Aku Cindy, 31 tahun. Aku telah menikah selama 7 tahun. Kami telah memiliki seorang anak yang saat ini telah duduk di bangku SD kelas 1. Saat ini aku tengah hamil 6 bulan. Masa2 mual2 dalam kehamilan telah ku lewati dengan baik. Sekarang aku telah dapat beraktivitas kembali seperti biasa sebagai guru SMA di kota Payakumbuh, Sumbar.
Kehidupan keluarga kami baik baik saja, apalagi masalah ranjang. Suamiku selalu stor ke aku setidaknya 2 kali seminggu. Namun 1 bulan terakhir ini setoran nafkah bathin emang sedikit berkurang karena suamiku dipromosikan ke daerah Pasaman Barat. Suamiku pulang ke Payakumbuh satu kali seminggu, sehingga cuma sabtu dan minggu waktu kami untuk berhubungan badan. Itu pun paling cuma satu kali crot. Habis itu suamiku langsung terkapar disampingku. Tapi aku bisa memahami hal itu, mungkin dia capek setelah satu minggu bekerja.
Kondisi hamil 6 bulan membuat tubuhku berubah total. Susu ku yang dalam kondisi normal berukuran 36B, sekarang kalo aku mengenakan kutang ukuran 36, terlihat semburan susuku seolah-olah kutang ku tak sanggup menyangga kedua gunung kembar ku.
Sebenarnya aku biasa2 aja dengan kondisi tubuh ku itu. Apalagi sehari-hari aku mengenakan gamis dan jilbab yang lebar sehingga bisa menutupi menutupi kedua gundukan di dadaku. Namun aku sering menangkap basah mata lelaki yang menikmati tubuh hamilku yang montok.
Pagi itu aku dipanggil masuk ke ruangan oleh Pak Rusli, kepala sekolah. Bapak Rusli berumur 42 tahun, tinggi 150 cm tapi karena perutnya yang buncit sehingga Pak Rusli kelihatan lebih pendek. Pak Rusli kelihatan sangar dengan kumis tebalnya.
“Bu Cindy, bisa ke ruangan saya sebentar?” Pak Rusli memanggilku sembari berjalan menuju ruangannya. Aku pun merapikan mejaku dan berjalan ke ruangan Pak Rusli.
“Selamat pagi Pak, boleh aku masuk?”
“Ooo… silakan masuk bu Cindy. Silakan duduk. Bagaimana kondisi kehamilan bu Cindy? udah gak mual2 lagi kan?”
“Alhamdulillah, udah sedikit mendingan pak. Aku udah bisa mengajar seperti biasa lagi. Paling mualnya hanya pagi hari.”
Aku duduk di sofa tamu ruang kepala sekolah, sedangkan Pak Rusli duduk di kursinya. Dengan posisi itu Pak Rusli bisa dengan mudah menikmati gunung kembarku dari samping karena gamis yg aku kenakan sedikit ketat dan tipis.
“Ada perlu apa Bapak memanggil saya?”
“ehm…. eeee…. mmmm… begini bu Cindy…. eeee…”
Pak Rusli terlihat sedikit gugup dengan pertanyaan ku. Mungkin karena otak beliau sibuk dengan fantasi ingin menikmati tubuhku.
“Begini bu Cindy, hari sabtu dan minggu depan ada acara pelatihan di hotel embun pagi Maninjau. Pelatihannya tentang materi ajar yang baru. Bapak ingin ibu Cindy mempersiapkan bahannya. Bapak dan ibu Cindy yang akan mengikuti pelatihan itu.”
“Apa gak bisa guru lain pak yang mengikutinya? Aku kan dalam kondisi hamil, takutnya kecapean dan terjadi apa-apa sama kehamilanku.”
“Bukan ibu Cindy sendiri yang tadi bilang klo kondisi ibu sekarang udah agak mendingan? Lagian acaranya gak terlalu padat kok buk. Ganti2 liburan lah di hotel. Udara dan pemandangannya bagus loh buk di Maninjau.”
“Baik lah pak. Akan aku persiapkan bahannya. Boleh aku keluar ruangan sekarang pak?”
“hmmm…. tunggu dulu bu Cindy. Kemaren Bapak download silabus pengajaran dari internet, tapi setelah Bapak coba buka di rumah gak bisa. dimana ya salahnya?”
Aku langsung menuju laptop Pak Rusli yang terbentang di atas mejanya.
