Dua bulan yang lalu, aku kedatangan tamu dari Semarang. Tamu
itu adalah keponakanku sendiri. Umurnya baru 17 tahun, dia
anak dari kakak laki-lakiku yang paling bungsu. Dia datang di
saat liburan sekolahnya. Aku sangat gembira menyambutnya.
Dia kusuruh tinggal di kamar sebelah kamar tidurku. Hari-hari
awal semuanya berjalan seperti normal, tetapi satu minggu
kemudian, ada yang sedikit aneh. Pakaian dalamku sering
kutemukan tidak pada tempat dan urutannya. Kadang-kadang
sedikit tidak rapi. Ada timbul kecurigaan kalau keponakanku itu
memainkan pakaian dalamku, sebab kalau tidak siapa lagi.
Kadang-kadang ada pakaian dalamku yang hilang lalu besoknya
ditemukan kembali ditempatnya semula. Aku mulai merasa kalau
keponakanku memiliki obsesi seks tentang aku.
Suatu malam aku memutuskan untuk menguji keponakanku.
Selesai mandi, aku segera mengambil celana dalam g-string
warna merah dengan renda-renda yang sexy dan kukenakan.
Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam berwarna pink
dengan bahan satin. Gaun malam itu semi transparan, jadi
tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan
menampakkan lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya. Panjang
gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkanganku. Di bagian
pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam
itu ke tubuhku. Bila kedua tali itu diturunkan dari pundakku,
dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan
menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan.
Setelah itu, aku keluar ke ruang keluarga tempatku menonton
TV dan segera duduk menonton TV. Mula-mula aku berusaha
duduk dengan sopan dan berusaha menutupi selangkanganku
dengan lipatan kakiku. Tak lama kemudian, keponakanku keluar
dari kamarnya dan duduk di sebelahku. Sepanjang malam itu,
kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi aku
tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut
mataku. Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah
meja di depan seolah-olah menjangkau sesuatu yang akhirnya
mempermudah dia melihat payudaraku lewat leher bajuku yang
longgar. Tak lama kemudian, aku mencoba lebih berani lagi. Aku
mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini pakaian
tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan
pantat dan tali g-string di pinggangku. Dari ujung mataku aku
bisa melihat kalau keponakanku melihat bagian itu terus.
Anehnya, aku mulai merasa terangsang. Mungkin ini akibat dari
masa mudaku sebagai seorang eksibisionis.
Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil. Sengaja pintu
kamar mandi tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan
sedikit celah. Dari pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan
keponakanku muncul di celah pintu dan mengintipku, walaupun
saat itu aku membelakangi pintu. Setelah itu, aku menundukan
kepalaku, pura-pura konsentrasi pada g-stringku agar dia
tidak kaget. Kemudian aku membalikkan badanku, mengangkat
gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan
matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat
hal ini, tetapi dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki
paling menyukai saat ini yaitu pada saat perempuan mulai
membuka pakaiannya.
Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan
air kencingku. Aku yakin dengan posisi seperti ini, keponakanku
ini akan sangat menikmati pemandangan vaginaku yang
mengeluarkan air kencing. Ini juga salah satu yang kudengar
bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing. Setelah
kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku
lalu kuturunkan gaun tidurku. Setelah itu, aku membalikan
badanku lagi sambil membetulkan g-stringku bagian belakang.
Sebetulnya aku memberikan kesempatan kepada keponakanku
untuk pergi tapa terlihat aku. Benar saja, lagi-lagi dari
pantulan tegel dinding aku melihat bayangan keponakanku
menjauh ke arah ruang keluarga. Setelah semua selesai, aku
kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada
apa-apa.
Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka
keponakanku merah, Dalam hatiku aku tertawa karena
teringat masa laluku sebagai eksebisionis. Waktu itu, semua
laki-laki yang memandangku saat aku sedang Beraksi juga
memperlihatkan reaksi yang sama. Untuk menghilangkan rasa
gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan dibalas
dengan senyum yang kikuk. Setelah itu, aku kembali duduk di
sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara
nonton TV dan bincang-bincang kami. Tak lama kemudian, aku
memutuskan untuk tidur, karena saat itu jam 11.30.
Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat
tidur. Gaun malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat
tidur kubiarkan saja sehingga memperlihatkan g-string yang
kupakai. Tali gaun tidurku sebelah kiri merosot ke siku tangan
juga tidak kuperbaiki sehingga puting payudaraku sebelah kiri
nongol sedikit. Aku mulai menikmati kalau diintip oleh
keponakanku di kamar mandi tadi. Mulai besok aku
merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi.
Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku
bangun dengan posisi pakaian yang tidak karuan. Setelah
membetulkan tali bahu gaun malamku, aku keluar kamar. Di luar
kamar, aku bertemu dengan keponakanku yang sudah bangun.
Dia sedang menonton acara TV pagi. Aku menyapanya dan
segera di balas dengan sapaannya juga. Setelah itu, aku
mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi pintu
kamar mandi tidak kututup rapat. Seperti dugaanku,
keponakanku kembali mengintipku. Aku kemudian membuka gaun
malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string. Gaunku itu
kuletakan di tempat cucian. Setelah itu, dengan hanya
memakai g-string, aku berdiri di depan wastafel dan
menggosok gigiku. Saat menggosok gigi, payudaraku bergoyang-
goyang karena gerakan tanganku yang menyikat gigi.
Keponakanku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah
mengatur posisi tubuhku agar dia dapat menikmati
pemandangan ini. Setelah selesai, aku kemudian membuka g-
stringku. Sementara g-stringku masih kupegang di tangan, aku
kemudian kencing sambil berdiri. Air seniku kuarahkan ke lantai.
Setelah itu, aku siram dan aku masuk ke tempat shower.
Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga. Aku kemudian
mandi seperti biasa, tetapi saat menyabuni badan, aku
menyabuni dengan perlahan-lahan. Gerakan tanganku kubuat
sesensual mungkin. Bagian payudara dan vaginaku kusabuni
agak lama. Setelah membilas badanku, aku masih melanjutkan
acara mandi sambil diintip dengan mencuci rambut. Selesai
semua itu, aku kemudian mengeringkan badan dan rambut, lalu
melilitkan handuk di tubuhku. Sekilas aku melihat dari pantulan
tegel dinding kalau keponakanku sudah pergi. Aku kemudian
keluar dari kamar mandi.
Saat keluar aku melihat keponakanku duduk di depan TV
sambil menikmati acara TV. Aku tahu sebetulnya dia hanya
pura-pura. Mukanya merah seperti kemarin sewaktu habis
mengintipku kencing. Aku kemudian masuk kamar tidurku. Pintu
kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan harapan
keponakanku akan mengintip baju. Lewat pantulan cermin di
lemari pakaianku, aku melihat kalau bayangan keponakanku ada
di depan pintu. Dia mengintipku lagi. Aku tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini. Kubuka lilitan handukku sehingga aku telanjang
bulat. Setelah itu, dengan handuk itu, aku terus mengeringkan
rambutku yang basah sementara aku terus menuju ke meja
rias.
Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku
mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku menuju ke lemari
kemudian mengambil celana transparan yang berwarna putih.
Setelah memakainya, aku kemudian mengambil sebuah
strapless bra warna putih (bra yang tali bahunya bisa di
lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan kawat
penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan
memakainya pula. Kemudian aku mengambil jubah pendek dari
bahan satin berwarna putih dan kupakai. Setelah menalikan
tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan rambutku lagi
sebelum keluar. Dari pantulan cermin aku melihat kalau
bayangan keponakanku sudah tidak ada.
Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi
untuk kami berdua. Keponakanku saat itu sudah di kamar mandi
untuk mandi. Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma
sekedar mandi, tetapi pasti memakai gaun malam dan g-
stringku sambil mastubasi membayangkan badanku. Aku
tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang
keponakanku. Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi
dan ganti baju, cairan kewanitaanku terasa mengalir di sela-
sela vaginaku. Aku sendiri betul-betul terangsang.
Saat makan pagi siap dan keponakanku selesai mandi, aku
menyuruhnya makan bersama. Saat makan, jubah satin yang
kupakai melonggar di bagian leher, tetapi aku pura-pura tidak
tahu. Aku tahu kalau keponakanku memperhatikan bra yang
terlihat akibat bagian leher yang terus melonggar. Setelah
makan selesai, aku membereskan piring sementara
keponakanku duduk di sofa membaca buku. Setelah aku
merasa semua sudah beres, aku kemudian mengajaknya untuk
jalan-jalan menikmati liburannya.
Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan
keponakanku. Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi,
kencing atau ganti baju. Aku juga membiarkannya mencuri dan
memakai pakaian dalamku sepanjang dia mengembalikannya
baik ke lemariku maupun ke tempat cucian.
Aku pura-pura tidak tahu kalau dia melakukan semua itu. Hanya
saat aku melakukan masturbasi saja yang tidak kubiarkan dia
mengintip. Lagi pula biasanya aku melakukan masturbasi di
malam hari saat hendak tidur. Sebetulnya ini karena aku malu
menunjukkan kepadanya kalau aku sedang terangsang. Aku
sangat menikmati situasi ini sampai saat dia harus pulang
kembali ke Semarang, aku mengatakan kepadanya kalau aku
sangat menyukai perhatiannya. Maksudku adalah aku suka
diintip olehnya. Entah dia mengerti maksudku atau tidak,
tetapi dia juga mengatakan kalau dia sangat menikmati liburan
ini. Aku berharap untuk liburan selanjutnya, keponakanku mau
datang lagi agar aku bisa menunjukan tubuhku lagi kepadanya.
Pengalaman ini sungguh indah dan menyegarkan masa laluku.
Kalau ada kesempatan, aku akan berusaha untuk
mengulanginya lagi hanya saja aku sekarang lebih suka diintip.
itu adalah keponakanku sendiri. Umurnya baru 17 tahun, dia
anak dari kakak laki-lakiku yang paling bungsu. Dia datang di
saat liburan sekolahnya. Aku sangat gembira menyambutnya.
Dia kusuruh tinggal di kamar sebelah kamar tidurku. Hari-hari
awal semuanya berjalan seperti normal, tetapi satu minggu
kemudian, ada yang sedikit aneh. Pakaian dalamku sering
kutemukan tidak pada tempat dan urutannya. Kadang-kadang
sedikit tidak rapi. Ada timbul kecurigaan kalau keponakanku itu
memainkan pakaian dalamku, sebab kalau tidak siapa lagi.
Kadang-kadang ada pakaian dalamku yang hilang lalu besoknya
ditemukan kembali ditempatnya semula. Aku mulai merasa kalau
keponakanku memiliki obsesi seks tentang aku.
Suatu malam aku memutuskan untuk menguji keponakanku.
Selesai mandi, aku segera mengambil celana dalam g-string
warna merah dengan renda-renda yang sexy dan kukenakan.
Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam berwarna pink
dengan bahan satin. Gaun malam itu semi transparan, jadi
tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan
menampakkan lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya. Panjang
gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkanganku. Di bagian
pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam
itu ke tubuhku. Bila kedua tali itu diturunkan dari pundakku,
dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan
menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan.
Setelah itu, aku keluar ke ruang keluarga tempatku menonton
TV dan segera duduk menonton TV. Mula-mula aku berusaha
duduk dengan sopan dan berusaha menutupi selangkanganku
dengan lipatan kakiku. Tak lama kemudian, keponakanku keluar
dari kamarnya dan duduk di sebelahku. Sepanjang malam itu,
kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi aku
tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut
mataku. Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah
meja di depan seolah-olah menjangkau sesuatu yang akhirnya
mempermudah dia melihat payudaraku lewat leher bajuku yang
longgar. Tak lama kemudian, aku mencoba lebih berani lagi. Aku
mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini pakaian
tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan
pantat dan tali g-string di pinggangku. Dari ujung mataku aku
bisa melihat kalau keponakanku melihat bagian itu terus.
