Cerita Seks – Anak Buah Orang Tuaku Memuaskanku – Perkenalkan nama saya Har, berasal dari suatu* kota J. Sekarang ini saya bekerja di suatu* perusahaan di J. Adapun cerita* ini terjadi tidak cukup* lebih 6 tahun yang lalu ketika* saya masih kuliah tingkat akhir di kota yang sama.
Sebagaimana kelaziman* kota-kota di Jawa Tengah dimana masyarakatnya hidup saling membantu, demikian pun* dengan family* saya. Sebagai salah seorang yang memiliki status* relatif tinggi di kantor-nya, bapak saya memiliki sejumlah* anak buah, yang pada ketika* ada acara-acara keluarga laksana* syukuran, arisan, dll datang ke lokasi* tinggal* untuk menolong* tanpa diminta sekalipun.
Dari sejumlah* anak buah bapak saya yang sering berangjangsana* itu terdapat* seseorang yang tidak jarang* saya perhatikan, sebutlah namanya Mbak Ati yang berusia tidak cukup* lebih 5 tahun diatas saya. Orangnya biasa-biasa saja, tidak terlampau* cantik bahkan, namun* menurut* keterangan dari* saya mempunyai* sex appeal yang tinggi.
Perawakannya, menurut* keterangan dari* istilah Jawa lencir, dengan kata lain* badan agak kurus tetapi* tinggi semampai dengan buah dada tidak begitu besar namun* mengkal. Dari sejumlah* kedatangan ke lokasi* tinggal* saya itulah saya semakin akrab dengan Mbak ati, yang untungnya pun* sangat supel guna* bergaul dengan siapa saja, mungkin pun* karena saya anak boss-nya.
Sebagai informasi, Mbak Ati berasal dari kota B yang berjarak 50 km dari kota saya, sampai-sampai* di kota J tersebut* dia ngekos dan masing-masing* akhir minggu me*sti bolak-balik guna* menjenguk suami dan anaknya yang darurat* ditinggal di kota B. Adapun suaminya bekerja di suatu* perusahaan ekspedisi, dan di kota B suami dan anak Mbak Ati tinggal bareng* dengan orang tua Mbak Ati.
Kejadian antara saya dengan Mbak Ati bermula* dari kedatangan Mbak Ati bareng* salah seorang rekan* kantornya, yang terus cerah* saya tak sempat* namanya ke rumah. Hari dan tanggal-nya pun* saya lupa, hanya* yang saya ingat ialah* hari itu ialah* selang sejumlah* hari sesudah* lebaran. Pada siang tersebut* saya sedang sendirian sedang di* rumah, dimana saudara-saudara dan orang tua saya sedang bepergian. Maklumlah saat tersebut* saya sedang mengerjakan* penulisan skripsi sehingga tidak sedikit* waktu di rumah.
“Bapak-Ibu terdapat* Mas” tanya Mbak Ati yang mempunyai* sex appeal tinggi
“Enggak terdapat* Mbak” jawab saya, sambil menjelaskan* bahwa kedua orang tua saya sedang pergi sejak* pagi, sehingga barangkali* siang ini telah* pulang.
“Apa inginkan* ditunggu?” tawar saya untuk* mereka.
Mereka kemudian* mengangguk setuju dengan asumsi orang tua saya akan kembali* +/- 1 jam lagi.
Kemudian mereka masuk dan duduk lesehan di ruang keluarga lokasi* tinggal* saya. Sebagai seorang tuan lokasi* tinggal* yang baik, saya bermukim* mereka sebentar guna* membuatkan minuman dan menyuguhkan makanan ringan. Setelah tersebut* kami ngobrol ngalor-ngidul seraya* nonton TV yang sedang di* ruangan tsb.
Selang 15 menit lantas* teman Mbak Ati pamit guna* ke belakang sebentar, sampai-sampai* tinggallah kami berdua. Sebagai seseorang laki-laki yang udah lama menyimak* dan ada peluang* berdua dengan Mbak Ati, saya keluarkanlah segala kenekatan saya. Sampai kini* saya tidak jarang* kali* tersenyum sendiri menilik* hal tsb. Saya dekati Mbak Ati dengan deg-degan.
“Mbak?” tanya saya,
“Apa?” jawab Mbak Ati
terus diam sebentar, setelah tersebut* ..
“Boleh cium enggak?” kata saya tiba-tiba,
saat tersebut* Mbak Ati diam aja, ya udah saya anggap berarti boleh.
Kemudian saya cium pipinya kanan kiri berulang kali.
