Ini adalah Thread Cerita Panas pertama ane gan.. Karena itu kritik dan saran dari para Suhu – suhu disini sangat ane nantikan.. Terimakasih ane ucapkan.. salam crooot selalu.. . . “OUT OF THE BLUE” Setiap manusia memiliki perasaan cinta.. Karena memang mudah sekali untuk mendapatkan perasaan itu, terutama bagiku. Namun apakah hanya sesederhana itu, Apakah hanya sampai disitu ? Apakah cintu itu ada batasnya ? Mungkin banyak orang berpikir bahwa cinta itu tidak ada batas.. Dan memang secara naluri manusia, cinta itu tidak lah memiliki batas, kita bisa saja merasakan cinta terhadap siapa pun atau bahkan terhadap apa pun. Awalnya aku pun berfikir seperti itu, tapi ketika aku bertemu dengan dia, aku menyadari ada bagian di dalam diriku yang sudah terlalu penuh sesak terisi oleh perasaan cinta, sampai akhirnya aku mengerti bahwa cinta memang tidak memiliki batas, hati manusia yang menampung perasaan cinta itu lah yang memiliki batas.. HOPE YOU ENJOY IT…. . . Chapter I The Ripped Pants Aku berdiri membelakangi deretan gedung yang tak bisa kuingat bentuk, warna dan gedung apakah itu. Aku hanya berdiri mematung dibawah sinaran matahari yang memiliki warna ke abu-abuan sangat berbeda dari hari biasanya. Hembusan angin yang cukup kencang seakan membuat tubuh ku ikut tergoyang. Sayup-sayup aku mendengar lantunan piano dari atas, sepertinya nada-nada yang sedih itu berasal dari atas langit dan dijatuhkan menghujani kepalaku. Dihadapanku terhampar jalan raya dimana terdapat banyak kendaraan yang melintas, diantara kendaraan tersebut aku melihat sebuah mobil yang melaju tidak terlalu cepat, sebuah mobil jenis sedan berwarna putih, dari semua kaca yang terbuka di mobil itu aku dapat melihat ada beberapa wanita yang tidak aku kenal sedang tertawa saling bersenda gurau, wajah-wajah yang terlalu samar untuk aku ingat, tapi satu dari wajah tersebut sangat mengejutkanku! aku tau wanita itu.. aku tidak asing lagi dengan wajah yang itu.. dan dengan tertawa yang seperti itu.. Wajah yang selama ini tidak bisa kulihat secara langsung, yang bahkan aku harus mengemis untuk itu.. Perlahan namun dapat kurasakan mata ini terasa hangat, beberapa tetes air jatuh mengaliri pipiku, wajah yang selama ini sangat ingin kulihat tiba-tiba ada dihadapanku, entah apa yang aku pikirkan saat itu seolah tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut akupun berlari mendekati mobil yang berjalan perlahan itu, semakin dekat semakin cepat aku berlari dan semakin banyak air mata ini tertumpah, jarak dengan mobil itu sudah sangat dekat, sekilas aku dapat melihat semua wanita yang ada di dalam mobil itu menatap keheranan kearahku, kecuali wanita yang aku tidak asing lagi dengan wajahnya tersebut hanya melihatku dengan tatapan datar, tanpa ekspresi, aku tau mobil itu tidak akan berhenti. seperti adegan di film-film action, dengan sedikit hentakan di kaki kananku, aku nekad melompat masuk ke jendela mobil yang sedang berjalan itu, sungguh aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini…. tapi ketika kepalaku masuk delam jendela mobil itu tiba – tiba semuanya menjadi sangat terang… terlalu terang sampai membuatku harus memejamkan mata karna kesilauannya…. Aku tehenyak, tersadar, mataku terbuka dan masih dalam keadaan terbaring.. ternyata ini mimpi.. namun sepersekian detik di kesadaranku ini aku masih dapat merasakan kesedihan sebagaimana yang kurasakan dalam mimpi itu. Hingga akhirnya aku menarik badanku untuk duduk, menghela nafasku sampai merasa 100% nyawaku sudah kembali dari tidur ini. Aku hanya menganggap ini mimpi biasa, wajar jika kita merindukan seseorang hingga kita memimpikannya, namun tidak dengan kesedihan ini, kesedihan ini bukanlah mimpi, kesedihan ini nyata. Aku beranjak dari tempat tidur ku menuju kamar mandi, mambasuh wajah dan menggosok gigi adalah hal yang pertama kulakukan ketika bangun tidur, keluar dari kamar mandi aku duduk di meja kamarku membuka laptop dan melihat kalender diatas meja disamping laptopku. Mataku tertuju pada sebuah angka yang dilingkari dengan spidol berwana hitam, itu adalah angka 11 yang berada pada bulan Agustus Tahun 2017 degan tulisan “The Day” di sisi kirinya.. itu adalah hari pernikahanku. Namaku Frans, aku seorang pria berumur 27 Tahun yang beberapa bulan lagi akan melepas masa lajangku. Bosan melihat angka 11 tersebut akupun membuka gorden yang menutupi jendela melihat keluar pemandangan sinar matahari pagi yang mulai meninggi mencoba menerobos padatnya gedung-gedung pencakar langit. Dipantulan kaca jendela ini samar-samar aku melihat pantulan wajahku, aku perhatikan wajah ini perlahan – lahan berubah menjadi wajah wanita yang ada di dalam mimpiku tadi, bagiku tidaklah terlalu sulit untuk melupakan seseorang yang sudah terlalu dalam masuk kedalam kehidupanku ini, namun disaat aku sudah