Lanjutin cerita sebelumnya yuk… episode terakhir ya pembaca setia… cekibrot gan…
Di kantor persatpaman,
Santo menghadap atasannya dikantor.
“saya siap kembali bertugas pak..!!”
“bagus..!! bagusss.!! Nahh gitu.., harus semangat..!!”
Santo menoleh ke kiri dan kanan, ia memakai baju tebal untuk menutupi tubuhnya yang langsing sehingga kelihatan agak gemuk, juga sebuah topeng untuk menutupi wajahnya, hanya matanya sajalah yang kelihatan. Kemudian saat keadaan aman ia memanjat dan melompati pagar, bibirnya meruncing saat sebuah pintu yang terkunci menghalangi jalannya. Pandan tersenyum dan mengibaskan telapak tangannya ke arah pintu dan pintu itu pun terbuka. Santo masuk dan menutup pintu dengan perlahan. Ia mendengar suara di dalam sebuah kamar, dengan sekali tendang Santo mendobrak masuk,
“BRAKKKK….!!”
“awwwwww….!!”
“Wahhh ?? !! alamakkk…!!”
Mata Santo melotot, Pandan yang baru mandi hanya berbalutkan selembar handuk, kini handuk itu terlepas jatuh ke atas lantai saat Pandan melihat sosok lain yang melayang di atas belakang Santo. Begitu mengerikan!! Si jelita mengeluh pelan kemudian tubuhnya terkulai lemas, pingsan dengan posisi kedua kaki sedikit mengangkang.
“Wowwww !!!“ Kontan Santo berseru keras, ia menatap tak berkedip
“Aduhh..!!“
Ia baru tersadar saat sebuah cubitan mampir di pinggangnya.
“ngeliatin apa sih bang ??”
“Ehh, enggakk, enggakk…liat apa apa koq “
Pandan mencibir ke arah Santo kemudian jari telunjuknya menunjuk ke atas ranjang. Tubuh Pandan melayang dan jatuh perlahan di atas sebuah ranjang empuk, Pandan menarik tangan Santo yang sedang terpesona.
“sepertinya, eumm, kamar itu bukan kamar Om Anton, tapi ayo kita periksa lagi kamar yang tadi, mungkin ada petunjuknya…”
“nihhh petunjuknya..!!” Pandan menempelkan tinjunya di depan muka Santo.
“he he he, cemburu ya..”
“Siapa yang cemburu ..!!”
Santo buru-buru mengikuti Pandan yang melayang.
“DUKK..!! Aduhhhh….T_T”
Saking konsentrasi, Santo ikut menembus dinding, ia jatuh kebelakang dengan kepala benjut,
“ih Abang norak..!!masa mau ikut-ikutan nembus dinding..” Pandan buru-buru membantu Santo berdiri.
“Coba kalau abang kaya Pandan, kan enak tuh bisa nembus nembus segala..”
“emang Bang Santo pengen jadi seperti Pandan..”
“Iya, Ehh enggak-enggak..!! Abang masih betah hidup say.!!”
Pandan tersenyum, Santo mengikuti Pandan dan berhenti di sebuah kamar. Dengan hati-hati Santo membuka kamar itu, seorang laki-laki tengah tidur pulas di atas sebuah ranjang. Dengan berjingjit jinjit Santo mendekati laki-laki itu, tangannya melepaskan sebuah cincin berwarna merah delima yang tidak pernah lepas dari jari laki-laki itu. Om Anton terbangun.
“heii, siapa kamu, kemarikan cincin itu…”
“eitt, nggak kena… “
Santo mundur ke belakang, menghindari Om Anton yang hendak mengejar, ekor mata Om Anton menangkap sosok lain, sosok yang membuat matanya mendelik , jantungnya berdetak cepat dan keras, ia gemetar menyebut sebuah nama.
“s-s-Pandan..,S-Setannnn…!!Aaaaaa…!! Toloonggg…!!”
Om Anton berlari keluar kamar, Santo mengejar dengan geram. Saat Santo menerkam, om Anton berkelit. Si dower jatuh nyungsep menyusuri anak tangga, bibirnya mencium lantai, ia mengeluh saat om Anton menginjak bokongnya. Sebelum pingsan Santo sempat melihat sosok Pandan berkelebat mengejar Om Anton, terdengar suara jeritan dan kain yang disobek, bekas-bekas cakaran membuat lukisan berdarah di sekujur tubuh bandot tua itu. Aneh, walaupun Om Anton menjerit, tidak ada sedikitpun suaranya yang terdengar di telinga orang biasa, dinding kabut seakan menelan tubuh Om Anton dan membawanya ke suatu tempat. Om Anton mengucapkan jampi-jampi yang diajarkan, untuk sesaat tubuh Pandan seperti limbung dibalut dan diserang sebuah kekuatan maha dahsyat namun perlahan butiran lembut batu bertuah bersinar melindungi tubuh Pandan. Om Anton tergagap, ia mundur ketakutan sambil mengemis memohon ampunan.