Mbak Ati cuman berbicara* “ati-ati bila** kelihatan temen lho, khan gak enak”.
Demi kehati-hatian pula saya kemudian* ke belakang guna* memantau kegiatan* temen Mbak Ati. Setelah merasa aman, sebab* temen tersebut* buang air besar maka saya pulang* lagi ke ruang keluarga.
“Aman kok Mbak” cerah* saya sambil menyatakan* keadaan.
Kemudian saya ciumin lagi pipinya sekali lagi, setelah tersebut* saya tingkatkan menghirup* bibirnya. Seperti biasa, kesatu*-tama terdapat* perlawanan dari Mbak Ati yang mempunyai* sex appeal tinggi, mungkin sebab* kaget. Namun demikian setelah tersebut* bibir dan lidah kami saling berpagutan. Yang saya ingat masa-masa* itu ialah* lipstik yang dikenakan Mbak Ati nempel di bibir saya, sampai-sampai* saya me*sti mencuci* dengan kaos saya hahahaha.
Sambil mengungkapkan kekaguman saya akan format* tubuhnya yang lencir, tidak tak sempat* tangan saya lantas* menjelajahi buah dadanya dari luar. Ukurannya tidak begitu besar, barangkali* 34A, tetapi* masih mengkal. Tidak puas dengan itu, tangan kanan lantas* saya masukkan ke dalam BH-nya seraya* memilin-milin putingnya. Karena ini empiris* kesatu*, memang rasanya susah* untuk dilukiskan. Pokoknya benar-benar baru memegang sesuatu yang lunak* dan kenyal.
Mengingat kami me*sti berati-hati supaya* tidak ketahuan teman-nya Mbak Ati, maka saya menyimpulkan* untuk menghentikan serangan. Saya anggap urusan* tsb lumayan* sebagai awalan, yang urgen* Mbak Ati yang mempunyai* sex appeal tinggi enggak menolak bila** saya cium dan pegang buah dadanya.
Setelah menantikan* selama 1 jam, dimana kedua orang tua saya pun* belum kembali, maka Mbak Ati dan temannya menyimpulkan* untuk kembali* sambil berpesan supaya* menyampaikan untuk* ortu bahwa mereka berdua tadi sudah* datang berkunjung.
Selang sejumlah* waktu sesudah* kejadian itu, Mbak Ati yang mempunyai* sex appeal tinggi masih sering berangjangsana* ke lokasi* tinggal* saya guna* sekedar menolong* acara family* atau kantor, maupun sebatas* main-main. Oh iya Mbak Ati memiliki kegemaran* fitnes di suatu* tempat yang berjarak 200 meter dari lokasi* tinggal* saya, sampai-sampai* setelah berlalu* sering main ke rumah.
Selang sejumlah* bulan lantas* baru terdapat* kejadian yang tidak cukup* lebih sama dengan kejadian diatas. Hal itu dibuka* dengan nyaris* berakhirnya masa berlaku SIM saya. Mengingat terdapat* saudara Mbak Ati yang bekerja di kepolisian, maka pada ketika* mengurus perpanjangan SIM, saya meminta pertolongan* Mbak Ati yang mempunyai* sex appeal tinggi. Dan Mbak Ati-pun menyetujuinya.
Beberapa hal* yang sehubungan* dengan administrasi telah ditamatkan* oleh saudara-nya Mbak Ati, dimana saya melulu* perlu datang guna* pengambilan potret* saja. Karena saya belum kenal dengan saudara-nya itu, saya datang bareng* dengan Mbak Ati yang mempunyai* sex appeal tinggi dengan terlebih dahulu saya jemput dia dengan mobil ke kantornya.
Setelah foto, Mbak Ati meminta pertolongan* saya guna* mengantar dia ke sebuah* tempat yang cukup* jauh untuk sebuah* urusan yang penting, mumpung terdapat* mobil katanya. Adapun SIM yang nyaris* jadi nanti akan dikirimkan* oleh dia sendiri ke rumah.
“Wah peluang* lagi nih” pikir saya agak nekat lagi. Kemudian saya ajak ngobrol tentang* kejadian yang sudah* kami lakukan sejumlah* bulan sebelumnya. Dia menuliskan** enggak apa-apa. Jawaban beda* yang saya peroleh justeru* tidak saya duga, dimana dia menuliskan** memiliki sejumlah* koleksi majalah porno.