berhasil melupakannya rupanya alam semesta sering kali tidak terima dan mimpi yang ku alami tadi aku rasa adalah sebuah konspirasi antara alam semesta dengan alam bawah sadarku untuk selalu memaksaku kembali mengingat kisahku dengan dirinya. Kisah ini kumulai pada tahun 2010 saat aku masih mengenyam jenjang pendidikan perguruan tinggi.. Malam ini malam minggu, seperti pada saat malam minggu biasanya selepas magrib aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang biasa aku gunakan jika ingin main ke rumah pacarku. Pakaian yang biasa saja sebenarnya, tapi yang membedakan adalah celananya.. celana dasar berwarna gelap yang kedua kantong depanya sengaja aku bolongkan dan tentunya aku tidak memakai celana dalam lagi. Memang agak risih awalnya, aku rela sedikit menahan geli campu ngilu yang aku rasakan ini demi tujuan yang aku ingin rasakan di rumah pacarku nanti.. waktu sudah menunjukan pukul 19.28 malam, saatnya untuk pergi, keluar dari lorong rumahku dengan membawa sepeda motor aku dihadapkan dengan 2 persimpangan jalan besar, atau yang biasa dinamakan dengan jalan lintas antar kota, rumahku memang berada di pinggiran kota, jadi jika aku belok ke sebelah kiri aku akan memasuki daerah hiruk pikuk gemerlap perkotaan yang pastinya ramai dengan kesibukan manusia yang tak ada habisnya apalagi dimalam minggu ini bisa dibayangkan padatnya.. namun akan sangat berbeda jika aku berbelok ke sebelah kanan maka aku akan memasuki daerah perkampungan warga-warga perbatasan yang tidak begitu ramai, berkesan tenang dan jarang dilalui oleh banyak mobil ataupun motor, paling hanya mobil2 truk besar yang sesekali melewatinya.. dan jalan itu lah yang harus aku pilih untuk pergi ke rumah pacarku ini. Setelah melewati 15 menit perjalan yang membosankan akupun sampai didepan rumah pacarku, terlihat adik perempuanya nya yang baru berumur 5 tahun menyambutku dipintu depan rumahnya.. “Mbak Dilla mana sayang..?” tanyaku kepada anak itu, tapi anak itu hanya berlari sambil cengengesan ke dalam sambil teriak-teriak memanggil mbak nya, tak lama kemudian dari dalam keluarlah seorang Wanita cantik yang berjalan dengan sedikit angkuh, memiliki porsi tubuh yang tidak terlalu kurus namun cukup berbentuk dan payudara yang tidak terlalu besar pula sangat pas dengan genggaman tanganku, kulitnya putih dengan bibir yang kemerahan, matanya menatapku cukup tajam seakan dibalik tatapan itu tersembunyi sebuah kecurigaan terhadapku, tatapan yang sebenarnya malas untuk kulihat. “darimana sih kamu ? aku telfon kenapa gak diangkat ?” tanyanya dengan nada yang cukup mengintimidasi. Telfon? Kapan? Tanyaku bingung sambil mengambil handphone dari dalam Jok motorku Ternyata benar kulihat dilayar HP ku ada 4 Panggilan tak terjawab. “Gak tau sayang, gak kedengeran, kan aku lagi di jalan tadi mau kesini..” “kamu tuh HP narohnya di Jok motor, gimana bisa denger coba? Lagian darimana sih kamu sebenernya? Jam segini baru nongol, Trus kenapa HP disembunyiin di dalem Jok?” “Aku dari rumah sayang.. gak darimana-mana, nih handphone bukan aku sembunyiin.. Kamu lupa ya dengan rencana kemarin?” Sambil berbisik aku mengatakan “Kantong celana aku udah bolong nih say………” makanya hp aku taruh di dalem Jok motor.. HP ku emang agak besar untuk ukuran smartphone, makanya susah kalau harus dimasukin kantong jaket. Dan aku fikir dengan penjelasan itu seharusnya dia sudah mengerti, tapi ternyata tidak. “Mana sini aku liat handphonenya.. awas ya kalau kamu nyembunyiin sesuatu di hp kamu..” pintanya dengan sangat angkuh membuat ku merasa seakan-akan aku adalah seorang anak kecil yang sedang diintrogasi ibunya karena ketahuan berbohong. Sambil tetap mengotak-atik Hp ku Dilla pun masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa, aku hanya mengikutinya dari belakang, matanya hanya fokus ke layar hp ku, setelah cukup lama Dilla selesai memeriksa Hp ku dan tidak menemukan kecurigaan yang dicarinya, obrolan – obrolan ringan biasa yang membosankan pun berlangsung dengan beberapa pertanyaan – pertanyaan yang agak mengintrogasi.. tidak ada hal yang begitu penting untuk kami obrolkan juga sebenarnya.. aku hanya berusaha menjawab pertanyaannya yang mengintrogasi tersebut dengan alami tanpa tekanan dan serileks mungkin agar tidak menimbulkan pertanyaan – pertanyaan baru yang akan menghabiskan waktu. Dan akupun berhasil menurunkan sedikit tensi kemarahan Dilla malam ini sehingga akhirnya dia berbisik ditelingaku“ Yank.., emang seriusan kantong celana kamu udah bolong?” “nih, coba dicek sendiri yank” “Trus kamu gak pake celana dalem juga ?” tanyanya dengan wajah penasaran “Masukin aja tangan kamu, biar kamu tau sendiri” jawabku enteng tanpa ragu Dilla pun memasukan tangan kirinya ke kantong celana ku yang sebelah kiri karna posisinya disebelah kiriku, sambil tertawa geli Dilla