“Yang mana filenya pak?”
Posisi aku berdiri pas disamping Pak Rusli. dan aku sedikit menunduk karena meja kerja Pak Rusli agak rendah.
“Maaf bu Cindy, sini saya carikan”
Pak Rusli menggeser kursinya ke arah aku dan sekarang gunung kembarku tepat berada di pundaknya. Aku yakin Pak Rusli mengambil kesempatan atas aksinya itu. Anehnya, aku bukannya marah dan menghindar tapi malah semakin menurunkan dadaku sehingga kedua payudaraku menempel lembut di pundak Pak Rusli. Mungkin karena pengaruh hormon kewanitaan yang dikeluarkan tubuhku pada saat hamil yang terlalu banyak. Atau karena setoran dari suamiku yang akhir2 ini semakin berkurang. Entah lah….
“Yang ini ya pak filenya?”
Aku mengklik file yang ada di layar sambil menggesek-gesekan susu ku ke pundak pak Rusli. Pak Rusli gugup dengan keberanianku melakukan aksi itu. Tapi aku yakin dia terangsang. Soalnya ada tonjolan di balik celana panjangnya.
“Tu bisa terbuka filenya pak.”
“ooo….. hmmmm…. kok bisa ya. tadi udah beberapa kali saya coba di rumah gak bisa. Eee…. terima kasih ya bu Cindy.”
“Sama-sama pak. boleh saya keluar sekarang pak?”
“Sebentar bu, ada beberapa bahan ajar yang belum ibu tanda tangani.”
Pak Rusli lalu mengeluatkan beberapa berkas dari lemarinya dan meletakkan di atas meja tamu.
“Banyak juga berkasnya ya pak. Ngomong2 ruangan Bapak agak panas.”
Aku mengalungkan jilbabku yang menjulur ke dada ke leherku dan menurunkan sedikit resleting gamisku. Aku yakin dengan keadaan itu payudaraku akan terlihat jelas oleh Pak Rusli. Apalagi kutang ku tak mampu menutupi seluruh buah dadaku. Aku menandatangani seluruh berkas itu dengan sedikit merunduk. Sesekali aku melirik ke arah pak Rusli yang duduk di kursinya.
“Hmmm…. udah saya tanda tangani semua pak. Ada lagi yanh bisa saya bantu pak?
“hmmm… aaaah… gak ada bu Cindy. Bu Cindy boleh keluar sekarang.”
Aku keluar dengan senyum nakal. kelakuan binalku mungkin dipengaruhi oleh hormon kewanitaan ku.
Hari itu jam mengajarku tak terlalu banyak sehingga jam 3 aku udah bisa pulang. Karena merasa kegerahan aku memutuskan untuk berenang dahulu di batang tabik sebelum pulang. Aku sampai di batang tabik jam 15.20. Aku langsung menuju ruang ganti dan menukar baju dengan baju renang. Setelah selesai menyalin pakaian aku langsung menuju kolam renang dan buuuurrrr…. percikan air batang tabik menyejukkan tubuh ku. Aku belum terlalu bisa berenang sehingga baru sampai di tengah aku kehabisan nafas. Untunglah pada saat itu ada Roni yang membantu membimbingku ke tepi kolam. Roni adalah pelatih renang anak ku sehingga kami sering bertemu saat mengantar anak ku latihan renang. Aku perkirakan umurnya masih 25 an. Dadanya bidang dan otot lengannya kekar. Mungkin karena sering berenang.
“Makasih ya Ron, klo tadi gak ada kamu, kakak pasti udah tenggelam.”
“Sama sama kak. tadi itu karena kakak panik aja. dan Roni liat ayunan tangan kakak kurang kuat. Makanya kepala kakak tidak terangkat ketika mengayunkan tangan”
“Ooo…. begitu ya Ron. Bisa kamu ajarin kakak?”
“Baik kak. dengan senang hati.”
Aku lalu masuk lagi ke kolam renang dan Roni berdiri di sampingku. Aku meluncur dan mengepakan kaki ku lalu tanganku. Satu kali kepakan….. dua kali kepakan….. aku berhasil, tapi pada kepakan ketiga aku gagal mengangkat kepala ku. Dengan cekatan Roni memegang bagian dadaku dan mengangkat tubuhku
“Ayo kak, coba lebih kuat lagi ngepakin tangannya.”
