Perkenalkan namaku Andre kejadian ini terjadi kira kira 1 tahun yang lalu dimana tunangan temanku aku entot puas aku bisa menikmati tubuhnya, sebut saja Vhira dia adalah tunangan dari teman aku Edi,
Cerita Sex Cepetan Masukin
Tepatnya hari sabtu malam dimana adeknya Edi yang namanya Deni sedang maen ketempatku untuk pinjam motor buat menjemput temannya di stasiun, tetapi adeknya Edi itu saat maen kerumahku tunangannya Edi diajak katanya di rumah sepi gak ada siapa siapa.
Mana aku boleh tolak tawaran itu, Vhira menunggu di rumahku sedangkan adeknya Edi meluncur ke stasiun kereta, sebelumnya aku belum kenal sama Vhira, aku melihat wajahnya sungguh cantik dan menawan, jantungku berdebar debar saat aku berjabat tangan dengannya, bibir yang tipis dan menggoda itu membuat anuku tegang, payudaranya juga besar pokoknya Top markotop deh.
Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
“Heh..! Kok malah bengong Ndree..!” kata Deni sambil menepuk pundakku.
“Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku.
“Ndree, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Vhira.., kalo si andre macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi.
Vhira hanya tersenyum saja.
“Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.
“Mo minum apa Vhira..?” kataku melepas rasa maluku.
“Apa aja deh Ndree. Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum.
“Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas. Akhirnya kami mengobrol tidak menentu
Sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
“Udah deh Vhira.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana.
“Kalo sekali sih nggak apa Ndree, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Vhira dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Vhira, siapa tau dugaan Kamu salah, ” kataku.
“Tau ah.., jadi bingung Aku Ndree, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!” potong Vhira.
“Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos. Vhira tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu udah punya pacar Ndree..?” tanya Vhira.
“Eh, belom.. nggak laku Vhira.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong.
“Ah bohong Kamu Ndree..!” ucap Vhira sambil mencubit lenganku. Seerr..! Tiba- tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah.
Sepertinya si Vhira melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Vhira..? Minumannya sudah habis juga..?” katak u pura-pura bodoh.
“Ndree, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Vhira seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Vhira..?” jawabku.
“Aku.., Aku.. pengen bercinta Ndree..?” pinta Vhira. “Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku.
Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.
Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku,
“Aku pengen bercinta sama Kamu, Ndree..! Puasin Aku Ndree..!” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku.
Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan
“Aahh Ndree..!” Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
“Ndree.., buka dong bajunya..!” katanya manja.
“Bukain dong Vhira.., ” kataku. Sambil menciumiku,
Vhira membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya,
“Akhh.., Vhira.” Kemudian Vhira mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.
Vhira melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali.
Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. “Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.
Vhira sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku. “Auwww.., sakit dong Vhira..!” kataku sambil agak meringis. Vhira seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya.
Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya, “Rev, Aku mau keluar.. akhh..!” Vhira cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya,
“Croott.. croott..!” Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Vhira. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Vhira kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya, sampai akhirnya dia telanjang bulat.
Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku. “Puasin Aku Ndree..!” katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang.
Aku lalu mendekatinya, tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya. Dia mendesah keenakan, “Aahh..!” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya.
Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya. “Okkhh..! andre sayang, terus Ndree..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Vhira mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris.
Vhira semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.
“Aakkhh.. Ndree.., ” Vhira menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku. Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah.
Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya. “Ndree..! Masukin Ndree..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu. Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
“Udah dong Ndree..! Cepet masukin..!” katanya manja. “Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul.
Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah.
Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku. “Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri. “Aaakkhh Ndree..!” desah Vhira. Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Vhira.
Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Vhira sambil tangannya memegang kedua pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Vhira mengejang,
“Aaakkhh…!” Ternyata Vhira sudah mencapai puncaknya duluan. “Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Vhira. “Aku masih lama Vhira.., ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Vhira ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Vhira melingkar di pinggangku.
Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Vhira. “Aakkhh Vhira.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Vhira hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya.
Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.
“Aahh Vhira.., Aku hampir keluar.., ” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Ndree..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..!” kata Vhira sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.
Goyangan pantat Vhira semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Vhira, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya,
“Aaakkhh…!” jerit Vhira sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Vhira.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Vhira. Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Ndree..!” puji Vhira.
“Kamu juga Vhira..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan. Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Vhira keburu datang. dan tak lama berselang aku pulang.