COVID-19 atau Virus Corona telah ditetapkan sebagai pandemi global yang menghantam seluruh lini kehidupan masyarakat. Bahkan kegiatan perkantoran pun diberhentikan sementara waktu hingga keadaan membaik. Itulah yang dirasakan oleh Mahbub Ubaedi Alwi, panggil saja Ubay, seorang fresh graduate yang bekerja di sebuah law firm (kantor pengacara) di daerah Kuningan. Ada rasa syukur di hati Ubay ketika bekerja di tempat elit, megah, dan mewah. Tapi pekerjaan yang ia lakoni menguras emosi dan tenaga yang begitu besar. Bayangkan saja sedulur-sedulur, harus masuk kantor jam 10.00 dan pulang (paling cepat) pukul 22.30. Tapi Ubay menyugesti dirinya untuk tetap kuat dan bertahan di law firm ini, yah…. daripada nganggur, pikirnya. Ubay sendiri baru berstatus sebagai OJT atau Trainee selama tiga bulan, jika kinerjanya baik dia akan mendapat titel sebagai Junior Associate.
Setidaknya mulai tanggal 18 Maret, seluruh personil kantor sudah mulai Work From Home alias WFH, lumayan bisa mengurangi penat. Tapi ia tidak bisa leha-leha, banyak tugas yang harus Ubay bawa ke rumah. Fuck, ternyata kerja dari rumah atau di kantor nggak ada bedanya. Bedanya cuma lu nggak perlu kena macet di perjalanan aja sih.
Hari itu Ubay memulai aktivitas dengan rebahan di kasur, kalian tau lah gimana kuatnya magnet kasur. Kalau dalam keadaan normal mana bisa rebahan di kasur kayak begini, yang ada bakal kena macet dan telat masuk kantor. Tak disangka-sangka keheningan rebahan Ubay terganggu lewat bunyi panggilan telpon ponsel. Tertera tulisan “Mbak Hanna Office”.
“Halo mbak, ada apa ?” Ubay mengawali percakapan.
“Bay, draft kontrak pembangunan Pelabuhan XXX (disamarkan) yang gue tugasin ke lo udah sampai mana ?” tanya Hanna.
“Duh mbak maaf nih belum kepegang, kan beberapa hari lalu saya ditugasi bikin gugatan perdata sama Pak Indra” jawab Ubay dengan nada memelas. FYI, Pak Indra merupakan bos dari law firm tempat Ubay dan Hanna bekerja.
“Ah, banyak alesan lo ! Gue kan udah ngasih deadline kalau hari ini udah harus selesai !! Lagipula gue ngasih tugas ke lo dari dua minggu yang lalu kan ?” hardik Mbak Hanna. Nama lengkapnya Hanna Oktavia Kusumawardhani. Seorang Senior Associate yang menjadi supervisor dari Ubay di kantor. Dibalik wajah ayu dan jilbab yang dikenakannya, harus diakui oleh Ubay bahwa Mbak Hanna adalah salah satu orang yang intimidatif di tempat kerja. Meskipun satu almamater ternyata tidak membuat hubungan mereka berdua menjadi cair layaknya kakak adik.
“Maaf mbak, aku segera kerjain” cuma itu kalimat yang keluar dari mulut Ubay. Trainee tak ubahnya bagai spesies yang berada pada urutan terbawah dalam rantai makanan. Daripada nasib tidak selamat lebih baik meminta maaf dan mendengar ocehan dari senior.
“Ah gak percaya gue, palingan juga lo lagi rebahan di kosan“. Anjir bener juga tebakan Mbak Hanna.
“Udah deh, mendingan lo kerjain di apartemen gue. Jangan lupa bawa lampiran-lampiran kontraknya !” perintah Mbak Hanna.
“Oke kak, aku siap-siap dulu ya” kata Ubay kemudian telpon ditutup oleh Mbak Hanna.
Setelah selesai mandi, berpakaian, dan menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, Ubay menyalakan mobilnya menuju apartemen Mbak Hanna di daerah Kalibata. Jalanan cukup lengang, Pasar Kramat Jati, daerah Cililitan yang biasanya macet parah kini tidak begitu ramai. Pukul 10.45 Ubay telah tiba di apartemen Mbak Hanna. Ubay menekan tombol bel disertai perasaan cemas takut dimarahi lagi.