Tangan Roni tetap memegang susuku agar badan ku tetap mengapung. Kondisi ini membuat aku terangsang dan vaginaku becek.
Aku berusaha berdiri di kolam renang karena nafasku udah gak kuat lagi. Ternyata kolamnya dalam. Dengan cekatan Roni memeluk ku dari samping dan membawaku ke pinggir kolam. Telapak tangan Roni pas memegang susuku dan entah disengaja atau tidak, aku merasa Roni agak meremas-remas susuku. Dan gilanya aku menikmati remasan tangan pelatih renang anak ku itu.
“Aaaaach…. ” aku sedikit mendesah. sementara tangan Roni semakin nakal meremas susuku sambil mencari putingku.
“Aaaaach…… aaaaach….” Aku semakin terangsang.
Sampi di pinggir kolam kami pun keluar kolam dan istirahat di pinggir kolam.
“Bagaimana kak? kita lanjutin lagi latihannya?”
Roni menanyakan hal itu datar2 saja, seolah2 tidak terjadi apa apa.
“Udah dulu ah Ron, kakak capek.”
Aku berusaha berdiri dan
“aaaauuu… tolong Ron otot paha kakak kram”
Roni lalu memopong ku ke kursi tempat istirahat. Sementara aku masih merasa kesakitan karena otot pahaku kram.
“Otot mana yang kram kak?”
“Yang ini Ron” aku memegang daerah belakang pangkal pahaku untuk menunjukkan bagian mana yang kram.
“Coba telungkup kak.”
Aku menuruti perintah Roni. Aku telungkup. Roni memijit bagian belakang pahaku.
“Au….. sakit Ron.”
“Tahan sedikit ya kak, nanti juga baik.”
Roni terus memijit pangkal paha ku dan memang akhirnya rasa sakitnya berkurang. tapi Roni terus aja memijit pahaku dan sekarang udah menyerempet ke pangkal pahaku. sesekali Roni menggesekkan jari telunjuknya ke pepek ku.
“Aaaach….. aaaaach….. udah lah Ron. udah agak mendingan.”
Roni menghentikan pijitannya dan aku duduk di sampingnya. Dia menatap mataku sendu dan mata kami saling beradu pandang.
“Makasih ya Ron” Aku mengucapkan kalimat itu manja, sambil mata kami terus beradu pandang.
“Sama sama kak sayang” Roni lalu mengusap kepala ku.
“Sini Roni anterin ke kamar ganti. kamar ganti kakak dimana?”
“Tu di sana” aku menunjukkan dimana ruang gantiku.
Roni kemudian memapahku ke ruang ganti. Kebetulan pengunjung di batang tabik waktu itu sedikit. Roni mengantarku sampai ke depan pintu kamar ganti. aku membuka gembok kunci kamar ganti dan masuk. Roni ikutan masuk bersamaku dan mengunci kamar ganti dari dalam. Dia lalu memelukku dari belakang sambil meremas kedua susuku dari belakang.
“Ih…. apaan sih Ron. Nanti ketahuan ama orang tau…. aaaaach…”
Roni tidak mempedulikan perkataan ku. Dia lalu membalikkan tubuhku kasar dan melumat bibirku penuh nafsu.
“aaaach….. aaaaach…… ” kami saling beradu bibir dan memainkan lidah.
“Aaaach…. kak….. ”
Roni lalu menatap mataku penuh nafsu dan kali ini dia menjilat telinga dan leher ku.
“Aaaach…. Ron…. enak…”
Aku kemudian membelai dada bidang Roni dan memainkan putingnya. Dari belik celana Roni Aku melihat benda tumpul yang mencuat. Belaian ku terus turun ke perut Roni yang berotot dan terus menuju tongkat sakti miliknya. Aku kemudian meremas2 tongkat sakti itu sambil sesekali mengocoknya.
“Aaaacg…. kak… enank sayang”
Roni kemudian menurunkan jilatannya ke leherku dengan sedikit cipokan di leher. Dia kemudian menurunkan resleting baju renangku sehingga mencuatlah buah dadaku yang menjulang.
“wow…. besarnya kak. suami kakak pasti suka maininnya.”
“aaaach….. iya Ron. itu benda kesayangannya. kalo udah sama dia, ni susu pasti udah gak selamat…..he”
Roni kemudian menurunkan kutang ku sehingga tak ada lagi yang tertutup dari buah dadaku.