menggenggam batang penis ku dari dalam kantong celana yang aku kenakan.. “Kok ularnya masih tidur sih yank..?” tanyanya sambil masih menahan tertawa geli.. “ya dibangunin dong sayang” jawabku sambil menempelkan tangan kiri ku di paha bagian dalam nya yang saat itu mengenakan rok diatas lutut yang sedikit menampakkan paha putih dan kenyal miliknya.. “yank.. ularnya bangun nih yank, kok ngegemis banget sih yank kontol kamu.. rasanya pengen aku tempelin nih ke pipi aku yank..” ucap Dilla sambil cekikikan.. aku pun merasakan batang penisku mulai bergerak tegak dan mulai keras karna elusan lembut dari tangan dila.. ingin sekali aku melihat batang penis yang menurutku cukup besar untuk ukuran normal orang asia ini sedang digenggam oleh tangan kecil Dilla yang halus dan lentik itu agar aku dapat merasakan betapa perkasanya penisku ini.. tapi aku takut untuk membuka celaku disini karna terkadang adik Dilla yang berumur 5 Tahun tadi bisa saja tiba2 muncul, untuk itulah ide celana kantong bolong ini kami ciptakan.. akupun tak mau kalah aku masukan tangan kanan ku kesela paha nya Dilla, terasa sangat halus saat punggung tanganku bergesekan dengan paha bagian dalamnya, Dilla pun perlahan melebarkan pahanya untuk memudahkan tanganku masuk menjelajahi lebih dalam lagi area kewanitaannya.. jari – jariku pun menyentuh daging yang tidak asing lagi, belahan kemaluan Dilla yang sudah mulai licin pada bagian bawahnya itu aku gesekan dengan jari telunjukku sementara tangan kiriku mencoba menarik lehernya untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku, kami pun berciuman, dengan manja Dilla berbisik “yang.. gosok itil aku yank… udah gatel banget nih yank…” akupun menggosok jari tengahku perlahan pada klitoris Dilla, Dilla memejamkan matanya dan sedikit berdecis “sssshh…. enak banget yank..” membuatku bernafsu untuk semakin cepat menggosokannya.. tak lama kemudian pun Dilla kembali berbisik ”aaakh… ehhm.. iya yank kencengin lagi yank.. aku keluar yank.. aahh….. ahh.. eehhmm….. masih sambil tetap menggenggam penis ku tubuh Dilla pun bergetar menahan kenikmatan yang sedang berkecamuk di kemaluannya tersebut.. “uuhh.. yank.. enak bgt yank.. kontol kamu udah keras banget yank” ucap Dilla sambil tangannya mulai mengocok perlahan batang penis ku.. “itu baru pake jari , apalagi kalau pake kontol pasti tambah enak banget yank.. aku mencoba merayunya namun tetap saja jawaban itu yang selalu keluar dari mulut Dilla “iya.. aku juga pengen yank.. tapi nanti ya yank.. kalau kamu udah resmi jadi suamiku yank.. kalau sekarang NO!! Ucap Dilla dengan akting berpura-pura Tegas sambil memberikan isyarat menggunakan telunjuk tangan kanannya didepan wajahku. “nih.. kamu nikmatin ini aja dulu yank.. kan enak juga.. bisa keluar juga kan buktinya air mani kamu yank…” ucap Dilla sambil menambah tempo kecepatan kocokan tangannya di batang penisku.. aku pun melenguh “yank basahin dikit dong biar enak kocokannya” pintaku kepada Dilla. Dengan gerakan secepat kilat dila membuka resleting celanaku dengan tangan kanannya ditariknya Batang penisku sehingga seluruh batangnya bebas keluar dari celana dan dengan satu gerakan Dilla menurunkan kepalanya, mencoba memasukan kepala penis ku yang kemerahan ini kedalam mulutnya yang kecil, tidak begitu dalam namun 1/3 batang penisku berhasil dimasukannya kedalam mulut.. terasa hangat batang kemaluanku di sedot2 perlahan oleh mulutnya Dilla, Dilla pun seperti tersedak hingga air liurnya keluar disela-sela kulit penisku dan bibirnya. Dilla segera mengangkat kepalanya dan mengeluarkan batang penisku dari mulutnya, dimasukannya lagi penisku kedalam celanaku dan kembali mengocoknya dengan lebih cepat.. “enak yank, licin banget jadinya yank” ucapku.. Dilla menatap wajahku dengan tatapan sayu dan mulut agak terbuka sambil terus mempercepat gerakan kocokan tangannya.. pergesakan genggaman tangan Dilla di batang penisku sangat kurasakan begitu nikmat ditambah dengan licinya pelumas dari air liur Dilla tadi.. tak lama kemudian aku mulai merasakan sesuatu yang akan keluar dari dalam penis ku “yang, aku mau keluar yank..” ucapku.. “iya yank.. muncratin aja yank.. “ balas Dilla seraya melumat bibirku dengan mulutnya.. “crrot..croot…..croot..” penis ku menyemburkan sperma hingga beberapa kali sampai membasahi celanaku dibagian resletingnya.. Dilla pun memperlambat kocokannya, menekan – nekan bagian bawah penisku untuk mengeluarkan semua sisa-sisa sperma hingga tuntas.. Dilla menarik keluar tangannya dari dalam kantong ku, terlihat punggung tangannya yang putih itu telah berlumuran dengan spermaku.. “yank.. aku ke kamar mandi dulu” dilla meminta izin, aku yang masih menikmati sisa-sisa kenikmatan hanya mengucap “Hhmm”.. kukeluarkan sekotak rokok dan korek api dari kantongku.. kubakar sebatang, menghisapnya dengan dalam