Sebut saja namaku Tiyo, saat ini tempat tinggalku ada di jogja dan aku pun tinggal di Jogja. Aku bekerha di sebuah kantor yang bidangnya bergerak di bagian TI. Jabataku lumayan tinggi dan yaitu sebagau General Manager sehingga aku diberikan dari beberapa fasilitas seperti rumah dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan refresing.
Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku menawarkan untuk menawarkan rumah sakit, Ibu menolak dan lukanya tidak parah.
“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?”
“Tidak usah den, si Mbok nggak usah diantar”.
“Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?”
Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk ketika dia mau menjawab, dari arah trotoar mencul anak sambil membawa bekicot.
“Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh”.
Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya di bagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha mengantarnya pulang.
“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, panggang Tika pincang”.
“Ngaak usah den, simbok..”.
“Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, panggang Tika Mbok..”.
“Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku panggang kepada mereka.
“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”
“Tapi ndoroo..”.
“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika”.
Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil perjalananp, simbok ini ternyata pulanggak suaminya saat mengandung Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini namanya namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4.
Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung ke aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana. besok hari minggu, aku punya rencana membeli baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain yang menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
“Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.
“Inggih Ndoro.., nggak boleh kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”.
“Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini”.
Mulai dari sini awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. jam 1 malam setelah aku selesai menonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki yang betul-betul mulus dan dibalik CDnya yang lusuh dan sobek di bagian bawah terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.
Setelah agak tenang, tangan langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, saya mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Saya sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi klitorisnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak melihat. Setelah sekitar 13 menit aku jilati klitorisnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu lelah shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di klitorisnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun.Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi klitoris dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga menempatkan payudaranya sempat muncul di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun.
Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku melihat Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku ini.
Saat aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang..
“Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget.
“Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.
“Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..”.
“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.
Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir tempat tidurku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.
“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”.
“Tidak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.
Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif memperhatikan, pipinya, , dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat kami mengelus pahanya..
“Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”.
“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk menjadi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan, di sebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan diam saja ketika kami mengelus seluruh tubuhnya.
Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin ceritanya.
Kemudian aku jongkok diantara dan diatas aku singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah di hadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir video yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik klitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya tidak kalah sama ibunya.
“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..”.
“Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”.
“Inggiih.. Ndoro..”.
Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.
“Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”.
Aku bahkan sempatkan memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat pantatnya.
Aku pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku melihat Tika menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.
“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..”.
Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang menendang-nendang dan mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..
“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..”.
Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..”
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha keras untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.
“Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”.
“apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena sudah pipis dimulut Ndoro..”
“Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..”.
“Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”.
“Iya Ndoro..”.
Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih polos itu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Aku melihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku bertumpu kedua tangan, aku sodorkan kontolku di wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.
“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!
“Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”.
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.
“Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”.
“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..”.
“Tidak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.
“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.
Tika pun jongkok di antara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulut yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.
“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.
Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya pun aku angkat dan aku dari tubuh Tika mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang-kadang aku remas dengan keras.
“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.
12 menit kemudian, saya merasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang meneteskan keluar dari mulutnya.
“Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”.
“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”.
“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”.
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawatku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari: susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak salah.
Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saya penasaran sebelum membobol produk daranya.
“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”.
“Tidak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..”
“Mau Ndoro..”.
Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.
“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit..”
Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku merasakan ujung kontolku menghasilkan unggul tipis, yang aku yakin itu adalah murni daranya.
“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.
“Tidak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”.
Setelah kudiamkan saat ini, aku mulai lagi mengamati beberapaknya dan aku melihat masih sambil menggigit bibir bawahnya.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” Itulah yang keluar dari mulut Tika.
“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih.., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.
SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu memperhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, kadang-kadang kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan jika aku melihatnya hanya melihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan di sana-kesini dan juga kedua menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kesulitan.
“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”.
Aku mulai merasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi pembeli pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”
“Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..”
“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..” .
Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menyelesaikan atau gamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.
“Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..”.
“Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Tidak apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”.
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan saya mulai sodokan kontolku.
“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”.
“Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..”.
“Memeek Tika periih.. ndooroo..”.
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar yang mengalir dari liang limbahnya.
“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”.
“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.
“Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”.
Saya perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan membandingkan dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tercapai dengan pulas. Nikmat.
Bagaimana pembaca sudah orgasme belum.., kalau udah.., dibersihin yaa.., bobok.. byee. Nantikan ceritaku selanjutnya, dimana aku akhirnya bisa juga menikmati Mbok Inemku dan juga bidadari kecilku, si Intan.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,