Legian, pukul 23’30
Disebuah kamar resort di dekat Legian, Bali. Deru nafas dua anak manusia sedang berburu kenikmatan sesaat.
“Eh..terus..da..terus” erang si perempuan
“Ahhh…eehh…ngehe” seru sang lelaki.
Tampaknya ia telah mencapai puncak kenikmatannya. Ditandai dengan semburan sperma yang memenuhi kondom yang ia pakai. Si lelaki pun berguling kesamping. Wajahnya menunjukkan kepuasan.
“Gimana say, lu puas” ujarnya sambil terengah-engah.
Si perempuan hanya mengangguk. Meskipun dalam hati ia berkata “Anget aja belum, apalagi puas”.
Hanya 5 menit kemudian, si lelaki sudah tertidur lelap diatas kasur, sementara benak si gadis dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang berkecamuk. Ia tidak habis pikir, kenapa si lelaki yang merupakan seorang pembalap, yang bisa berjam-jam menunggangi kuda besi tanpa lelah, namun bila bercinta dengannya, paling hanya mampu bertahan 5 menit saja.
Si lelaki tak lain adalah Ananda Mikola, seorang pembalap yang wajahnya cukup dikenal dan sering muncul di TV. Tetapi muncul di TV bukan karena prestasinya, melainkan karena petualangan cintanya. Ia memang sering gonta-ganti pacar dari kalangan selebritis Indonesia. Bahkan si gadis yang ada disampingnya saat ini tidak lain adalah Laudya Chyntia Bella, seorang pemain sinetron yang dengan wajah cantiknya juga sudah membintangi beberapa judul film. Bella kembali menatap wajah Ananda Mikola di sampingnya. Bella tidak keberatan walaupun tampang Ananda tidak keruan dan jauh dari tampan. Bella juga tidak keberatan walau ukuran penis Ananda hanya 10 cm, dan berdiameter selebar spidol. Namun yang membuat Bella mati gaya adalah ketidakmampuan Ananda dalam memberinya kepuasan, kalau begini terus, untuk apa ia bercinta, mendingan juga masturbasi dengan dildo, yang jelas-jelas bisa lebih memberinya kepuasan. Bella melihat jam dinding yang tergantung di kamar resort tersebut, waktu yang masih terhitung muda untuk ukuran Bali. Iapun lalu bangkit dari tempat tidur dengan hati-hati, memakai celana pendek, dan kaus singlet ketat yang tersampir di kursi. Ia hendak jalan-jalan sebentar mengelilingi legian. Sekalian untuk menghilangkan rasa “nanggung” yang melingkupi dirinya. Sampai diluar, ia naik mobil sewaan Ananda, dan mengarahkannya menuju jalan Legian, yang seperti biasa dipenuhi kendaraan dan turis yang lalu lalang. Bella mengeluarkan HP-nya dan menelpon Mina, salah seorang temannya. Mina merupakan gadis Bali asli yang dikenalnya beberapa bulan yang lalu. Meskipun baru kenal, keduanya cepat akrab, apalagi keduanya merupakan party goers, dan clubbers sejati.
“Na, dimana lu?…Oh café *****….ya udah gue kesana yah.” Bella pun menutup sambungan telepon, dan mengarahkan mobilnya menuju sebuah café dimana Mina berada.
Beberapa menit kemudian, Bella menemukan Mina yang sedang duduk di Bar, ia tampak sedang mengobrol dengan seorang turis bule. Setelah berbasa basi sebentar, Bella pun menarik Mina kesebuah meja yang terletak di sudut Café. Disana keduanya duduk dan mulai mengobrol seperti biasa, sambil sesekali diselingi gelak tawa, tak lama pembicaraan pun mengarah kepada Ananda Mikola.
“Na, sialan tuh Nanda, abis bikin gue On, eh dianya malah keluar duluan, gue jadinya nanggung kayak gini, bener- bener egois tuh cowok. Mana kecil lagi….” Ujar Bella dengan kesal.
“Oh jadi itu sebabnya lu uring-uringan, kalo masalah selangkangan sih gampang. Mau gue kenalin ama temen- temen cowok gue gak?” tanya Mina.
Mereka berdua memang terbuka masalah seks. Lagipula apa yang perlu ditutupi, toh mereka percaya satu sama lain.