“Ampuni Om… Pandan, Om Khilaf…., Amphunnnn…”
“hi hi hi hi hi hi, mau kemana ommmmmmm….??”
“Kasihani Pandan -Pandan, jika om tidak ada di sisinya, siapa yang akan melindungi dia, Om mohonnnn ampuuuunnnnnn….”
“Ampun ?? hi hi hi hi, ampun kenapa ommm ??”
“Om memang bersalah, pada orang tuamu, juga kepadamu, tapi tolonggg, ampunilah nyawa om, Ampunnnnnn…, kasihani Pandan, kasihanilah anak omm, yang sebatang kara kalau om tiada.., ampunnnnnn Pandann, AMPUUNNN..!!”
“Hi hi hi, hi hi hi hi hi hi hi, minta ampunlah di neraka, Bajingan.!!”
“ARRRRGG..ARRRRRRR>..!! AAAAAAGGGGHHHH…!!” Om Anton menjerit saat kawat berduri menggulung meliliti tubuhnya yang menggeliat-geliat menahan rasa sakit.
Terdengar suara lolongan Om Anton saat ujung kawat berduri itu menembus liang anus dan lubang kencingnya, entah bagaimana caranya ujung kawat berduri itu terus membelah mencari jalan memenuhi perutnya yang buncit, suara mengikik terdengar semakin keras mengiringi lolong dan erang kesakitan Om Anton yang semakin lemah.
****************************
Bagaimanakan Nasib Santo Smith ??
“euh, mmmhh, haduhh…” Santo mengedip-ngedipkan mata
Ia dibangunkan dengan cara yang paling enak, ada benda kenyal hangat yang mendesak-desak punggungnya, seseorang terus mendesah dan menolak, eh tunggu dulu, mendesah ?? menolak ?? tubuh Santo terbalik dengan sendirinya, wajahnya berhadapan dengan wajah seorang gadis cantik, buah dada gadis itu menempel erat di dadanya yang berdetak kencang. OMG..!! Si jelita Pandan menindih tubuh si dower..!!
“ihhh, aduh, nggak mau, ahh enggak.. ohh kenapa ini ??“
“ehh Non Pandan ?? lagi ngapain ?? henthiikann aduhh enaknya, Non Pandan lagi ngapain sih ??”
“nggak tahu bangg, tubuh dan tangan saya bergerak sendiri..”
“bergerak sendiri ?? ,ihh, jangan pegang-pegang atuh, saya malu..non Pandan jangan lakukan itu, ahhhhhhhhh, wedewwwww…, wawwww”
Kepala Pandan merosot ke bawah, kedua tangannya memegangi batang Santo yang mengeras dan lidahnya menjilat-jilat buah zakarnya. Pandan terus mendesah dan menolak, Santo bertahan mati-matian agar batangnya tidak berdiri.
“adu-duh kenapa ini ihh, sllckckk, ckk ,ckk, jijikk ammmhh mmmhhhh…, nghaakkk mauu, emmmhhh mhhhhh.. ck ck ckk. Auhhh bauuuu.!!”
“nonn Pandanaaaa, jangannnnnn, awww, yeahhh, busettt, enak amatttt”
Pandan mengeluhkan bau aneh yang tercium pada batang di selangkangan Santo. Sementara Santo berseru keras keenakan ,tubuhnya kaku tidak dapat bergerak, berbeda dengan tubuh Pandan yang bebas bergerak walaupun ia tidak menginginkannya. Pandan menjerit kecil saat batang Santo menegang dan mengetuk dahinya, batang yang panjang, besar berisi, kini tegak kokoh membuat Pandan terpana. Tangannya bergerak mengusap-ngusap kepala titit Santo, mulutnya naik ke atas kepala titit Santo, mulutnya mengemut-ngemut loli besar di selangkangan laki-laki itu.
“E-ehh, Mm-mmmhh, Nyoott Nyoott Mmmmmm”
“Oawww, V-Pandana, aduhhh akkkhh,”
Santo merem melek menikmati sepongan Pandan, habis sudah batang Santo dijilat dan diemut oleh Pandan si jelita. Pandan bertambah panik saat vaginanya naik dan mengelus-ngelus di sepanjang batang titit Santo. Kisah Sex
“toloooooongg..!! ihh geliiii, ngak mau,, ahh aduhhh”
“s-sudah Pandan, abang mohon, jangan diperkosaaaaa, kasihanilah bang Santo ini, ouh, Ohhh Yearrrhhh..!!”