sambil menyenderkan kepalaku di sandaran sofa, kuarahkan hembusan asap rokok itu keatas kearah lampu ruang tamu rumah.. sesaat pandangan ku terpaku melihat lampu itu.. aku merasakan hal aneh yang selalu aku rasakan saat Dilla telah selesai mengeluarkan sperma ku, seperti perasaan menyesal, dan aneh. Dan sudah aku tebak setelah ini pasti aku akan merasa suntuk dan ingin cepat- cepat keluar dari rumah ini.. bahkan untuk menatap wajahnya pun aku merasa malas.. selama ini kami tidak pernah melakukan hubungan suami istri, hanya sebatas apa yang kami lakukan malam ini, tapi kenikmatan yang terbatas itu harus aku tebus dengan waktu yang banyak, aku harus bersama dirinya, harus selalu menghubunginya setiap hari, mengikuti segala keinginannya yang seringkali bertentangan dengan keinginanku, contohnya pergi dengan menggunakan baju couple, menurutku itu sangat norak, dan lumayan lebay, tapi dia tidak peduli dengan pendapatku, akhirnya daripada aku tidak bisa merasakan lagi kenikmatan yang terbatas itu akupun terpaksa mengikutinya. Hal-hal yang seperti ini lah yang aku tidak suka dari dirinya, 2 Tahun sudah hubungan kami berjalan, sikap Dilla selalu banyak curiga dan sulit untuk percaya padaku, bahkan tidak segan2 menelfonku berjam-jam saat aku sedang ada kegiatan lain hanya untuk memastikan bahwa aku sedang tidak bersama wanita lain ataupun menyembunyikan sesuatu darinya. Jujur aku merasa seperti dikekang. Meskipun umurku tidak lebih tua darinya tapi bukan berarti dia bisa seenaknya mengatur hidupku. sudah sering aku mengutarakan bahwa aku tidak suka dengan sikapnya yang seperti ini, namun dia tidak pernah berubah. Hingga sampai pada saat ini aku marasa jenuh, bosan, ingin pergi darinya.. mungkin kalau bukan hanya karna ingin menuntaskan nafsu birahi ku ini, aku tidak akan menemuinya. Ingin rasanya memiliki kekasih yang benar-benar aku cintai.. yang selalu percaya kepadaku dan tidak terlalu over protective serta lebay seperti Dilla.. Bersambung…….
UPDATE CHAPTER II
Chapter II bag. 1 A NEW CHALLENGE Sepulangnya dari rumah Dilla biasanya aku langsung nongkrong di studio musik temanku yang tak jauh dari rumah Dilla untuk sekedar menghabiskan malam minggu, tapi malam ini rasanya tidak mood dan ingin segera pulang untuk memikiran tentang hubunganku dengan Dilla yang sedang berkecamuk di hatiku.. ingin rasanya mengakhiri hubungan ini tapi apakah Dilla bisa menerima semua itu? Apa yang terjadi denganya apabila dia sudah tak bersamaku lagi? Pertanyaan itu yang selalu timbul dihatiku.. Sedangkan aku sudah bosan dan ingin merasakan wanita – wanita lain, tapi Dilla adalah wanita yang cantik, aku rasa banyak pria lain yang mau bersamanya. Setelah kembali ke rumah ternyata tidak menghilangkan bad mood ku, malah sekarang aku merasa suntuk. Iseng-iseng aku membuka facebo*k ku yang telah lama tidak kulihat di beranda aku melihat seorang wanita baru saja meng-update foto profilnya, aku lihat baju kemeja yang dikenakan wanita di foto itu sepertinya tidak asing lagi.. seorang wanita yang tidak pernah aku ketahui lagi kabarnya semenjak aku berpacaran dengan Dilla. Wanita itu bernama Arna, dia adalah temanku waktu aku masih SMA dulu, wajahnya yang manis sekilas terlihat seperti wanita lugu, postur tubuhnya yang tinggi dan langsing dibalut dengan kulit putih yang merona serta sepasang buah dada yang bulat tersebut seringkali membuat pria-pria yang melihatnya pasti ternganga.. termasuk diriku. Tapi dibalik pesonanya yang aduhai itu tidak banyak yang tau bahwa Arna sebenarnya seorang lesbian. Aku adalah salah satu teman akrabnya yang tau hal itu, dulu Arna sangat bergantungan denganku karena akulah yang selalu menjadi pacar bohongan di depan teman-teman bahkan keluarganya untuk menutupi jati dirinya yang asli bahkan tak jarang pula beberapa kali aku disajikan pemandangan Arna bercinta dengan teman wanitanya yang selalu random tersebut didepan mataku meskipun hanya teman wanitanya saja yang bugil. Akhirnya aku memutuskan untuk comment foto profil barunya.. “keren bgt tuh flanel? Berapaan?” aku menanyakan baju kemejanya yang sebenarnya adalah kemejaku yang pernah tertinggal di rumahnya. Setelah beberapa menit kemudian tidak ada respon dari empunya foto, tapi kuliahat ada 1 pesan masuk di Facebo*k ku, aku buka ternyata dari Arna “No. HP berapa? Cepetan..” begitu isi pesannya. Aku berikan langsung nomorku ke Arna dan tak lama kemudian HP ku berdering, terlihat no. Tak dikenal “ini pasti Arna” begitu pikirku.. Frans : “Halo?” Arna : “Eh, lu lg dmn Frans? Gile lu ya.. berapa taon lu gak main ke tempat gue?” Frans : Yak eeelah, baru juga 2 taon, gua di rumah nih.. Arna : lo lagi gak sibuk kan? gue butuh bantuan lu nih sekarang.. anterin gue ke daerah **** (salah satu daerah perumahan elit) yok sekarang.. lu jemput gue d rumah. Frans : Gile lu, gue