Sebuah mobil mewah berjalan menembus lalu lintas kota Jakarta yang tidak begitu padat, karena memang sedang jam kantor. Penumpangnya hanya dua orang, seorang pria berusia 30-an, dan seorang gadis yang teramat cantik, usianya sepertinya masih belasan tahun.
“Ta, ini sebenernya iklan jamu apaan sih? Kok aku gak pernah denger nama jamunya?” kata sang gadis di kursi penumpang depan.
“Ini emang produk baru, perusahaannya juga baru. Katanya yang punya sih orang Kediri, konglomerat juragan tembakau yang melebarkan sayapnya di bidang jamu” kata si pria.
Si gadis kembali melamun, matanya menerawang melihat pemandangan kota Jakarta yang makin ruwet saja. Sebenarnya jika dalam keadaan biasa, seorang selebritis dan bintang sinetron sekelasnya, tidak akan mau membintangi iklan produk semacam ini. Tapi perusahaan jamu itu rela membayar tiga kali lipat dari harga pasaran kontrak sebagai bintang iklan sekaligus brand image dari produk itu. Angka yang merambat hingga ke kisaran setengah M ini membuatnya menerima tawaran ini, maklum ia membutuhkan uang sebanyak mungkin yang bisa ia kumpulkan, karena tahun depan ia berencana untuk kuliah di Austarlia, dan untuk itu ia butuh banyak uang. Jadi bisa dibilang ini adalah proyek kejar setoran untuknya.
Nama gadis itu adalah Alyssa Soebandono, kelahiran 25 Desember 1990, jadi usianya baru menginjak 17 tahun. Di usia semuda ini ia sudah menbintangi banyak judul sinetron yang hampir semuanya menjadi hits, popularitas pun mudah ia capai berkat kecantikannya yang merupakan kecantikan khas indonesia amatlah menonjol dan meneduhkan semua mata yang memandangnya. Ditambah lagi perilaku yang santun tak banyak tingkah, tidak seperti bintang sinetron kebanyakan. Icha, begitu Alyssa biasa disapa, merasa sedikit tidak enak hati; mengapa tawaran ini begitu mendadak datangnya, mengapa semuanya berjalan serba misterius, mengapa kliennya itu begitu bernafsu hingga rela saja mentransfer seluruh uang kontraknya begitu saja padahal syuting iklannya sendiri belum dimulai? Sejuta pertanyaan terus berkecamuk di benaknya, sementara mobil itu terus saja berjalan menembus udara pengap kota Jakarta.
**********
“Tapi saya gak mungkin pakai baju ini!… Roknya terlalu pendek, dan potongan lehernya terlalu rendah!”
“Tidak! ….Sesuai perjanjian, kamu harus memakai baju ini. Inget, kalo kamu menyalahi kontrak, kamu harus mengganti seluruh ongkos biaya produksi, dan mengganti rugi senilai 3 kali lipat nilai kontrak!” Kata sang sutradara gendut sambil melambaikan fotocopy kontrak iklan tersebut ditangannya.
Alyssa merenung sejenak, ia memandang sekeliling ruangan, mencari Tata manajernya, tapi ia tidak ada. Icha kembali berpikir mencari jalan keluar terbaik, tapi ia tahu ia tak punya pilihan lain,sesuai perjanjian ia memang harus menjalani isi kontraknya atau harus mengganti rugi senilai 300% nilai kontrak…. masalahnya Alyssa belum tahu iklan seperti apa yang akan ia bintangi, sampai ia terjebak disini. Ini memang kesalahan dari manajemennya dan dirinya sendiri, yang terlalu cepat menyetujui semua persyaratan dalam isi kontrak tersebut tanpa meneliti isinya terlebih dahulu.Semuanya gara-gara besaran jumlah uang kontrak yang telah mengaburkan penilaiannya. Perlahan Alyssa melangkah menuju ruang ganti dan mengganti pakaiannya. Baju yg harus ia pakai sungguh terlalu minim, bawahannya sangat pendek sehingga kaki mulus alyssa terlihat jelas, bahkan sebagian pahanya pun cukup terlihat.Sementara atasannya adalah sebuah baju backless dengan tali yg diikatkan dibelakang leher, potongan lehernya juga sangat rendah, sehingga bagian atas buah dadanya nyaris tak tertutupi, karena tentu saja baju backless tidak bisa dipadu dengan bra. Maka jika Alyssa membungkuk, pantat dan buah dadanya akan terlihat jelas.