Dengan lahap dia menghisap puting susuku dan mengulum susuku sebelah kanan.
“Aaaach…. acccxh…. Ron. Nikmat sayang.”
Aku menggelinjang hebat. aku tidak peduli lagi kalo lelaki yang sedang menikmati tubuhku bukanlah suamiku. Roni kemudian berpindah ke susu kiriku. Dia tidak langsung menghisap susuku melainkan menggesek-gesekkan ujung lidahnya ke putingku.
Roni lalu menurunkan baju renangku sampai ke bawah. dia membelai perut buncitku dan menjilat udelnya.
“Aaaach…. Ron…. nikmat sayang.”
Roni berlutut di depanku dan secara perlahan menurunkan celana dalamku. Terbukalah pintu surgaku yang dihiasi bulu2 yang lebat. Roni memasukkan jari telunjuknya ke pepek ku dan mengeluar masuk kan nya di liang senggama ku.
“Aaach Ron enak…” aku memainkan puting susuku sambil menikmati tusukan tusukan jari telunjuk Roni. Roni menjilat pepek ku.
“Geli Ron…. aaaach….”
Roni kemudian berdiri dan menurunkan celananya dia menyandarkan tubuh ku ke dinding ruang ganti dan mencoba menusukkan kontolnya yang jumbo ke pepek ku.
“Jangan disini sayang. nanti digrebek sama orang.”
“Ayo lah kak. nanggung nih.”
“Jangan Ron. nanti ketahuan sama orang. kakak kalau main teriaknya kuat.”
Aku mendorong tubuh Roni dan menyuruhnya keluar.
“Ya udah kamu keluar sekarang. Kakak ganti baju dulu.”
Roni mengikuti perintahku. Dia membuka pintu sedikit dan melihat keadaan di luar. Setelah keadaan aman dia keluar. sedangkan aku meneruskan kegiatan tukar pakaian ku. Aku keluar dengan mengenakan jilbab dan menunggu Roni di kursi di tepi kolam. Tak beberapa lama kemudian Roni keluar dan mendekatiku.
“Ayo kak, kita lanjutin mainnya dimana? biar kakak bisa teriak sepuasnya.” Pemuda itu kemudian mengedipkan matanya nakal kepadaku.
“Kamu anterin aja kakak ke rumah aja Ron”
“Siap kak.”
Roni kemudian menggandengku dan kami keluar batang tabik berdua.
Kehidupan keluarga kami baik baik saja, apalagi masalah ranjang. Suamiku selalu stor ke aku setidaknya 2 kali seminggu. Namun 1 bulan terakhir ini setoran nafkah bathin emang sedikit berkurang karena suamiku dipromosikan ke daerah Pasaman Barat. Suamiku pulang ke Payakumbuh satu kali seminggu, sehingga cuma sabtu dan minggu waktu kami untuk berhubungan badan. Itu pun paling cuma satu kali crot. Habis itu suamiku langsung terkapar disampingku. Tapi aku bisa memahami hal itu, mungkin dia capek setelah satu minggu bekerja.
Kondisi hamil 6 bulan membuat tubuhku berubah total. Susu ku yang dalam kondisi normal berukuran 36B, sekarang kalo aku mengenakan kutang ukuran 36, terlihat semburan susuku seolah-olah kutang ku tak sanggup menyangga kedua gunung kembar ku.
Sebenarnya aku biasa2 aja dengan kondisi tubuh ku itu. Apalagi sehari-hari aku mengenakan gamis dan jilbab yang lebar sehingga bisa menutupi menutupi kedua gundukan di dadaku. Namun aku sering menangkap basah mata lelaki yang menikmati tubuh hamilku yang montok.
Pagi itu aku dipanggil masuk ke ruangan oleh Pak Rusli, kepala sekolah. Bapak Rusli berumur 42 tahun, tinggi 150 cm tapi karena perutnya yang buncit sehingga Pak Rusli kelihatan lebih pendek. Pak Rusli kelihatan sangar dengan kumis tebalnya.
“Bu Cindy, bisa ke ruangan saya sebentar?” Pak Rusli memanggilku sembari berjalan menuju ruangannya. Aku pun merapikan mejaku dan berjalan ke ruangan Pak Rusli.
“Selamat pagi Pak, boleh aku masuk?”
