Aku Dina. Satu saat, Ayu temenqku ngajakin aku ngesex ma 3 om, “Din, mau gak dientot ma om2, enak banget lo, om2 ny ganteng2 lo”, Ayu nawarin ku, “kamu bilan kan pengen ngerasain dientot ma om2, bosen ma cowok kamu aja”. “Iya sih”, jawabku ragu. Om Charly, yang biasa ngentotin aku mo menjamu 2 temen asingnya, om Brian dan om Ahmed, aku disuru nyariin cewek abg buat mereke berdua. Susah nyari yang masi abg Din, makanya aku nawarin kamu”. “Kita berdua digarap gantian ma 3 om ya. trus om Brian dan om Ahmed tu bule ma Arab ya, gede banget dong kon tolnya Ay”. “Kayanya si gitu, om Charly juga gede kok kon tolnya Din, mau ya, nti ku kasi tau ma om Charly lo kamu mau. Aku cuma bisa nemu kamu aja, gak da cewek abg laennya yang bisa diajak, mau ya Din, pliiiiiiis”. Akhirnya kerna aku pengen juga ngerasain kon tol bule ma arab ku iyain tawaran Ayu. ayu seneng banget, langsung ja dia kontak om Charly ngasi tau kalo aku mau ikutan ngesex,.”Om, temen aku Dina mau, Dina masi abg banget om, cantik, imut, pokoknya asik deh . “Iya Din, om Charly setuju kamu ikutan, nti ku kasi tau kapan waktunya deh”, kata Ayu berseri2. “Ada honornya kok Din, gedelah pokoknya, nti kita bagi dua deh”.
Sampai saatnya, aku diketemuin ma 3 om itu. Ayu cantik, tubuhnya sangat proporsional, tidak heran kalau om Charly sangat tergila-gila dengannya. Om Brian yang bule lumayan ganteng dengan bulu-bulu dadanya yang lebat yang ngintip kerna kancing kemejanya dibuka dua. Tinggi besar, aku kaya tenggelem kalo dipeluk ma dia, maklum aku imut si badannya, semuanya serba kecil tetek aku juga kecil imut, tapi oke aja tu buat tu om2. Acara di dahului dengan dugem disalah satu kafe terkenal. Seru banget deh tu om2 ngebecandain aku terutama, dua orang asing itu lancar juga bahasa indonesianya jadi aku gak susah buat komunikasi ma mereka. Larut malam baru sampe di vila di pegunungan yang disewa om Charly untuk acara kami. Diperjalanan ke villa kerna aku dah ngantuk banget langsung ja aku ketiduran, maklum ac mobil disetel dingin banget, jadi rabaan 2 om asing ke badan aku gak kerasa lagi, aku duduk diantar 2 om asing itu sedang Ayu nemeni om Charly duduk di depan. Sampe villa, aku langsung ja aku masuk kamar dan tidur dengan lelap. aku dan 2 om asing kebagian kamar masing2 di lantai atas.