Bagi seorang bintang yang baru menginjak usia remaja, dan populer berkat sinetron-sinetron ABG, mengekspos tubuhnya seperti ini jelas tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Ia pun hanya bisa menghela nafas, menyesali semua yang telah terjadi. Saat Alyssa keluar ruang ganti dengan pakaian tadi, semua mata lelaki di ruangan itu terbeliak penuh nafsu. Ada kurang lebih limabelas orang laki laki di ruangan itu dari mulai; boomer, lighting, kameramen, sampai sutradara, bahkan ada beberapa orang kru yang tidak jelas tugasnya dan hanya duduk-duduk saja menonton. Alyssa adalah satu satunya perempuan di lokasi tersebut. Sebagian dari mereka langsung berdiri, menggeleng-gelengkan kepala, bahkan bertepuk tangan, mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh alyssa. Namun demikian alyssa merasa rikuh dengan pakaian ini, terutama pada pahanya yang terlihat jelas, dengan putus asa Alyssa terus menarik narik rok pendek itu ke bawah, seolah akan bisa menutupi pahanya, tapi tentu saja usahanya itu sia-sia belaka.
Iklan ini ternyata adalah iklan untuk jamu kuat lelaki. Konsep awalnya adalah kisah cinta antara suami istri, dimana Icha harus terlihat mesra dengan si pemeran suaminya.Syuting iklan pun dimulai, dan adegan pertama dalam iklan tersebut adalah adegan menari dengan pakaian itu.
“Tapi nari yang gimana pak? Saya kok gak dikasih koreografinya?” tanya Icha.
“Yah joget aja sebisamu, kayak kalo joget dangdut gitu lah. Ntar track sound nya dimasukin belakangan” kata Jati sang sutradara.
Alyssa pun mencoba menari sebisanya, tentu saja gerakannya kaku karena tidak terbiasa. Dan saat diminta untuk memutar tubuhnya dengan cepat, Alyssa pun melakukan gerakan memutar, tetapi Icha lupa sesuatu, ketika ia memutar, rok pendeknya ikut terangkat hingga memperlihatkan celana dalamnya. Suit-suit dan siulan pun langsung terdengar. Sementara Icha yang menyadari apa yang baru saja terjadi langsung memekik, dan menutup roknya di bagian selangkangan, seperti adegan terkenal Marylin Monroe itu lho. Sang sutradara yang bernama Jati, memanggil pemain prianya, dan yang mengagetkan Alyssa adalah pemeran suaminya dalam iklan tersebut adalah seorang pria paruh baya yang bertubuh gendut dan wajahnya menyeramkan. Bukankah bintang iklan biasanya berwajah cantik dan tampan? Kenapa yang ini begitu menyeramkan. Satu yang Icha tidak tahu, bahwa si bapak gendut itu adalah si konglomerat tembakau yang mengontraknya untuk membintangi iklan tersebut, namanya adalah Sudarsono, atau biasa disapa pak Darso. Ketika sutradara berteriak action, Darso langsung merangkul alyssa, dia terlihat sudah sangat bernafsu melihat tubuh Icha yang cukup terbuka. Ekspresinya terlihat begitu mesum ketika merangkul tubuh molek itu semakin erat, Alyssa pun langsung meronta dan mencoba mendorong tubuh pria tua itu.
“Ih apaan sih!… lepasin!” teriak Alyssa.
“Cut cut! Ada apaan sih?!” teriak sang sutradara tak sabar.