“Pagi Mbak Hanna” sapa Ubay ketika Mbak Hanna membukakan pintu.
“Sini masuk” jawab Mbak Hanna tanpa memperdulikan sapaan Ubay.
Jujur Ubay tertegun melihat penampilan Mbak Hanna yang mengenakan daster tanpa lengan pagi ini. Rambut panjangnya tergerai indah, baru pertama kali Ubay melihatnya. Pandangan matanya turun ke bawah, payudara yang menggantung di tubuh Mbak Hanna pun terlihat indah, meskipun masih tertutup oleh kain daster. Kira-kira ukurannya 34B. Bokongnya yang semok dan pahanya yang putih terlihat lebih jelas, berbeda dengan di kantor ketika Mbak Hanna mengenakan celana panjang. Tanpa membuang waktu Ubay segera mengeluarkan laptop dan berkas-berkas yang dibawa. Ia duduk di sofa dan segera mengerjakan draft kontrak. Sementara Mbak Hanna kembali menyibukkan diri dengan kerjaannya yang ada di laptopnya.
Singkatnya 1,5 jam kemudian
“Mbak Hanna, draftnya udah selesai nih. Minta dikoreksi dong” kata Ubay.
“Oke” jawab Mbak Hanna singkat kemudian pindah menuju laptop Ubay dan mengoreksi pekerjaannya.
Dengan teliti Hanna memeriksa seluruh draft kontrak yang dikerjakan Ubay. Ia mengerutkan dahi, seolah banyak kesalahan dalam draft yang dibuat Ubay. Jarinya mengetik masukan-masukan yang nantinya harus diperhatikan Ubay untuk diperbaiki.
“Nih, banyak typo draft lo. Perbaiki lagi ya” kata Mbak Hanna sambil menggeser laptopku.
“Eh, lo mau makan apa ? Makan siang aja sekalian disini” kata Mbak Hanna.
“Mmmm…. nggak usah deh mbak. Saya nggak enak sama Mbak Hanna” jawab Ubay disertai rasa sungkan.
“Ah elah, lo belum sarapan juga kan ? Emang gue gak bisa denger suara perut lo apa” paksa Mbak Hanna.
Dengan setengah mengancam Mbak Hanna bilang, “Ya terserah lo juga sih, tapi itu tandanya kalau lo nggak punya kerjasama tim yang bagus“.
Mendengar ancaman itu Ubay agak was-was dan menuruti permintaan Mbak Hanna, “Hehe maaf mbak, aku ngikut Mbak Hanna mau pesen apa deh”.
“Makasih mbak” kata Ubay ketika Mbak Hanna sibuk mengorder makanan lewat ponselnya.
Setengah jam kemudian, makanan tiba diantar ojek online di apartemen Mbak Hanna. Kemudian Ubay menyusul Mbak Hanna duduk di meja makan dan menikmati fast food ala Jepang yang dipesan.
“Bay, lo punya pacar gak ?” tanya Mbak Hanna disela-sela makan.
Ubay pun menjawab, “Sekarang belum nih mbak, masih belum ada yang sreg”.
“Lo jangan lama-lama dan jangan ketinggian ngasih standart. Jangan kayak gue” kata Mbak Hanna menasihati.
Sebetulnya Ubay cukup heran sama tingkah Mbak Hanna yang nggak biasanya nanyain urusan pribadi. FYI, umur Mbak Hanna sudah menginjak 29 Tahun, angka yang cukup tua buat seorang perempuan dalam keadaan melajang bagi warga +62. Walaupun bagi Ubay nggak ada masalah sampai kapan perempuan harus melajang, toh menikah itu soal kesiapan bukan masalah umur. Raline Shah yang umurnya udah 35 Tahun pun tetep banyak kok yang mau nikahin hehe.
“Menurut lo gue kayak gimana bay ?“.
“Atau anak-anak kantor mandang gue kayak gimana ?” cecar Mbak Hanna bagai seorang penyidik di depan seorang tersangka.
“Hmmm gimana ya mbak” jawab Ubay tertahan oleh rasa sungkan.
