Malam sudha memperlihatkan gelapnya, dimana 2 cewek yang bernama Hana dan Anisa keluar untuk jalan jalan di mall yang mana terletak dengan kampusnya di Bandung, mereka berdua berstatus sebagai mahaiswi di bandung, karena sekarang sudah liburan semester teman teman hana dan anisa kebanyakan pulang kampung, tapi mereka memilih untuk tidak pulang soalnya juga bingung mau apa kalau sudah di rumah.
Cerita Sex Tangisan Para Cewek
Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.
Hana saat ini berusia 26 tahun, sementara Anisya baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Hana dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anisya memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut.
Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.
Hana saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisya yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.
Sesampainya di kost, Hana langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisya mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar,
Hana begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Hana sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.
Hana tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat biSetiawanya dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara.
Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana jeans.
Wajah mereka khas, usia mereka sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Hana kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya.
Yang membangunkan dia bernama Setiawan dan satu lagi bernama Thomas atau sering dipangil Ganang. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.
Memang beberapa waktu yang lalu Hana dan Anisya dikenalkan oleh Henry kepada Setiawan dan Ganang. Karena dengan setengah memaksa Henry, Setiawan dan Ganang ingin dikenalkan dengan Hana dan Anisya yang waktu itu baru pulang dari kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Hana dan Anisya.
Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Hana dan Anisya lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Setiawan dan Ganang. Dan yang membuat hati Hana menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Setiawan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anisya yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.
Anisya sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Setiawan yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisya yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian menjilati leher Anisya.
Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”
Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisya dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.
Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Setiawan bermain di dalam rongga mulut Anisya.
Sementara itu Ganang yang berada di samping Hana berkata kepada Hana, “Hei, elo sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil mengelus-elus kepala Hana.
Hana mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Hana pun mulai pucat.
Lalu Setiawan yang masih memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, “Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Anisya berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.
Sambil menangis Hana memohon belas kasih, “J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”
Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakk..!” si Setiawan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.
Dengan paksa Anisya dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”
Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisya membuka celana Setiawan dan begitu dia menurunkan celana dalam Setiawan tampaklah kemaluan Setiawan yang telah membesar dan menegang.
Tanpa membuang waktu Setiawan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisya yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisya.
“Hhmpp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anisya saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Setiawan.
Ganang juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisya, menyuruh Anisya mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan.
Batang kemaluan Ganang tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Setiawan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Ganang.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Setiawan.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Ganang.
Beberapa lama kemudian nampak tubuh Setiawan menegang, seluruh badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Setiawan akhirnya berejakulasi di mulut Anisya.
Cairan putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisya terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Setiawan di kepalanya.
Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisya, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.
“Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Ganang sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.
Kali ini Ganang duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisya berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anisya terpaksa menuruti kemauan Ganang itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Ganang mendengus keenakan. Sementara itu si Setiawan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.
Seketika itu Anisya kaget dan, “Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..!” Anisya pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Setiawan di kemaluan Anisya.
“Ayo anjing.., kocok terus barang gue..!” bentak Ganang sambil menampar kepala Anisya.
Kembali Anisya mengocok kemaluan Ganang sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Setiawan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.
Sekitar 10 menit dikocok, Ganang memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anisya. Kali ini Anisya sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Ganang jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anisya dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.
“Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.
Setiawan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisya.
“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Setiawan.
Anisya hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Hana bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Hana meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksi Hana si Setiawan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang gue entot..! Hahaha..!”
Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisya, kali ini Setiawan merentangkan tubuh Anisya di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anisya.
“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Hana. Ampun Bang..!” pinta Anisya sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Ganang membantu Setiawan dengan memegangi kedua tangan Anisya.
Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anisya yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisya terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.
Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anisya, Setiawan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu.
Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anisya mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisya.
“Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisya merasakan sakitnya.
Rupanya teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan semangat Setiawan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisya pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya hanya pasrah mengikuti irama Setiawan dan kedua tangan Anisya pun kini sudah dilepas oleh Ganang.