“Pandan juga nggak sudi memperkosa bang Santo..!!, tapi i-ini, ihh , Pandan nggak bisa berhenti bang, aduhhhh, bagaimana ini ahhhh, ihhh geliii, nikmatnyaaa aww”
Vagina Pandan yang becek menggesek-gesek batang titit Santo, kemudian menggesek dan mendesak, perut, dada dan akhirnya naik ke atas wajah Santo. Mata Santo memelototi kemolekan wilayah si jelita yang terintim. Pandan mendesak-desakkan vaginanya kewajah si dower yang menarik nafas dan mengendus dalam-dalam aroma vagina Pandan.
“hauff, nyefffhh, ouhh, wanginyaa, ufffhhh…”
“bang jangan diendus-endus gitu, akhhh, Pandan nggak mau bang, aduh bang Santo..!! jangan dilihat, jangann, ngak mauu, , V-Pandan malu, ahh abanggg..”
“aduhhh, ini, itu, koq deket banget ya, mana wangi lagi merangsang, hmaafffhhhh…” bibir vagina Pandan membekap mulut Santo dan menawarkannya sejuta rasa yang pasti sulit untuk ditolak oleh laki-laki manapun. Dengan rakus Santo mengunyah vagina si jelita yang memekik keenakan. Lelehan – lelehan peluh membuat gairah keduanya semakin meledak-ledak.
“e-eh, aduh banggg, gimana ini ??!! “
“Hahh ?? !! Waduhhh..!!”
Keduanya berseru terkejut, kini bibir vagina Pandan berhadapan dengan batang besar Santo, saling merangsek dan menyerang, tubuh Pandan mengerjat saat kepala titit Santo mulai menyusup memasuki liang sempitnya yang masih perawan.
“banggg, jangan Samidukin aduhh…”
“ngahahh, memeknya jangan dith-dituh-runin,..”
“BANG SANTO..!! Brrrttt. Brrr brrrttt,, bruesssshhh.. OWWW”
“Owww Yessshhh ahhhhhhh, Pandan aaaa…, nikmattttttt, ahhhh”
Selangkangan Pandan bergerak turun naik di atas selangkangan Santo, bibir vaginanya terlipat keluar masuk saat batang besar Santo membelah-belah vaginanya.
“uhhh, ampunn besar amattt!!, aduh ngiluu, aaa!! pelan-bangg , pelann”
“yang bergerak bukan bangg Santo, engehh, Pandan yang lagi ger-hak..”
Memang benar ucapan si dower, pinggul Pandan bergerak lincah dan bergoyang, sementara Santo menjadi korban keliaran Pandan. Mata Santo nanar menatap buntalan susu Pandan yang melompat turun naik dengan indah.
“nnnnhhh, ahhhh, enakkkk…crrrett cretttt..crrreett”
Santo merasakan batang kemaluannya diremas-remas dengan kuat oleh liang sempit milik Pandan. Vagina Pandan terasa menghangat, cairan kenikmatan si jelita mengguyur batang titit si bibir tebal. Pandan bertatapan dengan Santo, tubuhnya yang mulus menggeliut indah, pinggulnya bergerak turun naik serasi dengan geliutan tubuhnya yang molek. Berkali-kali Pandan mencapai puncak kenikmatan, batang besar Santo smith pun semakin lancar keluar masuk menikmati belahan vaginanya.
“pofffhhh,,”
Keduanya mendesah panjang seperti mengalami kekecewaan yang dalam saat kemaluan keduanya dipisahkan. Pandan merintih saat lubang duburnya ingin ikut bermain, ia memejamkan matanya rapat-rapat saat batang besar Santo mendesak liang anusnya. Bibirnya yang mungil ternganga oleh rasa sakit.
“aduh bangg, aduhh, sakiii..ttt, sakit banggg…!!”
“Oahhhhh, adawwww,, ahhh, Pandanaaaa…,boolnya enakkkhhhhh”
Pandan sibuk menahan rasa sakit yang menggigit sedangkan Santo sibuk menahan rasa nikmat yang tak tertahankan. Pandan mengerang dan Santo meringis, anus Pandan melompat – lompat pada batang Santo, keliaran dan kecantikan Pandan membelengu tubuh pria kurus yang berada di bawahnya, sesekali vaginanya mengambil alih batang Santo kemudian kembali digeser oleh permainan liang anusnya yang peret bukan main.
“crreettt… crettt. Ungghhhh.., Bang Santorrr…”
“ohhh -Pandanaaa…,”
Menjelang subuh jam 3 subuh, barulah keduanya menjerit bersamaan. Tidak ada lagi gerak yang tersisa. Tubuh mulus Pandan terlentang ditindih oleh tubuh Santo, si dower, mencoba bergerak. Kedua tangannya memeluk tubuh Pandan yang tersenyum puas dalam tidurnya, bed cover digerakkan oleh sesuatu yang tak terlihat meneduhi tubuh keduanya yang masih basah berkeringat.
“ahh, dimana ini ??waw, cegluk cegluk.., oh indahnya susu..”
