“Dak” teriak seorang pria tua memanggil pria bertubuh besar tambun namun berotot dari seberang Jalan, lelaki diseberang jalan yang sedang menggotong bongkahan kayu pun menoleh dan sambil menurunkan kayu yang digotongnya ke mobil pickup pengangkut kayu iya pun menjawab panggilan Pria tua yang memanggilnya “Iya Mbah, Ada Apa”, “Sini Le” saut pria tua tadi sambil melambaikan tangan, si Badak pun menyeberang Jalan menghampiri pria tua yg memanggilnya itu, “Ada Apa Mbah” jawab Badak dengan sopan, mbah diminta pak RW untuk memanggil kamu supaya datang ke rumah pak RW nanti malam, “kenapa ya mbah” jawab badak lagi, “Ya ga tau tanyakan pak RW aja nanti jam 8 mlm pesan pak RW tadi ke mbah, ya sudah mbah pulang dulu”, baik mbah dan badak pun kembali menyeberang jalan untuk menyelesaikan pekerjaanya mengangkuti Kayu gelondongan yang sudah terpotong potong kedalam mobil pickup.
Badak sendiri memiliki nama Sumarno, tetapi oleh warga desa dipanggil badak karena perawakanya yg besar tambun dan berotot serta bertinggi 186 Cm bahkan hanya sedikit sekali yg mengenal nama asli Badak karna memang Nama Badak sudah melekat didirinya dan ia pun senang akan panggilan itu, kulitnya hitam karna memang pekerjaanya sering dilakukan dibawah teriknya matahari, wajahnya bulat dan ditumbuhi brewok yang hitam kriting terlihat sangar dan seram akan tetapi disaat orang2 lain yg terlihat sepertinya memilih berprofesi sebagai Tukang Pukul ataupun bodyguard tetapi tidak bagi Badak dia memilih untuk tetap menjadi Tukang Potong dan panggul Kayu yang sederhana meskipun demikian badak sangat rajin dan cekatan dan senang membantu warga didesa yg membutuhkanya oleh karna itulah warga desa sangat senang dengan Badak, usianya saat ini 32 tahun memiliki seorang anak berusia 2 tahun yang akhirnya diambil asuh oleh kakak iparnya setelah istrinya meninggal dunia 3 bulan setelah melahirkan anaknya karna sakit yang dideritanya, Badak pun merelakan anaknya diambil asuh mengingat kondisi ekonominya sendiri juga kurang baik dan dia berfikir jauh agar anaknya bisa mendapatkan penddikan yang baik di kota bersama kakak ipar yang kini menjadi orang tua anaknya dan juga dia kasihan kepada kakak iparnya yang hingga saat ini belum memiliki keturunan.
Badak yang sudah kembali sibuk memanggul kayu untuk mengisi mobil pickup pun kini hampir selesai memuat kayu2 gelondongan yg sudah dipotongnya sesuai pesanan yg diterima, setelah dia selesai memuat dia pun memanggil pemilik pickup yang sedang meminum kopi diwarung seberang, “Pak semuanya sudah dimuat” tegur badak ke pemilik mobil, “wah cepat bgt dak baru jam berapa ini, memang benar kata pengrajin2 kayu kalau kamu kerjanya cepat” ok lah dak saya cek dulu timpal pemilik mobil, badak pun menemani menyeberang jalan dan mengecek kayu muatanya, “Ok lah mas Badak semuanya sudah Lengkap ini Mas Uangnya mhn diterima kata Bpk pemilik pickup td silahkan dihitung dulu, ”Ga usah lah pak saya percaya bapak kan bukan kali ini pak anto pesan kayu ke saya ujar Badak sambil mengambil uangnya dan langsung memasukanya ke kantong” Pak saya permisi dulu ya klo ada orderan lg telepon saya ya ucap Badak sambil menunduk stengah badan dan pamit untuk Pergi.
Badak pun pulang kerumah dan tak lupa mampir ke warung nasi langgananya untuk membungkus nasi dan lauk untuknya dan si mbah, tiba di warung Badak disambut mbak Wati pemilik warung yang usianya sudah 35 thn dan sudah memiliki 2 anak tetapi masih terlihat berisi dan padat yang sangat menggoda, banyak warga ataupun sopir2 yang sekedar lewat makan di warung mbak wati dan berlama2 semata untuk memandang mbak wati yang memang menjadi pujaan banyak lelaki disana, suami Wati saat ini bekerja di kota sebagai tukang bangunan dan biasanya pulang setiap bulan sekali, melihat Badak datang mbak Wati pun tersenyum “eh mas Badak mau makan disini atau dibungkus” Bungkus aja mbak dua buat si mbah jg balas badak, oh iya sama ikan tapi bungkus dipisah sama nasinya buat makan malem mbak “Kenapa ga makan disini aja mas sahut mbak wati lagi”, “Si mbah belum makan mbak ga enak nanti nungguin, lagian klo saya makan disini saya takut ga fokus makan nya mbak nanti malah sibuk liatin mbak wati balas badak sambil memelankan suaranya supaya tidak terdengar sama yg lain’ Mendengar itu mbak wati pun senyum dan menyikutkan lenganya ke lengan badak sambil ngeloyor pergi kebelakang hendak membungkusi air minum untuk dibawa badak tanpa disadari mbak wati pun mencuri curi pandang kepada badak dan entah kenapa saat dibelakang mbak wati sendiri langsung menyender ketembok dan dia merasa agak aneh kenapa dia deg degan melihat lelaki tinggi besar yg satu ini dan entah kenapa dia pun mengintip dari celah celah tembok hanya untuk memperhatikan badak tidak hanya itu dia pun entah kenapa memperhatikan celana badak yg terlihat menggelembung sejenak pikiranya melayang layang sampai saat Badak Memanggil dan membuyarkan lamunanya ”Mbak… air e udah belum”, wes mas sebentar teriak wati dari belakang, ini mas badak airnya. Setelah membayar Badak pun langsung berpamitan sambil sedikit berbisik “pulang dulu ya mbak cantik” dan melangkahkan kakinya untuk pergi, Wati yang terbawa hembusan hangat nafas badak saat berbisik td pun seakan tidak percaya kalau kejadian tersebut membuatnya deg degan dan berkata dalam Hati “Kenapa Ini, Kok Begini” dan diapun berjalan kedapur dan kembali merebahkan badanya ke tembok tadi sambil sedikit menghayal membayangkan dirinya dijamah pria besar tadi tanpa sadar tanganya mulai mengusap bagian intimnya nya dan kembali dia tersadar karena panggilan seorang pembeli yg ingin membayar makananya.