Tidak saya sia-siakan tawaran itu, lantas* kami ke kos Mbak Ati terlebih dahulu memungut* majalah tsb. Didalam mobil seraya* menyetir saya melihat-lihat majalah tsb. Mbak Ati menyaksikan* sambil senyum-senyum. Namun sebab* saya pikir menyaksikan* majalah-nya dapat dilaksanakan* di lokasi* tinggal* saja, maka usahakan* saya lebih memanfaatkan peluang* berdua yang ada.
Sehingga tangan kiri saya mulai saya tempelkan ke paha Mbak Ati. Karena tidak terdapat* penolakan, maka saya teruskan sampai wilayah* pangkal pahanya. Yang saya inget waktu tersebut* Mbak Ati mengenakan 2 buah celana dalam secara bersamaan. Sehingga serangan saya agak tersendat.
Setelah dijelaskan, bahwa dia menggunakan* 2 CD, maka dengan leluasa tangan saya bisa* menyentuh wilayah* kewanitaannya. Selama perjalanan tangan kiri saya tidak sedikit* berkutat di wilayah* tsb. sampai-sampai* semakin lama semakin basah. Kadang-kadang saya tarik untuk sebatas* ganti persneling atau menghirup* bau wilayah* kewanitaan.
Woow laksana* ini ya baunya vagina. Rasanya kayak nano-nano, campur aduk. Setelah berlalu* urusannya, Mbak Ati saya antar pulang* ke kantornya. Suatu empiris* baru telah meningkat* lagi.
Malam harinya, Mbak Ati datang ke lokasi* tinggal* saya mengirimkan* SIM yang sudah* jadi, cocok* dengan janjinya pada siang tadi. Selang sejumlah* waktu sesudah* Mbak Ati datang, saya pun* tidak mengerti kenapa* semua serba kebetulan, kedua orang tua saya bakal* pergi ke acara kondangan.
Sehingga yang terdapat* dirumah bermukim* saya, Mbak Ati dan seorang adik saya yang masih kecil. Meneruskan acara siang tadi, sesudah* orang tua saya pergi, Mbak Ati saya tarik ke dalam kamar saya. Pada saat tersebut* adik saya sedang belajar di kamarnya. Dengan tidak banyak* protes, tetapi* tidak saya hiraukan, kami lantas* berciuman bibir dengan hebat. Teknik tarik unik* lidah diperkenalkan oleh Mbak Ati untuk* saya.
Rasanya benar-benar paling* mengasyikkan. Sambil mengerjakan* ciuman lidah, tangan saya bergerilya ke selama* buah dada yang tiada bosan-bosannya saya pegang dan kemudian pun* sekitar wilayah* selangkangannya.
Selang sejumlah* menit kemudian, tanpa pernah ada ucapan-ucapan* yang keluar, saya lepaskan semua* pakaian yang menempel pada tubuh Mbak Ati. Benar-benar sebuah* pemandangan yang paling* indah. Yang menjadi perhatian utama saya ialah* bentuk vagina-nya.
Benar-benar mengejutkan, tanpa terdapat* bulu yang menempel sedikitpun. Waktu saya tanya, dia membalas* semenjak kecil memang tidak tumbuh bulu sedikitpun di wilayah* vaginanya. Karena penasaran saya teliti detail wilayah* vagina-nya.
Setelah puas baru saya ciumin unsur* dalemnya. Mbak Ati cuman merintih-rintih tetapi* tidak bersuara. Baunya benar-benar kayak nano-nano, susah* untuk digambarkan. Saya yakin semua* pembaca pernah mengalaminya sendiri. Namun untuk mendapat * vagina yang tanpa bulu sedikitpun, saya pikir itu ialah* pengalaman yang langka.
Setelah puas menciumi vaginanya, saya meminta Mbak Ati untuk mengerjakan* oral terhahap kemaluan saya. sebab* itu ialah* pengalaman kesatu* rasanya benar-benar paling* mengasyikkan. Sehingga dalam hitungan menit pertahanan saya jebol. Kejadian yang tidak saya duga ialah* Mbak Ati melahap seluruh* air mani saya.
Mengingat sebab* Mbak Ati belum puas banget, sementara* saya telah* lemas, maka saya lantas* menciumi lagi wilayah* vagina Mbak Ati yang paling* antik tsb. Kurang lebih 20 menit saya ciumin dan sesudah* Mbak Ati menyampaikan* “Ahh” saya akhiri oral sex tsb.
Sadar bahwa kami tidak sendirian di rumah, maka untuk sedangkan* kami cukupkan acara pada malam tersebut* sambil saling berbisik untuk mengerjakan* hal-hal yang lebih asyik pada peluang* lain.