baru juga pulang udah lu suruh cabut lagi, lagian ngapain jauh-jauh kesono? Arna : Udah lu ntar aja nanya-nanya nya, yang penting lu jemput gue dulu sekarang. Cepetan!! Belum sempat aku mengatakan mau menjemputnya atau tidak telfon sudah dia dimatikan. Dengan agak sedikit menyesal karna sudah comment foto profilnya Arna akhirnya akupun mengeluarkan mobil untuk menjemputnya.. setibanya di depan rumah Arna, belum sempat aku menelfonya tampak pintu depan rumahnya terbuka, terlihat seorang wanita keluar dengan agak terburu-buru, wanita itu mengenakan sweater lengan panjang, dipadu dengan celana pendek ketat berbahan jeans seakan memamerkan paha yang sangat putih, mulus dan bening sehingga terlihat mengkilat terkena bias cahaya lampu. “Gila…. nih anak makin cantik aja.. masih lesbi apa nggak yah?” gumamku dalam hati. . “Woy.. anak kuliahan!! sibuk banget keliatanya sekarang” sindir Arna sambil masuk kedalam mobil.. matanya terfokus ke smartphone miliknya. “Sibuk apaan? Bosen iya” jawabku ketus.. Nih kita mau ngapain sih ke **** ? aroma-aromanya gue udah curiga nih” tanyaku sambil melihat dia sedang memasukan HP kedalam tas kecil miliknya. Arna hanya menatapku sambil sedikit menggigit bibir bawahnya. “Tuh Kan.. udah gue duga.. pasti mau nemuin korban lu lagi nih” Yak elah.. lu kayak baru kenal gue aja.. lagian ntar juga lu gak bakal nyesel deh udah anterin gue.. Eh, Pacar lu si.. siapa ..? gimana? Masih? “Dilla masud lu? Ya kayak gitu lah, masih kok” Jawabku singkat. Trus lu ngilang n gak pernah hubungin gue lagi knapa? gak boleh ya ama pacar lu? Pacar lu cemburuan trus gak ngebolehin lu ada hubungan ama cewek laen?” tanya Arna beruntun.. sialan nih anak Cuma nebak apa emang tau ya..? tanyaku dalam hati. Ya gitu deh kira-kira, semenjak pacaran ama tuh anak pergerakan gue jadi terbatas nih, bisa jemput lu aja gue nekad2an nih” jawabku jujur walaupun agak tersipu malu, karena dari dulu memang tidak pernah ada yang kami sembunyikan satu sama lain. “Hmm.. pantes gak pernah keliatan lagi batang kemaluan lu.. udah kena rante rupanya ama tuh cewek.. kasiian banget ya elu” HAHAHAY.. ejeknya sambil mengacak-acak rambutku. Perjalanan pun berlanjut, kira-kira memakan waktu 1 jam untuk sampai ke tujuan kami, sepanjang perjalanan kami asik bernostalgia tentang hal-hal gila dan lucu yang pernah terjadi dulu.. Bersambung ke chapter II bag. 2
update nih bro.. sory agak lama, kemarin banyak kerjaan
rencana ane sih mau update 1 chapter perhari.. mulai besok akan diusahakan deh
yang penting ceritanya lancar, tamat dan gak macet..
thanks.. and hope you enjoy it..
Out Of The Blue
Chapter II bag. 2 A NEW CHALLENGE
Sesampainya di lokasi perumahan tersebut, kami berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar.. keadaan sekitar sangat lengang dan sepi, malam sudah cukup larut, sekitar jam 23.00 kala itu.
Arna : “Frans, lu tunggu di mobil aja ya” ucap arna sambil memasang sepatunya yang ia lepas ketika diperjalanan tadi.
Frans : “lu mau ngapain sih? Sepi gini ntar kita dituduh mau ngerampok lagi” gerutu ku
Arna : tenang aja lu, gue bentaran doang kok..
Frans : “Ya udah cepetan lu satroni tu rumah!” ucapku agak berbisik dengan gaya seperti perampok profesional
Arna : “Oke.. ntar kalo lu liat ada orang lu kasih kode ke gue ya” balas Arna sambil keluar dari dalam mobil dan menutup pintu mobil secara perlahan dengan gaya penjahat yang tak kalah profesional.
5 Menit.. 10 Menit.. 15 Menit.. “sialan nih anak lama banget” aku menggerutu.. sudah 3 batang rokok kuhisap tapi Arna tak juga kembali, aku melihat dari kaca mobil Arna sedang berbincang dengan seorang wanita di depan rumah tersebut, perbicangan yang serius kelihatan dari mimik dan gestur mereka. Aku perhatikan teman Arna itu tapi cukup kesulitan melihat wajahnya secara jelas karena lampu didepan rumah tersebut sangat temaram. Yang aku tau temannya itu menggunakan jilbab (no sara) yang panjang sampai ke pinggangnya, dari tampilannya sepertinya wanita yang sangat ta’at. “gila nih anak, cewek alim gitu mau dijadiin korban juga” ucapku dalam hati.
Setelah cukup suntuk menunggu akhirnya Arna kembali ke mobil.. raut wajahnya berubah, sepertinya Arna sedang ada masalah. “Yuk jalan lagi frans.. kita ke tempat temen gue yang di daerah N” ucapnya lesu.. ingin kutanyakan kepadanya apa yang terjadi tapi karna perubahan raut wajah Arna yang terlihat datar dan sedang berfikir keras, aku pun mengurungkan niatku untuk bertanya. Untuk beberapa menit kami saling terdiam.
“Frans, ntar lu gue kenalin ke temen gue..” tiba-tiba Arna membuka omongan.
“namanya Lisa, dia itu temen les musik gue” sambungnya.
Hmm.. terus? Tanyaku bingung.
Pake’an gue juga sih kalo gue lagi kepepet, tapi sama cowok doi doyan juga kok. Umurnya gak jauh beda dibawah kita, semok abis, pokoknya mantep deh.. Jawabnya.