Selama beberapa menit disetubuhi oleh Setiawan, tiba-tiba badan Anisya menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Setiawan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali. Setiawan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisya.
“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rSetiawanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Setiawan sambil menarik rambut Anisya.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisya menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!”
“Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Ganang.
“I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Hana yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian si Setiawan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisya gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anisya hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisya berteriak memilukan, “Aaakkhh..!”
Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisya hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.
“Ooughh..!” Anisya mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, “Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Kini Setiawan meyodomi Anisya dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisya menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Setiawan.
Tidak beberapa lama Setiawan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anisya dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anisya, sementara Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!”
Namun Setiawan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini ditelentangkannya Anisya dan kembali Setiawan meniduri Anisya dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisya yang telah lemas itu, dan kembali Setiawan menggenjot tubuh lunglai itu.
Tidak lama Setiawan pun berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuSetiawan keluar dari mulut Setiawan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisya. Anisya pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisya pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.
Dengan perasaan puas Setiawan pun merebahkan badannya di samping Anisya yang tergeletak tidak bergerak.
“Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisya.
Sesudah itu kini Ganang yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Hana yang masih terikat lemas di kursinya.
“Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Hana hingga Hana yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya.
“Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Hana berteriak.
Kemudian dia menarik dan meletakkan tubuh Hana mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos lengan panjang yang dikenakan oleh Hana. Nafas Hana tersentak ketika dengan cepat Ganang dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya.
Sekarang Hana hanya memakai celana dalamnya yang berwarna putih serta sepSetiawang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.
“Hmph.., hmph..!” Hana meronta sambil memandang Ganang dengan putus asa, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi.
Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat.
“Diem brengsek..!” kata Ganang, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Hana, membuat kepala Hana tersentak.
Kemudian ia membuka ikatan Hana dan membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu dia merentangkan kedua tangan Hana serta melebarkan kedua kaki Hana hingga posisi Hana kini seperti orang merangkak.
Hana hanya dapat pasrah mengikuti kemauan Ganang. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biSetiawanya digunakan Hana dan Anisya untuk berdandan sebelum pergi kuliah.
Leim lalu merobek celana dalam Hana dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Hana dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya Ganang sedang mengagumi dirinya.
“Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!”
Ganang menampar pantat sekal Hana yang sebelah kiri yang membuat Hana menjerit kaget.
Lalu tanpa menunggu lagi, Ganang yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Ganang hanya membiarkan topi yang masih tetap membungkus kepala Hana dan sepSetiawang kaos kaki putih yang masih dikenakan Hana, mungkin ini dapat membuat nafsu Ganang semakin menjadi.
Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Hana jadi nampak cantik dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.
Kemudian Ganang menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Hana lewat belakang.
“Ooh.., ampun Pak Ganang. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Hana mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang dan memandang Ganang, Hana mencoba untuk meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Ganang terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.
Ganang tidak perduli Hana memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Hana, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Setelah tangan si Ganang memegang pinggul Hana, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Hana menjerit-jerit ketika penis Ganang mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya.
Kaki Hana mengejang menahan sakit ketika penis Ganang terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.
Bibir tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya pun tersodok-sodok. Ganang terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Hana. Ketika kepala Hana terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik kepala Hana sehingga kepalanya kembali terangkat dan Hana kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Ganang melalui cermin di depannya.
Kadang-kadang Ganang menampar pantat Hana berulang kali, juga dilihatnya payudara Hana yang tersentak-sentak setiap kali Ganang menyodok penisnya ke dalam vagina Hana dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih.
Tiba-tiba Ganang mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Hana langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat.
Tapi tiba-tiba Setiawan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Hana sampai ke pintu depan.
“Ahh, tolong! Tolompphh..,” teriakan Hana dibungkam oleh tangan Setiawan, sementara itu Ganang mendekat dan memukul Hana dengan keras.
Hana pun jatuh terjelembab ke lantai.
“Dasar Bandel ya..!” ujar Ganang.
Kemudian Ganang mengikat tangan Hana menjadi satu ke depan. Setelah itu, Hana didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Ganang memasukkan penisnya ke mulut Hana.