Udara dingin membuatku terbangun. Rasa haus membuatku turun ke lantai bawah menuju dapur untuk mengambil minum. Sewaktu melewati kamar dilantai bawah, aku mendengar suara orang mendesah. Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata om Charly dan Ayu sedang berciuman, awalnya kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur. Adegan ciuman itu bertambah panas, mereka saling memagut dan bergulingan, om Charly menjilati telinga dan leher Ayu sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas tetek Ayu , Ayu mendesah. disibakkannya t-shirt Ayu dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas tetek Ayu. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus selangkangan Ayu yang tertutup g-string. om Charly membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati tetek Ayu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah. Ia mengecup gundukan diantara paha Ayu sekaligus menarik turun g-stringnya. om Charly membuka kedua paha Ayu dan mulai mengecup me meknya dan dijilati. Tubuh Ayu bergetar merasakan lidah om Charly. “Agghh.. om.. oohh.. enakk.. om” Tubuh Ayu setengah melonjor di ranjang dengan kaki menapak kelantai, om Charly berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Ayu, Mulutnya mengulum-ngulum me mek Ayu, tak lama kemudian om Charly meletakkan kedua kaki Ayu dibahunya dan kembali menyantap me mek Ayu. Tak ayal lagi Ayu kelojotan diperlakukan seperti itu. “Ssshh.. sshh.. aahh” desis Ayu. “Oohh.. om.. nikmat sekalii.. sayang, Gigit.. om..pliiiisss.. gigitt. Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”. Satu tangan Ayu mencengkram kepala om Charly, tangan lainnya meremas teteknya sendiri serta memilin pentilnya. Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Ayu yang berlutut di lantai, cd om Charly dilepasnya, mulutnya langsung mengulum kon tol om Charly, kepalanya turun naik, tangannya mengocok batang kon tol om Charly, sesekali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Ayu sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi om Charly. “Aaahh..aauugghh.. teruss sayangg” desah om Charly, “Ohh..sayangg.. enakk sekalii”. Suara desahan dan erangan om Charly membuat Ayu tambah bernafsu melumat kon tolnya. “Ohh..Ay.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta om Charly.
Ayu menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut diranjang dengan pinggul om Charly berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kon tol om Charly, diarahkan kemulut me meknya dan dibenamkan. “Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Ayu mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja om Charly mengeliat merasakan kon tolnya diurut me mek Ayu. Sebaliknya, kon tol om Charly yang menegang keras dirasakan oleh Ayu menggaruk dinding me meknya. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala mereka sedang dirasuk kenikmatan.
Setelah berlangsung beberapa saat om Charly mengganti posisi, Ayu direbahkannya diranjang dan dia merangkak naik keatas tubuh Ayu. Kon tolnya yang besar terlihat masih ngaceng dengan kerasnya. om Charly kemudian menopang tubuhnya dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kon tolnya. om Charly mengarahkan kon tolnya ke me mek Ayu, digosokkannya ujung kont olnya di me mek Ayu. “oohh.. aahh” Ayu mendesah. Aku benar-benar terangsang melihat live show seperti itu. om Charly langsung menekan pinggulnya, ujung kon tolnya tenggelam dalam me mek Ayu. “Aakhh.. om.. eengghh” erang Ayu cukup keras, membuat bulu-tubuhku meremang mendengarnya. om Charly lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat tetek Ayu. “Teruss.. om.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg”, Ayu meracau. “Aku suka sekali tetek kamu Ay.. mmhh”. “Aku juga suka om isep.. ahh” Ayu menyorongkan dadanya membuat om Charly bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Ayu yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas tetek dan memainkan pentilku sendiri. om Charly merebahkan badannya menindih Ayu dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Ayu dan kulihat om Charly menekan pinggulnya, kon tolnya melesak masuk ke dalam me mek Ayu. “Auuwww.. om”, desah Ayu. om Charly terus menekan lebih dalam lagi. seluruh kon tol om Charly telah terbenam di dalam me mek Ayu. Beberapa saat om Charly tidak bergerak, ia mengecup leher, pundak dan akhirnya tetek Ayu kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan om Charly membuat Ayu melenguh dan mendesah. punggung, pinggang dan pantat om Charly tak luput dari remasan tangan Ayu. om Charly menggerakkan pinggulnya memutar perlahan dan mulutnya bertambah ganas melahap tetek Ayu yang dihiasi pentil kecil kemerahan. “Uhh.. ohh.. om” desah Ayu, kakinya dibuka lebih melebar lagi. om Charly mempercepat gerakan pinggulnya. “Agghh.. ohh.. terus om” Ayu meracau merasakan kon tol om Charly yang berputar di me meknya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon, om Charly menarik-memasukan batang kon tolnya. “Aaauugghh.. sshh.. om.. ohh.. om”, desah Ayu lagi.