“Gak ah, males gue. Masa lu nyuruh gue nidurin orang yang sama sekali gak gue kenal” kata Bella
“Yah non, ini Bali. One Night Stand udah biasa. Semua orang juga pernah.”
“Gimana kalo mereka” kata Mina lagi sambil menunjuk dua orang yang baru saja memasuki café, dan menuju bar, “Mereka beach boys loh, selain ngajar surfing, mereka juga sering dipake muasin turis-turis cewek yang datang. Jadi kalo soal keahlian terjamin deh”
“Gila luh, One night stand aja gue gak mau, apalagi threesome” kata Bella sambil menenggak wine ditangannya.
Tetapi saat itu Mina telah beranjak bangkit dan berjalan menuju dua beach boys tersebut. Mereka bertiga tampak berkasak kusuk, sambil sesekali menengok kearah Bella. Bella merasa bimbang, ia tidak biasa tidur dengan sembarang orang, tetapi dilain pihak, nafsu yang belum terlampiaskan dan pengaruh alkohol dalam wine mempengaruhi akal sehatnya.
“Bell, kenalin, ini Dika, trus yang ini Wandi” Mina beserta kedua beach boys itu rupanya telah mendekati meja Bella.
Bella mengamati kedua pria dihadapannya. Wajah keduanya tidak bisa dibilang ganteng, bahkan mirip abang- abang tukang parkir atau supir. Kulit keduanya hitam gosong terbakar matahari. Tetapi tubuh tegap berotot dan senyum percaya diri keduanya akhirnya mendorong Bella untuk mencoba sesuatu yang baru. Setelah berbasa basi sejenak, mereka berempat terlibat pembicaran ngalor ngidul karena dipengaruhi allkohol. Sampai jam pun bergerak kearah pukul 1 dini hari.
“Udah ah, boys gue balik duluan, besok mesti masuk kerja gue” kata Mina sambil beranjak pergi meninggalkan Bella, Wandi, dan Dika.
“So, Bell, kemana kita?” kata Dika
“Gimana kalo kerumah gue?” timpal Wandi sambil tersenyum.
Mulanya Bella hendak menolak tawaran itu , tapi 15 menit kemudian, ia telah berada didepan sebuah rumah sederhana, tak jauh dari café tersebut.
“Masuk Bell, kata Wandi ramah sambil membukakan pintu untuknya.
Interior rumah itu sama sederhana dengan eksteriornya. Selain beberapa hiasan dan ukuran khas Bali, di ruang tamu dan ruang tengah, hanya terdapat beberapa kursi sofa dan lemari ukiran sederhana. Belum sempat ia duduk, ia merasakan Dika memeluknya dari belakang dan menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Bella. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar juga mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudara Bella yang masih tetutup kaus singlet putih yang dikenakannya. Sementara Wandi dengan lembut menarik wajah Bella hingga bibirnya melumat bibir indah si artis. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulut bella. Sambil memejamkan mata Bella menikmati perasaan itu dengan utuh. Kuluman lidah yang, ditingkahi dengan remasan-remasan padai payudaranya membangkitkan kembali gairah yang sempat tertunda. Dika lalu menarik kaus Bella hingga terbuka. Dan terpampanglah payudara indah Bella yang masih ditutupi oleh bra berenda. Buah dadanya begitu indah. Tidak terlalu besar, tetapi begitu kencang. Pentilnya terlihat begitu kecil dan berwarna coklat muda. Payudara itu begitu putih, lembut, dan menggoda, hingga Wandi dengan tidak sabar menarik turun kedua cup Bra tersebut. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susu sebelum mulutnya mengenyot habis puting susu yang berwarna kecoklatan itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot. Bella terlihat memejamkan matanya dan menikmati setiap sentuhan yang ia rasakan. Tubuh Bella secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa saat merasakan jari-jari tangan Dika mulai menyusup ke balik celana pendek dan celana dalam yang dikenakannya. Jari jari Dika merayap mencari liang yang ada di selangkangan Bella, merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu. Kedua buah jari yang ada di dalam liang vagina Bella itu pun bergerak-gerak dengan liar.
Bella merasakan bagaimana celana pendek dan celana dalamnya ditarik turun oleh Wandi. Bra yang dikenakannya pun telah lepas, dan dilempar entah kemana. Sehingga sekarang ini ia berdiri telanjang bulat, dalam dekapan orang-orang yang tak ia kenal sama sekali. Wandi pun berjongkok dihadapannya, kedua jarinya merenggangkan liang vagina Bella hingga menganga, ia juga menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vagina si artis cantik seolah-olah sedang menyetubuhinya. Tak lama kemudian Wandi membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar vagina yang tertutup rambut itu. Sementara Dika menyusuri lekuk punggung Bella dengan kecupan dan jilatan, hingga ia akhirnya berjongkok dibelakangnya, membuka kedua bongkahan pantat Bella dan mulai menjilati anusnya. Bella merasakan kedua kakinya gemetaran, belum pernah ia merasakan sensasi seperti ini sebelumnya, hingga tak lama kemudian ia merasakan tubuhnya menegang seperti dialiri listrik, dan cairan cinta membanjir keluar dari vaginanya turun ke kaki hingga ke lantai. Ia mencapai orgasme. Sesuatu yang belum pernah ia capai selama berhubungan dengan Ananda. Padahal kedua orang tersebut hanya menggunakan mulut dan jari saja. Wandi lalu mengangkat tubuh Bella dengan mudah, dan membawanya ke ruang tengah. Ia lalu membaringkan Bella diatas karpet tebal di tengah ruangan tersebut. Wandi dan Dika lalu membuka pakaian mereka masing- masing, memperlihatkan tubuh berotot, dan penis yang tak kalah berototnya, karena dilingkari oleh urat-urat yang bergerinjal. Ukurannya mungkin hanya sekitar 18 cm, tetapi diameternya sungguh amat besar.
“Gila, gede banget, kalah jauh deh Nanda” bisik Bella dalam hati.
“Bella, katanya pacar kamu EDi (ejakulasi dini) yah, tapi tenang, kita bakalan muasin kamu habis-habisan, gratis” kata Dika sambil nyengir.
Bella merasakan pergelangan kakinya dipegang, dan betisnya ditumpangkan ke pundak Wandi. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi, Wandi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vagina Bella yang sudah basah. Perlahan Bella merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam. Rasanya penuh sekali, bahkan ia bisa merasakan urat-urat penis itu bergesekan dengan dinding vaginanya. Karena sampai saat itu, Wandi selalu berlaku lembut, Bella mengira bahwa genjotan Wandi juga akan lembut. Tetapi Bella keliru, karena Wandi justru menggenjotnya dengan kasar dan keras. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat Bella merintih dan mengaduh tak berkesudahan. Bella tak mampu menguasai perasaan nikmat di dadanya sehingga erangan kenikmatan terus terdengar dari mulutnya.
“Terus di, terus oh.. oh,enak banget… yeah, oh…, oh…, Ohh…”
Tiba-tiba saja didepan muka Bella ada sebatang penis hitam besar, rupanya Dika ingin menikmati mulut si artis cantik.
“Ayo Bell, isep” katanya
Tanpa ragu Bella segera saja memasukkan benda panjang dan berdenyut-denyut itu kedalam mulutnya. Ia segera menjilati penis itu dengan penuh semangat. Kepala penis itu pun dihisapnya keras-keras, sehingga Dika merintih keenakan.
“Ahh…, enakk…,enakk, boleh..juga isapan lu” Dika pun tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Bella. Gerakannya makin cepat.
“oohh Bell…,Bell” Rintih Wandi, yang masih menggenjot vagina Bella yang masih sempit, sementara satu tanggannya meremas- remas payudara Bella yang kenyal dan montok.
“Ahh…, hh”, Bella hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras Wandi menerpanya.
10 menit kemudian, Dika yang masih menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Bella, mulai meracau tak keruan sementara tangannya meremas-remas rambut Indah sang artis. Bella merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Dika sudah hendak orgasme.
“oohh…, anjing…enakk banget…, aahh”.