Rambasan sinar matahari pagi, menyadarkan Santo, cuping hidungnya kembang kempis mengendus harumnya tubuh seorang wanita yang tidur terlentang di sampingnya. Aroma yang lembut nan menggairahkan, tangan Santo mendaki puncak gunung putih di dada Pandan kemudian mulai meremas-remas payudaranya. Lama kelamaan bukan hanya tangan Santo yang yang naik, bibir tebalnya ikut naik dan mengenyot-ngenyot puncak buah ranum milik Pandan. kekalapan Santo tentu saja mengganggu Pandan yang sedang tidur, perlahan kedua mata Pandan mengerjap-ngerjap, ia meringis terkejut merasakan rasa nikmat saat Santo mengemut-ngemut payudaranya. Tangan kiri Pandan memeluk leher si dower sementara tangan kanannya menekankan belakang kepala Santo agar semakin terbenam pada belahan dadanya.
“bang Santo.. ohhhh…”
Pandan mengangkangkan kedua kakinya, memberi jalan untuk Santo yang naik ke atas tubuhnya. Ia memekik kecil, Santo begitu liar menggeluti payudaranya, mencumbui lehernya dan memangut-mangut bibirnya yang mungil, merah bak buah delima.
“emmh emmhhh abangg, ahh, bang Santor…”
“Pandan, aduh wanginya…”
“JREBBB…!!”
“aduh bangg, pelan-pelannn…”
“eh iya, maaf abang terlalu nafsu, sakit ??”
“emmm, enak bang…”
“nahh gimana, kalau diginiin tambah enak ??” Cerita Sex
Pandan mengangguk dengan wajah merona, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Si jelita tidak sanggup bertatapan mata dengan Santo yang sedang memompakan batang tititnya dengan lembut, tubuhnya terdesak-desak di bawah tubuh Santo. Gerakan pinggul Santo semakin liar, Pandan merintih dan merengek keras. Tubuh molek Pandan melenting oleh rasa nikmat saat liang vaginanya berdenyutan. Berkali-kali Santo menggempurnya hingga kelojotan, ia menunggingkan tubuh Pandan, dengan satu sodokan ia melesakkan batang tititnya membelah liang vagina Pandan.
“PLOKK PLOKK PLOKK..”
Semakin keras suara itu terdengar, semakin keras pula tubuh Pandan tersungkur ke depan. Dengan gagah Santo menungangi Pandan dari belakang, ia berkuda di atas kemolekan dan kemulusan tubuh Pandan yang berpeluh, sama seperti dirinya yang berkeringat. Jerit dan rintihan Pandan memenuhi ruangan kamar yang mewah, boneka berbagai ukuran ikut menonton panasnya pergumulan dua anak manusia yang tengah asik mereguk kenikmatan, dan tampak dengan sangat jelas sekali si jelita kewalahan digempur oleh sodokan-sodokan batang Santo, berbagai macam gayapun dipraktekkan olehnya.
“emmhh, aduh bangg aduhhh, nikmatnyaaaa. Ahhhhh”
Mendengar suara desahan Pandan, Santo semakin garang memacu batang tititnya. Posisi Pandan tidur menyamping dengan kaki kiri ditopang oleh tangan Santo, titit besar Santo menggarap liang senggama Pandan yang babak belur dipompa oleh batang besar itu. Pandan menjerit kecil menahan nikmatnya surga dunia, cairan vaginanya kembali meledak dengan nikmat namun Santo belum puas, diganjalnya bokong Pandan dengan sebuah guling kemudian mulut Santo mendekati belahan vagina Pandan, dikecupinya vagina si jelita yang merintih. Bibir tebal Santo menyumbat bibir vagina Pandan dan mengenyot cairan klimaksnya hingga kering.
“Srrrupphhh Slllrrruuuphhhhh”
Santo membuka belahan bibir vagina Pandan, lidahnya menyeruak masuk menggelitiki klitoris Pandan yang menonjol dan menggaruki daging yang bergerinjul – gerinjul di dalam vagina itu. Pandan membuka kedua kakinya melebar menikmati aksi bibir Santo yang mengecup dan jilatan lidahnya yang menggaruk – garuk mengantarkan kenikmatan.
Tubuh Pandan menggelepar, si dower semakin aktif menjilat dan mengenyot lelehan-lelehan lendir kewanitaan Pandan yang membanjir hingga akhirnya Pandan merintih saat mengalami sensasi nikmat puncak klimaks.
“Crrrrutttt.. cruttttt….ahhhhhhhh.”
“Slllrrrpp sllllrrrrruuphhhh.. nyem sssllllkkk ck ck slrrrupphhhh”
“Jrebbb Jrebbb.. Jrebbbb…, bleesshh JREBBB…!!”
