Panas matahari terasa membakar kulit. Para pedagang asongan berseliweran bercampur dengan berbagai macam jenis manusia yang seakan berlomba mengejar waktu. Seorang pengamen berlari menyongsong sebuah bis yang memasuki terminal ini. ” Serang habis, serang habis…ya yang Merak masih ada kosong Bu,Pak…” teriak Kondektur menawarkan pada beberapa orang yang berdiri di Halte. Hap…sepasang kaki berbalut sepatu Boots Militer Navy Seal melompat turun dari Bis. Dia mengeluarkan sehelai bandana dari saku celana jeans birunya yang digunakan untuk melap keringat yang terus mengucur dari kepalanya yang tak berambut itu. Setelah tengok kiri dan kanan dia melangkah menuju sebuah warung makan yang terdapat di pojokan Terminal. ” Es Teh Manis satu Bu..” katanya memesan sambil menyimpan ransel yang sedari tadi di sandangnya. ” Dari mana dan mau kemana Dik?” penjual warung bertanya sambil menyiapkan menu pesanan tamunya. “Saya dari Bogor Bu…sedang jalan jalan saja mengikuti kata hati” jawab si Botak sambil menyalakan sebatang Rokok Mild santai. “Anak zaman sekarang suka aneh aneh yaa…pergi ko ga tau tujuan, apa ya ga repot nantinya??” Ibu warung berkata sambil menyerahkan segelas es teh manis. ” Memang kalo daerah sini ada tempat wisata yang bisa bikin adem hati Bu??” ” Ya Banyak dik, wisata religi, mau wisata yang Non religi juga banyak ” Ibu menerangkan dengan semangat. ” Saya cari suasana pedesaan yang adem Bu” Si Botak berkata dan Sluuurrpp….dalam sekali waktu isi gelas sudah berpindah menelusuri kerongkongannya yang kering. “Copeeeettt….copeetttt……tolooong..” terdengar teriakan seorang wanita diluar. Reflek Si Botak keluar dan membaca situasi yang terjadi, ternyata terlihat seorang wanita berusia 28 tahunan sedang menangis terduduk di aspal terminal. Orang orang melihat dia prihatin tapi tidak tampak kepedulian semuanya kembali ke aktivitas masing masing. Si Botak menghampiri wanita itu dan membujuk agar tenang dan mengajak untuk ke warung. ” Bu, Es Teh Manisnya satu lagi” sambil membantu wanita itu untuk duduk. ” Tadi saya ketiduran di Bis ga taunya pas turun Tas dan dompet saya udah ga ada, padahal saya harus buru buru pulang ke desa buat persiapan adik saya kawinan” terang wanita itu sambil menghabiskan es teh manisnya. “Ya Neng, sekarang mah kudu ati ati kalo di jalan..meleng sedikit amblas uang kita di gondol maling” Si Ibu nimbrung dan terus menceritakan pengalaman orang orang yang sering kehilangan di terminal itu. ” Tubuhnya bersih, wajahnya juga ayu..Hmm, buah dadanya sedang dan postur tubuhnya proporsional” Si Botak mem[perhatikan wanita itu, “Desanya masih jauh?” tanya Si Botak, ” Masih lumayan” jawab wanita itu. ” Ya sudah mari saya anter sekalian pengen liat suasana pedesaan disini” Si Botak menawarkan bantuan. ” Nah bener Dik, Desa Si Eneng ini namanya Desa Kembang Malam terkenal dengan suasana desa yang asri dan keseniannya, [pasti bisa bikin adem hati deh” Si Ibu nyerocos promosi. Ternyata dia sudah melakukan Sensus Singkat tadi. ” Saya tidak merepotkan kan??” tanya wanita itu ke Si Botak saat duduk dalam sebuah Elf yang membawa mereka ke Desa Kembang Malam. Tawaran Si Botak memang diterima oleh wanita itu setelah Si Ibu secara gencar membujuknya. ” Enggaklah…sekalian saya juga belum ada tujuan…Oh, iya kenalkan saya Irwan panggil aja Botak” tangan terulur dan bersambut ” Citra” Jawabnya. ” Halus sekali tangannya” Batin Si Botak dalam hati. Perjalanan dan kejadian tadi membuat Citra lelah sehingga dia tertidur dan kepalanya bersandar pada bahu Irwan. Lengan kiri Irwan secara tidak sadar memegangi paha Citra. “Oh, rambutnya halus dan itu belahan manteb banget” Irwan mulai kurang fokus karena dalam posisi menahan kepala Citra membuat dia bisa melihat belahan dada Citra yang memakai kemeja itu. Sambil sesekali sikutnya menyentuh payudara Citra, Irwan mengusap paha Citra yang masih terlelap. Saat suasana hati Irwan makin ga karuan tiba tiba saja Kenek Elf berteriak ” Kembang Malam,,ayo yang turun Kembang Malam!!”. Citra terbangun dan menoleh pada saat bersamaan Irwan sedang memperhatikan Citra..Jarak keduanya sangat dekat dan Citra berkata ” Aduh, udh sampai lagi ya..maaf aku ketiduran” wajahnya merona merah. Irwan jadi gelagapan dan berkata ” Ga apa apa..kita turun dimana?” ” Di Balai Desa, di depan situ..yuk..Stop Bang. Disini aja…” Citra berteriak pada Supir. ” Nah ini Desa Kembang malam, rumahku masih 2 Km lagi, sekarang kita naik Delman” Kata Citra. Setelah melewati hamparan sawah yang indah sampailah delman di pekarangan sebuah rumah sederhana. Darui dalam rumah keluar dua orang wanita berlainan usia menyambut kedatangan Citra. “Eh,Sudah datang anak Emak…” kata yang lebih tua. ” Teteh sama siapa??” yang muda menyambung. ” Alhamdulillah Mak…ceritanya panjang pokonya yuk sekarang masuk dulu” Ajak Citra sambil mencium tangan ibunya. Irwan pun bersalaman dengankeduanya sambil tersenyum. Ibu Rahmi, perempuan matang yang ditinggal suaminya berlayar. Tampak anggun dalam balutan kain kebaya hijaunya, Buah dadanya tampak besar dan terlihat bbelahannya indah karena kebayanya seolah tak sanggup membungkus bentuk tubuhnya. Perutnya yang langsing walaupun sudah mempunyai dua anak gadis yang sudah dewasa. Tubuh itu terlihat begitu terawat. Andin, adik Citra seorang gadis mengkal berusia 19 tahun dan akan menikah 2 hari lagi dengan Pemuda anak juragan Sapi di desa itru. Andin terlihat serius mendengarkan cerita Citra tentang copet, Irwan dan senuanya sambil memeluk lengan Kakanya. Tank top Birunya tidak mampu menyembunyikan bentuk indah buah dadanya. Udah dulu ah…mau Sahur dulu Mohon koreksinya Suhu…kl blm layak tayang silahkan di Delete aja Min
Mau mantau nih cerita… Gaya bahasa nya ringan dan cukup mengalir. Sudah sangat layak loh ceritanya… Tinggal sedikit saja yang harus diperbaiki. 1. Typo masih berserakan, walaupun nggak banyak. 2. Antar paragraf masih menyatu, jadi keliatan kurang rapi. 3. Antar scene, berikan pemisah yang jelas. misalkan ‘o0o: atau ‘======’ atau ‘-x-‘. Segitu aja… Saya doakan semoga bisa TAMAT hu…