Sesampainya dirumah Badak memanggil Mbah Karso “Mbah, dimana…. makan mbah…”, Mbah Karso adalah satu2 nya orang yang tinggal bersama Badak, mbah sendiri sudah berusia 84 thn dan mbah lah yang mengambil dan mengasuh badak dengan kasih sayang saat kedua orangtuanya Meninggal dunia akibat kecelakaan dimana badak saat itu baru berusia 4 tahun dan memang sejak kecil bila kedua orang tuanya bertani badak kecil sudah sering dititipkan kerumah mbah karso dan memang saat kedua orang tuanya kecelakaan kebetulan Badak sedang dititipkan Ke rumah Mbah karso yang memang memiliki hubungan saudara, Mbah Karso sendiri memiliki seorang anak lelaki yang sudah berusia 60 thn dan tinggal jauh di kota.
Mendengar panggilan dari Badak mbah karso yang sedang menmbuat kurungan ayam untuk dagangan pun masuk ke dalam rumah dan menuju meja makan dimana Badak sudah mempersiapkan semuanya di meja makan, “Makan dulu ya mbah, nanti biar saya bantu bikin kurunganya”, Iya Le sahut mbah karso sambil membuka nasi bungkus dan melahapnya, seusai makan Mbah pun kembali mengingatkan Badak “Dak jangan Lupa Jam 8 mlm kerumah pak RW” Iya mbah jawab badak sambil berlalu ke halaman belakang untuk melanjutkan pekerjaan mbah membuat Kurungan Ayam dagangan si Mbah, Sebenarnya Badak sudah sering mengatakan kepada mbah untuk tidak berjualan lagi dan biarkan dia saja yang mencari penghasilan, tetapi Si Mbah tidak Mau dan Marah bila dilarang untuk berjualan, watak Mbah Karso yang sangat pekerja keras ini lah yang menular kepada Badak, tak terasa jam pun sudah menunjukan jam 6 lewat badak pun membereskan kurungan yang sedang dikerjakanya dan masuk kedalam untuk mandi, setelah mandi pun badak membangunkan mbah yang sedang tidur untuk makan malam, “Mbah makan mlm mbah” suara halus badak membangunkan mbah karso, jam berapa ini tanya mbah, “Setengah 7 Mbah yuk Makan” mbah dan badak pun keruang makan untuk makan malam, kembali seusai makan Mbah Mengingatkan “Jangan lupa ketempat pak RW” badak pun mengangguk sambil mengunyah makananya.
Mbah Pergi dulu ya, ujar badak sambil keluar dari pintu rumah dan memang sudah jam setengah 8 saat itu, badak pun berjalan kaki ditengah perjalanan Badak pun berjumpa dengan mbak wati yang memang sedang berjalan pulang dan arah rumah mbak wati searah dengan tujuan badak, Mbak Wati Pun menegur badak “Mau Kemana malam2 mas badak”, Ini mbak mau ke rumah pak RW balas badak, Mas Pardi kemana mbak kok ga jemput tanya badak, ‘masih di kota’ sahut mbak wati, entah kenapa muncul pikiran nakal Badak karena memang dirinya sudah lama tidak merasakan nikmatnya berhubungan dia pun berkata ‘wah gimana mas pardi masa tega lama2 ninggalin istrinya klo dilirik orang bagaimana’, “ah ngawur kamu mana ada yg masih mau sama aku” ujar mbak wati kembali, ‘Siapa bilang itu buktinya diwarung nasi pada antri ngeliatin mbak’ ujar Badak, memang mbak wati ini biarpun sudah beranak dua dan berusia 35 thn tapi tidak bisa dipungkiri bahwa bodynya sangat padat meskipun sering memakai pakaian yg agak longgar tetapi lekukan tubuhnya serta paras ayu nya mengundang semua mata pria tertuju padanya, Mbak wati yang berjalan disamping Badak pun entah kenapa curi curi pandang bukan ke arah wajah dari Badak akan tetapi ke arah celana badak yg menggelembung seakan terlihat sempit, entah sudah beberapa kali mbak wati menelan ludah melihat itu, tak terasa jalan sudah sampai dipersimpangan dimana mbak wati harus berjalan lurus dan Badak harus berbelok kekiri, sebelum berpisah Badak pun sedikit menggoda ‘Belok dulu ya mbak klo jalan terus saya takut naksir sama mbaknya’ mbak wati yg mendengar godaan dri badak pun tersipu malu dengan wajah yg aga memerah dia pun menjawab “Hus sana nanti diomelin pak RW”, bak gayung yang bersambut mbak Wati pun meneruskan perjalananya yg sudah tidak jauh sambil senyum senyum sendiri.
-Bersambung-