Santo mengangkangkan kaki Pandan ke atas hingga mirip huruf depan yang membentuk nama si jelita. Dengan bernafsu Santo kembali menjebloskan batang besarnya mengaduk-ngaduk celah vagina Pandan, desah dan rintihan tertahan si jelita mewarnai sodokan – sodokan liar Santo. Batang besar di selangkangan Santo yang terayun membawa Pandan berkali-kali ke puncak orgasme hingga akhirnya mereka mengeluh bersamaan. Keduanya saling berpelukan erat, gairahsex.com Santo menusukkan batangnya kuat kuat. Pandan menyambut dengan mengangkat vaginanya ke atas, tangan Santo membelit tubuh Pandan yang berpeluh.
“Pefffh clepphh clepphh pefffhhh Slepphhhh”
“unnnnhhhh crrutt crutttt.. crutttt…”
“Ooo-HOKK. Pandanaaa, Crrotttt crotttttttt….”
Pandan melotot hampir tak percaya, dua menit yang lalu batang Santo menciut di dalam vaginanya. Kini sesuatu berkedutan, membengkak dan memanjang di dalam sana. Pandan mengeluh merasakan liang sempitnya kembali penuh disesaki batang titit Santo. Berkali-kali tubuhnya melenting keenakan saat vaginanya disodok-sodok oleh Santo yang tersenyum saat Pandan nyengir menahan rasa nikmat.
“Ohhh, Bang Santor, kuat amat sichh.., ennhhh ahhh”
“Pofffhhh…”
“Ahhh….”
Gadis jelita itu mendesah kecewa saat Santo menarik batangnya. Matanya menatap tajam pada batang Santo yang mengangkangi wajahnya. Dengan malu malu, Pandan melumat ujung titit Santo yang berlendir, kekecewaan Pandan terobati saat ia mengulum permen stick yang panjang dan besar di selangkangan Santo.
“wahhh,!! Diam diam Pandan ternyata pinter nyepong..!! he he he” Santo memuji emutan mulut Pandan
Tubuhnya bergidik menahan nikmatnya kuluman mulut si jelita yang sedang asik menyusu di batang miliknya. Nafsu birahi Santo meledak dahsyat saat menengok ke bawah, seorang gadis berwajah jelita berusaha menelan batang tititnya. Santo turut membantu dengan menekankan batangnya ke bawah hingga menembus kerongkongan si jelita. Santo buru-buru menarik batangnya saat melihat Pandan mengernyit karena kesulitan bernafas. Pandan tertunduk malu saat Santo menariknya berdiri di sisi ranjang, mata Santo merayapi kemolekan tubuh Pandan yang tampak indah dihiasi peluhnya yang membanjir. Nafas Pandan tersendat saat Santo mencubit putting susunya yang mengeras akibat terangsang. Santo tersenyum dikulum melihat Pandan yang resah dan salah tingkah, wajah Pandan merona merah saat Santo berjongkok di hadapan vaginanya, tangan Pandan menutupi keindahan vaginanya.
“jangan diliatin bang, saya malu…”
“loh koq malu, kita kan sudah begituan, masa masih malu sih,”
Santo menarik pergelangan tangan Pandan agar dapat menikmati pemandangan terindah di selangkangan si gadis. Mata Santo melotot menatap bibir vagina Pandan yang memar kemerahan, cairan vagina melelehi paha mulusnya bagian dalam. Dengan sukarela Santo membersihkan cairan lengket yang meleleh itu kemudian mengambil posisi di belakang tubuh Pandan dan mendesakkan gadis itu ke lemari kemudian menyelipkan batangnya di antara buah pantat Pandan, ujung titit Santo menekan kerutan anus Pandan.
“Pelanhh, plannnn Bangggg, nnnnhhh…, aduh-adu-duh-duh , AWWW…!!”
Santo menembakkan batangnya mengait kerutan anus Pandan, tangannya menahan pinggul Pandan yang turun kemudian ia menekankan batangnya pada kerutan otot anus Pandan. Pinggul Santo berkutat kuat berusaha mengamblaskan batang miliknya sedalam mungkin ke dalam liang sempit itu. Perlahan seiring terbenamnya batang besar itu, selangkangan Santo mendesak buah pantat Pandan yang bulat empuk.
“Pelan banggg, pelannnhhh, ennnnnhhh…”
Sambil menusuki liang anus Pandan, kedua tangan Santo menyangga bagian bawah buntalan payudara si jelita. Dengan lembut Santo meremas-remas susu Pandan, pinggang Pandan melenting lenting ke belakang saat anusnya dirojok-rojok oleh Santo.
“Oh Pandanaa, enak bangethh…”
“A-aaaAbanggg, Ohh Abanggg.. Akhhh Bang Santor”
Tangan kiri Santo merayap ke bawah mencari secuil daging mungil yang terselip di antara belahan bibir vagina Pandan. Tangan kanannya meremas dan memilin pentil susu Pandan yang runcing mengeras, bibir tebalnya mengecupi leher gadis itu sementara batangnya bergerak semakin liar merojok-rojok anus Pandan. Suara rintihan sijelita semakin sering terdengar, Santo begitu lihai menggelandangnya menuju gawang kenikmatan hingga suatu saat seiring dengan lesatan batang titit Santo yang menusuk kuat liang anusnya.