Pinggul om Charly yang turun naik dan kaki Ayu yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu jariku meraba me mekku. “Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir me mekku yang sudah basah. Terdengar pekikan Ayu penuh napsu, “Adduuhh.. om..nikmat sekalii”, desah Ayu seraya memeluk, om Charly. pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat om Charly. “Enaak Ay.. terus goyang.. uhh.. eenngghh”, merasakan goyangan Ayu om Charly semakin mempercepat hujaman kon tolnya. “Ahh.. aahh.. om.. teruss.. sayaang” pekik Ayu. Semakin liar keduanya bergumul, keringat membanjir menyelimuti tubuh mereka padahal malam itu udaranya dingin banget. “om.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Ayu. om Charly menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya terkulai lemas.
Dikamar aku gelisah mengingat kejadian yang baru saja kulihat, bayangan om Charly ngen totin Ayu begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk mengusap seluruh bagian sensitif di tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam me mekku. kulepas clana pendekku sehingga aku hanya mengenakan cd dan baju kaos, kuselipkan tanganku kedalam CDku membelai jembut tipis dan menyentuh itilku. “Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir me mekku, membuka belahannya dan meggesek me mekku yang mulai basah dengan cairan pelancar. tiba-tiba pintu terbuka. Om Brian dan Ahmed berdiri di pintu kamar memandangi aku yang sedang merabai tubuhku sendiri. “Napa Din, kamu napsu ya, kami bantuin ya”.
om Ahmed duduk diseblah aku diranjang, bahuku dipeluknya.”Salurin napsu kamu ke aku ya Din” bisik om Ahmed sambil meremas pundakku. Remasan dan terpaan nafas om Ahmed saat berbisik menyebabkan semua bulu tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas clana pendekku. om Ahmed menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya. “Remas aja paha aku Din,” bisik om Ahmed lagi. merasakan paha om Ahmed dalam remasanku membuat darahku berdesir keras. Merasa mendapat angin, om Ahmed melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding. Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan om Ahmed sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus dengan halus, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan om Ahmed yang semakin menjadi-jadi. “Din, aku suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik om Ahmed seraya mengecup pundakku. Aku menjadi makin terbuai karena kecupannya itu. om Ahmed terus mengecup, bahkan semakin naik keleher, “om.. ahh” desahku tak tertahan lagi. “Enjoy aja Din” bisik om Ahmed lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku. “Ohh om” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat live show, perlahan merayapi lagi tubuhku. Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut om Ahmed di leher dan telingaku.
om Brian yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. dia pun duduk diseblah satunya lagi di ranjang. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya. Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan om Ahmed semakin naik hingga akhirnya menyentuh me mekku yang masih terbalut CD. Elusan di me mekku, remasan om Brian di tetekku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat birahiku menggelegak sejadi-jadinya. “Agghh.. om.. ohh.. sshh” desahanku bertambah keras. om Brian menyingkap baju kaosku. tetek imutku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. om Ahmed juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD. meraba me mekku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras. “Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan diranjang dan mereka pun kembali menjarahnya. om Brian melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara om Ahmed menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik dan akhirnya sampai di me mekku, lidahnya bergerak liar di itilku, bersamaan dengan itu om Brian pun sudah melumat tetekku, pentilku yang kemerahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya. Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, aku terlena dibawah kenikmatan hisapan mereka. Bahkan aku mulai meremas punggung om Brian, kujambak rambutnya dan merengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya. “Aaahh.. om.. teruss..sshh.. enakk sekalii” “Nikmatin Din.. nanti bakal lebih lagi” bisik om Brian seraya menjilat telingaku. pinggul kuangkat, ingin om Ahmed melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya me mekku dengan menyedot-nyedot sampe me mekku menjadi semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk om Brian-yang sedang menikmati pentilku dengan kuatnya. “Aaagghh.. om.. akuu..oohh” jeritku keras, dan merasakan hentakan kenikmatan didalam me mekku. Tubuhku melemas, lungai. om Ahmed dan om Brian menyudahi hidangan pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan om Brian di tetek dan om Ahmed di me mekku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya dengan cowokku.
tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku, bibir dan lidah om Brian mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata om Brian sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun om Ahmed sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya. Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai hidangan utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut om Ahmed yang berpengalaman mulai beraksi, hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah om Ahmed menjalar dibibir me mekku ditambah lagi om Brian yang dengan lahapnya menghisap pentilku membuat tubuhku mengeliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku. “Aaahh.. om.. nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi. om Ahmed kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dime mekku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang mem ekku, bergerak liar diantara me mek dan lubang pantatku, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik. aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya.
Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku, kon tol om Brian. ia manahan kepalaku dengan tangannya, “Jilat.. Din”. kujilat batangnya yang besar dan sudah keras itu, om Brian mendesah merasakan jilatanku. “Aaahh.. Din.. jilat terus.. nngghh” desah om Brian. “Jilat kepalanya Din” aku menuruti permintaannya. Lidahku berputar dikepala kon tolnya membuat om Brian mendesis, “Ssshh.. nikmat sekali Din.. isep sayangg.. isep” pintanya sambil desisannya. kepala kon tolnya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, om Brian meringis. “Jangan pake gigi Din.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini om Brian mendesis nikmat. “Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Din”, sebagian kon tolnya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku. Sementara itu om Ahmed yang tiada hentinya menjilati me mekku. Aku semakin binal karena napsu yang berkobar, kukocok kon tol om Brian yang separuhnya berada dalam mulutku. Beberapa saat kemudian om Brian mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kon tolnya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan kon tol panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kon tolnya seperti dikocok-kocok. om Brian bertambah beringas mengeluar-masukan kon tolnya dan.. “Aaagghh.. nikmatt.. Din.. aku.. kkeelluaarr” jerit om Brian, pejunya menyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku. Aku sampai terbatuk dan meludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. om Ahmed tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa. “Gila om Brian.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut. “Sorry Din.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab om Brian dengan tersenyum.
“Udah Din santai aja lagi,” sela om Ahmed seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa peju dari mulutku. om Ahmed memelukku dengan lembut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan semakin memanas, kami pun saling memagut, lidah om Ahmed menerobos mulutku, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku. om Ahmed merebahkan tubuhku kembali diranjang, pentilku dihisap dan satunya lagi dipilin. Dari toket kiriku tangannya melesat turun ke me mekku, dielus-elusnya itil dan bibir me mekku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari om Ahmed. “Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan. “Teruss.. om.. aakkhh”. Aku menjadi lebih menggila waktu om Ahmed mulai memainkan lagi lidahnya di me mekku, kedua tanganku meremas-remas tetekku sendiri. “Ssshh.. nikmat om.. mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi. Tak lama kemudian om Ahmed merayap naik keatas tubuhku, om Ahmed membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kon tolnya yang besar menyentuh mulut me mekku yang sudah basah. “Aauugghh.. om” jeritku lirih, saat kepala kon tolnya melesak masuk kedalam rongga me mekku. om Ahmed menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kon tolnya dalam me mekku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. pinggulku mengeliat mengikuti tusukan om Ahmed. “Ooohh.. om.. sshh.. aahh.. enakk om” desahku lirih. Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan di mulut me mekku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis. “Enak.. Din,” tanya om Ahmed berbisik. “He ehh om.. oohh enakk.. om.. sshh”. “Nikmatin Din.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi. “Ooohh.. om.. ngghh.” om Ahmed terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kon tolnya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba om Ahmed menekan kon tolnya lebih dalam membelah me mekku. “Auuhh.. enak om,” desahku lagi. om Ahmed menghentikan tekanannya seraya menjilat dan menghisap telingaku. aku mulai merasakan nikmatnya milik om Ahmed yang keras dan hangat didalam rongga me mekku. om Ahmed kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kon tolnya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kon tolnya dirongga me mekku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar. “Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk om.. empphh” desahku tak tertahan. “Ohh.. Din.. enak banget punya kamu.. oohh” puji om Ahmed diantara lenguhannya. “Agghh.. terus om.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman kon tol om Ahmed di me mekku. Peluh mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kon tol om Ahmed menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya. “om ..oohh.. tekan om.. agghh.. nikmat sekali om” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku. Tubuhku mengejang, kupeluk om Ahmed erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung me mekku. Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama.