“Kok pake acara peluk-pelukan segala?” kata Icha dengan sedikit marah.
“Lho namanya juga suami istri, masa dipeluk aja gak oleh? Ayolah, kamu kan profesional, udah kewajiban kamu kan ngikutin arahan gue sebagai sutradara?” kata Jati sang sutradara.
“Tapii… ” bantah Icha.
Belum sempat ia menyelesaikan bantahannya, Darso kembali memeluknya dengan erat, malahan kedua tangannya langsung meremas kedua bulatan pantat alyssa, senyum penuh nafsu menghiasi wajahnya, mendapat perlakuan seperti itu, Alyssa tentu tidak hanya diam.
“Lepasin!!” ia mendorong tubuh gendut Darso, tapi karena kalah tenaga, Icha lalu mencakar wajahnya cukup dalam hingga berdarah, hingga si bos gendut itu menjerit kesakitan dan melepaskan dekapannya.
“Arghhh!… cewek sialan, ndak tahu mau dikasih enak yah!”
Plaakkk! Plaaakk! Dua kali ia menampar kedua Icha. Kepalanya langsung terasa pening, dan pipinya rasanya seperti terbakar, panas dan perih. Pandanganya nanar dan tubuhnya hampir saja jatuh kelantai.
Namun tubuh molek si artis langsung disambar kembali oleh Darso, yang kemudian langsung melumat bibir Alyssa dengan penuh nafsu sambil satu tangannya meremas buah dada gadis itu.
Icha hendak berteriak minta tolong, tapi pandangan matanya membentur beberapa ekspresi wajah para kru, mereka semua justru tersenyum-senyum sambil saling berbisik, jelas sudah tak satupun dari mereka yang berniat untuk menolongnya. Adegan pun terus berlanjut, dengan Icha yang terus menggeleng- gelengkan kepalanya mencoba menghindari ciuman Darso, hingga Darso beralih dan mencium bagian atas dada alyssa. Darso lalu menyeret tubuh Icha, dan membantingnya ke atas matras yang entah sejak kapan telah digelar dibelakang mereka.
“Tolong jangann! Tolooonngg!” Icha melolong sekuat tenaga dan berusaha meronta.
Dua orang kru sinetron menghampiri nya, sejenak Icha merasa bersyukur karena mengira bahwa mereka hendak menolongnya, tapi mereka justru memegang tangan kanan dan kiri Icha, dan menariknya turun, hingga Icha telentang diatas matras. Adegan kembali berlanjut, dengan Alyssa terbaring di atas matras dengan kedua tangan terentang kesamping, sementara tubuh Darso yang gendut menduduki pahanya. Icha pun kini benar-benar tak bisa bergerak lagi. Darso yang benar-benar sudah bernafsu, mulai menciumi dan meremas buah dada Alyssa, ia kemudian mengangkat rok alyssa ke atas , dan membuka celananya sendiri, mengeluarkan penisnya dan menggosok gosokannya di paha dalam alyssa. Icha pun hanya bisa merintih-rintih pelan, karena salah satu kru yang memegang tangannya, kini juga membekap mulutnya.
Kini Darso menyentakkan tali yang mengikat backless Icha, dan menarik bagian atas gaun itu hingga turun ke pinggang, payudara Icha yang berukuran sedang, namun indah luar biasa itu akhirnya terbuka dengan bebas, sorakan riuh rendah langsung terdengar dari mulut para kru yang mengelilingi set itu. Dengan bernafsu Darso meremas-remas buah dada Icha. Ia masih menggeliat-geliat mencoba melepaskan diri, tapi sia-sia karena kaki dan tangannya sudah terkunci erat-erat.
“Asyik… kenyal… alus”, gumam Darso tidak jelas, sementara kedua tangannya tetap masih meremas-remas payudara Icha sambil terkadang memencet dan memuntir puting payudaranya yang berwarna coklat kemerahan.