“Ooo… silakan masuk bu Cindy. Silakan duduk. Bagaimana kondisi kehamilan bu Cindy? udah gak mual2 lagi kan?”
“Alhamdulillah, udah sedikit mendingan pak. Aku udah bisa mengajar seperti biasa lagi. Paling mualnya hanya pagi hari.”
Aku duduk di sofa tamu ruang kepala sekolah, sedangkan Pak Rusli duduk di kursinya. Dengan posisi itu Pak Rusli bisa dengan mudah menikmati gunung kembarku dari samping karena gamis yg aku kenakan sedikit ketat dan tipis.
“Ada perlu apa Bapak memanggil saya?”
“ehm…. eeee…. mmmm… begini bu Cindy…. eeee…”
Pak Rusli terlihat sedikit gugup dengan pertanyaan ku. Mungkin karena otak beliau sibuk dengan fantasi ingin menikmati tubuhku.
“Begini bu Cindy, hari sabtu dan minggu depan ada acara pelatihan di hotel embun pagi Maninjau. Pelatihannya tentang materi ajar yang baru. Bapak ingin ibu Cindy mempersiapkan bahannya. Bapak dan ibu Cindy yang akan mengikuti pelatihan itu.”
“Apa gak bisa guru lain pak yang mengikutinya? Aku kan dalam kondisi hamil, takutnya kecapean dan terjadi apa-apa sama kehamilanku.”
“Bukan ibu Cindy sendiri yang tadi bilang klo kondisi ibu sekarang udah agak mendingan? Lagian acaranya gak terlalu padat kok buk. Ganti2 liburan lah di hotel. Udara dan pemandangannya bagus loh buk di Maninjau.”
“Baik lah pak. Akan aku persiapkan bahannya. Boleh aku keluar ruangan sekarang pak?”
“hmmm…. tunggu dulu bu Cindy. Kemaren Bapak download silabus pengajaran dari internet, tapi setelah Bapak coba buka di rumah gak bisa. dimana ya salahnya?”
Aku langsung menuju laptop Pak Rusli yang terbentang di atas mejanya.
“Yang mana filenya pak?”
Posisi aku berdiri pas disamping Pak Rusli. dan aku sedikit menunduk karena meja kerja Pak Rusli agak rendah.
“Maaf bu Cindy, sini saya carikan”
Pak Rusli menggeser kursinya ke arah aku dan sekarang gunung kembarku tepat berada di pundaknya. Aku yakin Pak Rusli mengambil kesempatan atas aksinya itu. Anehnya, aku bukannya marah dan menghindar tapi malah semakin menurunkan dadaku sehingga kedua payudaraku menempel lembut di pundak Pak Rusli. Mungkin karena pengaruh hormon kewanitaan yang dikeluarkan tubuhku pada saat hamil yang terlalu banyak. Atau karena setoran dari suamiku yang akhir2 ini semakin berkurang. Entah lah….
“Yang ini ya pak filenya?”
Aku mengklik file yang ada di layar sambil menggesek-gesekan susu ku ke pundak pak Rusli. Pak Rusli gugup dengan keberanianku melakukan aksi itu. Tapi aku yakin dia terangsang. Soalnya ada tonjolan di balik celana panjangnya.
“Tu bisa terbuka filenya pak.”
“ooo….. hmmmm…. kok bisa ya. tadi udah beberapa kali saya coba di rumah gak bisa. Eee…. terima kasih ya bu Cindy.”
“Sama-sama pak. boleh saya keluar sekarang pak?”
“Sebentar bu, ada beberapa bahan ajar yang belum ibu tanda tangani.”
Pak Rusli lalu mengeluatkan beberapa berkas dari lemarinya dan meletakkan di atas meja tamu.
“Banyak juga berkasnya ya pak. Ngomong2 ruangan Bapak agak panas.”
Aku mengalungkan jilbabku yang menjulur ke dada ke leherku dan menurunkan sedikit resleting gamisku. Aku yakin dengan keadaan itu payudaraku akan terlihat jelas oleh Pak Rusli. Apalagi kutang ku tak mampu menutupi seluruh buah dadaku. Aku menandatangani seluruh berkas itu dengan sedikit merunduk. Sesekali aku melirik ke arah pak Rusli yang duduk di kursinya.
“Hmmm…. udah saya tanda tangani semua pak. Ada lagi yanh bisa saya bantu pak?
“hmmm… aaaah… gak ada bu Cindy. Bu Cindy boleh keluar sekarang.”
