Panggil saja nama saya Rinto (nama samaran), di situs dewasa ini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman sex mesum yang sangat memicu adrenalin. Usia saya saat ini 25 tahun. Kisa sex ini terjadi ketika saya duduk dibangku SMA, tepatnya ketika saya masih duduk di bangku kelas III SMA. Sampai saat ini cerita mesum saya ini masih tertanam dala benak dan fikiran saya.
Bibi saya ini menjanda bukan karena kehendaknya, beliau menjanda karena ditinggal suaminya meninggal akibat kecelakaan motor pada event motor cross. Almarhun suami Bibi Irma ini adalah seorang pembalap motor cross yang cukup terkenal di daerahnya. Sungguh malang sekali Bibi Irma ini, diusia yang terhitung masih cukup muda sudah menjadi janda dengan 2 orang anak pada usianya yang masih 35 tahun.
Walaupun Bibi Irma janda beranak 2, namun tubuhnya sungguh terawat sekali dan masih singset dan sexy. Maklum sajalah walaupu seorang janda Bibi Irma ini termasuk JAPAN (janda mapan) kondisi ekonominya tergolong lebih dari cukup. Bibi Irma hampir setiap minggu melsayakan senam erobik, spa dan masih banyakk perawatan yang dilsayakanya.
Alhasil, Bibi Irma bila dibandingkan dengan gadis berusia 22 tahun tidak kalah. Ditambah lagi Bibi Irma mempunyai pantatnya semok dengan pinggul yang singset. Betis dan pahanya sangat putih sekali para pembaca, bahkan tumpukan lemak dan selulit tidak ada sedikitpun ditubuhnya. Mantap kan. Buah dada-nya lumayan besar, saya perkirakan ukuran BH-nya sekitar 34B.
Buah dadanya itu loh, masih kencang sekali, tidak kendor sedikitpun. Jadi Jika diluar rumah, Bibi Irma ini seperti seorang Remaja yang menggugah gairah kaum laki-laki.
Kisah saya dengan Bibi Irma ini sungguh tidak terduga sekali, bahkan saya tidak menyangka bisa bersetubuh denganya. Pada waktu itu suasana rumah sedang sepi, saat itu saya sepulang sekolah saya, melihat Bibi yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang. Oh iya Bibi saya ini adalah seorang dosen, kebetulan sekali saat itu hari itu jadwal mengajar Bibi hanya satu mata kuliah saja.
Dengan langkah yang terlihat lelah karena kecapekan, secara spontan saya langsung munuju menghampiri meja makan dan berkata,
“ Bibi, makananya belum siap yah? ”, tanya saya pada bib Irma.
“ Belum nih Rin, sabar dulu ya, Mbak Surti (pembantu Bibi saya) dari pagi disusruh belanja malah belum pulang, jadi Bibi repot sendiri deh ”, keluh Bibi Irma.
Saat itu terlihat di dahi-nya mengalir cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau Bibi Irma tidak pernah bekerja keras seperti ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah Bibi saya semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat.
Sehingga saat itu terlihat bentuk pantat yang semok dan pinggulnya yang sexy dibali daster tipisnya. Daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. Uhhh, seksi sekali pikiran saya mulai melayang tak jelas. Belum selesai saya mebayangkan Bibi Irma,tiba-tib dia berkata,
“ Bik, Rinto bantuin Bibi ya ? ”, ucap saya.
“ Boleh-boleh Rin, sini-sini !!! ”, jawab Bibi tidak keberatan.
Kemudian saya menuju kearah Bibi, saat itu tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai saya mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot. Hal itu secara otomatis air langsung menyembur dengan derasnya mengenai Bibi Irma yang kebetulan saat itu Bibi berada didepan kran tadi, lalu,
“ Aduh Rin, tolongin Bibi, gimana nih Rin ?? ”, ucap Bibi saya dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh Bibi saya tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi saya segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga.
Tanpa saya sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga Penis saya mengenai belahan pantatnya yang sekal dan semok. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku,
“ Rin gimana ini nih ? ”, tanya Bibi saya tanpa bisa bergerak.
“ Duh gimana ya Bibi, Rinto juga bingung nih Bik ? ”, ucap saya mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di Penis saya, saya jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan saya melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya saya justru melepas celana saya berikut juga celana dalamku.
Memang agak susah tapi akhirnya saya berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Lalu,
“ Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Bibi. Sebentar Rinto carikan dulu yah Bik ”, ucap saya.
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan saya melepas peganganku di saluran air, kemudian,
“ Pegang dulu Bibi ”, ucap saya sedikit terengah menahan nafsu.
“ Yah, gih sana cepetan, Bibi sudah pegal nih ”, ucap Bibi.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat saya menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
“ E… e… e… apa-apan ini Rin, jangan gitu dong !!! ”,tegur Bibi padaku.
Saat itu tanpa sadar Bibi melepas pegangannya dari saluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.
“ Aohhhh… Ughhh… ”, ucap Bibi saya jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air.
Tanpa sadar juga Bibi saya berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi. Kesempatan pikirku, dengan satu sentakan celana dalam Bibi saya melorot sampai diujung kakinya.