“Udah lo jujur aja jawabnya, gue gak akan marah kok” kata Mbak Hanna seolah ingin mengetahui jawaban Ubay.
“Jujur sih mbak, saya ngerasa Mbak Hanna agak kaku gitu. Mungkin aku juga masih baru di kantor. Aku nggak tau sih anak-anak kantor nilai kayak gimana“.
“Oh gitu. Moga-moga habis ini kita bisa jadi lebih deket. Anyway thanks ya bay” jawab Mbak Hanna.
Selesai makan tiba-tiba Mbak Hanna menaruh asbak di meja makan. “Nih bay, habis makan kalau nggak ngerokok gak enak kan ?” kata Mbak Hanna. Disuguhi asbak membuat Ubay mengeluarkan rokok Sury@ andalannya.
“Ish, udah jadi lawyer masih aja seneng rokok kuli pasar” ejek Mbak Hanna ketika melihat merk rokok yang dihisap Ubay.
“Justru ini rokok yang paling enak mbak buat saya. Rokok mild nggak kerasa di tenggorokan“.
“Kok Mbak Hanna tau merk-merk rokok ?” tanya Ubay penasaran.
“Gue dulu pernah ngerokok bay, tapi sekarang udah berhenti. Nggak percaya ya lo ?” jawab Mbak Hanna yang membuat Ubay terkejut.
“Hoo pantes ada asbak, emang rokoknya apa dulu ?” tanya Ubay.
“E$$e. Lumayan lah buat ngilangin stres” jawab Mbak Hanna.
Mbak Hanna kemudian menguncir rambut panjangnya, otomatis membuat ketiak putih mulusnya terlihat oleh Ubay dengan jelas. Momen itu seakan membuat dunia terhenti bagi Ubay. Benar kata orang-orang kalau perempuan lagi nguncir rambut bakal menambah level kecantikannya. Setelah beberapa saat mereka ngobrol ngalor ngidul, keduanya kembali menghadap laptop masing-masing.
“Bay, gue selonjorin kaki ya” kata Mbak Hanna sembari meletakkan kedua kakinya di pangkuan Ubay.
“Ya mbak, silahkan” jawab Ubay tetap fokus menatap laptopnya sembari memperbaiki revisian dari Mbak Hanna.
Sekitar satu setengah jam kemudian Ubay menyelesaikan pekerjaannya, sementara Mbak Hanna ketiduran. Paha putih Mbak Hanna terlihat jelas di mata Ubay, pun dengan belahan dadanya yang tak disadari Mbak Hanna dilihat dua pasang mata yang berada di dekatnya. Melihat pemandangan seperti itu lelaki mana yang tahan. Dengan perlahan Ubay mengangkat kaki Mbak Hanna dari pangkuannya, dan terlihat underwear warna hitam yang dikenakannya. Tanpa membuang waktu, Ubay bergegas menuju kamar mandi untuk menyalurkan hasratnya. Setelah melepas celana panjang yang ia kenakan, penis yang sudah berdiri tegak ia kocok sambil membayangkan bersetubuh dengan Mbak Hanna. Ia berusaha untuk konsentrasi agar spermanya segera keluar.
“Mmmhhh….Mbak Hanna…” gumam Ubay menghayati masturbasinya.
CKLEKKK
“Kok lo gak bangunin gue bay ?” tanya Mbak Hanna sembari membuka pintu ketika Ubay asyik bermasturbasi.
“EHHHH NGAPAIN LO ???” tanya Mbak Hanna menyadari aktivitas yang dilakukan Ubay di kamar mandinya.
Ubay yang kegep ngocok hanya bisa terdiam tanpa bisa bergerak. Bodohnya aku lupa mengunci pintu, sesal Ubay. Kemudian pintu ditutup oleh Mbak Hanna, “Lo terusin aja bay kalau masih nanggung“. Emang nanggung sih, tapi Ubay tak punya pilihan selain mengenakan celana dan kembali menuju sofa, tempat Mbak Hanna dan Ubay menyelesaikan pekerjaan.
“Maafin saya ya mbak, habisnya udah nggak bisa ditahan” sesal Ubay pada Mbak Hanna.
“Santai aja bay, itu hal yang biasa buat orang dewasa. Tapi jangan berharap gue bantuin lo ya” jawab Mbak Hanna agak ketus.