“Mmpphh..!” Hana mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.
Sementara itu Ganang dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Hana. Kedua tangan Ganang memegang kepala Hana dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Hana tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.
Setelah beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Hana, terlihat tanda-tanda Ganang akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Hana semakin cepat.
Dan, “Akkh.. Croot.., croot..!” Ganang berejakulasi di mulut Hana, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Hana.
Hana hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Ganang tadi, sementara pegangan tangan Ganang di kepala Hana semakin kencang, sehingga sulit bagi Hana untuk menarik kepalanya.
Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Ganang mencabut kemaluan dari mulut Hana yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas puas Ganang mencapakkan kepala Hana hingga telentang di kasur.
“Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal ini..!” tiba-tiba terdengar suara Setiawan yang sudah berada di samping Hana.
Hana memandang Setiawan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Setiawan memperlakukan Anisya hingga pingsan.
Kemudian Setiawan menoleh ke Ganang yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi.
“Ja.. jangan, jangann.. Bang Setiawan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. RSetiawanya ssakit.., kasihani saya Bang..!” ujar Hana memelas kepada Setiawan.
“He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!”
Setiawan menarik tubuh Hana hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.
Setelah itu dia membuka belahan pantat Hana lebar-lebar.
“Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Setiawan. Ampun..! Aakkhh..!”
Setiawan mulai mendorong masuk, sementara Hana mejerit-jerit minta ampun. Hana meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah gairah Setiawan untuk terus mendorong masuk penisnya.
Hana terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Setiawan masuk ke anusnya.
“Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Hana, ketika Setiawan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.
“Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!” kata Setiawan sambil mengusap-usap buah pantat Hana.
Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Setiawan sambil terus memompa kemaluannya.
Tangisan Hana makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”
Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.
“Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!” ujar Setiawan sambil terus menyodomi Hana.
Hingga akhirnya tubuh Setiawan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas, cengkraman tangan di pinggang Hana pun semakin keras dan urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.
Setiawan berejakulasi di lubang pantat Hana yang semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Setiawan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Hana yang juga terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.
Suara yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Hana, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Ganang kembali bangkit nafsunya.
Ganang berjongkok membalikkan tubuh Hana yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Hana, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.
Kini posisi Hana telah siap untuk disetubuhi, Ganang meraih penisnya yang telah kembali tegang dan memeganginya, memandang ke arah Hana yang memalingkan wajahnya dari Ganang, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat dan air mata.
Ganang mengarahkan penisnya ke vagina Hana, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Hana. Hana mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Ganang nampak menikmati jeritan Hana ketika dia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan cairan vaginanya.
“Aahhgghh..!” Ganang mulai memperkosa Hana.
Kaki Hana terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Ganang mulai bergerak dengan keras di vagina Hana. Ganang menarik penisnya sampai tinggal kepalanya di vagina Hana sebelum didorong lagi masuk ke dalam rahimnya. Ganang semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam rahim Hana.
Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Hana pun lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Hana oleh Ganang, sehingga tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Hana.
Kini pada setiap hentakan membuat rambut indah Hana tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Hana, bibir Ganang kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Hana yang tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Hana.
Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Hana pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya telah lemah dan semakin kepayahan.
Akhirya badan Ganang pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Ganang berejakulasi di rahim Hana. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Ganang nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah Hana yang telah kepayahan dan lunglai itu.
Ganang mengerang kenikmatan di atas badan Hana yang sudah lemah yang sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak.
“Aauughh.. oh..!” Hana pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anisya temannya yang terlebih dulu pingsan.
Badan Ganang menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Hana gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.
Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Hana yang tergelatak di bawahnya. Ganang pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Hana yang tergolek lemah.
Begitulah malam itu Setiawan dan Ganang telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik itu.
Pagi itu saat Setiawan dan Ganang sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry yang juga teman Setiawan dan Ganang.
“Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry.
Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak.
“Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry.
Tanpa menjawab, Ganang dan Setiawan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.
Saat Ganang dan Setiawan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.
Memang rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anisya dan Hana yang sudah tidak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya.