MOT walaupun aku juga sudah ingin mengeluarkan isi yang ada dalam kelaminku karena memang tidak ingin berlama-lama dengan kondisi high risk seperti ini “ayok sayang keluarin bareng.. ahhh…” Genjotan demi genjotan menghiasi orgasme kamu berdua Setelah bercumbu selama 15 menit kamipun orgasme bersama di dalam studio