Darso lalu membuka mulut selebar-lebarnya dan memasukan sebanyak mugkin puncak payudara Icha kedalam mulutnya, ia mencecapnya dengan nikmat sambil sedikit menggigit payudara itu, menikmati kemulusan dan keharuman tubuh Icha. “Breettt” CD warna putih, yang dipakai Icha ditarik dengan kasar hingga sobek oleh darso, sehingga sekarang bagian bawah tubuhnya telah berada dalam keadaan polos. Dengan tidak sabar darso merenggangkan kedua kaki Alyssa selebar mungkin, sehingga vaginanya yang indah terpampang dengan leluasa dihadapan semua orang. Keadaan yang tadinya riuh rendah pun langsung sunyi senyap, semua laki-laki yang berada disana melotot dan terpaksa menelan ludah, semuanya terpukau akan keindahan vagina sang artis. Apalagi ketika kedua tangan Darso, merenggangkan bibir vaginanya hingga menganga, memperlihatkan isi bagian dalam vaginanya yang merekah, berwarna merah muda, halus bagai pualam. Sementara bulu-bulu halus yang tidak begitu lebat menghiasi bagian atas vaginanya, menciptakan pemandangan kontras yang menyesakkan dada saking indahnya. Darso sendiri mengeluarkan suara seperti digorok, dengan terburu-buru ia mengarahkan penisnya ke bibir vagina alyssa. Alyssa yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Air mata mulai menggenang di kedua bola matanya yang cantik. Sungguh tidak percaya bahwa kesuciannya yang telah ia jaga dengan hati-hati selama ini, kini harus hilang di tangan orang tua bejat macam pak Darso ini. Tangisnya pun tak terbendung.
Darso dengan nafas yang terengah-engah mencoba memasukan penisnya, namun sulit karena vagina Icha yang masih perawan, terlalu sempit untuk menerima penis itu, hingga penis Darso hanya menggosok gosokan bibir vagina Icha. Tapi tiba-tiba geraman keras keluar dari mulut darso, dan semburan sperma di bibir vagina Alyssa menandakan pria itu sudah orgasme. Rupanya prospek memerawani seorang artis muda secantik Icha sudah membuat libidonya terlalu tinggi, hingga begitu mudah pertahanannya jebol. Dengan terengah-engah ia menjatuhkan dirinya di matras disamping Alyssa.
“Bos, udahan bos?!” tanya Jati yang dari tadi masih mengarahkan kameramen untuk merekam semua adegan yang terjadi.
“Ntar-ntar, saya lupa minum viagra tadi”, si bos pun memaksakan diri untuk berdiri dan memungut celananya, ia lalu mengeluarkan plastik kecil berisi pil biru, viagra. Dengan cepat ia menelan dua butir.
“Lanjut bos?!” tanya Jati lagi.
“Ntar, nunggu setengah jam lagi” kata Darso sambil menyeka keringatnya.
“Kalo gitu, kita boleh duluan gak bos?” tanya salah satu kru disana.
“Assseeeemmm! saya yang bayar setengah M buat tuh memek, terus kalian yang nikmatin gitu?! Gak tahu diri, keluar kalian semua!” kata Darso yang naik pitam.
“Tapi bos… ”
“Pokoknya yang gak perlu-perlu amat disini, semuanya keluaarrr!” teriak Darso lagi.
Maka kecuali dua orang yang memegangi Alyssa, kameramen, lighting, dan Jati si sutradara, sisa crew yang lain keluar dengan menggerutu.
“Elu sih banyak bacot!” geram salah satu dari mereka pada kru yang tadi angkat bicara.
“Bos tapi kalo make mulutnya doang boleh kan?” kata Jati pada Darso yang masih menunggu reaksi dari pil yang ia minum.
Darso menganggukan kepalanya, Jati pun tersenyum senang. Dengan cepat ia membuka celananya dan berjalan menghampiri Icha. Menyadari apa yang akan terjadi, Alyssa mencoba bangkit namun kedua kru yang memegang tangannya langsung menahannya. Sang sutradara alias jati, kemudian jongkok diatas kepala Alyssa dan dengan kasar mencoba memasukan penisnya ke mulut gadis itu.