“Eh btw, udah selesai belum kerjaan lo ?” tagih Mbak Hanna.
“Udah mbak, silahkan dikoreksi. Typo-typonya sudah saya benerin dan apa yang harus dimasukkan sudah saya tambahkan” ujar Ubay sambil menyerahkan laptopnya. Dengan ekspresi serius, Mbak Hanna memeriksan pekerjaan Ubay yang diselesaikan sebelum coli di kamar mandinya.
“Nah, gini dong kalau kerja. Kirim ke email gue yak, kan jadi enak gue nyelesaiinnya“.
“Untung kerjaan lo beres, jadi yang tadi di kamar mandi gue maafin deh” ujar Mbak Hanna masih mengungkit kejadian tadi.
“Daripada lo coli lagi, mending ngedraft gugatan ke PN Jakarta Selatan, buat client kita PT X. ” kata Mbak Hanna memberi pekerjaan lagi.
Oh My God, seolah nggak ada bedanya kerja di kantor maupun Work From Home. Tetep aja kerjaan menumpuk dan dikejar target. Apa daya kami yang hanya budak korporat, batin Ubay. Tak terasa sang surya terbenam di kala mereka berdua sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Tiada percakapan diantara Ubay dan Mbak Hanna, Ubay masih merasa malu dengan OTT (Operasi Tangkap Tangan) yang dilakukan seniornya ketika bermasturbasi ria di kamar mandi.
“Mending kita minum-minum dulu deh biar makin akrab” kata Mbak Hanna memecah keheningan.
Ubay yang masih fokus dengan pekerjaannya bertanya, “Minum air putih ?“.
“Jangan pura-pura bego lo ! Minum whisky lah !!” ujar Mbak Hanna sambil melemparkan bantal ke muka Ubay. BUG ! Tepat mengenai muka Ubay.
Langkah kakinya menuju ke kulkas, tempat dimana harta karun Mbak Hanna disimpan. Kemudian Long Wood Canadian Whisky yang masih utuh isinya. Whisky dengan kadar alkohol 40% diletakkan di meja bersama slokinya. Minuman itulah yang digunakan untuk menemani mereka berdua di kala senja.
“Nih, ayo diminum bay” kata Mbak Hanna sambil menuang minuman ke dalam sloki, tak lupa ditambahkan es batu agar terasa mild.
“Duh mbak, nanggung nih kerjaannya” jawab Ubay meskipun agak sungkan sudah ditawari.
Merasa kesal dengan sikap Ubay, Mbak Hanna menutup paksa laptop Ubay, “Masih bisa dikerjain besok-besok lah“.
Tak ada pilihan lain bagi Ubay untuk menerima ajakan Mbak Hanna dan kemudian diletakkan laptopnya di meja. Sejujurnya Ubay merasa agak heran dengan sikap Mbak Hanna yang cenderung santai. Ya, mungkin dia sudah berada di titik jenuh. Pun Ubay merasa harus menghilangkan kejenuhan Work From Home yang membosankan. Meskipun ia sendiri belum pernah minum whisky seperti yang ada di hadapannya, paling mentok Anggur Merah. Maklum belum punya cukup duit buat nyicipi whisky hehe. “Nih” tawar Mbak Hanna menggeser sloki ke arah Ubay, kemudian menenggak sloki yang ada di tangan kirinya secara perlahan. Pelan-pelan Ubay merasakan whisky yang ada di slokinya, wih enak, batin Ubay. Ya iyalah lebih enak daripada anggur merah, harga sebanding sama kualitas lah ya.
Tak terasa sudah lima gelas sloki mereka menghabiskan “air kehidupan”, arti whisky dalam bahasa Irlandia tempat asal whisky. Pusing melanda kepala Ubay, ia tetap berusaha untuk menjaga kesadarannya. Pun demikian dengan Mbak Hanna yang tetap berusaha menjaga kesadarannya dengan mendengarkan lagu bergenre EDM dan kemudian berjoget. Mbak Hanna terlihat sudah mulai naik akibat air kehidupan yang ia tenggak. Ubay menghampirinya, memeluknya dari belakang dengan lembut. Mencium lehernya dari belakang. Entah keberanian itu datang darimana.