“awwwww..!! crru crrrtt crrutttt…” Pandan memekik kecil, sekujur tubuhnya seakan dialiri oleh sengatan-sengatan arus listrik yang terasa nikmat, butiran peluh yang mengucur terasa menggelitik pun turut menambah rasa nikmat yang dirasakan oleh Pandan. Ujung kaki Pandan terjingjit-jingjit saat berkali-kali liang anusnya terangkat ke atas ditusuk oleh batang Santo. Si jelita pasrah seutuhnya menikmati sodokan-sodokan maut Santo, payudaranya semakin membuntal indah pertanda pemiliknya tengah terangsang hebat.
“sudah banggg, Pandan capek, uhhhh, duh bang Santo, nggak ada puasnya..”
“abis Pandan cantik sich, bikin titit Bang Santo berdiri terus he he..”
Pandan mengeluh saat Santo mendudukkannya di atas lemari buffet yang tingginya sejajar dengan pinggangnya. Pandan membusungkan payudaranya saat mulut Santo mengejar buah ranum itu.
“ouhh, sedot banggg, sedottthh, ahh enakkkk…”
Tangan Pandan membelai –belai belakang kepala Santo yang tengah asik menyusu di dadanya. Sesekali Pandan dan Santo menahan nafas saat mendengar suara langkah – langkah kaki yang mendekat kemudian menjauh. Nafsu Santo dan Pandan menggelegak di tengah rasa cemas kalau-kalau perbuatan terlarang itu sampai ketahuan. Suasana yang kembali hening seolah menjadi lampu hijau bagi Santo untuk kembali mencumbui buntalan payudara Pandan. Mulutnya melumat dan mengecupi buntalan payudara Pandan bagian kanan tanpa ada satu incipun yang terlewati, susu Pandan sebelah kanan basah oleh keringat bercampur liur Santo. Setelah puas menggeluti payudara bagian kanan kini Santo memindahkan serangannya mengemut-ngemut susu Pandan bagian kiri. Pandan hampir tidak sanggup menahan pekikannya saat lidah Santo menggeliat liar menggelitiki putting susunya yang keras meruncing.
“ahhhh, hssssshhhh…” Pandan mendesis sambil mengangkang lebar, wajahnya tampak renyah saat helm Santo menggesek-gesek belahan vaginanya, mirip seperti sedang menggesek kartu kredit, Santo menusuk sedikit kemudian mencabut kembali batangnya , Pandan merengut.
“ihh Abang, jangan dimainin kaya gitu dong,”
“abis harus digimanain ?”
Pandan terdiam dan tertunduk malu. Santo smith mengecup bibir Pandan yang merekah saat si jelita mengambil nafas, ditariknya lengan Pandan berdiri di tengah ruangan. Kemudian Santo mengambil posisi duduk di pinggiran ranjang sambil memangku Pandan dan menempelkan kepala tititnya pada belahan vagina gadis itu, diamblaskannya sebatas leher titit.
“nahh, nyangkut deh he he he..”
“Masukin bang!”
“loh koq minta Samidukin sih, kan udah masuk”
“ehh, emmm, maksudh Pandanaa, emmm, itu..”
“lebih dalem maksudnya ??”
Pandan mengangguk dan Santo tersenyum.
“tinggal diturunin aja memeknya, masukin sendiri, ayo..coba, Pandan pasti bisa..”
Santo mulai mengarahkan Pandan agar belajar “bermain”, nafsu bercampur malu, seperti itulah perasaan yang dirasakan oleh Pandan. Santo terus membujuknya menawarkan secangkir cawan kenikmatan, beranikah Pandan untuk mereguk secangkir cawan kenikmatan yang disodorkan oleh Santo? karena Pandan tidak bergerak, gairahsex.com Santo memutuskan untuk mulai membantunya, tangan Santo mencekal pinggang Pandan kemudian menarik pinggang gadis itu ke bawah. Wajah jelita Pandan terangkat ke atas saat bibir vaginanya turun menyusuri batang Santo yang besar dan panjang.Cerpen Sex
“abanggg, aaaaaahhhh,a hhhhhh, nnnhh ahhhhhh”
Tangan Pandan berpegangan pada pundak Santo, dengan susah payah ia menyembunyikan batang besar itu di dalam kepitan liang vaginanya,
Dengan sabar Santo membimbing Pandan, ditopangnya pinggang dan pungung Pandan yang melenting-lenting kebelakang saat gadis cantik itu belajar untuk menaik turunkan pinggulnya. Si jelita semakin berani mereguk secangkir cawan kenikmatan, pinggulnya bergerak dengan cepat naik turun kemudian bergoyang ke kiri ke kanan. Terkadang ia memadukan gerakannya dengan mengayak titit besar Santo di dalam liang vaginanya. Tubuh Pandan duduk melompat-lompat di pangkuan Santo sementara batang lidahnya terjulur keluar menyambut lidah Santo. Rasa nikmat semakin terasa saat dua batang lidah saling mengait dan bergelut, kecupan , hisapan dan kuluman turut meramaikan suasana erotis di dalam kamar Pandan.