Anehnya, aku mulai merasa terangsang. Mungkin ini akibat dari
masa mudaku sebagai seorang eksibisionis.
Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil. Sengaja pintu
kamar mandi tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan
sedikit celah. Dari pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan
keponakanku muncul di celah pintu dan mengintipku, walaupun
saat itu aku membelakangi pintu. Setelah itu, aku menundukan
kepalaku, pura-pura konsentrasi pada g-stringku agar dia
tidak kaget. Kemudian aku membalikkan badanku, mengangkat
gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan
matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat
hal ini, tetapi dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki
paling menyukai saat ini yaitu pada saat perempuan mulai
membuka pakaiannya.
Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan
air kencingku. Aku yakin dengan posisi seperti ini, keponakanku
ini akan sangat menikmati pemandangan vaginaku yang
mengeluarkan air kencing. Ini juga salah satu yang kudengar
bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing. Setelah
kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku
lalu kuturunkan gaun tidurku. Setelah itu, aku membalikan
badanku lagi sambil membetulkan g-stringku bagian belakang.
Sebetulnya aku memberikan kesempatan kepada keponakanku
untuk pergi tapa terlihat aku. Benar saja, lagi-lagi dari
pantulan tegel dinding aku melihat bayangan keponakanku
menjauh ke arah ruang keluarga. Setelah semua selesai, aku
kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada
apa-apa.
Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka
keponakanku merah, Dalam hatiku aku tertawa karena
teringat masa laluku sebagai eksebisionis. Waktu itu, semua
laki-laki yang memandangku saat aku sedang Beraksi juga
memperlihatkan reaksi yang sama. Untuk menghilangkan rasa
gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan dibalas
dengan senyum yang kikuk. Setelah itu, aku kembali duduk di
sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara
nonton TV dan bincang-bincang kami. Tak lama kemudian, aku
memutuskan untuk tidur, karena saat itu jam 11.30.
Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat
tidur. Gaun malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat
tidur kubiarkan saja sehingga memperlihatkan g-string yang
kupakai. Tali gaun tidurku sebelah kiri merosot ke siku tangan
juga tidak kuperbaiki sehingga puting payudaraku sebelah kiri
nongol sedikit. Aku mulai menikmati kalau diintip oleh
keponakanku di kamar mandi tadi. Mulai besok aku
merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi.
Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku
bangun dengan posisi pakaian yang tidak karuan. Setelah
membetulkan tali bahu gaun malamku, aku keluar kamar. Di luar
kamar, aku bertemu dengan keponakanku yang sudah bangun.
Dia sedang menonton acara TV pagi. Aku menyapanya dan
segera di balas dengan sapaannya juga. Setelah itu, aku
mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi pintu
kamar mandi tidak kututup rapat. Seperti dugaanku,
keponakanku kembali mengintipku. Aku kemudian membuka gaun
malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string. Gaunku itu
kuletakan di tempat cucian. Setelah itu, dengan hanya
memakai g-string, aku berdiri di depan wastafel dan
menggosok gigiku. Saat menggosok gigi, payudaraku bergoyang-
goyang karena gerakan tanganku yang menyikat gigi.
Keponakanku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah
mengatur posisi tubuhku agar dia dapat menikmati
pemandangan ini. Setelah selesai, aku kemudian membuka g-
stringku. Sementara g-stringku masih kupegang di tangan, aku
kemudian kencing sambil berdiri. Air seniku kuarahkan ke lantai.
Setelah itu, aku siram dan aku masuk ke tempat shower.
Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga. Aku kemudian
mandi seperti biasa, tetapi saat menyabuni badan, aku
menyabuni dengan perlahan-lahan. Gerakan tanganku kubuat
sesensual mungkin. Bagian payudara dan vaginaku kusabuni
agak lama. Setelah membilas badanku, aku masih melanjutkan
acara mandi sambil diintip dengan mencuci rambut. Selesai
semua itu, aku kemudian mengeringkan badan dan rambut, lalu
melilitkan handuk di tubuhku. Sekilas aku melihat dari pantulan
tegel dinding kalau keponakanku sudah pergi. Aku kemudian
keluar dari kamar mandi.
Saat keluar aku melihat keponakanku duduk di depan TV
sambil menikmati acara TV. Aku tahu sebetulnya dia hanya
pura-pura. Mukanya merah seperti kemarin sewaktu habis
mengintipku kencing. Aku kemudian masuk kamar tidurku. Pintu
kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan harapan
keponakanku akan mengintip baju. Lewat pantulan cermin di
lemari pakaianku, aku melihat kalau bayangan keponakanku ada
di depan pintu. Dia mengintipku lagi. Aku tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini. Kubuka lilitan handukku sehingga aku telanjang
bulat. Setelah itu, dengan handuk itu, aku terus mengeringkan
rambutku yang basah sementara aku terus menuju ke meja
rias.
Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku
mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku menuju ke lemari
kemudian mengambil celana transparan yang berwarna putih.
Setelah memakainya, aku kemudian mengambil sebuah
strapless bra warna putih (bra yang tali bahunya bisa di
lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan kawat
penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan
memakainya pula. Kemudian aku mengambil jubah pendek dari
bahan satin berwarna putih dan kupakai. Setelah menalikan
tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan rambutku lagi
sebelum keluar. Dari pantulan cermin aku melihat kalau
bayangan keponakanku sudah tidak ada.
Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi
untuk kami berdua. Keponakanku saat itu sudah di kamar mandi
untuk mandi. Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma
sekedar mandi, tetapi pasti memakai gaun malam dan g-
stringku sambil mastubasi membayangkan badanku. Aku
tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang
keponakanku. Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi
dan ganti baju, cairan kewanitaanku terasa mengalir di sela-
sela vaginaku. Aku sendiri betul-betul terangsang.
Saat makan pagi siap dan keponakanku selesai mandi, aku
menyuruhnya makan bersama. Saat makan, jubah satin yang
kupakai melonggar di bagian leher, tetapi aku pura-pura tidak
tahu. Aku tahu kalau keponakanku memperhatikan bra yang
terlihat akibat bagian leher yang terus melonggar. Setelah
makan selesai, aku membereskan piring sementara
keponakanku duduk di sofa membaca buku. Setelah aku
merasa semua sudah beres, aku kemudian mengajaknya untuk
jalan-jalan menikmati liburannya.
Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan
keponakanku. Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi,
kencing atau ganti baju. Aku juga membiarkannya mencuri dan
memakai pakaian dalamku sepanjang dia mengembalikannya
baik ke lemariku maupun ke tempat cucian.
Aku pura-pura tidak tahu kalau dia melakukan semua itu. Hanya
saat aku melakukan masturbasi saja yang tidak kubiarkan dia
mengintip. Lagi pula biasanya aku melakukan masturbasi di
malam hari saat hendak tidur. Sebetulnya ini karena aku malu
menunjukkan kepadanya kalau aku sedang terangsang. Aku
sangat menikmati situasi ini sampai saat dia harus pulang
kembali ke Semarang, aku mengatakan kepadanya kalau aku
sangat menyukai perhatiannya. Maksudku adalah aku suka
diintip olehnya. Entah dia mengerti maksudku atau tidak,
tetapi dia juga mengatakan kalau dia sangat menikmati liburan
ini. Aku berharap untuk liburan selanjutnya, keponakanku mau
datang lagi agar aku bisa menunjukan tubuhku lagi kepadanya.
Pengalaman ini sungguh indah dan menyegarkan masa laluku.
Kalau ada kesempatan, aku akan berusaha untuk
mengulanginya lagi hanya saja aku sekarang lebih suka diintip.