Cairan mani Dika pun muncrat di mulut Bella, yang segera menelannya. Bella memang selalu menyukai rasa sperma, bahkan penis yang berlepotan itu pun dijilatinya hingga bersih. Bella segera menghisap ujung lubang kencing Dika untuk mendapatakan sedikit cairan kental yang tersisa disitu. Hal ini tentu saja membuat Dika semakin kelojotan. Sekarang Bella tinggal melayani Wandi saja, tapi ternyata stamina Wandi luar biasa. Sudah 30 menit lebih ia menggenjot Bella, namun belum tampak tanda-tanda ia akan keluar.
“Gila…memek..artis…memang yahud…untung banget…gue..bisa dapet..memek..artis..gratis lagi” Wandi pun berkata ditengah genjotannya.
Akhirnya 10 menit kemudian, Bella merasakan penis Wandi muali berkedut-kedut didalam vaginanya, pertanda ia akan orgasme.
“Di…,jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Bella telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras memenuhi rahimnya. Selama ini ia memang selalu berhati-hati dalam berhubungan seks, dan selalu menggunakan pelindung, kecuali malam ini. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.
“Uuhgghh”, penis wandi yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang vagina Bella.
“Ahh…anjrit…sip” Wandi pun terguling ke samping sambil terengah-engah.
“Gimana… Enak nggak?” tanya Dika.
“Asyik banget… loe coba saja sendiri…” jawab Wandi sambil terengah-engah
“Bell…, balik…, kita maen doggy style” kata Dika yang rupanya sudah siap tempur lagi.
“Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Bella bangkit dan menungging. Dengan kedua tangan dan kaki menempel di lantai berkarpet. Matanya terpejam menanti sodokan penis Dika. Dika pun meraih payudara Bella dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang Dalam posisi seperti ini terasa lubang kemaluannya menjadi semakin sempit.
“Adduuhh…, owwmm”, Bella mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin, melebar karena desakan penis Dika. Bella menutup matanya dan mendesah. Dika sendiri merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluannya menyusuri liang vagina Bella yang terasa begitu sempit dan jepitan otot selangkangannya begitu enak.
“Gila, kapan lu diperawanin Bella, kok masih nikmat gini vagina luu…, ketat”, Dika memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, hanya bisa mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Dika. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan tersebut. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan tangan kokoh itu.
“Ahhh… lebihhh cepat… ahhh…” tubuh Bella mengejang dan menggelepar, diapun orgasme untuk kedua kalinya.
Tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu rumah tersebut. Wandi segera mengenakan celana pendeknya dan bergegas membukakan pintu. Baru saja pintu itu terbuka sedikit, sesosok bayangan besar menerobos masuk.
“Di, where the hell have you been man. I was waiting for you at the café for almost an hour man” kata si bayangan misterius setengah berteriak.
“Sori Ben, ada keperluan mendadak nih” jawab Wandi.
Sosok misterius itu adalah Benjamin Jordan, bussinesman asing asal Kamerun yang sering bolak-balik Bali Kamerun untuk keperluan bisnisnya. Wandi dan Dika memang selalu menjadi guide sekaligus pengajar surfing untuknya bila ia sedang mengunjungi Bali. Seperti layaknya orang Afrika, tubuhnya tinggi besar, berkulit hitam legam namun mengkilap, kekar dan berotot layaknya binaragawan.
“What the hell?! You guys are having a party heh? No wonder you guys didn’t show up”. Katanya ketika melihat Dika yang masih menggenjot Bella di ruangan tengah.
“Wow, she’s beautiful” Ben memuji kecantikan Bella
“He..he..he, May I join you guys?” Imbuhnya lagi, sambil membuka pakaiannya.
“Silahkan bos, pake aja…gratis kok” timpal Wandi. Ben memang memahami bahasa Indonesia, meski masih belum lancar berbicara dalam bahasa Indonesia.
Ben kemudian berlutut didepan Bella, penisnya berada tepat di mukanya. Bella pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia merasa ngeri melihat ukuran penis raksasa si turis. Padahal penis itu belum sepenuhnya ereksi.
“Come on..suck it”,kata Ben, sambil membuka paksa mulut Bella dan memasukkan penisnya.
Karena sudah kepalang tanggung, Bella pun menjilati dan menghisap penis Ben yang baunya agak aneh. Ia pun takjub ketika merasakan penis itu semakin mengembang dan menegang hingga memenuhi daya tampung mulutnya. Luar biasa, panjangnya mungkin sekitar 24 cm, dengan diameter yang sebesar lengan bayi.