“ Oughhhh…. Rin jangan, aku ini Bibimu, jangann Rin, tolong… !!!”, ucap Bibi memohon.
Kepalang tanggung, saya langsung jongkok. Saya lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalsaya, kujulurkan lidahku untuk mencapai Kewanitaan-nya.
“ Sss… Rin… Aghhhh… ”, desah Bibi.
Ternyata jilatan pertama saya ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi. Saat itu lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari Kewanitaan-nya, semakin kedalam membuat Bibi saya bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan.
Saat itu kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari Clitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang Kewanitaan-nya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.
“ Aghhhh… Oughhh… Rin… Sssss… Aghhhh… ”, dengan erangan keras, rupanya Bibi saya sudah mencapai Klimaks.
Saat itu tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
Aduh saya belum apa-apa pikirku. Langsung saya berdiri, kusiapkan senjatsaya yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku saya coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan Penis saya pada Kewanitaan-nya. Kudorongkan sedikit demi sedikit.
Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar,
“ Aghhh… sakit Rin… Aow… pelan-pelan… ”, kepala Bibi saya langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas.
Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir Bibi saya karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku. Kudiamkan sebentar Penis saya yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam Kewanitaan Bibi saya, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata Kewanitaan yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit.
Sungguh sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi,
“ Oughhh… Rin… Sssss… Aghhhh… terus sayang… cepetin sodokan kamu… Oughhh… cepat, Aghhhh… ”, desah Bibi.
Terus sayang pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku,
“ Oughhh… Yeahhh… Nah gitu Rin, Oughhh… ya gitu teruuss… ”, Pinta Bibi saya.
Saat itu saya terus mengocokkan Penis saya dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat,
“ Yang cepat Rin, Bibi sudah mau keluar lagi… Oughhh… Aghhh… ”, ucap Bibi nikmat.
Kemudian kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan,
“ Cepatt… cepatt truss… ouchh… Bibi kelluaarr… aghhhhhhhhhh ”,
Akhirnya Bibi Irma mendapatkan Klimaksnya di iringi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat,
“ Cabut dulu Rin… Bibi linuu… ”, pinta Bibi saya, karena merasakan saya yang masih mengocoknya dari belakang.
“ Akan Rinto cabut, tapi janji nanti diteruskan lagi ya Bik? ucap saya.
“ Iya, tapi sekarang dari depan aja yah Rin ”, janji Bibi saya.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Saya mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing Penis saya kearah liang Kewanitaan-nya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga Penis saya.
“ Aghhhh… Oughhh… ”, erang Bibi saya, ciuman kami terlepas.
“ Genjot yang cepatt Rin… Aghhhhh… ”, pinta Bibi saya sambil pahanya semakin dilebarkan.
“ Begini Bik… ??? Ucap saya sambil mengocokkan Penis saya dengan cepat.
“ Gila kamu Rin… kuat sekalii kamu… ”, ucapnya sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas Kewanitaan-nya.
Saya tahu mau maksudnya,
“ Aghhhh yang ituu… teruss Rin… ohh enakk… teeruss… ”, rintih Bibi saya ketika sambil Penis saya mengocok Kewanitaan-nya tanganku juga memelintir Clitorisnya.
Oughhh Rin, Bibi hampir sampai nih… ”, ucapnya.
Saat itu tubuhnya mulai bergetar agak keras,
“ Saya juga hampir klimaks Bik… Oughhh punya Bibi eenakk… ”, ucap saya mulai tidak bisa mengendalikan lagi, Klimaks saya tinggal sebentar lagi.
“ Mau dikeluarin dimana Bik ? tanya saya mrminta ijin.
“ Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss… didalem juga nggak Papa
Ayoo…Bibi udah diujung nihh Rin… ”, ucap Bibi.
“ Oughhh… enakk… cepatt Rin… ”, desah Bibi saya.
“ Goyang Bik, kita barengan ajaa… Oughh ”, ucap saya.
Saat itu saya merasakan Klimaks saya sudah diujung. Semakin kupercepat kocokanku, Bibi saya juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan sperma saya.
“ Saya keluarr Bik… Aghhhhh… ” ucapku telah mencapai klimaks sembari kubenamkan dalam-dalam.
“ Bibi juga Rin… Aghhhh… gilaa… enaknya… ”, erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu Penis saya yang masih ada didalam Kewanitaan-nya. Kulirik ada sedikit lelehan sperma yang keluar dari Kewanitaan-nya. Seperti tersadar dari dosa, Bibi saya mendorong badanku.
“ Kamu nakal Rin, berani sekali kamu berbuat seperti ini pada Bibi ”,Ucap Bibi saya.
“ Tapi Bibi juga menikmatinya kan? ”, balas saya.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Saya berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya,
“ Bibi air di tandon tadi sudah habis loh ”, canda saya dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.
Semenjak kejadian itu hubungan saya dengan Bibi semakin menjadi-jadi saja. Hampir setiap hari kami melakukan Hubungan Sex jika suasana rumah memungkinkah. Demikian cerita sex saya. Selesai.