“Buka mulut… Bukaa! Atau gue sebarin film yang lagi kita rekam ini” ancam si sutradara.
Namun Icha masih menutup mulutnya rapat-rapat, lebih baik reputasi dan karirnya yang hancur, daripada harga dirinya yang tercoreng, begitu pikirnya dalam hati. Hingga Jati membuka paksa mulut Icha, dan mendorong penis itu masuk ke mulutnya.
Karena sadar bahwa Alyssa tidak akan sudi menghisap penisnya, Jati pun harus cukup puas, dengan menggesekan kepala penisnya kelidah dan rongga mulut Icha. Alyssa pun merasa tersiksa dan tersedak karena penis yang cukup panjang itu, mencapai tenggorokannya. Darso kembali membuka kedua kaki Icha selebar mungkin, ia lalu berlutut dihadapan selangkangan yang mengangkang itu, hingga vaginanya tersaji sempurna dihadapan Darso. Ia pun menundukkan kepalanya mendekat ke vagina Alyssa dan mulai menjilatinya
“Ssshh.. ooooh…”, tanpa sadar Icha mendesah ketika vaginanya disedot sedot dan dijilati Darso. Seumur hidupnya belum pernah ada memperlakukannya seperti itu, meskipun dalam paksaan, tetap saja rasa nikmat dan geli mulai menyerangnya.
“Gimana bos rasanya?” tanya salah satu kru yang sepertinya penasaran.
“Hmm… manis, gurih, wangi banget! Emang pantes kalo dihargain setengah M, memek kelas satu nih!” kata Darso
“Iyalah,artis! Memeknya pasti terawat dong” balas Jati.
Darso pun kembali mempermainkan vagina Icha, kali ini dengan lidahnya yang melesak ke bagian dalam liang vaginanya.Tubuh Alyssa pun bergetar kecil, dan nafasnya makin tersengal sengal. Apalagi Darso juga menjulurkan tangannya dan ikut mempermainkan payudaranya dengan remasan-remasan dan puntiran pada putingnya. 10 menit lamanya Alyssa merasakan siksaan nikmat itu, hingga tubuh Jati yang masih jongkok diatas kepalanya tiba-tiba bergetar dan tak lama kemudian ia merasakan semburan cairan dalam mulutnya. Cairan itu terasa aneh, asin, gurih dan hangat. Icha benar-benar merasa jijik dan mual, ia hendak memuntahkan cairan sperma itu dari dalam mulutnya, tapi karena masih telentang, cairan tersebut justru mengalir ke tenggorokannya, membuatnya tersedak, hingga ia terpaksa menelannya sebelum jalan nafasnya tercekik. Rasa mual langsung menyerangnya kembali. Darso akhirnya merasa siap. Dengan cepat ia memposisikan dirinya diantara kedua kaki sang artis yang mengangkang. Iapun lalu menyangkutkan kedua betis Alyssa ke bahunya yang lebar sambil mengarahkan penisnya ke vagina artis cantik yang baru berusia berusia 17 tahun itu.
Perlahan-lahan konglomerat bejat itu mulai berusaha menancapkan penisnya pada vagina Icha, namun sulit karena vaginanya masih perawan, namun akhirnya setelah terus-terusan berusaha, perlahan batang penis Darso membuka bibir kemaluannya, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Hingga akhirnya amblasalah seluruh batang penis lelaki tua itu kedalam vagina si gadis cantik. Icha ketika merasakan sesuatu yang besar menyeruak kedalam vaginanya, berusaha menjerit karena pedih dan sakit, namun bekapan tangan salah satu kru itu membungkamnya. Dia merasakan penis itu berdenyut-denyut dalam vaginanya, yang dipaksa untuk membuka selebar-lebarnya. Setelah terasa terbiasa, Darso mulai memaju mundurkan penisnya dengan perlahan. Dengan menahan rasa sakit, Alyssa menatap penis pak Mardi yang keluar masuk vaginanyanya, disertai sedikit darah perawannya. Tangis pun kembali mengucur ketika menyadari bahwa kesuciannya telah terenggut dengan cara yang begini kotor dan rendah. Tak lama kemudian, pak Darso mempercepat genjotannya, dan rasa perih makin menguasai bagian bawah tubuh Alyssa, hingga ia pun semakin menitikkan air mata. Sambil memompa tubuh Alyssa, dengan goyangkan pantatnya yang cepat, Darso juga meremas dan menyedot nyedot buah dada Alyssa.