“Sshh ahh“, desah pendek Mbak Hanna, kedua tangan Ubay meraba bagian pinggangnya. Tak ada penolakan dari Mbak Hanna yg rambutnya terkucir. Kecupan demi kecupan Ubay lancarkan di daerah yg sangat sensitif itu. Dengan perlahan, Ubay memutar tubuh Mbak Hanna, mereka saling pandang untuk beberapa saat. Bibir mereka saling bersentuhan. Ciuman sangat lembut dan intim. Mbak Hanna memeluk kencang tubuh Ubay. Lidah mereka saling menari, saling bersahutan dan nafas mereka semakin kencang. Mbak Hanna merasakan tubuhnya semakin geli dan memeknya seperti mulai mengeluarkan cairan. Penis Ubay semakin tergerak. Ubay meraba tubuh Mbak Hanna termasuk meremas payudaranya. Mereka melepas kecupannya, dan lagi-lagi saling pandang. Seolah hati teman sekantor sekaligus senior-junior mulai berbicara.
“Di kamar aja yuk” ajak Mbak Hanna sambil berbisik. Mbak Hanna lalu menarik tangan Ubay menuju ke kamar.
Dua insan yang sedang dimabuk hawa nafsu dan alkohol memasuki kamar dengan hasrat seksual yang menggebu-gebu, layaknya seekor banteng di arena matador. Memang benar ajaran agama yang mengatakan bahwa minum alkohol menjadi ‘dosa pembuka’ bagi dosa-dosa yang lain, termasuk berzina. Mereka telah terbius kenikmatan, tak lagi mengingat larangan agama maupun norma kesusilaan. Tanpa perlu aba-aba Ubay melepaskan kaos polo yang ia kenakan, sementara Mbak Hanna berusaha melepaskan celana jeans yang dikenakan oleh lawan mainnya ini. Celana dalam yang dikenakan Ubay juga tak luput dari tangan nakal Mbak Hanna yang menginginkan kenikmatan batin. Penis berukuran 15 cm yang berada di hadapannya kini sudah tak berpenghalang.
“Gede juga ya titit lo” ujar Mbak Hanna sambil mencengkramnya dengan sangat yakin. Ubay membalasnya dengan memasukkan tangannya ke dalam daster yang dikenakannya. Payudara yang masih terbungkus bra, tanpa strap yang melingkar di bahu, terasa penuh di tangan Ubay. Bibir mereka kembali beradu dengan tangan yang masing-masing berada di bagian tubuh yang vital dari lawan mainnya.
Mbak Hanna melepaskan bibirnya dari ciuman panas dengan Ubay lalu berbisik, “Enjoy my show, honey“.
Kemudian tubuh telanjang Ubay didorongnya dan jatuh di atas kasur. Ubay duduk di ujung kasur dan melihat live show yang dipertontomkan Mbak Hanna. Bak penari striptease di klub malam, Mbak Hanna bergoyang sembari melepaskan daster, bra, dan celana dalam yang ia kenakan. Dalam keadaan polos tanpa busana, Mbak Hanna menuju ke tempat Ubay duduk melongo melihat keseksiannya. Dilihat dari ekspresi wajah, Ubay seakan sedang mengatakan “Ya Tuhan aku tidak percaya ini semua benar terjadi“.
Mbak Hanna naik ke atas kasur dan berpindah posisi berada di antara kaki Ubay memasukkan penisnya ke dalam mulutnya. Ubay berbaring dan menikmati sepongan rekan kantornya ini, sesekali melihat apa yang Mbak Hanna lakukan. Seperti yang dibayangkan, rasa linu menyelimuti blowjob yang diberikan. Bibir tipisnya mengecup lembut penis Ubay lalu menuruni hingga pangkal penisnya. Suaranya terdengar cukup kencang, mirip dengan orang yang sedang menjilati es krim. Ubay merapikan rambut panjang Mbak Hanna sambil menyaksikan wajah pasangannya yang sedang berada diantara kakinya.