Beberapa menit kemudian om Ahmed mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali me mekku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi om Ahmed sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas om Ahmed, om Brian yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan tetekku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diitilku membuatku menjadi tambah bernapsu. Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak om Brian, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan om Brian kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kon tol om Ahmed mengaduk-aduk seluruh isi rongga me mekku yang meminta lebih dan lebih lagi. “Aaargghh.. Din.. enak banget.. terus Din.. goyang terus” erang om Ahmed. Erangan om Ahmed membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas tetekku sendiri yang ditinggalkan tangan om Brian.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.
om Brian yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. om Ahmed baring di pinggir rnjang dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kon tolnya. “Isep Din” pinta om Ahmed, segera kulumat kon tolnya dengan rakus. “Ooohh.. enak Din.. isep terus” Bersamaan dengan itu kurasakan om Brian menggesek-gesek bibir me mekku dengan kepala kon tolnya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kon tol om Brian-yang besar dengan perlahan menyeruak menembus bibir me mekku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kon tol om Brian serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kon tol didalam tubuhku. Batang kon tol om Ahmed kulumat dengan sangat bernafsu. “Din.. terus Din.. aku ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang om Ahmed. Aku tahu om Ahmed akan segera menumpahkan pejunya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat peju om Ahmed. “Aaagghh.. nikmat banget Din.. isep teruss.. telan Din” jerit om Ahmed, kuhisap kon tolya yang menyemburkan cairan hangat dan kutelan cairan. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas. om Ahmed beranjak meninggalkan aku dan om Brian, sepeninggal om Ahmed aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku.
Namun hujaman kon tol om Brian yang begitu bernafsu dalam posisi doggy dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan Ibu jarinya dipantatku. Bukan hanya itu, setelah diludahi om Brian bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang pantatku. Sodokan dime mekku dan Ibu jarinya dilubang pantat membuatku mengerang-erang. “Ssshh.. engghh.. yang keras om.. mmpphh…Enak banget om.. aahh.. oohh.” Mendengar eranganku om Brian tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus pantatku, membuatku tambah lupa daratan. Sedang asiknya menikmati, om Brian mencabut kon tol dan Ibu jarinya. “om .. kenapa dicabutt” protesku. “Masukin lagi om.. pliiiis”. Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah om Brian berceceran di lubang pantatku, tapi kali ini lebih banyak. Dia mulai menggosok kepala kon tolnya dilubang pantatku, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. dengan sodokan jarinya di me mekku tiba-tiba kurasakan kepala kon tolnya sudah menembus pantatku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kon tolnya membelah pantatku dan tenggelam habis didalamnya. Dia mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-itilku. Separuh tubuhku yang tengkurap diranjang, aku mencengram dan mengigit bantal untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras om Brian yang menyodok-nyodok pantatku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku. “Aaahh.. aauuhh.. oohh om” erangku setiap disodok kon tol om Brian yang besar itu. om Brian dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras om Brian menghujamkan kon tolya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
om Ahmed yang sudah pulih dari istirahatnya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. om Ahmed merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kon tolnya kedalam me mekku. om Brian yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahinya. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kon tol mereka yang keras mengaduk-aduk rongga me mek dan pantatku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan. om Brian yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kon tolnya tetap berada didalam anusku. om Ahmed langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan kon tolnya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga tetekku. om Brian dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas tetekku, om Ahmed melengkapinya dengan menghisap pentilku. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku. Hantaman-hantaman om Ahmed yang semakin buas dibarengi sodokan om Brian, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam me mekku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi. “Aaagghh.. ouuhh.. om.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan. Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul om Ahmed kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dime mekku. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu. “Aduuhh.. om.. nikmat sekalii.” “Aaarrghh.. Din.. enakk bangeett.” Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dime mekku dan akhirnya kami terkulai lemas. Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan.