Kata kata terakhir yang di dengar oleh Tono sebelum pergi ke Malang untuk kuliah. Setelah lulus dari SMA Tono memutuskan untuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Tono yang selama ini tinggal dengan orang tuanya merasa sedikit khawatir, sebab selama ini dia selalu di bantu oleh Ibu nya jika ada masalah. Sejak ayahnya meninggal sewaktu Tono masih SD, dia menjadi sangat dekat dengan ibunya.
Wajah Yuli terlihat sedih melepas kepergiannya anaknya tunggal ke Malang. Yuli khawatir Tono kesusahan jika tidak ada dirinya di sana. Awalnya Yuli hendak untuk menemani anaknya itu ke Malang, tapi ada urusan pekerjaan yang ia tidak bisa tinggalkan.
‘hah bakal sepi lagi di rumah ini’ suara Yuli dalam hati melepas kepergian Tono sembari melambaikan tangan
Malang
‘Waktu sekarang menunjukkan puluk 16.00 WIB, kita sudah tiba di Bandar Udara Abdulrachman Saleh kota Malang, harap para penumpang tetap di kursi sampai lampu tanda kenakan sabuk pengaman mati, tetap matikan telefon gengam sampai ada tiba di terminal kedatangan’
Akhirnya Tono tiba di kota malang setelah 2 jam perjalanan. Tono pun tetap duduk di samping jendela sambil termenung memikirkan nasibnya di Malang. Untung saja ibunya sudah menyiapkan kos kos an dari jauh hari sehingga dia tidak perlu pusing mengenai tempat tinggal. Setelah semua penumpang turun, Tono pun segera berdiri untuk megambil koper dan turun dari pesawat.
“selamat datang di malang” sapa pramugari ramah ketika Tono turun dari pesawat
“terimakasih mba” jawab Tono membalas senyum pramugari tersebut
Sampai di terminal keberangkatan, Tono keluar, berjalan sedikit ke depan supaya bisa memesan ojek online. Seperti biasa, pasti dia akan dihadang oleh pengemudi transportasi lain jika dia naik di depan terminal.
“pak ke jalan mt haryono yah, betul ini di sini kan pak” tanya Tono ketika bertemu supir ojek menunjukkan alamat kos kosan dia
“oh iya betul mas, tempatnya di sana, pakai helmnya dulu yah mas” jawab supir tersebut sambil mengambil helm dari bagasi motor
“baru ke Malang yah mas ?” supir ojek bertanya kepadaku dalam perjalanan
“iya pak, kebetulan keterima kuliah disini” jawab Tono
“wah enak dong mas, bisa jalan jalan nanti, malem juga dingin mas, daripada di Jakarta ya an ?”
“loh kok tau pak saya dari sana” Tono terheran
“hahaham saya nebak aja mas, lagian dari penampilannya juga keliatan kok mas” jawab supir ojek sambil tertawa
Akhirnya Tono pun tiba di kosannya. Dia berdiri di depan pagar tinggi berwarna hitam dengan tulisan ‘tamu tekan bel”. Tono pun segera memencet bel tersebut. Keluarlah seorang wanita membukan pintu depan.
“permisi Bu, saya Tono, yang sudah menghubungi tadi sejam yang lalu”
“oh iya Tono yah, masuk masuk ayo ke dalam” seru ibu itu sambil merapikan rambut panjangnya yang masih basah
Kami pun masuk berjalan masuk jalan setapak menuju suatu bangunan berwarna putih dengan tanaman tanaman pot di depannya. Ibu tersebut membukakan pintu dan mempersilahkan Tono untuk masuk ke dalam.
“ayo duduk Tono, maaf saya baru mandi jadi basah begini rambutnya” ibu tersebut mempersilahkan Tono duduk di ruang tamu
“oh iya gapapa kok bu, maaf saya merepotkan” jawab Tono sambil meletakkan tas dan duduk ke sofa
Tono memperhatikan sekeliling ruangan ini. Sebuah ruangan dengan satu sofa panjang dan beberapa sofa kecil. Terdapat meja dengan gelas gelas aqua di atasnya. Di dinding terpajang foto foto ibu itu, nampaknya dengan suaminya.
“oh iya, nama saya ibu Tati, saya yang ngurus kosan di sini nanti” Tati memperkenalkan diri ke Tono sambil merapikan belahan dasternya yang turun.
“iya bu, saya Tono bu, mohon bantuannya yah bu hehe” jawab tono
“iya nanti kamar kamu di nomor 20 yah di sebelah tangga samping kamar ibu, nanti saya antar, oh iya nanti kamu juga bakal ketemu suami ibu, pak Suhanta, itu fotonya yang di gantung di dinding”
Aku pun melihan foto tersebut dengan bingung, bagaimana mungkin bu Tati ini sudah menikah, kelihatannya bu Tati masih muda, cantik, apalagi di foto itu suaminya itu sudah sangat tua, nampaknya umur mereka berbeda jauh.
“sekarang pak Anta lagi di luar kota, mungkin kembali sebulan lagi, nanti kalua ketemu jangan bingung yah” seru bu Tuti mengaburkan lamunanku
“okeh siap buu” jawab aku lantang
“ada yang mau kamu tanya gak ?”
“iya bu, disini kamarnya ada berapa ya bu ?”
“ada sekitar 40, di bawah 20, di atas 20, ini ruang tamu depan, modelnya kaya gerbang masuk gitu deh, nanti kamar kamarnya dibelakang Ton, bisa kamu lihat sendiri” jawab Tati menjelaskan
“ada peraturan jam masuk gitu bu ?”
“hii mau ngapain kamu ? hahahaha, kalau di sini tidak ada ja, nanti kamu dapet kunci depan, kunci masuk pintu daerah kosan, sama kunci kamar kamu, banyak kan kuncinya, jangan ilang yah!”
“oke bu, itu aja dulu deh”
“ya udah ayo ikut ibu, saya antar ke kamarnya” bu Tati berdiri membawa Tono ke kamarnya
‘glek’
Tono menelan ludahnya sambil mengikuti Tati dari belakang. Terlihat bentuk tubuh Tati terpampang jelas di balik dasternya, mungkin karena badannya masih sedikit basah ketika memakai daster tersebut.
“nah ini kamarnya Ton” Tati menunjukkan kamar Tono sambil menyerahkan kucinya
“oke Bu” jawab tono sambil membuang wajah
“hati hati masuknya, pintunya agak rendah, soalnya kamu kan tinggi nanti kejeduk hahaha” Tati tertawa sambil membalikkan badan
“makasi Bu” jawab Tono sambil memperhatikan kunci yang diberikan kepadanya
“oke sampai nanti ya Ton”
Tati berjalan menuju ke kamarnya. Tono masih sempat mencuri pandang Tati sebelum masuk ke dalam kamar
‘gila apa yang gw pikirin, hus hus’ Pikiran Tono sambil melompat ke tempat tidur
‘tapi gila sih badan bu Tati’
‘ah sudah lah, aku tidur dulu capek’