Aku keluar dengan senyum nakal. kelakuan binalku mungkin dipengaruhi oleh hormon kewanitaan ku.
Hari itu jam mengajarku tak terlalu banyak sehingga jam 3 aku udah bisa pulang. Karena merasa kegerahan aku memutuskan untuk berenang dahulu di batang tabik sebelum pulang. Aku sampai di batang tabik jam 15.20. Aku langsung menuju ruang ganti dan menukar baju dengan baju renang. Setelah selesai menyalin pakaian aku langsung menuju kolam renang dan buuuurrrr…. percikan air batang tabik menyejukkan tubuh ku. Aku belum terlalu bisa berenang sehingga baru sampai di tengah aku kehabisan nafas. Untunglah pada saat itu ada Roni yang membantu membimbingku ke tepi kolam. Roni adalah pelatih renang anak ku sehingga kami sering bertemu saat mengantar anak ku latihan renang. Aku perkirakan umurnya masih 25 an. Dadanya bidang dan otot lengannya kekar. Mungkin karena sering berenang.
“Makasih ya Ron, klo tadi gak ada kamu, kakak pasti udah tenggelam.”
“Sama sama kak. tadi itu karena kakak panik aja. dan Roni liat ayunan tangan kakak kurang kuat. Makanya kepala kakak tidak terangkat ketika mengayunkan tangan”
“Ooo…. begitu ya Ron. Bisa kamu ajarin kakak?”
“Baik kak. dengan senang hati.”
Aku lalu masuk lagi ke kolam renang dan Roni berdiri di sampingku. Aku meluncur dan mengepakan kaki ku lalu tanganku. Satu kali kepakan….. dua kali kepakan….. aku berhasil, tapi pada kepakan ketiga aku gagal mengangkat kepala ku. Dengan cekatan Roni memegang bagian dadaku dan mengangkat tubuhku
“Ayo kak, coba lebih kuat lagi ngepakin tangannya.”
Tangan Roni tetap memegang susuku agar badan ku tetap mengapung. Kondisi ini membuat aku terangsang dan vaginaku becek.
Aku berusaha berdiri di kolam renang karena nafasku udah gak kuat lagi. Ternyata kolamnya dalam. Dengan cekatan Roni memeluk ku dari samping dan membawaku ke pinggir kolam. Telapak tangan Roni pas memegang susuku dan entah disengaja atau tidak, aku merasa Roni agak meremas-remas susuku. Dan gilanya aku menikmati remasan tangan pelatih renang anak ku itu.
“Aaaaach…. ” aku sedikit mendesah. sementara tangan Roni semakin nakal meremas susuku sambil mencari putingku.
“Aaaaach…… aaaaach….” Aku semakin terangsang.
Sampi di pinggir kolam kami pun keluar kolam dan istirahat di pinggir kolam.
“Bagaimana kak? kita lanjutin lagi latihannya?”
Roni menanyakan hal itu datar2 saja, seolah2 tidak terjadi apa apa.
“Udah dulu ah Ron, kakak capek.”
Aku berusaha berdiri dan
“aaaauuu… tolong Ron otot paha kakak kram”
Roni lalu memopong ku ke kursi tempat istirahat. Sementara aku masih merasa kesakitan karena otot pahaku kram.
“Otot mana yang kram kak?”
“Yang ini Ron” aku memegang daerah belakang pangkal pahaku untuk menunjukkan bagian mana yang kram.
“Coba telungkup kak.”
Aku menuruti perintah Roni. Aku telungkup. Roni memijit bagian belakang pahaku.
“Au….. sakit Ron.”
“Tahan sedikit ya kak, nanti juga baik.”
Roni terus memijit pangkal paha ku dan memang akhirnya rasa sakitnya berkurang. tapi Roni terus aja memijit pahaku dan sekarang udah menyerempet ke pangkal pahaku. sesekali Roni menggesekkan jari telunjuknya ke pepek ku.
“Aaaach….. aaaaach….. udah lah Ron. udah agak mendingan.”
Roni menghentikan pijitannya dan aku duduk di sampingnya. Dia menatap mataku sendu dan mata kami saling beradu pandang.
“Makasih ya Ron” Aku mengucapkan kalimat itu manja, sambil mata kami terus beradu pandang.
“Sama sama kak sayang” Roni lalu mengusap kepala ku.
“Sini Roni anterin ke kamar ganti. kamar ganti kakak dimana?”
“Tu di sana” aku menunjukkan dimana ruang gantiku.
Roni kemudian memapahku ke ruang ganti. Kebetulan pengunjung di batang tabik waktu itu sedikit. Roni mengantarku sampai ke depan pintu kamar ganti. aku membuka gembok kunci kamar ganti dan masuk. Roni ikutan masuk bersamaku dan mengunci kamar ganti dari dalam. Dia lalu memelukku dari belakang sambil meremas kedua susuku dari belakang.
“Ih…. apaan sih Ron. Nanti ketahuan ama orang tau…. aaaaach…”
Roni tidak mempedulikan perkataan ku. Dia lalu membalikkan tubuhku kasar dan melumat bibirku penuh nafsu.
“aaaach….. aaaaach…… ” kami saling beradu bibir dan memainkan lidah.
“Aaaach…. kak….. ”
Roni lalu menatap mataku penuh nafsu dan kali ini dia menjilat telinga dan leher ku.
“Aaaach…. Ron…. enak…”
Aku kemudian membelai dada bidang Roni dan memainkan putingnya. Dari belik celana Roni Aku melihat benda tumpul yang mencuat. Belaian ku terus turun ke perut Roni yang berotot dan terus menuju tongkat sakti miliknya. Aku kemudian meremas2 tongkat sakti itu sambil sesekali mengocoknya.
“Aaaacg…. kak… enank sayang”
Roni kemudian menurunkan jilatannya ke leherku dengan sedikit cipokan di leher. Dia kemudian menurunkan resleting baju renangku sehingga mencuatlah buah dadaku yang menjulang.
“wow…. besarnya kak. suami kakak pasti suka maininnya.”
“aaaach….. iya Ron. itu benda kesayangannya. kalo udah sama dia, ni susu pasti udah gak selamat…..he”
Roni kemudian menurunkan kutang ku sehingga tak ada lagi yang tertutup dari buah dadaku.
Dengan lahap dia menghisap puting susuku dan mengulum susuku sebelah kanan.
“Aaaach…. acccxh…. Ron. Nikmat sayang.”
Aku menggelinjang hebat. aku tidak peduli lagi kalo lelaki yang sedang menikmati tubuhku bukanlah suamiku. Roni kemudian berpindah ke susu kiriku. Dia tidak langsung menghisap susuku melainkan menggesek-gesekkan ujung lidahnya ke putingku.
Roni lalu menurunkan baju renangku sampai ke bawah. dia membelai perut buncitku dan menjilat udelnya.
“Aaaach…. Ron…. nikmat sayang.”
Roni berlutut di depanku dan secara perlahan menurunkan celana dalamku. Terbukalah pintu surgaku yang dihiasi bulu2 yang lebat. Roni memasukkan jari telunjuknya ke pepek ku dan mengeluar masuk kan nya di liang senggama ku.
“Aaach Ron enak…” aku memainkan puting susuku sambil menikmati tusukan tusukan jari telunjuk Roni. Roni menjilat pepek ku.
“Geli Ron…. aaaach….”
Roni kemudian berdiri dan menurunkan celananya dia menyandarkan tubuh ku ke dinding ruang ganti dan mencoba menusukkan kontolnya yang jumbo ke pepek ku.
“Jangan disini sayang. nanti digrebek sama orang.”
“Ayo lah kak. nanggung nih.”
“Jangan Ron. nanti ketahuan sama orang. kakak kalau main teriaknya kuat.”
Aku mendorong tubuh Roni dan menyuruhnya keluar.
“Ya udah kamu keluar sekarang. Kakak ganti baju dulu.”
Roni mengikuti perintahku. Dia membuka pintu sedikit dan melihat keadaan di luar. Setelah keadaan aman dia keluar. sedangkan aku meneruskan kegiatan tukar pakaian ku. Aku keluar dengan mengenakan jilbab dan menunggu Roni di kursi di tepi kolam. Tak beberapa lama kemudian Roni keluar dan mendekatiku.
“Ayo kak, kita lanjutin mainnya dimana? biar kakak bisa teriak sepuasnya.” Pemuda itu kemudian mengedipkan matanya nakal kepadaku.
“Kamu anterin aja kakak ke rumah aja Ron”
“Siap kak.”
Roni kemudian menggandengku dan kami keluar batang tabik berdua.