Hmm jadi..? Tanyaku lagi agak bingung dan penasaran karena merasa bakal ada angin segar.
jadi dari kemaren doi ngebet banget pengen threesome.. sama cowok juga gitu.. dan gue pikir sih lo pasti juga mau kan..
eh….. iya kan..? lu mau kan..? Tanyanya sambil menatapku tajam.
Deg..deg..deg.. tiba-tiba jantungku berdegup agak kencang sehingga memompa darahku lebih deras.. aku terkejut, bingung harus menjawab apa.. jelas aku tertarik untuk merasakan tubuh Lisa temenya Arna tersebut. Tapi ini masalahnya threesome.. antara aku, Lisa dan tentu saja Arna. Rasanya sulit membayangkan melakukan hal tersebut dengan Arna karena meskipun aku mengakui Arna memiliki tubuh dan wajah yang luar biasa cantik, dari dulu hingga saat ini aku sedikipun tidak punya perasaan apa-apa terhadap Arna selain hanya menganggap dia sahabat, tidak ada perasaan horny ketika berada didekatnya. Sebagaimana aku berteman dengan teman sesama pria seperti itu lah pertemananku dengan Arna, terlebih lagi dahulu dia adalah salah satu drummer sainganku sewaktu kompetisi drummer terbaik tingkat pelajar yang diadakan di Kota ku saat aku dan Arna belum saling mengenal, maka Wajar jika timbul sedikit rasa respect terhadapnya hingga sedikit pun aku tidak pernah berfikiran untuk melakukan hal yang macam-macam dengannya.. dan menurutku pasti Arna juga menganggapku sama seperti bagaimana aku menganggapnya. namun setelah ajakan untuk threesome yang ditawarkannya malam ini, aku merasa Arna berubah menjadi aneh, tidak seperti Arna yang ku kenal dulu. Atau jangan-jangan aku lah yang sebenarnya aneh, mungkin ajakan threesome Arna ini bukan bercinta bertiga seperti yang aku bayangkan.. bisa saja maksud Arna ini bukan kami bertiga saling bercinta satu sama lain, tapi hanya Aku dan Arna yang bekerja sama untuk memuaskan Lisa tanpa ada percintaan antara kami berdua..
“Woooy… lu kok malah bengong” tanya Arna, mengejutkanku.
Lu gak mau ya ? takut lu ketahuan pacar lu ? lu tenang aja Frans, lisa anaknya asik kok, gak bakalan cerita kemana-mana dia, yang penting dia happy aja udah..
“Gimana ya…. gue lagi gak sange sih sebenarnya, tapi liat ntar deh” jawabku asal, karena sebenarnya aku masih bingung.
“gue jamin ntar kalo lu udah ketemu orangnya lu pasti sange” jelas Arna mencoba meyakinkanku.
Sepanjang jalan aku terus berfikir.. apakah ini akan terjadi? Bukannya aku tidak mau .. tapi Sulit rasanya jika aku harus bercinta dengan Arna, seorang yang aku anggap sahabatku.. akhirnya aku berencana jika percintaan threesome tersebut terjadi, aku hanya akan meladeni Lisa saja..
Akhirnya kami pun tiba di rumah Lisa, kulirik jam digital di dashboard mobil terlihat waktu telah menunjukan pukul 01.15, Arna mengajaku masuk dan setelah berkenalan dengan lisa, Lisa langsung mengajak kami masuk ke kamarnya.. Arna terlibat obrolan-obrolan ringan dengan Lisa diatas tempat tidur lisa, sedangkan aku duduk di sofa kecil disamping tempat tidurnya sambil melihat kearah televisi walau mataku tidak sepenuhnya mengarah ke televisi, sesekali aku memperhatikan Lisa, memang benar apa yang dikatakan Arna, walaupun wajahnya tidak lebih cantik dari pacarku Della, tapi Lisa memiliki tubuh yang aduhai semok sekali.. bibirnya sangat sensual, membuatku ingin tau bagaiman rasanya jika kontolku berada didalam mulutnya, apalagi buah dada yang menonjol dan bongkahan pantat yang menungging membuat mataku tak bosan untuk terus melirik ke arah pantatnya, lisa hanya mengenakan daster tipis tanpa lengan model terusan yang bagian bawahnya sangat pendek hingga jika ia menunduk sedikit saja maka dasternya akan terangkat dan memperlihatkan sedikit celana dalamnya yang berwarna coklat itu. Paha Lisa sangat mulus, begitu juga dengan ketiaknya yang terlihat ketika ia mengangkat kedua tangannya untuk mengikat rambut.. mulus sekali tanpa bulu, mencium aroma tubuhnya saja rasanya gairah nafsu birahiku langsung terpacu untuk segera melumat habis tubuhnya. Tapi begitu melihat wajah Arna, tiba-tiba nafsu ku menjadi down.. teringat akan threesome denganya juga.. tapi semoga itu tidak sampai terjadi, pikirku..
Obrolan Arna dan Lisa terdengar samar-samar, aku tidak begitu memperdulikannya, tapi ntah siapa yang memulai aku melihat mereka berdua sedang berciuman, bibir Arna dan Lisa saling berpagutan seolah akan saling menerkam satu sama lain, tangan Arna pun mulai beranjak merayap dari bawah daster Lisa menuju gundukan payudara Lisa yang sangat menonjol tersebut.. daster Lisa pun tersingkap, aku bisa melihat celana dalam coklat muda yang ia kenakan sangat ketat dan membentuk belahan camel toe di bagian vaginanya. Arna membuka daster Lisa dan Lisa pun perlahan-lahan membaringkan badanya dengan posisi Arna berada diatas tubuh Lisa.. aku yang hanya bisa tertegun melihat adegan erotis mereka tiba-tiba dikejutkan dengan pertanyaan Lisa,
“Frans! lu sini dong.. kok bengong aja.. lu punya kontol kan? Sini coba gue liat” pinta Lisa dengan nada agak menantang.