“Awwhh hmm enak banget“, desah Ubay yang dijawab dengan lirikan Mbak Hanna. Ubay terdiam karena keahlian atasan kerjanya itu memainkan penisnya. Ukuran penis Ubay yang 15 cm itu bisa ia masukkan hingga pangkal, artinya penisnya masuk hingga dalam kerongkongan Mbak Hanna. Saat ia mengeluarkan penis Ubay dari mulutnya, torpedo milik pasangannya malam ini pun sudah berlumur cairan penis dan ludah dari Mbak Hanna. Saat ia mengocokkan penis sang lelaki, rasanya sangat licin serta rasanya jauh lebih nikmat dari yang Ubay lakukan sendiri. Merasa tak tahan dengan kenikmatan yang dirasakan penisnya, Ubay memohon, “Stop dulu sayang…Mmmhh“. Menuruti permintaan Ubay, Mbak Hanna berhenti memberikan handjob pada pasangannya. Seolah tak sabar, Ubay merebahkan tubuh pasangannya di kasur. Ia mengamati vagina Mbak Hanna yang bersih dari bulu.
“Gantian aku yang bikin kamu melayang, aku jilatin ya…” Ubay meminta izin.
“For sure… kamu doyan hun ?” tanya Mbak Hanna dengan lembut.
Ubay lantas mendaratkan ujung lidahnya pada klitoris Mbak Hanna yang membuat ia mendesah keenakan, gerakan lidah naik dan turun sesekali melakukan serangan yg tak di duga menjadi variasi untuk membuat pasangannya segera meraih orgasme. “Awhhh hmmm awhh uuhhh” desah Mbak Hanna sambil mengigit bibirnya sendiri dan tangan kanannya meremas-remas payudaranya sendiri. Memeknya langsung menjadi sangat basah, Ubay memainkan jarinya pada klitoris pasangannya yang membuat Mbak Hanna langsung menegang dan terus mendesah tiada henti. Ubay tak peduli bila mungkin sudah banyak pria yang memasukkan kelaminnya pada vagina pasangannya, yang ia inginkan adalah membuat wanita ini orgasme.
“Awwhh hunny awwhh oohh hmmm awhh” desah Mbak Hanna terus menerus. Ubay terus memberikan jilatan yang tepat sasaran pada titik lemah dari bibir vagina Mbak Hanna. Hanya bertahan sepersekian menit sejak Ubay memulai, Mbak Hanna sudah mulai menunjukkan akan segera orgasme, pahanya semakin kencang meremas kepala Ubay, desahannya semakin kencang.
“Ahh terus hunn iya disitu terus ahh ahh ohhh gashh ahh ahh” desahnya. Lalu beberapa saat kemudian dari dalam vaginanya cairannya semakin deras berasa asin. “Awwhh aku sampeee hunn, I’m coming ahhh ahh ohhh hmmmm“, dibarengi dengan tubuhnya tergetar, matanya terpejam dan kakinya terus bergerak tanpa sanggup Mbak Hanna kontrol, tangannya mendorong Ubay dari vaginanya. Karena ngilunya membuat tubuhnya terus tergetar. “Awwwwhhh hunn, please stooop ahhh udaah udaaah ahhhh“, pintanya pada Ubay, lalu mereka berhenti sejenak, nafas Mbak Hanna bagai orang yang sedang olahraga. Ubay tersenyum ke arahnya. “Gilaaa ah kamu..“, ujarnya pada Ubay sambil tertawa.
Mbak Hanna dan Ubay lagi-lagi berciuman, mereka tak peduli kalau tadi mulut mereka telah mengulum alat kelamin masing-masing, akal sehat mereka tertutup oleh nafsu birahi.
“Say, fuck me..” desah berbisik Mbak Hanna saat mereka istirahat sejenak dari cumbuan mereka.
“Sure” balas Ubay.
“Ada kondom nggak ?” tanya Ubay kemudian.
“Bay, aku cuma mau menikmati malam ini, no condom then” ujar Mbak Hanna lalu Ubay tersenyum dan memposisikan diri diantara kaki Mbak Hanna. Pria yang baru genap 22 tahun ini siap untuk menyetubuhi wanita berusia 29 tahun.
“Say, masukinnya pelan-pelan, sudah lama nggak making love” perintah Mbak Hanna. Penis Ubay sudah siap di bibir vagina partner seksnya malam ini, perlahan ia berusaha memasukkan penisnya ke dalam liang surgawi wanita ini. Kedua tangan Mbak Hanna berada di pinggang Ubay untuk menahan laju gerakan Ubay kalau dirasa terlalu keras. Mulailah terbuka bibir vaginanya, desahan Mbak Hanna mulai terdengar. Ubay mendorong secara perlahan, akhirnya kepala penis Ubay bisa masuk.
“Awhh awwhh stop dulu awhh” desahnya. Setelah berhenti sebentar lalu Ubay kembali mendorong, dengan perlahan akhirnya penisnya bisa masuk secara utuh. “Ohh enak banget hmmmm” Ubay mendesah. Mbak Hanna pun tersenyum. Lalu secara perlahan Ubay mulai memberikan sodokan pada vagina Mbak Hanna, mulai dari pelan hingga akhirnya pada ritme sedang. Cengkraman vagina Mbak Hanna membuat Ubay sesekali terpejam menikmati betapa nikmatnya malam ini. “Awwhh hmm auuhh ahmmm ahhh ahh uhhhh“, desah kenikmatan Mbak Hanna. Dengan posisi man on top bertumpu pada kedua tangannya memberikan keleluasaan Ubay menarik hingga ujung penis, lalu memberi sodokan yg kencang kembali masuk. Kasur yg mereka gunakan terkoyak, suara pir jadi terdengar.
PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK
Tiada henti dan tiada ampun. Sprei sudah terguncang kesana kemari. AC sudah tak mampu membuat dingin mereka dimana suasana semakin panas. Gerakan Ubay semakin cepat, bagaikan dirasuki oleh dewa cinta, gerakan pinggulnya menunjukkan kalau ia sudah berpengalaman berhubungan dengan perempuan. Hubungan badan dengan Mbak Hanna dijadikan Ubay sebagai ajang balas dendam karena sudah lama tak bencinta.
“Sayang, ahh please slow down” desahnya, namun tak dihiraukan Ubay. Badan Mbak Hanna bergetar, tubuhnya semakin kencang karena otot-ototnya sedang merasakan keenakan.
“Ah fuck ahhh ahh you fucking” teriak Mbak Hanna mendapatkan orgasme untuk kedua kalinya.
Melihat gerak gerik Mbak Hanna yang sedang mengejang, Ubay menurunkan intensitasnya. Setelah pasangannya sudah sedikit bertenaga, Ubay kembali memompa penisnya. Tak lama kemudian Ubay tak kuat dengan cengraman vaginanya yang sempit.
“Ahhh aku mau keluar mbakk” erang Ubay.
“Jangan di dalam sayangggg” pinta Mbak Hanna.
Ubay mencabut penisnya dan mengeluarkan cairan sperma di atas perut langsing Mbak Hanna. “Arrgghhh arrghhmm hmmm ahh oohh, im coming ahhh ahh“, desahnya. Semburan demi semburan keluar dari penisnya bahkan mengenai pipi dan payudara Mbak Hanna. Lantas Ubay berbaring disamping Mbak Hanna dan mencium bibirnya. Mbak Hanna mengambil tisu untuk membersihkan cairan hina anak Trainee yang menempel di pipi, dada, dan perutnya.
“Gilaaaa intens banget tadi haha rasanya semua tersalurkan haha” kata Mbak Hanna dengan wajah bahagia.
“Haha badanmu juga bikin aku super horny” balas Ubay dengan rona berbunga-bunga.
“Kamu cantik sekali” bisik Ubay. Ubay pun menggapai bibir Mbak Hanna, mereka saling bercumbu kembali. Lidah mereka saling bersahutan. Mereka bercumbu cukup lama dan diakhiri dengan tertidur pulas berpelukan tanpa sehelai pakaian.
Ubay terbangun sudah agak siang, sekitar pukul 9 pagi. Ia mengintip disebelahnya namun hanya ada bantal dan selimut yang sudah berantakan. Ubay segera bangkit namun masih duduk di kasur untuk melihat seisi kamar, namun kosong. Kemana Mbak Hanna ?
BERSAMBUNG
__________________________________________________________________
Masih ada lanjutan ya hu, jangan lupa like dan cendolnya. Biar ane lebih semangat lanjutin ceritanya.
Mohon kritik dan sarannya.