“That’s right bitch…suck it like that” Ben merasakan nikmat yang amat sangat dari isapan si artis cantik .
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya 10 menit kemudian, Dika mengaduh-aduh, genjotannya semakin kencang.
“Gua datang… Bell…” erang Dika sambil menghujamkan batang penisnya sekuatnya, “nikmatnya”.
Dika mencabut penisnya dari dalam vagina Bella, dan maninya pun akhirnya menyemprot dengan leluasa di atas punggung dan pantat si gadis cantik.
“Wuuiih, best pussy I ever had” kata Dika sambil jatuh terduduk karena lemas.
Melihat Dika telah selesai, Ben lalu berdiri dan mengangkat tubuh Bella dengan mudahnya. Ia melingkarkan kedua kaki Bella di pinggangnya dan menempelkan punggung Bella ke tembok ruangan. Bella pun lalu melingkarkan dua tangannya ke leher Ben, dan menciumnya dengan penuh nafsu. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, lidah Ben pun bergerak masuk dan menjelajahi mulut Bella, mencari lidahnya untuk kemudian saling memijit dan membelit bagai ular. Bella merasakan suatu benda tumpul menggesek-gesek mulut vaginanya. Rupanya Ben sedang mengarahkan penisnya. Sejenak Bella merasa ngeri, bagaimana mungkin penis “kuda” itu bisa menembus vaginannya yang masih sempit.
“Be gentle please” erang Bella.
Tiba-tiba matanya terbelalak dan tubuhnya menjadi kaku tegang ketika merasakan kepala batang kemaluan yang dahsyat dari Ben, mulai memasuki belahan vaginanya,
“Ooohh.. ooohh.. gilaa…mampus!!” Bella setengah menjerit.
Bella pun terengah-engah ketika merasakan penis “kuda” itu mulai menekan untuk mencari jalan masuk ke dalam. Sementara Ben merasakan batang kemaluannya dijepit sesuatu yang lembut tapi kenyal, segera bereaksi dengan cepat dan mulai memompa batang kemaluannya dengan asyik untuk segera menerobos masuk liang vagina Bella,
“Ooh shit.. what a pussy” erang Ben.
Ben pun mulai mendorong pantatnya ke depan dengan kuat, sehingga batang penisnya yang telah terjepit diantara bibir kemaluan Bella yang memang telah basah kuyup dan licin itu, akhirnya terdorong masuk dengan kuat dan terbenam dalam- dalam, diikuti dengan jeritan panjang yang keluar dari mulut Bella.
“Aaduuuhh! Ooohh…ampun!” kepala Bella tertengadah ke atas dengan mata yang melotot serta mulut yang terbuka megap-megap kehabisan udara serta kedua tangannya mencengkeram dan mencakari punggung Ben. Tetapi cakaran itu seakan tidak dirasakan oleh Ben (ya iyalah, orang lagi enak!). Bella merasakan vaginanya dipaksa membuka selebar-lebarnya, bahkan penis Ben pun sampai mentok dan tidak masuk lebih jauh lagi. Akan tetapi Ben, dengan cepat mulai memompa dan mengaduk-aduk vagina Bella dengan gerakan-gerakan yang buas, tanpa mengenal kasihan pada si artis yang baru pertama kali ini menerima batang penis yang sedemikian besarnya dalam vaginanya. Penis “kuda” itu dengan cepat keluar masuk mengaduk-aduk lubang vagina Bella, terasa seluruh bagian dalam vagina Bella seakan-akan tertarik keluar menempel dan mengikuti batang kemaluannya, sehingga badannya bergerak terdorong semakin menempel ke dinding, menimbulkan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
“Ooohh.. yaa Ooohh.. puasin gue ! Ooohh.. terus entot gue! agghhh!” Bella rupanya sudah kesambit setan nikmat, dan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
15 menit lamanya Bella disetubuhi dalam posisi seperti itu, hingga akhirnya terasa cairan hangat terus keluar dari dalam vaginanya, membasahi penis ben yang masih bergerak buas, sehingga menimbulkan bunyi kecipak air. “Aaagghhh.. ooohh.. benar-benar nikmat!” keluh Bella, terasa badannya melayang-layang, suatu kenikmatan yang tak terlukiskan.