Arna pun menolehkan kan wajahnya kearahku Sekilas aku menatap wajah Arna yang juga sedang menatap ku.. matanya sayu, sambil tersenyum simpul seakan juga ikut menantangku. Baru sekali ini aku melihat tatapan Arna yang seperti itu.
Oh.. my good, apa yang harus aku lakukan, haruskah ini terjadi.. Dengan pura-pura tetap cool aku pun berdiri dari dan membuka celana jeansku, aku tau jika saat itu Arna dan Lisa sedang memperhatikanku, karena itu aku melepaskan celanaku jeansku perlahan-lahan sambil terus menatap mata Lisa supaya terkesan kalau aku menerima tantangan darinya. Tentu saja aku hanya menatap mata Lisa, sungguh aku tidak berani sedikitpun menatap Arna, bahkan aku berusaha menganggap dia sebenarnya tidak ada disitu. Setelah celana jeansku terlepas kemudian aku melanjutkan dengan membuka kaos ku, terlihatlah dada bidangku yang ditumbuhi bulu dada cukup lebat. Sempat terdengar oleh ku Lisa mengatakan sesuatu kepada Arna “waw.. dadanya berbulu Ar.. tipe gue banget ini” , sekarang aku sudah hampir bugil hanya menyisaksan celana dalam model boxer ketat yang menonjol dibagian penis karna sudah mulai berdiri. aku tidak tau bagaimana ekspresi wajah Arna melihatku seperti ini. Akupun naik keatas tempat tidur dan langsung memegang kepala Lisa bagian belakang untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku, matanya terpejam ketika aku melumat bibirnya, lidahnya pun tidak mau kalah, terus berusaha memasuki rongga mulutku berusaha untuk menjilati setiap bagian lidahku.. sambil bibirku berpagutan aku melirik kebawah dan terlihat Arna mulai mempelorotkan celana dalam Lisa, vagina Lisa tebal sekali dan ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Arna mendekatkan bibirnya ke vagina Lisa, Arna mencoba untuk membuka belahan vagina Lisa dengan menggunakan bibirnya, Lisa pun melenguh, saat belahan vaginanya terbuka dan terlihat clitorisnya yang berwarna pink “Aaahhh..” desah lisa, lisa pun semakin ganas melumat bibirku, tanganya perlahan merayap mendekati batang penisku, bagai tersentrum penisku meradang ketika tangan lisa menggenggam penis ku walaupun hanya dari luar celana dalam ku.. hah!! Lisa sedikit terkejut dengan ukuran kontolku “kontol lu gede banget ini frans” ucap lisa kepadaku, Lisa mengelus penisku perlahan, dan ia berbisik “kontol kamu udah keras banget frans” kami berhenti berciuman, aku menurunkan kepalaku dan mulai menjilati puting susu Lisa yang sudah mengacung, lisa pun semakin menggelinjang karna tak tahan dengan rangsangan yang diberikan olehku dan Arna..
“Ahh… ahh.. isepin yang kuat frans..” pinta Lisa kepadaku.. aku pun semakin kuat menghisap puting susunya sambil sedikit ku gigit kecil, lisa menegakkan tubuhnya, ditariknya kepalaku dan dilumatnya kembali bibirku, ciumanya sangat ganas sehingga aku sedikit kewalahan meladeni goyangan lidahnya di dalam rongga mulutku, tanpa kusadari ternyata kepala Arna ada disebelahku, Lisa melepaskan ciumannya dibibirku dan mulai berciuman bibir dengan Arna, Lisa seperti kesetanan melumat bibirku dengan Arna secara bergantian, beberapa kali ia mengulanginya sampai ketika ia merasa ada yang aneh, lisa pun menghentikan ciumanya..
“Kalian juga ciuman dong, aku pengen liat…….” pinta lisa agak memohon..
Sontak aku kaget dengan permintaannya itu, ragu untuk melakukannya lalu aku menatap wajah Arna,dari tatapannya aku pun bisa melihat kalau Arna juga ragu akan berciuman denganku.. kami hanya berpandangan beberapa saat sampai akhirnya terdengar dering suara telfon yang cukup mengagetkan kami.
Huuuuhh.. akupun merasa lega kejadian yang kuanggap awkward ini terselamatkan dengan bunyi telefon.
Arna beranjak dari tempat tidur dan merogoh tas untuk mengambil HP nya yang berbunyi, Arna menjawab panggilan telefon itu..
“Kalian lanjutin aja, gue ada urusan bentar” ucap Arna sambil berlalu keluar kamar
“Yah, nih anak kebiasan.. kalo udah nerima telfon gitu gak mungkin sebentar tuh” ucap Lisa sambil memajukan bibir bawahnya.
“Emang siapa sih yang telfon? penting banget kayaknya?“ tanyaku
“Gak tau, dan gak penting” jawab Lisa sambil menidurkan tubuhku di sampingnya..
Lisa mengusap-usapkan pipinya di dadaku..
“Uuhh.. bulu dada kamu ngegemesin banget frans” ucap lisa dengan manja
Perlahan namun pasti kepala Lisa mulai turun ke bawah pusar ku, diperhatikannya tonjolan batang penis yang tercetak di celana dalamku sesaat “ gede banget batang lo frans” ucap lisa sambil menempalkan hidungnya ke cetakan itu, dicium-ciuminya batang penisku.. terkadang dia juga menjilat dan menggigit batang itu dengan gemas.