“Ceefffhhh,, plepppphh Pefffhhhh…”
Vagina Pandan berdecak keras saat gadis itu menaik turunkan pinggulnya, Santo merengkuh tubuh Pandan saat si jelita seperti terperanjat disengat arus listrik kenikmatan. Nafas Pandan terputus-putus dan tubuh moleknya terkulai lemas, Santo membaringkan tubuh Pandan di tengah ranjang. Si dower kembali menggeluti tubuh Pandan yang berpeluh kali ini dengan sangat lembut seakan – akan ingin lebih menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh molek Pandan. Santo dan Pandan saling berpandangan, Santo terpesona oleh kecantikan dan kejelitaan Pandan, sedangkan Pandan terhipnotis oleh keperkasaan dan stamina Santo.
Bibir Santo mengecup lembut bibir Pandan, begitu lembut dan lama hingga Pandan sesak nafas apalagi saat Santo memangut dan mengulum-ngulum bibir mungilnya, jantung Pandan berdetak keras tak teratur saat batang lidah Santo turut beraksi mengaduk-ngaduk di dalam mulutnya. Batang lidah Pandan mengeliut menyambut batang lidah Santo, saling kulum dan saling menghisap lidah menjadi keasikan tersendiri bagi keduanya. Liur yang belepotan di sekitar bibir dan dagu menjadi penambah daya rangsang bagi kedua insan yang sedang asik bercumbu.
“ihhh, Bang Santor, ahhh…hhsssshhh sssshhhh”
Pandan sengaja mengangkat wajahnya ke atas, dengan rela Pandan memberikan ruang lebih di bagian leher agar mulut Santo dapat mencumbu dan menghisapi batang lehernya. Polesan batang lidah Santo membuat Pandan sering mendesah dan merintih lirih, bekas-bekas cupangan semakin banyak menghiasi leher Pandan yang berpeluh, kecupan kecupan lembut Santo merambati leher, dagu dan rahang Pandan.
“ck ck ck, empuknya..”
Mata Santo menatap tajam sepasang payudara Pandan bergerak indah seirama dengan nafas gadis itu. Puting meruncing berwarna merah muda menghiasi buah ranum milik Pandan, lidah Santo menggapai putting susu Pandan, mengelus dan menggelitik hingga Pandan mendesis – desis keenakan, tubuh Pandan menggelepar menahan nikmat saat mulut Santo mengemut lembut puncak payudaranya.,
“nyottt..!! nyootttt..!! dan NYOOOTTT…!! NYOOTTT..!!” porsi emutan mulut Santo semakin kuat hingga tubuh Pandan melenting-lenting, mulut Santo bukan hanya menghisap puncaknya saja namun buntalan susu Pandan juga tak luput dari keganasan mulutnya. Bekas-bekas hisapan kemerahan menjadi saksi betapa ganasnya Santo menggeluti sepasang buah ranum milik Pandan yang menggairahkan.
“Abangg, Pandan capek nihh…nnnnhhh”
Santo memposisikan Pandan tidur menyamping, diangkatnya tungkai kaki Pandan sebelah kanan hingga tergantung di udara setelah itu ia mengambil posisi merapat. Batang tititnya mengincar liang anus si jelita dan Jrebbb. Pandan tersentak, tubuhnya terguncang hebat, bibirnya yang mungil berkali-kali menyengir menahan nikmatnya disodomi oleh Santo. Punggung Santo tertekuk mirip seekor udang, sambil mengenyoti susu kanan Pandan, Santo memacu batangnya dengan cepat dan kuat, rengekan rengekan Pandan membuat Santo semakin cepat menggempur liang anus si jelita.
“Unhh unhhh, nnngeehhh.., aw,aww awwww, “
“Pandan arrrhhh Pandan aaa, ouggghh enaknya memekkk, .”
“Banggg, aduh banggggg. – ABANGgghh Crrruttttt…..”
Kain seprei yang menjadi alas pun basah menampung keringat dari dua anak manusia yang tengah dilanda nafsu liar. Keluhan – keluhan Pandan dibarengi geraman gemas Santo yang asik menembakkan batangnya menyodomi anus gadis cantik itu. Pandan merintih keras saat Santo mencabut titit dan menjejalkan batang besar itu pada belahan bibir vaginanya. Rasa nikmat mengiringi terkuaknya bibir vagina dan masuknya batang besar panjang yang menyumbat liang vaginanya sedalam mungkin.