“Aaagghhh!” gerakan Bella yang liar pada saat mengalami orgasme itu agaknya membuat Ben merasa nikmat juga. Otot-otot vagina Bella berdenyut-denyut dengan kuat menjepit batang penis Ben, hingga Ben pun kelihatan akan mengalami orgasme dan mempercepat tusukannya. Gerakan-gerakan yang liar dari Ben ini menimbulkan perasaan ngilu dan nikmat, membuat Bella kehilangan kontrol dan menyebabkan dirinya menggerakan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan liar mengimbangi gerakan sodokan Ben yang makin cepat.
“Ooohh.. shiit… aaaghh!” lenguhan panjang keluar dari mulut Ben mengimbangi orgasme yang melandanya. Kepalanya tertengadah ke atas dengan mulut yang terbuka dan kedua tangan nya mencengkeram pantat dan paha Bella yang putih mulus dengan kuat. Terasa cairan hangat dan kental menyembur keluar dari batang kejantanannya. Untuk kedua kalinya dalam satu malam, rahim Bella dipenuhi oleh sperma dari lelaki yang tidak ia kenal sama sekali.
Dengan lembut, Ben menurukan Bella, hingga ia terduduk di lantai, tanpa diminta Bella meraih penis Ben, dan memasukkannya kedalam mulutnya. Bella dengan lembut menyedot penis yang berlumuran aneka cairan tersebut. Bella mengulum sejenak cairan yang ada dimulutnya tersebut, sebelum akhirnya menelannya dengan puas. Sementara Ben hanya memejamkan mata menikmati perlakuan si artis.
“Oh..jadi gini kelakuan lu dibelakang gue!” tiba-tiba terdengar teriakan keras.
Bella menoleh, dan wajahnya langsung pucat melihat pacarnya, Ananda Mikola telah berada di ruangan tersebut dengan wajah merah padam menahan amarah. Bella langsung berdiri dan coba menghampiri Ananda, namun langkahnya terhenti ketika melihat Mina berdiri dibelakang Ananda, diwajahnya terukir senyum puas.
“kalo memang ini mau lu, lu boleh ngentot siapa aja sepuas lu, gue gak peduli. Mulai detik ini, kita putus!” Teriak Ananda sambil membalikkan badan, dan beranjak pergi.
“Nanda..tunggu..”Bella bergerak hendak mengejarnya. Tapi langkahnya dihalangi Mina.
“Na, ngapain sih, minggir!” teriak Bella.
“Gak. Lu udah dengar kan, Nanda udah mutusin kamu, sekarang gue bisa mendekati dia” kata Mina sambil tersenyum.
“Oh jadi ini maksud lu, lu ngejebak gue supaya lu bisa jadi pacarnya Nanda. Temen macem apa lu!” Amarah Bella memuncak, dan tangannya mendorong dada Mina.
“Siapa juga yang mau jadi temen lu! Dasar perek!” sergah Mina tak kalah murkanya. Ia pun membalikkan tubuh dan bergegas keluar dari rumah tesebut.
Sejenak Bella hanya berdiri termenung, mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi. Seharusnya ia merasa sedih karena hubungan cintanya telah putus. Tetapi di lain pihak, ia juga merasa lega telah terbebas dari Ananda Mikocok. Buat apa ia merasa sedih karena diputusin Ananda “3 menit doank” Mikola, jika ia bisa merasakan nikmatnya kebebasan untuk bercinta dengan siapa aja yang ia mau. Setelah pikirannya agak tenang, Bella pun berbalik dan menuju ke ruang tengan, dimana 3 pria yang baru saja menggarapnya sedang duduk santai diatas sofa. Dengan tubuh yang masih belum tertutup sehelai benang pun, Bella berdiri di tengah ruangan, diiringi tatapan 3 pasang mata yang menikmati pemandangan indah tubuh telanjang Bella. Bella pun dengan tatapan menggoda berkata “Gimana boys, siap buat ronde 2?” Ketiga pria itu menyeringai, penis mereka mulai menggeliat lagi, si negro itu bangkit dari sofa mendekatinya, disusul dua orang beach boy itu. Mereka mengerubuti tubuh bugil Bella dan siap menggarapnya lagi.
By: Raito Yagami