Tangan lisa kini mencoba menurunkan celana dalamku, begitu terlepas dari sarangnya, penisku mengacung berdiri tegak sempurna, ukuranya kulihat hampir pas sepanjang wajah Lisa mulai dari Dagu sampai ke pangkal rambut di keningnya..
Lisa mennjilati batang kontolku dengan bibirnya sambil tangan kirinya meremas halus buah zakarku. Kemudian dengan lahap lisa mencoba memasukan batang penisku kedalam mulutnya, tapi nampaknya ia tak mampu memasukan seluruh batang penisku, hanya 2/3 bagian saja yang berhasil masuk. Perlahan dimaju mundurkan kepalanya untuk mengocok penisku dengan mulutnya.. melut Lisa terlihat sangat penuh terisi dengan batangan penisku yang cukup besar.. hmmpff.. arrgh… suara yang keluar dari mulut Lisa mencoba memaksa penisku untuk masuk lebih dalam ke tenggorokannya.. penisku sudah sangat basah dengan air liurnya. Tersa hangat sekali ketika penisku berada dalam mulutnya.
Frans.. masukin kontol gede lu ke memek gue frans, gue gak tahan lagi cepetan…. lisa memohon sambil menduduki penisku, diusap-usapkanya sebentar kepala penisku membelah celah rapat di vaginanya. Lalu perlahan lisa menurunkan badanya.. aahh… aduh… lisa agak berteriak karna merasa sakit dengan desakan kepala penisku di dalam vaginanya. Perlahan-lahan namun pasti, batang penisku mulai masuk kedalam vagina lisa, terasa hangat sekali, cairan vaginanya pun mulai terasa menempel licin di kuli penisku.. akhirnya dengan sekali dorongan keatas, aku berhasil memasukan seluruh penisku..
“ahh.. pelan-pelan frans.. gede banget ini..” teriak lisa sambil tangan kirinya menahan perutku..
Aku mendiamkan penisku beberapa saaat didalam vaginanya, seperti terjepit-jepit saat vagina lisa berkedut menekan penisku.
Pelan-pelan lisa mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, mengocok kontolku di dalam memeknya,
Gimana.. enak gak frans? Tanya nya sambil menatapku dengan tatapan nakal
“Enak sa.. memek kamu mantep, sempit banget..” jawabku memuji
Mendengar pujianku lisa pun semakin bernafsu mengoyangkan pinggulnya lebih cepat,
Suara basah di kemaluan kami pun mulai terdengar..
Frans, kau mau nyampe nih.. aduuh.. aahhh.. ahhh.. mau nyampe frans…
Lisa meracau sambil meremas erat dadaku dengan kedua tanganya..
Aku pun membantu menyodok-nyodokan penisku.. suara kemaluan kami un semakin jelas terdengar..
Uuuhhhhhhhhhh…. lisa melenguh panjang, tubuhnya ambruk menimpaku ketika ia merasakan orgasmenya, terasa kenyal dan hangat payudaranya terjepit diantara dadaku dan tubuhnya..
Kubiarkan sesaat dia untuk menikmati orgasmenya, lalu aku berdiri dan menunggingkan tubuhnya, aku ingin mencoba gaya doggy karena tak tahan melihat bongkahan pantat lisa yang menonjol itu, lisa pun paham dan agak menunggingkan pantatnya, bulat sekali pantat lisa membuatku tak tahan dan langsung mengarahkan penisku untuk menyodok memeknya dari belakang..
Kum maju mundurkan penisku perlahan, sambil memperbaikai posisi ku agar lebih nyaman..
“Ayo yang kuat frans… masukin dalem-dalem sampe mentok.. kontol kamu enak frans.. urat-uratnya kerasa bangen di memek aku” ucap lisa membuatku semakin bersemangat memompa memeknya dengan kejam..
Aahh.. aahh.. ahhh…. ahh…. hmmm… ahh.. ooohh… hanya itu yang keluar dari mulut lisa…
Bosan dengan gaya ini akupun membalikan tubuhnya, dengan posisi MOT aku mencoba memompa memeknya sambil melumat bibirnya yang seksi.. hhmmm.. ahhh… terus frans.. teruss…. aku.. mau.. keluar lagi frans…” ucap lisa sambil menjambak rambutku cukup kuat.. pinggulnya sedikit terangkat, sepertinya dia akan orgaasme lagi, aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh…………… kembali lisa melenguh panjang.. kedua kakinya mengenjanng kuat menjepit pinggulku. Terasa semprotan cairannya melumasi kontolku di dalam memeknya, aku terasa tidak bisa menahan lagi, sepertinya pertahananku mulai jebol.. kucabut kontolku dari memek lisa dan langsung mengarahkan kontolku ke mulutnya, dengan sigap lisa pun menegakkan kepalanya lalu menyedot kontolku dalam-dalam, isapannya sangat kuat dan ahh… ccrooot.. crooot… croott.. spermaku tersemprot kuat di dalam mulutnya.. lisa terpejam menerima semprot sperma di dalam mulutnya sambil masih memaju mundurkan mulutnya perlahan.. hingga kurasakn ia telah menelan habis spermaku.. aku menarik kontolku keluar dari mulutnya, aku pun ambruk disamping lisa…. kulihat lisa masih terpejam berusaha mengatur nafas dengan tangan di keningnya..
Setelah merasa tenaga ku kembali, aku mengambil rokok dan membakarnya lalu aku memakai celana boxer ku kembali, aku berjalan keluar kamar untuk melihat Arna.. dari ruangan tengah aku dapat melihat Arna masih telfonan di ruang tamu.. akupun tidak ingin mengganggunya, aku pun kembali ke kamar dan berbaring disebelah Lisa yang masih telanjang..
Bersambung ke Part III