Mungkin berkat dua butir pil biru yang tadi ia minum, sampai hampir satu jam Darso menikmati tubuh Icha, namun belum ada tanda-tanda ia akan keluar, sudah berbagai posisi ia praktekan pada tubuh Icha yang telah melemah, namun masih belum juga ia mencapai orgasme. Sementara para kru yang dari tadi menonton dan merekam adegan ini mulai bersungut-sungut tidak sabar menanti giliran. Namun akhirnya datang juga! Orgasme yang ditunggu-tunggu itupun tiba, dengan terburu-buru menarik penisnya keluar, membuka mulut Icha dengan paksa, dan memyemprotkan spermanya ke dalam rongga mulut Alyssa, hingga Icha untuk kedua kalinya terpaksa menelan sperma dari laki-laki tua. Darso kemudian menarik rambutnya untuk membersihkan penisnya yang berlumuran cairan.
“Uedan! Ueennakk tenan! Gak percuma saya bayar mahal ni memek” kata Darso sambil terengah-engah.
“Udah beres bos? Giliran kita sekarang?” kata Jati tak sabar.
“Asseeemm! Banyak bacot kamu! Udah pake aja sepuas kamu, saya mau pulang ke Kediri, jangan lupa masternya langsung kamu anter ke rumah saya. Jangan dibikin copynya! Biar Cuma saya yang bisa nikmatin nonton film ini. Ngerti!” kata Darso sambil memakai kembali pakaiannya.
“Siaapp bos!” kata Jati sambil menghormat layaknya prajurit pada atasan.
Darso pun berjalan keluar dari rumah mewah yang disulap menjadi tempat syuting itu. Sementara Jati langsung menubruk tubuh Icha dan sibuk mencium bibir gadis itu, sementara tangannya beraksi dengan leluasa meremasi buah dada ranum itu, sementara jari yang lain bermain main di vaginanya yang telah becek.
Saat menoleh ke sekeliling, Alyssa terkejut dan panik melihat kelima orang kru yang tersisa tadi semuanya telah telanjang bulat dan sedang berdiri mengelilinginya. Oh tidak, Tuhan tolong!! Aku tidak rela diperkosa secara bergilir seperti ini! Jerit Icha dalam hati. Tapi tidak ada jawaban dari langit, yang ada hanya dengusan nafas dan jamahan tangan-tangan kasar yang bagaikan gurita menjamahi tubuhnya yang mulus dan indah. Jati kini membuka lebar kaki alyssa dan kemudian mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu, tanpa kesulitan berarti penisnya menerobos masuk dan mulai memompanya. Sungguh terasa sempit jepitan vagina Alyssa pada penisnya, tak bisa tidak Jati pun mengerang keenakan. Kru yang lain tak mau tinggal diam, semuaya ikut menyakiti Icha dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuhnya. Mereka mulai dengan memainkan buah dada Icha dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Seseorang menutup mulut Icha dengan tangannya sehingga seluruh jeritanya hanya berupa erangan tak jelas. Ada juga yang menggenggamkan tangan Icha ke penisnya dan mengocoknya, menikmati kehalusan dan kelembutan tangan si artis. Tak lama kemudian, Jati mengejang beberapa saat, dan penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Icha. Sperma, bercampur dengan darah, mulai mengalir keluar dari vaginanya. Jati kemudian menarik penisnya keluar, dan semua orang menatap bagaimana penis Jati perlahan keluar dari jepitan vagina Icha.