Tusukan tusukan gencar merobohkan Pandan dalam waktu yang relatif singkat, berkali-kali liang vagina Pandan mengempot menyedot batang titit Santo saat gadis cantik itu meraih kenikmatan dan berkali-kali juga batang titit Santo bertahan sambil terus bergerak merangsek dan menggali kenikmatan hingga melampaui batas daya tahan Pandan yang semakin surut. Gerakan sodok dan merojok semakin kasar dan akhirnya Santo menjejalkan batang tititnya dalam dalam hingga Pandan melenguh keras. Posisi bercinta kini berganti, Santo tidur terlentang sambil membantu vagina Pandan untuk naik ke atas tanduk besar di selangkangannya.
“nnnhh. Nnnhhhh. Ahhhhhhhhhhhhh….” suara desahan panjang menghiasi tenggelamnya batang titit Santo ke dalam belahan vagina Pandan. Dengan sekuat tenaga Pandan mengerahkan seluruh kemampuannya, tubuhnya terasa letih namun rasa nikmat itu seolah memaksanya untuk terus bergerak, tubuh Pandan terlompat-lompat saat liang vaginanya ditanduk oleh titit Santo. Suara nafas si jelita terdengar memburu tak beraturan, dan akhirnya Pandan mengeluh keras, ia membungkuk hingga wajahnya tenggelam di dada Santo. Tubuh molek Pandan mengejat kejang, batang Santo semakin hebat mengoyak-ngoyak liang vaginanya yang peret, denyutan puncak klimaks kembali datang dalam waktu yang tidak begitu lama, lagi dan lagi, hingga Pandan terlungkup lemas mengalami sensasi dahsyat multi orgasme, terdengar suara rintihan lirihnya saat mengalami kenikmatan yang berlebih.
“aduhhh baaaaaaaaaaaaaangggg.!! Crrut crutttt crrrrrr cretttt…”
“AUrrrrrrrhhh srrottttttt… croottt crotttttttt…KECROT..!OA-HHHH.!!”
Santo menggeram keras saat spermanya muncrat mengisi liang vagina si jelita. Antara sadar dan tidak Santo merasa seperti ada yang mengecup pipinya, sebuah suara merdu berbisik di telinganya
“selamat tinggal, kasih.., jaga Pandan baik-baik ya, cuppp”,
Di antara rasa lelah Santo membuka mata, ia masih sempat melihat sesosok bayangan menembus dinding kamar. Kekuatan batu bertuah melindungi bayangan Pandan yang berkelebat di siang hari. Dengan mesra Santo memeluk tubuh Pandan, sebuah senyum kepuasan menghiasi wajah si jelita yang tertidur pulas kecapaian di dadanya. Si dower memejamkan mata sambil mengusapi punggung Pandan yang masih basah berkeringat. Batang besarnya masih terselip di antara belahan vagina Pandan yang mungil.
******************************
2 tahun kemudian…
Santo berjalan santai di lokasi yang bagi sebagian orang terasa menyeramkan, namun tidak bagi dirinya. Sayup-sayup di antara hembusan angin malam telinganya seperti mendengar suara merdu seorang gadis yang berbisik mengucapkan sebuah kata “kasihku”. Santo menengok ke arah suara itu, sebuah senyum getir melintas di wajahnya saat ekor matanya hanya menangkap kegelapan diiringi terpaan angin malam. Ia tahu tidak mungkin lagi untuk menjumpai Pandan di tempat itu. Pandan sudah beristirahat dengan tenang di alamnya.
From Santo Smith to Pandan :
Tell me when will you be mine
Tell me quando quando quando
We can share a love divine
Please don’t make me wait again
When will you say yes to me
Tell me quando quando quando
You mean happiness to me
Oh my love please tell me when
Every moments a day
Every day seems a lifetime
Let me show you the way
To a joy beyond compare
I can’t wait a moment more
Tell me quando quando quando
Say its me that you adore
And then darling tell me when
Every moments a day
Every day seems a lifetime
Let me show you the way
To a joy beyond compare
I can’t wait a moment more
Tell me quando quando quando
Say its me that you adore
And then darling tell me when
Whoa lover tell me when
Oh darling tell me when
Oh come on tell me when
Yea tell me when
Memang tidak dapat dipungkiri lagi kalau cinta itu telah meninggalkannya, namun cinta yang tidak terlupakan itu juga telah menganugrahkannya sebuah cinta yang lain. Tangan kanan Santo menggandeng pinggang seorang gadis yang kini menjadi istrinya, ia menoleh ke arah gadis itu. Sebuah senyum mengembang menghiasi wajah seorang gadis berparas cantik jelita bernama Pandan. Pandan mengelus perutnya yang membuncit sementara Santo mengecup lembut keningnya, keduanya saling menatap dengan mesra dibawah kerlipan bintang yang berkedip-kedip nakal.
TAMAT… Sekian cerita dua dunia si Santo Smith