Mereka lalu berganti posisi, kini giliran si kameramen yang menindih Alyssa, agak sedikit repot karena tubuhnya lumyan gendut. Icha pun dapat merasakan bagaimana bibir vaginanya perlahan kembali dipaksa membuka dan menelan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajahnya, ketika si kameramen menggenjotkan penisnya yang segemuk tubuhnya, kedalam vagina Icha.
Hanya berselang 10 menit, ia menyemburkan spermanya ke dalam vagina Icha yang sudah terisi oleh sperma Jati. Tapi belum sempat Alyssa menarik nafas untuk beristirahat, dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu dan kembali sebuah penis asing menyeruak kedalam vaginanya. Ia sudah tidak bisa lagi menahan semua itu. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan perih yang menyelubunginya, ia sudah kehabisan tenaga dan lemas. Ia hanya bisa menangis dan memohon sia-sia pada semuanya agar melepaskan dirinya. Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dadanya keras-keras hingga ia menjerit kesakitan, sama sekali tidak mungkin mereka akan melepaskannya begitu saja. Akhirnya kelima orang yang beruntung itu telah mendapat giliran masing-masing untuk menikmati tubuh sang artis cantik secara gratis. Tiga orang terakhir memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Icha hingga berlumuran sprema. Dan ketika orang yang terakhir selesai Icha hanya bisa berbaring hampir tak sadarkan diri.
Dalam hati ia bersyukur karena perkosaanya telah selesai, setidaknya mereka semua telah puas menikmati tubuhnya. Tapi Alyssa melupakan sesuatu… yaitu 10 orang kru yang tadi diusir oleh Darso dan terpaksa menunggu di luar. Setelah kelima orang pertama selesai, mereka membuka pintu dan mempersilakan kesepuluh orang diluar untuk mendapatkan giliran mereka menikmati tubuh Icha.
“Oh tidaaakk!” Alyssa hanya bisa menjerit ketika kesepuluh lelaki bejat yang telah diselimuti nafsu ini, mulai mengerubungi tubuhnya yang terasa lemas luar biasa.
*********
Beberapa saat yang lalu, diluar rumah tersebut
“Ini bayaran kamu” kata Darso sambil menyerahkan sebuah amplop tebal.
“Kok cepet amat bos? Yakin gak dinikmatin agak lama? Pantatnya kayaknya masih perawan juga tuh” kata si penerima amplop.
“He he he, gampang itu. Kalo rekaman filmnya sudah ada ditanganku, kalo aku minta dia ngelayanin aku kapan saja dimana saja, apa dia bisa nolak? He he he” kata Darso terpingkal pingkal.
“Bener juga, pinter juga nih si bos” kata si penerima amplop.
“Ya udah saya mau balik dulu ke Kediri, makasih ya udah nyediain kesempatan sebagus ini buat saya, saya bener-bener puas”
“Sama-sama bos, sampai jumpa” kata si penerima amplop sambil menjabat tangan Darso.
Tak lama kemudian mobil mewah yang membawa si konglomerat bejat itupun berjalan pergi. Sementara Tata, manajer Alyssa mencium amplop tebal yang baru ia terima, lalu memasukannya kedalam saku jaketnya. Seminggu yang lalu memang Tata lah mengusulkan rencana ini pada Jati si sutradara, yang kemudian menghubungi Sudarsono, si juragan tembakau. Dan hari ini iapun menuai hasilnya, segepok uang mudah yang ia dapat hanya dengan menjual tubuh Alyssa, kliennya. Sederet rencana pun langsung melintas dikepalanya, tentu saja berhubungan dengan daftar klien-klien artisnya yang lain, senyum iblis pun tersungging ketika ia melangkah menuju mobilnya, sambil menulikan kupingnya akan jeritan Alyssa yang masih terdengar senyap-senyap dari dalam rumah jahanam itu.
Tamat ??!